A. Studi Preformulasi
1. Uraian Bahan
a. Zat Aktif
1) Studi Farmakologi
a) Mekanisme kerja
Aminoglikosida berdifusi kanal yang dibentuk oleh protein
membrane luas dari bakteri gram-negatif ke ruang periplasmic. Sedangkan
transport melalui membrane dalam sitoplasma membutuhkan fasa
transport yang tergantung energi rase limiting, dapat diblok Ca ++.
Hiperosmolitas, penurunan dan anaerob. Hal ini menerangkan yang
bersifat hyperosmolar. Setelah masuk sel, aminogliosida pada ribosom ini
memprcepat transport aminoglikosida kedalam sel. Gentamicin
menghambat proses normal polimerisasi asam amino setelah terbentuk
kompleks asal peptide. Aminoglikosida bersifat bakterisidal cepat.
Pengaruh aminoglikosida menghambat sintesis protein dan menyebabkan
salah baca dalampenerjemahan mRNA, tidak menjelaskan efek letal
sinyalnnya cepat. Berdasarkan kenyataan tersebut, diperkirakan
aminoglikosida menimbulkan pula berbagai efek sekunder lain terhadap
fungsi sel mikroba, yaitu terhadap respirasi, adaptasi enzim, keutuhan
membrane dan keutuhan RNA. (Gunawan, 2016)
Aminoglikosida diserap kedalam sel bakteri yang sensitive melalui
proses transpor aktif yang dihambat dalam lingkungan anaerob, asam, atau
hyperosmolar. Didalam sel berikatan dengan 30s dan sampai batas tertentu
dan 50s, sub unit ribosom bakteri, terjadinya kematian sel masih belum
dipahami secara sempurna. (Sweetman, 2009)
b) Indikasi
Gentamisin adalah antibakteri aminoglikosida yang digunakan,
seringkali dengan antibakteri lain, untuk mengobati infeksi sistemik yang
parah yang disebabkan oleh organisme gram-negatif dan organisme lain
yang sensitig. Ini dapat digunakan sebagai bagian dari rejimen multiobat.
Gentamisin juga dioleskan untuk infeksi local. (Sweetman, 2009)
c) Kontraindikasi
Gentamisin dikontraindikasikan pada pasien dengan Riwayat
hipersensivitas terhadapnya dan mungkin pada mereka yang
hipersensivitas terhadapnya dan mungkin pada pasien dengan miastenia
gravis dan diperlukan kehati-hatian pada parkinsonisme dan kondisi lain
yang ditandai dengan kelemahan otot. Resiko ototoksisitas dan
nefrotoksisitas dari aminoglkosida meningkat pada konsentrasi plasma
yang tinggi dan oleh karena itu umumnya digunakan untuk menentukan
kebutuhan dosis melalui pemantauan individu. Hal ini juga penting pada
pasien dengan fibrosis kritik atau obesitas yang signifikan. Gangguan
fungsi hati dan fungsi pendengaran, demam, hipotensi. Penggunaan
aminoglikosida selama kehamilan dapat merusak saraf kronial terhadap
janin. (Sweetman, 2009)
d) Efek samping
Aminoglikosida dapat menghasilkan irreversible kumulatif
toksisitas. Hal inimempengaruhi koklec (gangguan pendengaran). Reaksi
hipersensivitas terjadi setelah penggunaan local dan sensivitas antara
aminoglikosida. (Sweetman, 2009)
e) Dosis
Konsentrasi 0,3% digunakan dalam sediaan topical pada mata dan telinga.
(Sweetman, 2009)
f) Aturan pakai
Untuk infeksi yang tidak terlalu parah 3-4 kali sehari umumnya sudah
cukup. (BNF, 2020)
2. metode sterilisasi
a. metode sterilisasi bahan
B. Formulasi
1. Rancangan Formula
Nama produk : EYEMICIN
Jumlah produk : 10.000 tube
Tanggal formulasi : 13 Oktober 2023
Tanggal produksi : 24 Oktober 2023
Nomor registrasi : DKL2300100131A1
Nomor bets : 3131021
Komposisi : tiap 5 g mengandung
Gentamisin sulfate 0,3%
BHT 0,1%
Klorobutanol 0,5%
Aquades q.s
Vaselin flavum ad 5g
2. Master formula
Diproduksi Tanggal Tanggal Disetujui
Dibuat oleh
Oleh formulasi produksi oleh
Dr. Karlina
PT. Berkah 13 Oktober Amir Tahir,
24 Oktober 2023 Kelompok 3
Farma 2023 S.Si, M.Si,
apt.
Kode Bahan Nama Bahan Fungsi/kegunaan Per 5g salep Per bets
01-GCS Gentamisin Zat Aktif 0,015g 1150 Kg
sulfate
02-BHT BHT Antioksidan 0,025g 1250 kg
03-KBL Klorobutanol Pengawet 0,005g 1050 kg
04-AQS Aquades Pelarut q.s q.s
05-VAF Vaselin Basis Salep Ad 5 g Ad 50.000
flavum kg
3. Perhitungan Konsentrasi
Tiap 5g salep mengandung Gentamisin Sulfate 0,3%
4. Perhitungan Bahan
a. Gentamisin sulfate
0,3% x % 5 ml = 0,015g/ml + 10% = 0,115g/ml x 10.000 = 1150 kg/l
b. BHT
0,1% x % 5 ml = 0,025g/ml + 10% = 0,125g/ml x 10.000 = 1250 kg/l
c. Klorobutanol
0,5% x % 5 ml = 0,005g/ml + 10% = 0,105g/ml x 10.000 = 1050 kg/l
d. Aquades q.s
e. Vaselin flavum
= 5 g - ( 0,015g + 0,025 + 0,005 ) g/ml
= 5 g – ( 0,345 ) g/ml
= 4,655 g
1) Cara Kerja
a) Sterilisasi dan Penimbangan (KEMENKES, 2016)
(1) Disiapkan alat dan wadah yang digunakan, dicuci bersih, dibilas dengan
aquades dan dikeringkan
(2) Bagian mulut gelas kimia ditutup dengan perkamen
(3) Dilakukan sterilisasi untuk semua alat dan wadah dimasukkan kedalam white
area melalui transfer box
(4) Disiapkan semua bahan yang dibutuhkan, ditimbang menggunakan timbangan
analitik sesuai perhitungan bahan
(5) Bahan baku dimasukkan ke white area melalui transfer box
2) Evaluasi Sediaan
a) Uji Organoleptis (KEMENKES, 2016)
Amati warna, bau dan bentuk
b) Uji Homogenitas (KEMENKES, 2016)
(1) Salep dioleskan tipis-tipis pada permukaan kaca objek dengan cara menggeser
sediaan pada permukaan kaca objek dari ujung yang satu ke ujung yang
lainnya dengan menggunakan bantuan kaca objek lain
(2) Amati homogenitas sediaan
c) Uji Isi Minimum (KEMENKES, 2016)
(1) Sebanyak 10 wadah krim dilepas etiketnya, dibersihkan bagian luarnya,
dikeringkan dan ditimbang satu per satu
(2) Isi dari masing-masing wadah tersebut dikeluarkan, kemudian wadah
dibersihkan, dikeringkan dan ditimbang kembali
(3) Perbedaan antara kedua penimbangan menyatakan bobot bersih isi wadah
d) Uji Kebocoran Tube (KEMENKES, 2016)
(1) Dipilih 10 tube salep mata, lalu permukaan tiap tube dibersihkan dan
dikeringkan dengan kain penyerap
(2) Letakkan tube pada posisi horizontal diatas lembaran kertas penyerap dalam
oven pada suhu 60°C ± 3°C selama 8 jam
(3) Amati kebocoran yang terjadi
c) Uji Sterilitas (KEMENKES, 2016)
(1) Jumlah minimum yang digunakan untuk tiap media:
(a) Sediaan larut dalam air lainnya atau dalam isopropyl miristat : seluruh isi
tiap wadah, sebanding dengan tidak kurang dari 200 mg
(b) Sediaan yang tidak larut krim, salep yang tersuspensi atau teremulsi :
gunakan isi tiap wadah yang sebanding tidak kurang dari 200 mg
(2) Jumlah minimum bahan yang diuji sesuai dengan jumlah bahan dalam bets :
(a) Tidak lebih dari 200 wadah 5% atau 2 wadah, diambil yang lebih besar
(b) Lebih dari 200 wadah : 10 wadah
(3) Inokulasi Langsung
(a) Siapkan media untuk pengujian antara lain media tioglikolat cair (untuk
kondisi aerob), media tioglikolat alternative (untuk kondisi nonaerob) dan
soybean-casein digest
(b) Salep diencerkan dengan pengencer steril isopropil miristat p, jika perlu
dengan pemanasan tidak lebih dari 40°C
(c) Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik
steril
(d) Secara aseptic inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari wadah uji ke
tabung media
(e) Campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan
(f) Inkubasi media yang telah diinokulasi selama tidak kurang dari 14 hari
(g) Amati perubahan mikroba beberapa kali, selama masa inkubasi
(h) Bandingkan dengan kontrol negative (media tanpa sediaan uji) dan kontrol
positif (media + mikroba uji)
(i) Media tioglikolat alternatif inkubasi pada suhu 30°C - 35°C dalam kondisi
anaerob dan Soybean Casein Digest Medium diinkubasi pada 22,5 °C ±
2,5 °C
(4) Penyaringan Membran
(a) Salep yang telah diencerkan disaring melalui membrane steril secara
aseptik, lalu bilas membran dengan larutan steril yang sesuai
(b) Pindahkan membran kedalam media
(c) Inkubasi media selama tidak kurang dari 14 hari
(d) Amati pertumbuhan mikroba beberapa kali, selama masa inkubasi
1) Mekanisme Kerja
Moxifloxacin bersifat baktprisidal dan bekerja dengan menghambat DNA
girase dan topoisomerase IV, yang merupakan enzim penting dalam reproduksi
DNA bakteri, la memiliki spektrum aktivitas yang lebih luas dan lebih kuat secara
in vitro dibandingkan asam nalidiksat kuinolon non- fluorinasi meskipun
resistensi terhadap banyak spesies atau strain yang sebelumnya sensitif kini mulai
muncul. (Sweetman.S.C, 2009: 246)
Spektrum aktivitas. Di antara bakteri aerob Gram-negatif, ciprofloxacin
mungkin aktif secara in vitro melawan Enterobacteriaceae, termasuk Escherichia
coli dan Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, Proteus, Providencia, Salmonella,
Serratia, Shigella, dan Yersinia spp. la mungkin juga menunjukkan aktivitas
melawan Pseudomonas aeruginosa dan Neisseria gonorrhoeae. H. influenzae,
Moraxella catarrhalis (Branhamella catarrhalis), dan N. meningitidis semuanya
sensitif, Bakteri aerob Gram-negatif lain yang dilaporkan sensitif terhadap
ciprofloxacin termasuk Gardnerella vaginalis, Helicobacter pylori, Legionella
spp., Pasteurella multocida, dan Vibrio spp. Aktivitas variabel telah dilaporkan
terhadap Acinetobacter spp., Brucella melitensis, dan Campylobacter spp.
(Sweetman.S.C, 2009: 246)
2) Indikasi
Moxifloxacin adalah golongan antibakteri quinolone untuk mengobati
mata merah dan keratitis akibat bakteri. (Papadakis, 2023: 174)
3) Kontraindikasi
Tidak disarankan untuk pasien memiliki reaksi type hipersensivitas yang
mempengaruhi kulit telah termasuk jarang, vasculitis, entema, multyorme, Sinyal
stevens-johnson, dan nekrolisis epidermal toksik. Fotosensitivasi telah terjadi
meskipun lebih sering dengan beberapa fluoroquinolon Seperti lomefloxacin dan
sparfloxacin. Anafylaksis telah dikaitkan dengan Ciprofloxacin dan beberapa
fluroquinolon lomefloxacin dan sparfloxacin. Anagilaksis telah dikaitkan dengan
ciprofloxacin dan beberapa kumpulan lainnya (Sweetman. 8-C, 2009: 244)
4) Efek Samping
Selain ruam dan pruritus, tipe hipersensitivitas reaksi yang mempengaruhi
kulit termasuk, jarang, vaskulitis, eritema multiforme, sindrom Stevens-Johnson,
dan nekrolisis epidermal toksik. Fotosensitifitas telah terjadi, meskipun mungkin
lebih sering terjadi beberapa fluoroquinolones lain seperti lomefloxacin dan
seperti kuinolon lainnya. (Sweetman.S.C, 2009: 244)
5) Dosis
Moxifloxacin digunakan secara topical sebagai hidroklorida dalam tetes
mata yang mengandung setara 0,5% moxifloxacin untuk pengobatan
konjungtivitis bakteri. (Sweetman.S.C, 2009: 244)
6) Aturan Pakai
1 tetes 3 kali sehari, selama 9 hari untuk bakteri konjungtivitis dan 1 tetes
setiap jam dising hari dan setiap 2 jam selama malam selama 48 jam kemudian
secara bertahap mengurangi untuk bakteri keratitis. (Papadakis, 2023: 174)
b) Bahan
c) Wadah
c. Wadah
1. Rancangan Formula
Nama Produk : OPCHIN
Jumlah Produk : 10.000 buah
Tanggal Formulasi : 17 Oktober 2023
Tanggal Produksi : 24 Okteboer 2023
Nomor Registrasi : DKL001008348
Nomor Bets : 3171028
Komposis : Tiap 5 ml tetes mata mengandung:
Moxifloxacin 0,5%
Benzelthonium Klorida 0,02%
Propilenglikol 2%
Natrium Klorida 0,02%
Natrium Fosfat 0,01125 g
Dinatrium Fosfat 0,00675 g
Aqua Pro Injection ad 5 ml
2. Master Formula
Diproduk Tanggal Tanggal Disetujui
Dibuat Oleh
si Oleh Formulasi Produksi Oleh
3. Perhitungan Dosis
Moxifloxacin dalam tetes mata yang mengandung setara dengan 0,5%. Dosis untuk tetes
mata 1 tetes sebanyak 3kali sehari (7-14 hari). (Sweetman,S.C, 2009: 302)
1 tetes = 0,05ml
Pada sediaan tetes mata yang dibuat dalam volume 5ml, maka dapat digunakan
selama 33 hari (33 x 0,05ml = 4,95ml)
4. Perhitungan Bahan
a. Perhitungan Bahan
Moxifloxacin = 0,5% x 5ml
= 0,025 g
= 0,001 g
NaOH = q.s
Hcl = q.s
NaCl = 0,02 % x 5 ml
= 0,001 g
Propilenglikol = 2 % x 5 ml
= 0,1 ml
Natrium Fosfat = 0,01125% x 5ml
= 0,0005625 g
Dinatrium Fosfat = 0,0625% x 5ml
= 0,003125 g
Aqua Pro Injection = ad 5ml
= 5ml – (0,025 + 0,001 + 0,1 + 0,001 + 0,0005625 +
0,003125)
= 5ml – 0,1306
= 4,87 ml
c. Perhitungan Dapar
Target pH =7
pKa = 7,2
BM Natrium Fosfat = 120 g/mol
BM Dinatrium Fosfat = 142 g/mol
Dapar Fosfat = 0,01
Propilenglikol 2 %
2 % x 0,43 = 0,86 %
5. Cara Kerja
Ruang Prosedur
Grey area (Ruang 1. Semua alat dan wadah di sterilisasi
Sterilisasi) dangan cara masing masing
2. Pembuatan air Steril fro injection 100 ml
Aquadest disterilkan dengan autoklaf pada
sunu 121°c salama 15 manit
3. Setelah disterilkan, Samua alat dan wadah
damasukkan ke dalam white area melaluii
transfer box. (Kemenkes, 2016: 217)
Grey area (Ruang 1. Dilakukan Penimbangan untuk masing-
Penimbangan) masing bahan
2. Kaca arloji dan cawan penguat yang berisi
bahan yang talah ditimbang dan talah
ditutup dangan aluminium foil dimasukkan
ke white area maialui transfer box.
(Kemenkes, 2016: 218)
6. Evaluasi
a. Evaluasi Fisik meliputi: uji kejernihan, uji pH, volume sediaan dalam wadah dan uji
kebocoran
1) Uji Kejernihan
a) Penetapan menggunakan tabung reaksi dengan diameter dalam 15 sampai 25
mm tidak berwarna transparan dan terbuat dari kaca netral
b) Larutan uji dibandingkan dengan larutan suspensi pada anak yang dibuat segar
c) Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan
dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan atau jika operasi tidak
lebih dari suspensi. (Kemenkes, 2016: 243)
2) Uji pH
a) Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi
kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.
b) Lakukan pegukuran pada suhu kamar termasuk suhu sampel uji
c) Keringkan electrode dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling.
d) Bilas elektroda dengan sampel uji.
e) Celupkan elektroda ke dalam sampel uji sampai pH meter menunjukkan
pembacaan yang tetap.
f) Catat hasil pengukuran pH atau angka.
g) Analisis hasilnya sesuai dengan persyaratan pH sediaan tetes mata.
(Kemenkes, 2016: 243)
3) Uji Kebocoran
Untuk cairan bening tidak berwarna
a) Wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan,
dimasukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor
maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di
luar dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan
berwarna biru. Untuk cairan yang berwarna
b) Lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas
kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran, maka kertas saring atau kapas
akan basah.
c) Qadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa
dengan memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang kemudian
divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar. Harus dijaga
agar jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali jika vakum
dihilangkan. (Kemenkes, 2016: 243)
b. Evaluasi Kimia
1) Penetapan kadar
a) Lakukan uji kadar obat dengan metode yang sesuai
b) Analsis hasilnya sesuai persyarakan kadar bahan obat dalam sediaan.
(Kemenkes, 2016: 245)
c. Evaluasi Biologi
1) Uji Sterilitas
Sediaan tetes mata diuji sterilitasnya meliputi beberapa tahap, yaitu pelarutan
media uji, evaluasi media uji, dan uji sterilitas sediaan. (Kemenkes, 2016: 245)
b) Indikasi
Diindikasikan untuk pasien yang difisiensi b12 misalnya anemia megablolastik.
(Koda kimble, 2009 : 86)
c) Kontraindikasi
Pada pasien hipersensivitas dan berakhir syok anafilaksis. (Gupta, 2015 : 2-3)
d) Efek Samping
Terkadang injeksi obat ini bereaksi pada reaksi hipersensivitas dan bearakhiar
pada syok anafilaksis. (Gupta, 2015 : 2-3 )
e) Dosis
Dosis mecobolamin adalah 100 mg setiap hari selama 6 atau 7 hari. Jika ada
respon 7 dosos selanjutnya ddiberikan pada hari - hari arternatif, maka setiap 3-4 hari
untuk 2-3 minggu (Sweetman , SC, 2009 : 2108)
f) Aturan Pakai
Untuk pengobatan intramuscular awalnya 1mg berulang kali pada interval
2-3 hari. (Sweetman, 2009: 884)
2) Studi Farmakokinetik
a) Absorbsi
Diabsorbsi baik dan cepat setelah pemberian intramuscular dan subkutan
kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu satu jam setelah suntikan
intramuscular. ( Gunawan, 2016 : 804-805)
b) Distribusi
Didistribusi Sebagian besar terkait pada betaglobin trancobalamin 2 )
sisanya terkait pada alfa-glikoprotein ( transcobalamin 1 ) dan inter-alfa
glikoprotein ( transcobalamin 3 ). Vitamin b12 yang terkait pada transgolabin
2 akan diangkat keberbagai jaringan terutama hati yang merupakan Gudang
penyimpanan b12. (Gunawan, 2016 : 804-805).
c) Metabolisme
Metabolism baik sianokobalaminn maupun hidroksokobalamin dalam
jaringan dan darah terkait pada protein. (Gunawan, 2016 : 804-805).
d) Ekskresi
Sukar dieksresi melalui urin. (Gunawan, 2016 : 805).
A. FORMULASI
1. Rancangan Formulasi
Nama Produk : MESIVP
Jumlah Produk : 10.000
Tanggal Formulasi : 18 Oktober 2023
Tanggal Produksi : 26 Oktober 2023
Nomor Registrasi : DKL2300200943A9
Nomor Bets :3261029
Komposisi : Tiap 1 ml mengandung
Mecobalamin 0,1%
Natrium Fosfat 0,01125g
Dinatrium Fosfat 0,00675g
Natrium Klorida 0,84%
Aqua Pro Injection ad 1 ml
2. Master Formula
Produksi Oleh
Kegunaan
4. Perhitungan Bahan
Perhitungan Bets
5. Perhitungan Dapar
Target pH = 7
ꞵ = 0,01
BM = Natrium Fosfat = 120 g/mol
Dinatrium Fosfat = 142 g/mol
pKa = 7,2
Ka = antilog – pKa
= antilog – 7,2
= 6,3 x 10¯18
H₃O⁺ = antilog – pH
= antilog – 7
= 1x10¯7
ꞵ = 2,3.C. Ka .¿ ¿
6 , 3 x 10 ¯ 8.1 x 10¯ 7
0,01 = 2,3.C.
(6 , 3 x 10 8.1 x 10 7)₂
0,01 = 2,3 C . 0,237
0,01 = C. 0,541
C = 0,18
g
M=
BM x V
g
0,01125 =
120 x 0 , 1
g
0,01125 =
12
g = 0,015 g
d. Jumlah Garam
[garam] = 0,6 [asam]
[garam] = 0,6 x 0,01125
[garam] = 0,00675
g
M=
BM X V
g
0,00675 =
142 x 0 ,1
g
0,00675 =
14 , 2
g = 0,0958 g
6. Perhitungan Tonisitas
Tonisitas sediaan = M . E
= 0,1 . 0,024
= 0,0024%
Liso
E = 17
M
1,9
E = 17
1344
E = 0,024
Natrium fosfat = M x E
= 0,001125 x 0,024
= 0,0030
Dinatrium fosfat = M x E
= 0,0067 x 0,4
= 0,0027
7. Cara Kerja
Ruangan Prosedur
Ruang sterilisasi ( grey area) Peralatan, wadah dan bahan yang akaqn
digunakan disterilisasikan dengan cara sterilisasi
yang sesuai
Ruang penimbang ( grey area) Mecobalamin
NaCL
Natrium fosfat
Dinatrium fosfat
Penimbangan dilakukan diatas kaca arloji steril,
lalu ditutupn dengan aluminium foil
Transfer box ( ruang penimbangan) Semua alat, bahan dan wadah yang sudah
disterilkan keruang pencampuran ( white area )
melalui transfer box
Ruang pencampuran ( white area) 1. Disiapkan aqua pro injection
2. Mecobalamin sebanyak
3. Dilarutkan dengan aqua pro injection ‘
4. Ditambahlkam NaCL dilarutkan
dengan aqua pro injection
5. Ditambahkan natrium fosfat dam
dinatrium fosfat yang dilarutkan
dengan aqua pro injection
6. Dicampur mecobalamin dan natrium
klorida
7. Ditambahkan larutan dinatrium fosfat
dan natrium fosfat
8. Dicukupkan dengan aqua pro injection
9. Disiapkan buret yang dibersihkan
dengan alkohol 70%
10. Sediaan dimasukkan kedalam buret
11. Ampul diisi dengan volume 1ml
12. Ampul ditutup dcengan aluminium foil
lalu dibawa keruangan penutup melalui
transfer box
8. Evaluasi Sediaan
a. Penetapan kadar (Kemenkes, 2016: 176-177)
1) Dilakukan uji kadar obat dengan metode yang sesuai
2) Analisis hasilnya sesuai persyaratan kadar bahan pbat dalam sediaan
b. Kejernihan (Kemenkes, 2016:176-177)
1) Metode Visual
a) Penetapan menggunakan tabung reaksi atas dasar diameter 15-25 nm tidak
berwarna, transparan terbuat dari kaca netral
b) Larutan uji dibandingkan dengan laritan padatan yang dibuat segar
c) Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan
dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan
2) Metode Instrumental
a) Penetapan metode ini yaitu pengukuran dari efek penghamburan Cahaya dan
parsial dengan mengamati Cahaya ditransmisikan atau Cahaya yang
dihamburkan
b) Pengukuran neflometri dapat diandalkan pada jarak kekeruhan yang rendah pada
kondisi tersbeut hubungan linear atau NTU dengan signal relative detektor
c) Nilai tersebar dari neflometri, dimana pengukuran dapat diandakan dibuat pada
batas 1750 – 2000 NTU
d) Nilai linearitas, ditujukkan dengan membuat kurva kalibrasi sekurang-kurangnya
4 titik berkonsentrasi
3. Perhitungan Dosis
500 ml/100 ml tiap 8 jam diberikan melalui infus intermiten sebanyak ≤
tetes/menit yang menggunakan infus. Faktor tetesan 20 tetes/ml (60 menit)
(Ramadhani,DKK, 2016 : 188).
Perhitungan Tonisitas
a. Metronidazole = M.E
E Metronidazole = 17 LISO/M
= 17 1,9/171
= 0,2
4. Perhitungan Bahan
Per Ampul → Metronidazole = 0,5/100 = 0,5 g
→ NaCL = 0,85/100 = 0,85 g
→ Aqua Pro Injektion = 100 – (0,5 + 0,85)
= 100 – 1,35
= 98,35 ml
SKEMA KERJA
a. Grey Area (Ruang sterilisasi)
Semua alat, wadah disterilkan dengan cairan, masing-masing gelas kering terlebih
dahulu sebelum sterilisasi
↓
Semua wadah dan alat dimasukkan dalam white area melalui transferbox
Metronidazole sebanyak 500 mg dilarutkan dengan 100 ml steril water pro injektion
bebas pirogen diaduk hingga zat larut
↓
Saring larutan dengan membran sitrat 0,27 dalam kolom 68
↓
Hibran dimasukkan dalam botol flekoil
d. Grey area
f. Ruang evaluasi
3). Uji Ph
-Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesual instruksi kerja
alat setiap kali akan melakukan pengukuran.
- Lakukan pegukuran pada suhu kamar termasuk suhu sampel uji
-Keringkan electrode dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling.
- Bilas elektroda dengan sampel uji.
- Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan
pembacaan yang tetap.
-Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
- Analisis hasilnya sesuai dengan persyaratan pH sediaan injeksi