Telah memenuhi syarat dan disahkan oleh Kepala SMP Negeri 5 Kertosono,
Kabupaten Nganjuk pada 21 Maret 2020.
SUTARDI, S. Pd.
Pembina Tingkat I
NIP : 19641211 198702 1 002
KATA PENGANTAR
Laporan Kegiatan Pengembangan Diri ini, tetapi berkat bantuan saran, kritik, dan
motivasi dari berbagai pihak, maka selesailah Laporan Kegiatan Pengembangan Diri
ini. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
yang ada serta kemampuan penulis yang sangat terbatas. Oleh sebab itu, Laporan
Kegiatan Pengembangan Diri ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan. Untuk
itu, pada kesempatan ini pula penulis mengharapkan saran dan kritik membangun
bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya bagi rekan-rekan guru yang akan
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
BERKELANJUTAN ………………………………………………………… v
PEMBELAJARAN …………………………………………………………... vi
RINGKASAN HASIL KEGIATAN PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
SUTARDI, S. Pd.
Pembina Tingkat I
NIP. 19641211 198702 1 002
LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI
PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 57 menyatakan, bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program
pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan,
dan jenis pendidikan. (UU SPN, 2003: 29)
Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan
nasional. Sebagai bagian dari evaluasi, Indonesia melakukan benchmark
internasional dengan mengikuti Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) dan Programme for International Student
Assessment (PISA). Hasil TIMMS tahun 2015 untuk kelas IV sekolah
dasar, Indonesia mendapatkan rata-rata nilai 397 dan menempati peringkat 4
terbawah dari 43 negara yang mengikuti TIMMS (Sumber: TIMMS 2015
International Database). Sementara untuk PISA tahun 2015, Indonesia
mendapatkan rata-rata nilai 403 untuk sains (peringkat ketiga dari bawah),
397 untuk membaca (peringkat terakhir), dan 386 untuk matematika
(peringkat kedua dari bawah) dari 72 negara yang mengikuti (Sumber:
OECD, PISA 2015 Database). Hasil pengukuran capaian siswa berdasar
UN ternyata selaras dengan capaian PISA maupun TIMSS. Hasil UN tahun
2018 menunjukkan, bahwa siswa-siswa masih lemah dalam keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) seperti menalar,
menganalisis, dan mengevaluasi. Oleh karena itu, siswa harus dibiasakan
dengan soal-soal dan pembelajaran yang berorientasi kepada keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills), agar terbiasa dengan
kemampuan berpikir kritisnya.
Pengembangan pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan
program yang dikembangkan sebagai upaya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
(Ditjen GTK) dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan
meningkatkan kualitas lulusan. Program ini dikembangkan mengikuti arah
kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang pada tahun 2018
telah terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan pembelajaran
berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order
Thinking Skill (HOTS).
Pemerintah mengharapkan para peserta didik mencapai berbagai
kompetensi dengan penerapan HOTS atau Keterampilan Bepikir Tingkat
Tinggi. Kompetensi tersebut yaitu berpikir kritis (criticial thinking), kreatif
dan inovasi (creative and innovative), kemampuan berkomunikasi
(communication skill), kemampuan bekerja sama (collaboration), dan
kepercayaan diri (confidence). Lima hal yang disampaikan pemerintah yang
menjadi target karakter peserta didik tersebut pada sistem evaluasi, yaitu
dalam UN dan juga merupakan kecakapan abad 21. Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skills/HOTS) juga diterapkan
menyusul masih rendahnya peringkat Programme for International Student
Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) dibandingkan dengan negara lain, sehingga standar soal UN
ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan.
Salah satu upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan
kualitas siswa adalah menyelenggarakan Program Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) melalui Peningkatan Kompetensi
Pembelajaran (PKP).
Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu
pendidikan, maka pelaksanaan Program PKB melalui PKP harus
mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau dikenal dengan istilah
zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan kelompok kerja guru, yang selama
ini dilakukan melalui gugus atau rayon, dapat terintegrasi melalui zonasi
pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan
keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat,
seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-
rata UN/USBN sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya.
Atas dasar uraian latar belakang masalah di atas, maka pelaksanaan
Program PKB melalui PKP sangat diperlukan demi meningkatnya mutu
pembelajaran yang dilakukan oleh pelaku pendidikan, yaitu guru atau
pendidik. Dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru, maka akan berimbas
akan perolehan atau peningkatan prestasi belajar peserta didik.
Terkait dengan permasalahan di atas, salah satu guru Bahasa
Indonesia dari SMP Negeri 5 Kertosono yang terekrut sebagai peserta
‘Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran’ adalah Sdr. Endro
Pranowo, S. Pd. Penetapan sebagai peserta ditentukan oleh PPPPTK
Bahasa Jakarta.
2. Dasar
Dasar pelaksanaaan kegiatan pengembangan diri adalah:
a. Surat perintah tugas dari Kepala SMP Negeri 5 Kertosono untuk
mengikuti ‘Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran’ Tanggal
12 Oktober 2019 Nomor 800/198/411.301.47/2019.
3. Tujuan
Secara umum tujuan pelaksanaan ‘Program Peningkatan Kompetensi
Pembelajaran’ adalah untuk memahami:
a. Kebijakan program PKB melalui PKP berbasis zonasi.
b. Integrasi PPK dan GLN dalam pembelajaran berbasis higher order
thinking skills (HOTS).
Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan ini adalah:
a. Guru dapat memahami konsep dan pendalaman materi pembelajaran
berorientasi HOTS:
(1) Teks laporan observasi
(2) teks cerita pendek
b. Guru dapat melaksanakan pengembangan desain dan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran berorientasi HOTS:
(1) Pengembangan pembelajaran berorientasi HOTS
(2) Penilaian berorientasi HOTS
(3) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
c. Guru dapat melaksanakan praktik mengajar.
d. Guru dapat menyusun laporan best practice.
e. Guru dapat melakukan pengenalan kelas pendampingan online.
f. Guru dapat mengikuti tes akhir.
B. Hasil Kegiatan
Kegiatan pengembangan diri ini telah menghasilkan:
1. Pemahaman guru mengenai:
a. Kebijakan program PKB melalui PKP berbasis zonasi.
b. Integrasi PPK dan GLN dalam pembelajaran berbasis higher order
thinking skills (HOTS).
2. Kemampuan dan ketrampilan guru dalam:
a. memahami konsep dan pendalaman materi pembelajaran berorientasi
HOTS:
(1) Teks laporan observasi
(2) teks cerita pendek
b. melaksanakan pengembangan desain dan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran berorientasi HOTS:
(1) Pengembangan pembelajaran berorientasi HOTS
(2) Penilaian berorientasi HOTS
(3) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
c. melaksanakan praktik mengajar.
d. menyusun laporan best practice.
e. melakukan pengenalan kelas pendampingan online.
f. mengikuti tes akhir.
C. Penutup
Pelaksanaan pengembangan diri dalam rangka peningkatan kualitas dan
profesionalisme guru ini dapat berjalan dengan lancar, tertib, dan saling bekerja
sama, baik antara narasumber maupun para peserta yang masing-masing
memunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya. Selanjutnya guru
sebagai pelaku kegiatan ini wajib menyusun laporan pelaksanaan kegiatan
sebagai bukti keikutsertaan guru dalam kegiatan pengembangan.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa laporan pelaksanaan pengembangan
diri ini belum sesuai dengan ketentuan yang baku. Oleh karena itu, kami
memperhatikan dan mengharap saran dan kritik membangun untuk peningkatan
penyusunan laporan yang akan datang.
Mudah-mudahan laporan kegiatan pengembangan diri ini dapat
bermanfaat bagi penulis untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru yang
profesional di satuan pendidikan maupun untuk pembaca yang peduli terhadap
dunia pendidikan, khususnya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
MEMERINTAHKAN:
SUTARDI, S. Pd.
Pembina Tingkat I
NIP. 19641211 198702 1 002