diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Serat yang ditujukan oleh
Dosen :
1) Eka O., S.ST., MT.
2) Lestari W., S.Pd, M. Tr.
3) Anisa Intanika S. K., S.T
ditulis oleh
NPM 22420025
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Bilangan ester
Alat Jumlah alat Bahan
Labu erlenmeyer 1 buah KOH alkohol
Statif dan klem 1 buah HCl 0,5N
Pipet volem 1 buah Indikator PP
Buret 1 buah Batu didih
Timbangan analitik 1 buah
B. Bilangan iodium
Alat Jumlah alat Bahan
Labu erlenmeyer tutup asah 1 buah Larutan hanus 0,1N
Pipet ukur 1 buah Klorofoam
Timbangan 1 buah Larutan tiosulfat 0,1 N
Piala gelas 1 buah Indikator kanji 0,5%
Buret 1 buah Kalium iodium 10%
C. Bilangan penyabunan
Alat Jumlah alat Bahan
Labu erlenmeyer 1 buah Alkohol KOH 0,5N
Pipet volume 1 buah HCl 0,5N
Timbangan analitik 1 buah Indikator PP
Buret 1 buah
Bilangan ester
Larutan BA Bilangan ester
- Larutan BA berwarna merah muda seulas
- Ditambahkan 10 ml KOH alkohol 0,5N
- Larutan BA+ KOH alkohol merah
dan batu didih
muda
- Di refluks selama 15 menit
- Ditirasi dengan HCl kuning keruh
- Ditambahkan indikator PP pada akhir
- Bobot lemak = 1 gram
pendidihan hingga berwarna merah
- Volume titrasi :
- Diangkat dan didinginkan sebentar
- Dititar dengan HCl 0,5N hingga tidak V. awal V. akhir V.
berwarna penggunaan
Dilakukan titrasi blanko 4,9 ml 9,8 ml 4,9 ml
Hasil - titrasi blanko : 8,00 ml
B. Bilangan iodium
Prosedur Data Pengamatan
C. Bilangan penyabunan
Prosedur Data Pengamatan
3.4.2 Perhitungan
A. Bilangan asam dan bilangan ester
Bilangan asam
ml titrasi × N KOH alkohol × BE KOH alkohol
Bilangan asam =
bobot lemak
0 , 4 ml × 0 , 1× 56
= =2 ,24 mg KOH / g sampel
1 gram
Bilangan ester
( ml blanko−ml titrasi ) × N HCl × BE KOH
Bilangan ester =
bobot uji
( 7 , 9 ml−4 , 9 ml ) × 0 , 5× 56
=
1 gr
3× 0 , 5× 56
= =84 mg HCl/ g sampel
1
B. Bilangan iodium
( ml blanko−ml titrasi ) × N tiosulfat × BE KOH I 2
Bilangan iodium =
bobot uji
( 10 ,85 ml−8 ,5 ml ) × 0 ,1 ×127
=
1 , 01 gr
= 29,5495 mg tiosulfat/g sampel
C. Bilangan penyabunan
( ml blanko−ml titrasi ) × N HCl × BE KOH
Bilangan penyabunan =
bobot uji
( 6 , 5 ml−2 , 2 ml ) ×0 , 5 ×56
=
1 , 02 gr
= 118,0392 mg KOH / g sampel
BAB IV
PEMBAHASAN
a) Bilangan asam
Dari hasil praktikum bilangan asam diperoleh hasil bilangan asam 2,24 mg/KOH. Pada
literatur hasil SNI dari bilangan asam minyak kelapa yaitu 2,5-10 mg/KOH dan minyak
10 mg/KOH. Jika dibandingkan dengan hasil praktikum dengan hasil SNI maka hasil
bilangan asam minyak kelapa pada praktikum diperoleh angka yang mendekati.
Faktornya bisa saja konsentrasi zat yang dipakai sudah tidak sesuai lagi dengan yang
seharusnya dipakai untuk melakukan praktikum kali ini.
b) Bilangan Ester
Dari hasil praktikum hasil bilangan ester yang diperoleh yaitu 84 mg/KOH. Sedangkan
hasil SNI pada bilangan ester minyak sawit yaitu 190 – 195 dan minyak kelapa yaitu 243-
252. Hasil dari data praktikum dengan data pada SNI berbeda hal ini dapat di sebabkan
oleh factor alat-alat yang digunakan terutama Erlenmeyer telah terkontaminasi. Selain itu,
kualitas minyak dapat berpengaruh terhadap bilangan asam ester. Zat-zat yang digunakan
dalam percobaan telah terkontaminasi pun dapat mempengaruhi bilangan ester.
c) Bilangan iodium
Bilangan iodium yang didapat dari praktikum adalah lebih tinggi dari minyak kelapa dan
lebih rendah dari minyak sawit pada SNI. Bila bilangan iodium lebih tinggi dari normal
maka hal tersebut ada pemalsuan dengan jenis lemak lain yang mempunyai bilangan
iodium lebih tinggi. Sebaliknya bila bilangan iodium lebih rendah dari normal maka hal
ini berarti bahwa sampel telah mengalami perlakuan khusus. Perlakuan khusus kerap kali
berupa penguraian lemak untuk memisahkan asam oleat dari trigliserida.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bilangan iodium:
o Tempat penyimpanan (teroksidasi oleh sinar atau tidak)
o Kandungan asam lemak jenuh dalam minyak tersebut
o Suhu (tempat/kondisi penyimpanan minyak)
d) Bilangan penyabunan
Bilangan penyabunan yang didapat dari praktikum lebih rendah dari data SNI. Ada 2
kemungkinan yang dapat terjadi:
1. Waktu refluks yang kurang lama dapat menyebabkan angka bilangan penyabunan
lebih kecil dari BP SNI karena mungkin ada KOH dan minyak sampel yang
belum tereaksikan
2. Kualitas minyak yang sudah menurun dikarenakan asam lemak yang besar
Data kelompok:
Menurut literatur, jika bilangan asam pada minyak semakin tinggi, maka kualitas minyak
semakin rendah. Jika dilihat dari perbandingan yang dilakukan dengan minyak kelapa dan
minyak wijen, minyak kelapa sawit yang memiliki kualitas minyak lebih baik.
Menurut literatur, semakin rendah bilangan penyabunan yang didapatkan maka asam lemak
yang dihasilkan besar dan kualitas minyak menurun. Jika dilihat dari perbandingan yang
dilakukan dengan minyak kelapa dan minyak wijen, minyak kelapa memiliki kualitas
minyak yang lebih baik.
Menurut literatur, jika bilangan iodium semakin tinggi maka kualitas minyak semakin baik
dan layak dikonsumsi. Jika dilihat dari perbandingan, minyak wijen memiliki kualitas
minyak yang lebih baik.
BAB V
KESIMPULAN
- Dapat disimpulkan hasil yang akan didapat setelah melakukan praktikum akan tidak
sesuai jika tidak mengikuti prosedur yang ditentukan. Ada beberapa factor juga yang
dapat mempengaruhi hasil dari praktikum. Jadi hasil praktikum BA, BE, BI dan BP pada
minyak kelapa sawit tidak sesuai dengan teori.
- Hasil praktikum BA = 2,24 sedangkan SNI BA minyak kelapa = 2,5-10 minyak sawit =
10
- Hasil praktikum BE = 84 sedangkan SNI BE minyak kelapa = 243-252 minyak sawit =
190-195
- Hasil praktikum BI = 29,5495 sedangkan SNI BI minyak kelapa = 6,2-10 minyak sawit
= 49,2-58,9
- Hasil praktikum BP:
BA+BE = 86,24
Hasil percobaan = 118,0392
Hasil SNI minyak kelapa = 176-206
Hasil SNI minyak sawit = 49,2 – 58,9
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Hariyanti. Sri Iriani. Juju Juhana. 2006. Bahan Ajar Praktikum Kimia Zat Pembantu
Tekstil. Bandung.
Purwaningsih, Indah. 2015. “Perbandingan Kadar Bilangan Asam Minyak Goreng Sawit Curah
Yang Ditambahkan Ekstrak Wortel Dengan Yang Tidak” . Pontianak: Poltekkkes Kemenkes
Pontianak