Anda di halaman 1dari 34

SALEP MATA

A. Studi Preformulasi
1. Uraian Bahan
a. Zat Aktif
1) Studi Farmakologi
a) Mekanisme kerja
Aminoglikosida berdifusi kanal yang dibentuk oleh protein
membrane luas dari bakteri gram-negatif ke ruang periplasmic. Sedangkan
transport melalui membrane dalam sitoplasma membutuhkan fasa
transport yang tergantung energi rase limiting, dapat diblok Ca ++.
Hiperosmolitas, penurunan dan anaerob. Hal ini menerangkan yang
bersifat hyperosmolar. Setelah masuk sel, aminogliosida pada ribosom ini
memprcepat transport aminoglikosida kedalam sel. Gentamicin
menghambat proses normal polimerisasi asam amino setelah terbentuk
kompleks asal peptide. Aminoglikosida bersifat bakterisidal cepat.
Pengaruh aminoglikosida menghambat sintesis protein dan menyebabkan
salah baca dalampenerjemahan mRNA, tidak menjelaskan efek letal
sinyalnnya cepat. Berdasarkan kenyataan tersebut, diperkirakan
aminoglikosida menimbulkan pula berbagai efek sekunder lain terhadap
fungsi sel mikroba, yaitu terhadap respirasi, adaptasi enzim, keutuhan
membrane dan keutuhan RNA. (Gunawan, 2016)
Aminoglikosida diserap kedalam sel bakteri yang sensitive melalui
proses transpor aktif yang dihambat dalam lingkungan anaerob, asam, atau
hyperosmolar. Didalam sel berikatan dengan 30s dan sampai batas tertentu
dan 50s, sub unit ribosom bakteri, terjadinya kematian sel masih belum
dipahami secara sempurna. (Sweetman, 2009)
b) Indikasi
Gentamisin adalah antibakteri aminoglikosida yang digunakan,
seringkali dengan antibakteri lain, untuk mengobati infeksi sistemik yang
parah yang disebabkan oleh organisme gram-negatif dan organisme lain
yang sensitig. Ini dapat digunakan sebagai bagian dari rejimen multiobat.
Gentamisin juga dioleskan untuk infeksi local. (Sweetman, 2009)
c) Kontraindikasi
Gentamisin dikontraindikasikan pada pasien dengan Riwayat
hipersensivitas terhadapnya dan mungkin pada mereka yang
hipersensivitas terhadapnya dan mungkin pada pasien dengan miastenia
gravis dan diperlukan kehati-hatian pada parkinsonisme dan kondisi lain
yang ditandai dengan kelemahan otot. Resiko ototoksisitas dan
nefrotoksisitas dari aminoglkosida meningkat pada konsentrasi plasma
yang tinggi dan oleh karena itu umumnya digunakan untuk menentukan
kebutuhan dosis melalui pemantauan individu. Hal ini juga penting pada
pasien dengan fibrosis kritik atau obesitas yang signifikan. Gangguan
fungsi hati dan fungsi pendengaran, demam, hipotensi. Penggunaan
aminoglikosida selama kehamilan dapat merusak saraf kronial terhadap
janin. (Sweetman, 2009)
d) Efek samping
Aminoglikosida dapat menghasilkan irreversible kumulatif
toksisitas. Hal inimempengaruhi koklec (gangguan pendengaran). Reaksi
hipersensivitas terjadi setelah penggunaan local dan sensivitas antara
aminoglikosida. (Sweetman, 2009)
e) Dosis
Konsentrasi 0,3% digunakan dalam sediaan topical pada mata dan telinga.
(Sweetman, 2009)
f) Aturan pakai
Untuk infeksi yang tidak terlalu parah 3-4 kali sehari umumnya sudah
cukup. (BNF, 2020)
2. metode sterilisasi
a. metode sterilisasi bahan

No Nama Bahan Metode Sumber


Sterilisasi
1. Gentamicin Metode (Sweetman, 2009)
Sulfate Sterilisasi
2. Vaselin Flavum Metode filtrasi (Rowe & et.al, 2009)
3. Chlorobutanol Metode panas (Ansel, 2011)
kering
4. BHT Metode (Rowe & et.al, 2009)
Autoklaf
5. Aqua Pro Metode (Rowe & et.al, 2009)
Injection Autoklaf

b. Metode sterilisasi Wadah

Wadah Metode Sterilisasi Sumber


Tube Logam Panas kering (oven) 170°C, (KEMENKES, 2016)
1 jam
Tutup Tube (plastik) Desinpeksi (alkohol 70%), (KEMENKES, 2016)
24 jam

c. Metode sterilisasi Wadah

Nama Alat Metode Sterilisasi Sumber


Pinset Oven pada suhu 170°C (KEMENKES, 2016)
selama 1 jam
Spatel Logam Oven pada suhu 170°C (KEMENKES, 2016)
selama 1 jam
Batang Pengaduk Oven pada suhu 170°C (KEMENKES, 2016)
selama 1 jam
Kaca Arloji Oven pada suhu 170°C (KEMENKES, 2016)
selama 1 jam
Labu Erlenmeyer Autoklaf pada suhu (KEMENKES, 2016)
121°C selama 20 menit
Pipet tetes Oven pada suhu 170°C (KEMENKES, 2016)
selama 1 jam
Karet penutup pipet tetes Direndam dalam etanol (KEMENKES, 2016)
70% selama 24 jam
Gelas ukur Autoklaf pada suhu (KEMENKES, 2016)
121°C selama 20 menit
Corong Oven pada suhu 170°C (KEMENKES, 2016)
selama 1 jam
Kertas Perkamesn Autoklaf pada suhu (KEMENKES, 2016)
121°C selama 20 menit
Gelas Kimia Autoklaf pada suhu (KEMENKES, 2016)
121°C selama 20 menit
Membran Filter Autoklaf pada suhu (KEMENKES, 2016)
121°C selama 20 menit
Buret Direndam etanol 70% (KEMENKES, 2016)
selama 24 jam
Aluminium Foil Oven pada suhu 170°C (KEMENKES, 2016)
selama 1 jam
Kerta pH Sinar UV (KEMENKES, 2016)

B. Formulasi
1. Rancangan Formula
Nama produk : EYEMICIN
Jumlah produk : 10.000 tube
Tanggal formulasi : 13 Oktober 2023
Tanggal produksi : 24 Oktober 2023
Nomor registrasi : DKL2300100131A1
Nomor bets : 3131021
Komposisi : tiap 5 g mengandung
Gentamisin sulfate 0,3%
BHT 0,1%
Klorobutanol 0,5%
Aquades q.s
Vaselin flavum ad 5g

2. Master formula
Diproduksi Tanggal Tanggal Disetujui
Dibuat oleh
Oleh formulasi produksi oleh
Dr. Karlina
PT. Berkah 13 Oktober Amir Tahir,
24 Oktober 2023 Kelompok 3
Farma 2023 S.Si, M.Si,
apt.
Kode Bahan Nama Bahan Fungsi/kegunaan Per 5g salep Per bets
01-GCS Gentamisin Zat Aktif 0,015g 1150 Kg
sulfate
02-BHT BHT Antioksidan 0,025g 1250 kg
03-KBL Klorobutanol Pengawet 0,005g 1050 kg
04-AQS Aquades Pelarut q.s q.s
05-VAF Vaselin Basis Salep Ad 5 g Ad 50.000
flavum kg

3. Perhitungan Konsentrasi
Tiap 5g salep mengandung Gentamisin Sulfate 0,3%
4. Perhitungan Bahan
a. Gentamisin sulfate
0,3% x % 5 ml = 0,015g/ml + 10% = 0,115g/ml x 10.000 = 1150 kg/l
b. BHT
0,1% x % 5 ml = 0,025g/ml + 10% = 0,125g/ml x 10.000 = 1250 kg/l
c. Klorobutanol
0,5% x % 5 ml = 0,005g/ml + 10% = 0,105g/ml x 10.000 = 1050 kg/l
d. Aquades q.s
e. Vaselin flavum
= 5 g - ( 0,015g + 0,025 + 0,005 ) g/ml
= 5 g – ( 0,345 ) g/ml
= 4,655 g

1) Cara Kerja
a) Sterilisasi dan Penimbangan (KEMENKES, 2016)
(1) Disiapkan alat dan wadah yang digunakan, dicuci bersih, dibilas dengan
aquades dan dikeringkan
(2) Bagian mulut gelas kimia ditutup dengan perkamen
(3) Dilakukan sterilisasi untuk semua alat dan wadah dimasukkan kedalam white
area melalui transfer box
(4) Disiapkan semua bahan yang dibutuhkan, ditimbang menggunakan timbangan
analitik sesuai perhitungan bahan
(5) Bahan baku dimasukkan ke white area melalui transfer box

b) Pencampuran, Evaluasi dan Pengemasan (KEMENKES, 2016)


(1) Ditimbang basis vaselin sebanyak 4,655 g, dipanaskan hingga melebur
(2) Ditimbang zat aktif (Gentamisin) sebanyak 0,115 g, ditambahkan aqua pro
injection hingga larut dan dimasukkan kedalam basis yang telah dileburkan,
kemudian dihomogenkan
(3) Dicampurkan zat aktif kedalam basis, hingga homogen
(4) Ditimbang salep sesuai dengan bobot akhir yang diiinginkan, dimasukkan
kedalam wadah dan ditutup
(5) Sediaan salep yang telah ditutup ditransfer ke ruang evaluasi melalui transfer
box
(6) Dilakukan evaluasi sediaan
(7) Sediaan diberi etiket dan brosur lalu dikemas kedalam wadah sekunde

2) Evaluasi Sediaan
a) Uji Organoleptis (KEMENKES, 2016)
Amati warna, bau dan bentuk
b) Uji Homogenitas (KEMENKES, 2016)
(1) Salep dioleskan tipis-tipis pada permukaan kaca objek dengan cara menggeser
sediaan pada permukaan kaca objek dari ujung yang satu ke ujung yang
lainnya dengan menggunakan bantuan kaca objek lain
(2) Amati homogenitas sediaan
c) Uji Isi Minimum (KEMENKES, 2016)
(1) Sebanyak 10 wadah krim dilepas etiketnya, dibersihkan bagian luarnya,
dikeringkan dan ditimbang satu per satu
(2) Isi dari masing-masing wadah tersebut dikeluarkan, kemudian wadah
dibersihkan, dikeringkan dan ditimbang kembali
(3) Perbedaan antara kedua penimbangan menyatakan bobot bersih isi wadah
d) Uji Kebocoran Tube (KEMENKES, 2016)
(1) Dipilih 10 tube salep mata, lalu permukaan tiap tube dibersihkan dan
dikeringkan dengan kain penyerap
(2) Letakkan tube pada posisi horizontal diatas lembaran kertas penyerap dalam
oven pada suhu 60°C ± 3°C selama 8 jam
(3) Amati kebocoran yang terjadi
c) Uji Sterilitas (KEMENKES, 2016)
(1) Jumlah minimum yang digunakan untuk tiap media:
(a) Sediaan larut dalam air lainnya atau dalam isopropyl miristat : seluruh isi
tiap wadah, sebanding dengan tidak kurang dari 200 mg
(b) Sediaan yang tidak larut krim, salep yang tersuspensi atau teremulsi :
gunakan isi tiap wadah yang sebanding tidak kurang dari 200 mg
(2) Jumlah minimum bahan yang diuji sesuai dengan jumlah bahan dalam bets :
(a) Tidak lebih dari 200 wadah 5% atau 2 wadah, diambil yang lebih besar
(b) Lebih dari 200 wadah : 10 wadah
(3) Inokulasi Langsung
(a) Siapkan media untuk pengujian antara lain media tioglikolat cair (untuk
kondisi aerob), media tioglikolat alternative (untuk kondisi nonaerob) dan
soybean-casein digest
(b) Salep diencerkan dengan pengencer steril isopropil miristat p, jika perlu
dengan pemanasan tidak lebih dari 40°C
(c) Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik
steril
(d) Secara aseptic inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari wadah uji ke
tabung media
(e) Campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan
(f) Inkubasi media yang telah diinokulasi selama tidak kurang dari 14 hari
(g) Amati perubahan mikroba beberapa kali, selama masa inkubasi
(h) Bandingkan dengan kontrol negative (media tanpa sediaan uji) dan kontrol
positif (media + mikroba uji)
(i) Media tioglikolat alternatif inkubasi pada suhu 30°C - 35°C dalam kondisi
anaerob dan Soybean Casein Digest Medium diinkubasi pada 22,5 °C ±
2,5 °C
(4) Penyaringan Membran
(a) Salep yang telah diencerkan disaring melalui membrane steril secara
aseptik, lalu bilas membran dengan larutan steril yang sesuai
(b) Pindahkan membran kedalam media
(c) Inkubasi media selama tidak kurang dari 14 hari
(d) Amati pertumbuhan mikroba beberapa kali, selama masa inkubasi

1) Mekanisme Kerja
Moxifloxacin bersifat baktprisidal dan bekerja dengan menghambat DNA
girase dan topoisomerase IV, yang merupakan enzim penting dalam reproduksi
DNA bakteri, la memiliki spektrum aktivitas yang lebih luas dan lebih kuat secara
in vitro dibandingkan asam nalidiksat kuinolon non- fluorinasi meskipun
resistensi terhadap banyak spesies atau strain yang sebelumnya sensitif kini mulai
muncul. (Sweetman.S.C, 2009: 246)
Spektrum aktivitas. Di antara bakteri aerob Gram-negatif, ciprofloxacin
mungkin aktif secara in vitro melawan Enterobacteriaceae, termasuk Escherichia
coli dan Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, Proteus, Providencia, Salmonella,
Serratia, Shigella, dan Yersinia spp. la mungkin juga menunjukkan aktivitas
melawan Pseudomonas aeruginosa dan Neisseria gonorrhoeae. H. influenzae,
Moraxella catarrhalis (Branhamella catarrhalis), dan N. meningitidis semuanya
sensitif, Bakteri aerob Gram-negatif lain yang dilaporkan sensitif terhadap
ciprofloxacin termasuk Gardnerella vaginalis, Helicobacter pylori, Legionella
spp., Pasteurella multocida, dan Vibrio spp. Aktivitas variabel telah dilaporkan
terhadap Acinetobacter spp., Brucella melitensis, dan Campylobacter spp.
(Sweetman.S.C, 2009: 246)

2) Indikasi
Moxifloxacin adalah golongan antibakteri quinolone untuk mengobati
mata merah dan keratitis akibat bakteri. (Papadakis, 2023: 174)

3) Kontraindikasi
Tidak disarankan untuk pasien memiliki reaksi type hipersensivitas yang
mempengaruhi kulit telah termasuk jarang, vasculitis, entema, multyorme, Sinyal
stevens-johnson, dan nekrolisis epidermal toksik. Fotosensitivasi telah terjadi
meskipun lebih sering dengan beberapa fluoroquinolon Seperti lomefloxacin dan
sparfloxacin. Anafylaksis telah dikaitkan dengan Ciprofloxacin dan beberapa
fluroquinolon lomefloxacin dan sparfloxacin. Anagilaksis telah dikaitkan dengan
ciprofloxacin dan beberapa kumpulan lainnya (Sweetman. 8-C, 2009: 244)

4) Efek Samping
Selain ruam dan pruritus, tipe hipersensitivitas reaksi yang mempengaruhi
kulit termasuk, jarang, vaskulitis, eritema multiforme, sindrom Stevens-Johnson,
dan nekrolisis epidermal toksik. Fotosensitifitas telah terjadi, meskipun mungkin
lebih sering terjadi beberapa fluoroquinolones lain seperti lomefloxacin dan
seperti kuinolon lainnya. (Sweetman.S.C, 2009: 244)

5) Dosis
Moxifloxacin digunakan secara topical sebagai hidroklorida dalam tetes
mata yang mengandung setara 0,5% moxifloxacin untuk pengobatan
konjungtivitis bakteri. (Sweetman.S.C, 2009: 244)

6) Aturan Pakai
1 tetes 3 kali sehari, selama 9 hari untuk bakteri konjungtivitis dan 1 tetes
setiap jam dising hari dan setiap 2 jam selama malam selama 48 jam kemudian
secara bertahap mengurangi untuk bakteri keratitis. (Papadakis, 2023: 174)

1) Metode Sterilisasi Sediaan


a) Alat

Nama Alat Cara Sterilisasi Referensi

Gelas Sterilisasi panas kering, oven pada Kemenkes,


kimia suhu 170⁰C selama 1 jam 2016: 214

Gelas ukur Sterilisasi panas basah, autoklat pada Kemenkes,


suhu 121⁰C selama 15 menit 2016: 214

Kaca arloji Sterilisasi panas kering, oven pada Kemenkes,


suhu 170⁰C selama 1 jam 2016: 214

Batang Sterilisasi panas kering, oven pada Kemenkes,


pengaduk suhu 170⁰C selama 1 jam 2016: 214

Erlenmeyer Sterilisasi panas basah, autoklaf pada Kemenkes,


suhu 121⁰C selama 15 menit 2016: 214

Corong Sterilisasi panas kering, oven pada Kemenkes,


suhu 170⁰C selama 1 jam 2016: 214
Kertas Sterilisasi panas kering, oven pada Kemenkes,
saring suhu 170⁰C selama 1 jam 2016: 214

Pipit tetes Sterilisasi panas kering, oven pada Kemenkes,


suhu 170⁰C selama 1 jam 2016: 214

Spatel Sterilisasi panas kering, oven pada Kemenkes,


suhu 170⁰C selama 1 jam 2016: 214

Kertas Sterilisasi panas kering, oven pada Kemenkes,


perkamen suhu 170⁰C selama 1 jam 2016: 214

b) Bahan

Nama Bahan Cara Sterilisasi Referensi

Moxifloxacin Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Kemenkes,


menit 2016: 215

Benzathoniu Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Rowe, 2009:


m Chlorida menit 474

Natrium Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Rowe, 2009:


Chlorida menit 637

Propilenglikol Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Rowe, 2009:


menit 592.

Natrium Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Kemenkes,


Hidroksida menit 2016: 215

Asam Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Kemenkes,


Chlorida menit 2016: 215

c) Wadah

Nama Cara Sterilisasi Referensi


Wadah

Botol Tetes Panas kering, oven 170⁰C 1 jam Kemenkes,


Mata 2016: 215

Nama Bahan Cara Sterilisasi Referensi

Moxifloxacin Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Kemenkes,


menit 2016: 215

Benzathonium Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Rowe, 2009:


Chlorida menit 474

Natrium Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Rowe, 2009:


Chlorida menit 637

Propilenglikol Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Rowe, 2009:


menit 592

Natrium Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Kemenkes,


Hidroksida menit 2016: 215

Asam Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Kemenkes,


Chlorida menit 2016: 215

Aqua Pro Panas basah, autoklaf 121⁰C 15 Kemenkes,


Injection menit 2016: 215

c. Wadah

Nama Wadah Cara Sterilisasi Referensi

Botol tetes Panas kering, oven 170⁰C 1 jam Kemenkes,


mata 2016: 215

1. Rancangan Formula
Nama Produk : OPCHIN
Jumlah Produk : 10.000 buah
Tanggal Formulasi : 17 Oktober 2023
Tanggal Produksi : 24 Okteboer 2023
Nomor Registrasi : DKL001008348
Nomor Bets : 3171028
Komposis : Tiap 5 ml tetes mata mengandung:
Moxifloxacin 0,5%
Benzelthonium Klorida 0,02%
Propilenglikol 2%
Natrium Klorida 0,02%
Natrium Fosfat 0,01125 g
Dinatrium Fosfat 0,00675 g
Aqua Pro Injection ad 5 ml

2. Master Formula
Diproduk Tanggal Tanggal Disetujui
Dibuat Oleh
si Oleh Formulasi Produksi Oleh

PT. AES 17 Oktober 2023 24 Oktober Kelompok 2 Dosen dan


Farma 2023 Asisten Lab

Kode Bahan Nama Bahan Fungsi/ Per 5 ml Tetes Perbets


Kegunaan mata

Moxifloxacin Zat Aktif 0,5 gram 5000 g


MFC

Benzelthonium Pengawet 0,02 gram 200 g


BZT
Klorida

Propilenglikol Pemviskos 0,1 ml 1.000 ml


PLG

Natrium Klorida Pengisotonis 0,02 g 200 ml


NKL

Natrium Fosfat Pendapar 0,0005625 g 5,625 g


NTF

Dinatrium Fosfat Pendapar 0,003125 g 31,25 g


DNF

Aqua Pro Pembawa 4,89 ml 48.900 ml


API
Injection

3. Perhitungan Dosis
Moxifloxacin dalam tetes mata yang mengandung setara dengan 0,5%. Dosis untuk tetes
mata 1 tetes sebanyak 3kali sehari (7-14 hari). (Sweetman,S.C, 2009: 302)

1 tetes = 0,05ml

Untuk satu hari = 0,05ml x 3 = 0,05ml

Pada sediaan tetes mata yang dibuat dalam volume 5ml, maka dapat digunakan
selama 33 hari (33 x 0,05ml = 4,95ml)

4. Perhitungan Bahan
a. Perhitungan Bahan
Moxifloxacin = 0,5% x 5ml
= 0,025 g

Benzethonium Klorida = 0,02% x 5ml

= 0,001 g

NaOH = q.s

Hcl = q.s

NaCl = 0,02 % x 5 ml

= 0,001 g
Propilenglikol = 2 % x 5 ml
= 0,1 ml
Natrium Fosfat = 0,01125% x 5ml
= 0,0005625 g
Dinatrium Fosfat = 0,0625% x 5ml
= 0,003125 g
Aqua Pro Injection = ad 5ml
= 5ml – (0,025 + 0,001 + 0,1 + 0,001 + 0,0005625 +
0,003125)

= 5ml – 0,1306

= 4,87 ml

b. Perhitungan Bahan + 10%


Moxifloxacin = 0,025 g + 10% = 0,0275 g
Benzethonium Klorida = 0,001 + 10% = 0,0011 g
NaOH = q.s
Hcl = q.s
NaCl = 0,001 5+ 10% = 0,0011 g
Propilenglikol = 0,1 ml + 10% = 0,11 ml
Natrium Fosfat = 0,0005625 + 10% = 0,00062 g
Dinatrium Fosfat = 0,003125 + 10% = 0,00343 g
Aqua Pro Injection = 4,87 ml + 10% = 5,36 ml

c. Perhitungan Dapar
Target pH =7
pKa = 7,2
BM Natrium Fosfat = 120 g/mol
BM Dinatrium Fosfat = 142 g/mol
Dapar Fosfat = 0,01

1. Rasio Asam Basa


pH = pKa + Log [garam]
[asam]
7 = 7,2 + log [garam]
[asam]
7-7,2 = Log [garam]
[asam]
-0,2 = Log [garam]
[asam]
-antilog – 0,2 = [garam]
[asam]
0,6 = [garam]
[asam]
Garam = 0,6 [asam]
2. Konsentrasi Buffer Total
β = 2,3 x C x Ka [H3O+]
(Ka + [H3O]2

0,001 = 2,3 x C x 6,3 x 10-8 x 10-7


( 6,3 x 10-8 + 1 x 10-7)2
0,001 = 2,3 x C x 6,3 x 10-15
2,65 x 10-14
0,001 = C x 2,3 x 0,232
0,001 = C x 0,541
0,001 = C
0,0541
C = 0,018

3. Jumlah Garam + Asam


C = [garam] + [asam]
0,018 = 0,6 [asam] + [asam]
0,018 = 1,6 [asam]
0,018 = [asam]
1,6
Asam = 0,01125

Perhitungan mencari gram M = g


BM x V(L)
Natrium Fosfat 0,01125 = g
120 x 0,1
G = 0,135 g

Dinatrium Fosfat 0,00675 = g


142 x 0,1
G = 0,09585 g
d. Perhitungan Isotonis
Penentuan E Moxifloxacin
E = 17 Liso/BM
= 17 . 1,9/47,9
= 0,0740%
Tonisitas Bahan (M.E)
Moxifloxacin 0,5 %
0,5 % x 0,74 = 0,037 %

Propilenglikol 2 %
2 % x 0,43 = 0,86 %

Benzethonium Klorida 0,02 %


0,02% x 0,05 = 0,01 %

Natrium Fosfat 0,01125 g


0,01125 x 0,27 = 0,00303

Dinatrium Fosfat 0,00675 g


0,00675 x 0,4 = 0,0027

Kadar NaCl yang dibutuhkan


NaCl = 0,9% - (0,037 + 0,86 + 0,01 + 0,0030 + 0,0027)
= 0,9% - 0,9127
= -0,0127

5. Cara Kerja

Ruang Prosedur
Grey area (Ruang 1. Semua alat dan wadah di sterilisasi
Sterilisasi) dangan cara masing masing
2. Pembuatan air Steril fro injection 100 ml
Aquadest disterilkan dengan autoklaf pada
sunu 121°c salama 15 manit
3. Setelah disterilkan, Samua alat dan wadah
damasukkan ke dalam white area melaluii
transfer box. (Kemenkes, 2016: 217)
Grey area (Ruang 1. Dilakukan Penimbangan untuk masing-
Penimbangan) masing bahan
2. Kaca arloji dan cawan penguat yang berisi
bahan yang talah ditimbang dan talah
ditutup dangan aluminium foil dimasukkan
ke white area maialui transfer box.
(Kemenkes, 2016: 218)

White Area (Ruang 1. Siapkan aqua pro injection


pencampuran di 2. Moxifloxacin Sabanyat 0.025 g dilarutkan
Grade C) dalam 2,5 ml aqua Pro injection, lalu
tambahkan 0.02 ml propilen glikol
3. Banzothonium klorida sabanyak 0,0005 g
dimasukkan dalam Larutan moxifloxacin
4. Natrium korida sabanyak 0.032 ml
dilarutkan dalam 0.5 ml aqua pro Injection
lalu di campurkan pada larutan marifloxacin
5. Natrium fosfat sebanyak 0,095 g
dilarutkan dalam 0,5 ml aqua proo injection
6. Asam fosfat sebanyak 0,0367 ml
dilarutkan dalam 0,5 ml aqua pro injection
7. Setelah semua zat aktif dan zat tambahan
terlarut, Tambahkan larutan natrium fosfat
dan asam fosfat untuk mampertahankan ph
target sediaan.
8. Larutan dicukupkan dengan aqua pro
Injection sampai 5 ml
9. Larutan dimasukkan ke dalam botol.
pasangkan turup karet dan ikat lalu di
transfer ke ruang sterilisasi malalui transfer
box. (Kemenkes, 2016: 218-219)
Grey Area (Ruang Larutan disterilisasi menggunakan autoklaf
Sterilisasi) dangan suhu 122°C Salama 15 menit.
(Kemenkes, 2016: 220)

White Area (Ruang Dilakukan evaluasi sediaan meliputi, uji


Pengisian) kejernihan, uji ph, uji kebocoran dan uji
sterilitas. (Kemenkes, 2016: 220)
Grey Area (Ruang 1. Larutan dituang ke dalam buret steril.
Evaluasi) Ujung bagian atas buret ditutup dengan
aluminium foil.
2. Isi setiap botol tetes mata dangan larutan
sebanyar 5 ml
3. Pasangkan tutup botol tates mata.
(Kemenkes, 2016: 220)

6. Evaluasi
a. Evaluasi Fisik meliputi: uji kejernihan, uji pH, volume sediaan dalam wadah dan uji
kebocoran
1) Uji Kejernihan
a) Penetapan menggunakan tabung reaksi dengan diameter dalam 15 sampai 25
mm tidak berwarna transparan dan terbuat dari kaca netral
b) Larutan uji dibandingkan dengan larutan suspensi pada anak yang dibuat segar
c) Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan
dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan atau jika operasi tidak
lebih dari suspensi. (Kemenkes, 2016: 243)

2) Uji pH
a) Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi
kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.
b) Lakukan pegukuran pada suhu kamar termasuk suhu sampel uji
c) Keringkan electrode dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling.
d) Bilas elektroda dengan sampel uji.
e) Celupkan elektroda ke dalam sampel uji sampai pH meter menunjukkan
pembacaan yang tetap.
f) Catat hasil pengukuran pH atau angka.
g) Analisis hasilnya sesuai dengan persyaratan pH sediaan tetes mata.
(Kemenkes, 2016: 243)

3) Uji Kebocoran
Untuk cairan bening tidak berwarna
a) Wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan,
dimasukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor
maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di
luar dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan
berwarna biru. Untuk cairan yang berwarna
b) Lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas
kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran, maka kertas saring atau kapas
akan basah.
c) Qadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa
dengan memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang kemudian
divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar. Harus dijaga
agar jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali jika vakum
dihilangkan. (Kemenkes, 2016: 243)

b. Evaluasi Kimia
1) Penetapan kadar
a) Lakukan uji kadar obat dengan metode yang sesuai
b) Analsis hasilnya sesuai persyarakan kadar bahan obat dalam sediaan.
(Kemenkes, 2016: 245)

c. Evaluasi Biologi
1) Uji Sterilitas
Sediaan tetes mata diuji sterilitasnya meliputi beberapa tahap, yaitu pelarutan
media uji, evaluasi media uji, dan uji sterilitas sediaan. (Kemenkes, 2016: 245)

SVP (SMAAL VOLUME PARENTAL)


A. STUDI PREFORMULASI
1. Uraian Bahan
a. Zat Aktif
1) Studi Farmakologi
a) Mekanisme Kerja
Koenzim aktif methylcobalamin dan 5-dexyadenosyl cobalamin sangat penting
untuk pertumbuhan dan reprikasi sel. Ketika konsentrasi vitamin b12 tidak
mencukupi folat menjadi terpearangkap sebagai metilterahidrofolat sehingga
menyebabkan defisiensi bentuk asam folat intramuscular lain yang diperlukan.
( Goodman, 2010 : 1089)

b) Indikasi
Diindikasikan untuk pasien yang difisiensi b12 misalnya anemia megablolastik.
(Koda kimble, 2009 : 86)

c) Kontraindikasi
Pada pasien hipersensivitas dan berakhir syok anafilaksis. (Gupta, 2015 : 2-3)

d) Efek Samping
Terkadang injeksi obat ini bereaksi pada reaksi hipersensivitas dan bearakhiar
pada syok anafilaksis. (Gupta, 2015 : 2-3 )

e) Dosis
Dosis mecobolamin adalah 100 mg setiap hari selama 6 atau 7 hari. Jika ada
respon 7 dosos selanjutnya ddiberikan pada hari - hari arternatif, maka setiap 3-4 hari
untuk 2-3 minggu (Sweetman , SC, 2009 : 2108)

f) Aturan Pakai
Untuk pengobatan intramuscular awalnya 1mg berulang kali pada interval
2-3 hari. (Sweetman, 2009: 884)

2) Studi Farmakokinetik
a) Absorbsi
Diabsorbsi baik dan cepat setelah pemberian intramuscular dan subkutan
kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu satu jam setelah suntikan
intramuscular. ( Gunawan, 2016 : 804-805)

b) Distribusi
Didistribusi Sebagian besar terkait pada betaglobin trancobalamin 2 )
sisanya terkait pada alfa-glikoprotein ( transcobalamin 1 ) dan inter-alfa
glikoprotein ( transcobalamin 3 ). Vitamin b12 yang terkait pada transgolabin
2 akan diangkat keberbagai jaringan terutama hati yang merupakan Gudang
penyimpanan b12. (Gunawan, 2016 : 804-805).

c) Metabolisme
Metabolism baik sianokobalaminn maupun hidroksokobalamin dalam
jaringan dan darah terkait pada protein. (Gunawan, 2016 : 804-805).

d) Ekskresi
Sukar dieksresi melalui urin. (Gunawan, 2016 : 805).

A. FORMULASI
1. Rancangan Formulasi
Nama Produk : MESIVP
Jumlah Produk : 10.000
Tanggal Formulasi : 18 Oktober 2023
Tanggal Produksi : 26 Oktober 2023
Nomor Registrasi : DKL2300200943A9
Nomor Bets :3261029
Komposisi : Tiap 1 ml mengandung
Mecobalamin 0,1%
Natrium Fosfat 0,01125g
Dinatrium Fosfat 0,00675g
Natrium Klorida 0,84%
Aqua Pro Injection ad 1 ml

2. Master Formula

Diproduksi Oleh Tanggal Formulasi Tanggal Dibuat Oleh Disetujui

Produksi Oleh

KLS A2 26 Oktober 2024 Kelompok 1 Asisten Lab


18 Oktober 2023

Kode Bahan Nama Bahan Fungsi Per 1 ml Per Bets

Kegunaan

001 Mecobalamin Zat aktif 0,001 g 10 g

002 Natrium Klorida Pengisotonis 0,0089 g 89 g

003 Natrium Fosfat Pendapar 0,0001125 g 1, 125 g

004 Dinatrium Fosfat Pendapar 0,000675 g 6,75 g

005 Aqua Pro Injection Pembawa 1,1893 ml 11.893 ml


3. Perhitungan Dosis
Dosis mecobalamin 100mcg / 0,1% setiap hari selama 6 atau 7 hari (Sweetman SC,
2009:2108)

4. Perhitungan Bahan

a. Mecobalamin 0,1% = 0,1/100 x 1 ml = 0,001 g


b. Natrium fosfat = 0,015 g x 1 ml =0,015 g
c. Dinatrium fosfat = 0,0958 g x 1 ml = 0,0958 g
d. Natrium klorida 0,84% = 0,84/100 x 1 ml = 0,0084 g
e. Aqua pro injection = 1 ml – (0,001 + 0,015 + 0,0958 + 0,0084) g
= 1 ml – 0,1202
= 0,879 ml + 0,10 ml = 0,979 ml

Perhitungan Bets

a. Mecobalamin = 0,001 g x 10.000 = 10 g


b. Natrium fosfat = 0,015 g x 10.000 = 150 g
c. Dinatrium fosfat = 0,0958 g x 10.000 = 958 g
d. Natrium klorida = 0,0084 g x 10.000 = 84
e. Aqua pro injection = 0,979 ml x 10.000 = 979 ml

5. Perhitungan Dapar
Target pH = 7
ꞵ = 0,01
BM = Natrium Fosfat = 120 g/mol
Dinatrium Fosfat = 142 g/mol

pKa = 7,2
Ka = antilog – pKa
= antilog – 7,2
= 6,3 x 10¯18

a. Rasio asam basa


[ garam]
pH = pKa + Log
[asam]
[ garam]
7 = 7,2 + Log
[asam]
[ garam]
7 – 7,2 = Log
[asam]
[ garam]
-0,2 = Log
[asam]
[ garam]
Antilog – 0,2 =
[asam]
[ garam]
0,6 =
[asam]
[garam] = 0,6 [asam]

b. Konsentrasi Buffer Total

H₃O⁺ = antilog – pH
= antilog – 7
= 1x10¯7

ꞵ = 2,3.C. Ka .¿ ¿
6 , 3 x 10 ¯ 8.1 x 10¯ 7
0,01 = 2,3.C.
(6 , 3 x 10 8.1 x 10 7)₂
0,01 = 2,3 C . 0,237
0,01 = C. 0,541
C = 0,18

c. Jumlah Garam + Asam


C = [garam] + [asam]
0,018 = 0,6 [asam] + [asam]
0,018 = 1,6 [asam]
0,018 = [asam] 1,6
[Asam] = 0,01125

g
M=
BM x V

g
0,01125 =
120 x 0 , 1
g
0,01125 =
12
g = 0,015 g

d. Jumlah Garam
[garam] = 0,6 [asam]
[garam] = 0,6 x 0,01125
[garam] = 0,00675

g
M=
BM X V

g
0,00675 =
142 x 0 ,1
g
0,00675 =
14 , 2
g = 0,0958 g

6. Perhitungan Tonisitas

Tonisitas sediaan = M . E
= 0,1 . 0,024
= 0,0024%

Liso
E = 17
M
1,9
E = 17
1344
E = 0,024

Natrium fosfat = M x E
= 0,001125 x 0,024
= 0,0030
Dinatrium fosfat = M x E
= 0,0067 x 0,4
= 0,0027

Tonisitas NaCl = 0,9 % - (0,0024 – 0,0030 – 0,0027)


= 0,9% - 0,0081%
= 0,84%

Dibutuhkan 0,84% NaCl agar sediaan isotonis

7. Cara Kerja

Ruangan Prosedur
Ruang sterilisasi ( grey area) Peralatan, wadah dan bahan yang akaqn
digunakan disterilisasikan dengan cara sterilisasi
yang sesuai
Ruang penimbang ( grey area) Mecobalamin
NaCL
Natrium fosfat
Dinatrium fosfat
Penimbangan dilakukan diatas kaca arloji steril,
lalu ditutupn dengan aluminium foil

Transfer box ( ruang penimbangan) Semua alat, bahan dan wadah yang sudah
disterilkan keruang pencampuran ( white area )
melalui transfer box
Ruang pencampuran ( white area) 1. Disiapkan aqua pro injection
2. Mecobalamin sebanyak
3. Dilarutkan dengan aqua pro injection ‘
4. Ditambahlkam NaCL dilarutkan
dengan aqua pro injection
5. Ditambahkan natrium fosfat dam
dinatrium fosfat yang dilarutkan
dengan aqua pro injection
6. Dicampur mecobalamin dan natrium
klorida
7. Ditambahkan larutan dinatrium fosfat
dan natrium fosfat
8. Dicukupkan dengan aqua pro injection
9. Disiapkan buret yang dibersihkan
dengan alkohol 70%
10. Sediaan dimasukkan kedalam buret
11. Ampul diisi dengan volume 1ml
12. Ampul ditutup dcengan aluminium foil
lalu dibawa keruangan penutup melalui
transfer box

Ruang penutupan ( grey area) Masing – masing ampul ditutup menggunakan


mesin penutup ampul atau membakar ujung
ampuldengan Api bunsen. Sediaan dibawa
keruang sterilisasi melalui transfer box
Ruang sterilisasi ( grey area ) Sterilisasi sediaan menggunakan autoklaf pada
suhu 1210 C selama 20 menit. Kemudian
dilakukan pemeriksaan kebocoran dengan
membalik posisi sediaan
Ruang evaluasi Sediaan diberi etiket dan kemasan lalu
dilakukan evaluasi

8. Evaluasi Sediaan
a. Penetapan kadar (Kemenkes, 2016: 176-177)
1) Dilakukan uji kadar obat dengan metode yang sesuai
2) Analisis hasilnya sesuai persyaratan kadar bahan pbat dalam sediaan
b. Kejernihan (Kemenkes, 2016:176-177)
1) Metode Visual
a) Penetapan menggunakan tabung reaksi atas dasar diameter 15-25 nm tidak
berwarna, transparan terbuat dari kaca netral
b) Larutan uji dibandingkan dengan laritan padatan yang dibuat segar
c) Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan
dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan
2) Metode Instrumental
a) Penetapan metode ini yaitu pengukuran dari efek penghamburan Cahaya dan
parsial dengan mengamati Cahaya ditransmisikan atau Cahaya yang
dihamburkan
b) Pengukuran neflometri dapat diandalkan pada jarak kekeruhan yang rendah pada
kondisi tersbeut hubungan linear atau NTU dengan signal relative detektor
c) Nilai tersebar dari neflometri, dimana pengukuran dapat diandakan dibuat pada
batas 1750 – 2000 NTU
d) Nilai linearitas, ditujukkan dengan membuat kurva kalibrasi sekurang-kurangnya
4 titik berkonsentrasi

c. Uji pH (Kemenkes, 2016:176-177)


1) Dilakukan kalibrasi alat pH meter dengan penyangga
2) Dilakukan pengukuran pada suhu kamar termasuk suhu sample uji
3) Dikeringkan elektroda dengan kertas tisu, selanjutnya dibatas elektroda dengan air
4) Bilas elektroda dengan sample uji
5) Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan
yang tetap
6) Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter
7) Analisis hasilnya sesuai dengan persyaratan pH sediaan injeksi

d. Uji sterlilitas (Kemenkes, 2016:176-178)


1) Siapkan medium cair Nutrien Broth, Tioglikolat dan soy-bean casein steril sejumlah
sampel uji yang akan diujikan ditambah 1 kontrol media dan 1 kontrol ruang
2) Keluarkan cairan dari wadah uji dengan hati-hati menggunakan pipet streil atau
dengan jarum suntik steril
3) Pindahkan secara aseptic volume bahan uji yang diperlukan dari setiap wadah ke
wadah media kultur atau lakukan penyaringan dengan penyaringan membrane
(sesuaikan)
4) Campur cairan dengan media secara hati-hati
5) Inkubasi media yang diinokulasi tidak kurang dari 14 hari (kecuali secara spesifik
disebutkan dalam monograf) pada 30-35 derajat celcius untuk median tioglikolat cair;
dan 20-25 derajat celcius untuk soy-bean casein cair.
Catatan:
a) Dalam hal, bahan uji membuat media kultur menjadi keruh dimana ada atau
tidaknya pertumbuhan mikroba sebenarnya mungkin tidak dapat ditentukan
dengan mudah hanya secara visual, maka dianjurkan untuk memindahkan
sejumlah tertentu medium ke bejana yang lain antara hari ke 3 dan ke 7 sejak
dimulainya pengujian
b) Selanjutnya, lanjutkan inkubasi tidak kurang dari 7 hingga 14 hari
c) Amati terjadinya kekeruhan pada media kultur pada hari ke 7 atau 14
d) Pengambilan kesimpulan

LVP (LARGE VOLUME PARENTAL)


A. STUDI PREFORMULASI
1. Uraian Bahan
a. Zat Aktif (Metronidazole)
1). Studi Farmakologi
a) Farmakodinamik (ADME)
Absorobsi, Metode yang diserap sempurna dan mencapai
konsentrasi dalam plasma 8 hingga Bug/ml dalam waktu 0,25 hingga 4
jam setelah dosis tunggal 500 mg. Kurang dan 20% obat berkurang
dengan protein plasma (lawancel, 2006 : 1156).
Distribusi, didistribusikan secara luas, muncul disebagian besar
dan jaringan cairan tubuh termasuk empedu, tulang, ASI, obses hati da
cairan mani dan mencapai konsentrasinya sama dengan plasma
(sweetman, s.c 2009 : 940).
Metabolisme, Metranidazole dimetabolisme dihati melalui vantal
samping oksidasi dan pembentukan glukotanida. Metabolit oksidatif
oksidatif aktivitas antibakteri dan terdeteksi dalam plasma
(sweetman,s,t 2009 : 940).
Eksresi, Aktivitas antibakteri yang tidak terdeteksi dalam plasma
tetapi dieskresikan dalam urin sejumlah kecil metabolit. Tereduksi-
Asetamida dan Asam N-(2-hidroksida) oksimat, juga terdeteksi dalam
urin dosis dan dibentuk oleh usus (sweetman,s,t : 919).
b) Mekanisme Kerja
Metronidzole, suatu obat yang membutuhkan aktivasi reduktif yang
rentan organisme. Toksisitas selektifnya terhadap patogen angerobik
dan mikroalofilik seperti protozoa yang berasal dari metabolisme
energinya yang berbeda dengan metabolisme energinya (Lauranae, L,
2009 : 1050).
c) Indikasi
Metronidazole, digunakan dalam pengobatan rentan infeksi
protozoa seperti amobius, balantidiases, infeksi Blastucystas, pada
mekrusporidrasis (sweetman,s,f 2009 : 436)
d) Kontraindikasi
Metronidazole, menganggu metabolisme atau sekresi beberapa
pbat termasuk kumaru dan worfarin, fenilon dengan konsekuensi
peningkatan insiden dampak buruk (sweetman, s,c 2009 : 971).
e) Efek Samping
Pusing, sakit kepala, mengantuk, insomnia, halusinasi dan
perubahan mood area mental keadaan seperti depresi, atau kebingungan
juga terjadi (sweetman, s,c 2009 : 838).
f). Dosis
Dapat diberikan secara intavena 500 mg, diintravena sebagai 1oo ml
dari 5 mg/hari larutan dengan kecepatan 5 menit setiap 8 jam (sweetman,
s,c 2009 : 1008-936).
g). Aturan Pakai
500 mg tiap 8 jam selama 7 hari diberikan selama 20 menit (BNF,
ed, 09 2023 : 590).
1. Rancangan Formula
Nama Produk : METOL
Jumlah Produk : 10.000
Tanggal Formulasi : 19 oktober 2023
Tanggal Produksi : 26 oktober 2023
Nomor Registrasi : DKL501104910
Nomor Bets : 32010310
Komposisi : Tiap 100 ml mengandung:
Metronidazole 0,5%
Natrium Klorida 0,85%
Aqua pro Injektion ad 100 Ml
2. Master Formula

Diproduks Tanggal Formulasi Tanggal Produksi Dibuat Disetujui Oleh


i Oleh Oleh

Kelas A2 19 oktober 2023 26 oktober 2023 Klp 1 Dr. Karlina


Amir Tahir,
s,si., m,si. Apt

Kode Nama Bahan Fungsi/Kegunaan Per Per bets


Bahan 100
ml

001 METRANIDAZOLE Zat Aktif 0,5 g 5,5 g


002 NaCL Agen Isotonis 0,85 g 9,950 g
Aqua Pro Injektion Pembawa 98,65 1,850,150 ml
003
ml

3. Perhitungan Dosis
500 ml/100 ml tiap 8 jam diberikan melalui infus intermiten sebanyak ≤
tetes/menit yang menggunakan infus. Faktor tetesan 20 tetes/ml (60 menit)
(Ramadhani,DKK, 2016 : 188).

Perhitungan Tonisitas
a. Metronidazole = M.E
E Metronidazole = 17 LISO/M
= 17 1,9/171
= 0,2

Jadi, tonisitas Metronidazole = M.E


= 0,5 x 0,1
= 0,05

Nilai NaCL yang mengandung = 0,9% - 0,05


= 0,85%

4. Perhitungan Bahan
Per Ampul → Metronidazole = 0,5/100 = 0,5 g
→ NaCL = 0,85/100 = 0,85 g
→ Aqua Pro Injektion = 100 – (0,5 + 0,85)
= 100 – 1,35
= 98,35 ml

Per Bets → Metronidazole = 0,55 x 10.000


= 5,5 g

→ NaCL = 0,085 x 10.000


= 9,350

→ Aqua Pro Injektion = 108,515 x 10.000


= 1,085,150 ml
5. Cara kerja
a. Grey area (Ruang Sterilisasi) (Kemenkes 2016 : 61-64)
1. Disterilkan semua alat dan wadah disterilkan dengan cara masing-masing
2. Ditaro geralas kimia sebelum disterilkan
3. Dibuat Aqua pro injektion
Injeksi lalu disterilkan dengan Autoklaf 121°C selama 15 menit
4. Dimasukkan dalam white area melalui transbox, stelah disterilisasi

b. Greay Area (Ruang Penimbangan)


1. Ditimbang metronidazole secara resmi
2. Ditimbang nacl sebanyak secara steril
3. Dibuat air bebas pirogen dengan cara memindahkan 150 ml. Aqua pro
injektion ke dalam erlenmayer kemudian ditambahkan 1,5.
Carbondioksidan lalu ditutup dengan kaca arloji. Ditambahkan pada suhu
60-70°C. selama 15 menit (gunakan termometer). Disaring larutan dengan
kertas saring lalu disterilisasi membran melalui kolom 63 dengan
membran filter digunakan Aqua pro injektion untuk membilas alat dan
wadah yang telah disterilkan dan digenapkan volume sediaan

c. White area kelas C. (Ruang pencampuran dan pengisian)


1. Disterilkan metranidazole menggunakan Aqua pro injektion lalu diaduk
dengan batang pemgaduk
2. Dilarutkan nacl menggunakan Aqua pro injektion lalu diaduk hingga larut
3. Dicampurkan larutan metranidazole dan nacl lalu diaduk hingga homogen
lalu ditambahn Aqua pri injektion
4. Dilarutakan pengujian Ph
5. Dilipat kertas karena menjadi dia rangkap dan dibasahi dengan Aqua pro
injektion bebas pirogen kemudian dipasang pada corong dan ditempatkan
pada corong dan ditempatkan pada labu erlenmayer yang lain
6. Diasaring larutan kembali menggunakan membran filter
7. Fitrasi dimasukkan kedalam 1 botol infus yang telah ditara

d. Grey area (Ruang Sterilisasi)


1. Grey area (Ruang Sterilisasi)
Dilarutkan sterilisasi dengan Autoklaf 121°C selama 15 menit

2. Grey Area (Ruang Evaluasi)


Dilakukan evaluasi sediaan
Diberi etiket yang sesuai pada sediaan

SKEMA KERJA
a. Grey Area (Ruang sterilisasi)

Semua alat, wadah disterilkan dengan cairan, masing-masing gelas kering terlebih
dahulu sebelum sterilisasi

Semua wadah dan alat dimasukkan dalam white area melalui transferbox

b. Grey area (Ruang penimbangan)


Ditimbang bahan metronidazole 100 mg menggunakan kaca arloji steril

Membuat air bebas progen

c. White area (Ruang pencampuran)

Metronidazole sebanyak 500 mg dilarutkan dengan 100 ml steril water pro injektion
bebas pirogen diaduk hingga zat larut

Saring larutan dengan membran sitrat 0,27 dalam kolom 68

Hibran dimasukkan dalam botol flekoil

d. Grey area

flafon ditutup dengan menggunakan tutup dengan sinput chmpqus

e. Grey area ( Ruang sterilisasi)

Sterilisasi dilakukan dengan autoklaf 121°C 15 menit

f. Ruang evaluasi

Dilakukan evaluasi sediaan



Sediaan diberi etiket yang sesuai

(kemenkes 2016 : 61-64


6. Evaluasi Sediaan
a). Penetapan Kadar
- Lakukan uji kadar obat dengan metode yang sesuai
- Analisis hasilnya sesuai pesyaratan kadar bahan obat dalam sediaan

b). Uji Kejernihan


1). Metode Visual
- Penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar dengan diameter dalam 15-25
mm, tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral
-Larutan uji dibandingkan dengan larutan suspensi padanan yang dubuat segar
- Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan
dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan, jika opalesen tidak lebih
dari suspens

2). Metode instrumental


-Prinsip metode ini yaitu pengukuran dari efek penghamburan cahaya dari partikel
suspense, dengan mengamati cahaya yang ditransmisikan atau cahaya yang
dihamburkan (nefelometri)
- Pengukuran nefelometri lebih dapat diandalkan pada jarak kekeruhan yang
rendah karena pada kondisi tersebut hubungan yang linier antara nilai Nefelometri
Turbity Unit (NTU) Dengan signal relatif detektor
- Nilai terbesar dari nefelometri, dimana pengukuran dapat diandalkan dibuat
pada batas 1750- 2000 NTU.
- Linearitas ditunjukkan dengan membuat kurva kalibrasi menggunakan sekurang-
kurangnya 4 tiktik konsentrasi.

3). Uji Ph
-Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesual instruksi kerja
alat setiap kali akan melakukan pengukuran.
- Lakukan pegukuran pada suhu kamar termasuk suhu sampel uji
-Keringkan electrode dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling.
- Bilas elektroda dengan sampel uji.
- Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan
pembacaan yang tetap.
-Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
- Analisis hasilnya sesuai dengan persyaratan pH sediaan injeksi

4). Uji Sterilitas


1). Jumlah minimum yang digunakan untuk tiap media:
Sediaan Bentuk Larutan
- Volume Kurang dari 1 ml digunakan seluruh isi tiap wadah
-Volume 1-40 ml digunakan setengah isi tiap wadah. Tetap tidak kurang dari 1 ml
2). Jumlah minimum bahan yang diuji sesuai dengan jumlah bahan dalam
bets
Sediaan mata dan sediaan lain yang tidak disuntikkan:
-Tidak lebih dari 200 wadah/bets yang diuji sebesar 5% atau 2 wadah, diambil
yang lebih besar
- Lebih dari 200 wadah/bets diuji 10 wadah f) Jika sediaan dalam bentuk wadah
dosis tunggal:
-> Tidak lebih dari 100 wadah/bets, diuji 10% atau 4 wadah, diambil yang lebih
besar
-> Lebih dari 100, tetapi tidak lebih dari 500 wadah/bets, diuji 10 wadah
-> Lebih dari 500 wadah/bets, diuji 2% atau 20 wadah, diambil yang lebih kecil

Anda mungkin juga menyukai