Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses belajar dan pelayanan keperawatan
yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai
asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan
ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Tujuan dari transkultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan
menggunakan norma pemahaman keperawatan transkultural dalam meningkatkan kebudayaan
spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah
esensi dari membedakan, mendominasi, serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku
caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan
fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat
dengan tempat lainnya.
Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat
dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang begitu beragam dan luas.
Sekarang ini, jumlah pulau yang ada di wilayah Negara kesatuan republik indonesia (NKRI)
sekitar 13.000 pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari 200 juta
jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu
mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai macam aliran kepercayaan .
Kebudayaan adalah salah satu aset penting bagi sebuah Negara berkembang,
kebudayaan tersebut untuk sarana pendekatan sosial, simbol karya daerah, aset khas daerah
dengan menjadikannya tempat wisata, karya ilmiah dan lain sebagainya. Dalam hal ini suku
Manado Sulawesi utara yang mengedepankan budaya leluhurnya, sehingga kebudayaan
tersebut sebagai ritual ibadah mereka dalam menyembah sang pencipta.

B. Rumusan Masalah
1. Kehidupan sosial budaya masyarakat suku Manado
2. Konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural nursing
3. Proses asuhan keperawatan transkultural nursing

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami tentang perspektif transcultural nursing berkenaan dengan upaya
peningkatan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien
yang beragam budayanya.
2. Lebih mengenal beragam Budaya Indonesia, khususnya budaya Suku Manado.
BAB II PEMBAHASAN

A. TINJAUAN SOSIAL BUDAYA

Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis 124°40′
– 124°50′ BT dan 1°30′ – 1°40′ LU. Kota Manado merupakan bagian dari provinsi Sulawesi
Utara. Kota Manado seringkali disebut sebagai Menado. Motto dari Sulawesi utara adalah Si
Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat Manado yang dipopulerkan oleh
Sam Ratulangi, yang berarti: "Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain" atau "Orang
hidup untuk menghidupkan orang lain". Dalam ungkapan Bahasa Manadonya, yang berarti:
"Baku beking pande" yang secara umum berarti "Saling menambah pintar dengan orang
lain".

1. Macam-Macam Kebudayaan Asli Manado


Seperti yang kita ketahui Manado mempunyai begitu banyak keragaman budaya
yang ada. Mulai dari Tarian,alat musik,Makanan dan minuman.
Berikut beberapa contoh kebudayaan Manado:
a. Mapalus
Mapalus adalah bentuk gotong royong tradisional warisan nenek moyang orang
Manado yang merupakan suatu sistem prosedur, metode atau tehnik kerja sama
untuk kepentingan bersama oleh masing-masing anggota secara bergiliran. Mapalus
muncul atas dasar kesadaran akan adanya kebersamaan, keterbatasan akan
kemampuannya baik cara berpikir, berkarya, dan lain sebagainya.Jadi, mapulus ini
merupakan suatu bentuk kebersamaan yg selalu di junjung oleh suku Manado dalam
menjalin kebersamaan di antara masyarakat Manado.
b. Rumah Panggung Adat Manado
Rumah panggung atau wale merupakan tempat kediaman para anggota rumah tangga
orang Manado, dimana didalamnya digunakan sebagai tempat melakukan berbagai
aktivitas. Rumah panggung jaman dahulu dimaksudkan untuk menghindari serangan
musuh secara mendadak atau serangan binatang buas. Sekalipun keadaan sekarang
tidak sama lagi dengan keadaan dahulu, tapi masih banyak penduduk yang
membangun rumah panggung berdasarkan konstruksi rumah modern.
c. Pengucapan Syukur
Pada masa lalu pengucapan syukur diadakan untuk menyampaikan doa atau mantra
yang memuji kebesaran dan kekuasaan para dewa atas berkat yang diberikan sambil
menari dan menyanyikan lagu pujian dengan syair yang mengagungkan. Saat ini
pengucapan syukur di Kota Manado dilaksanakan dalam bentuk ibadah di gereja.
Pada hari H tersebut setiap rumah tangga menyiapkan makanan dan kue untuk
dimakan oleh anggota rumah tangga, juga dipersiapkan bagi para tamu yang datang
berkunjung. Contoh pengucapan syukur sering kali dirangkaikan dengan ibadah
rukun, ucapan syukur kadang di adakan seperti kalau ada yang ur acara-acara tertentu
seperti menyambut tamu dan pagelaran seni budaya. Tari ini menirukan perilaku dari
para leluh dan merupakan seni tari perang melawan musuh.
d. Tari Maengket
Tari maengket adalah salah satu seni tarian rakyat orang Manado. Tarian ini disertai
dengan nyanyian dan diiringi gendang atau tambur yang biasanya dilakukan sesudah
panen padi sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta.Jadi, Tari maengket ini
merupakan tarian rakyat untuk Hasil panen yg telah mereka dapatkan yang sejak
dulu sudah di ciptakan untuk ucapan syukur atas hasil panen.
e. Musik Kolintang
Musik kolintang pada awalnya dibuat dari bahan yang disebut wunut dari jenis kayu
yang disebut belar.Pada perkembangan selanjutnya, kolintang mulai menggunakan
bahan kayu telor dan cempaka. Orkes
kolintang sebagai produk seni musik tradisional bukan saja sebagai sarana hiburan,
akan tetapi juga sebagai media penerapan pendidikan musik yang dimulai dari anak-
anak sekolah di Kota Manado.
f. Musik Bia
Bia adalah sejenis kerang atau keong yang hidup dilaut. Sekitar tahun 1941 seorang
penduduk Desa Batu Minahasa Utara menjadikan kerang/keong sebagai satu
tumpukan musik. Musik bia akhirnya telah menjadi salah satu seni musik tradisional
yang turut memberikan nilai tambah bagi masyarakat Kota Manado. Dengan hadirnya
musik ini pada pagelaran kesenian dan acara tertentu, telah menimbulkan daya tarik
tersendiri bagi wisatawan baik mancanegara maupun nusantara.
g. Makanan
Sejak dulu kala makanan Khas manado sudah terkenal dengan “rasa pedas” yang
sangat luar biasa. Jadi kebanyakan orang yg tidak begitu menyukai rasa pedas enggan
untuk mencicipi atau merasakan makanan Khas manado. Begitu banyak makanan-
makanan khas manado yg terkenal salah satunya BUBUR MANADO “TINUTUAN”.
Tinutuan tidak hanya dapat kita jumpai di Sulawesi Utara saja melainkan di daerah-
daerah lain juga sudah banyak yang mencoba untuk menjual makanan tersebut. Masih
banyak lagi makana khas manado antara lain : RW(daging Anjing yang di masak
dengan berbagai macam bumbu-bumbu khas), ES brenebon ( ES yang bahan
dasarnya kacang merah), Cucur (kue khas manado)
h. Minuman
Cap Tikus adalah jenis cairan berkadar alkohol rata-rata 40 persen yang dihasilkan
melalui penyulingan saguer (cairan putih yang keluar dari mayang pohon enau atau
seho dalam bahasa daerah Manado).Cap tikus merupakan Minuman khas manado
yang sangat sering di jumpai di manado.Begitu banyak orang yang menyukai
minuman ini sehingga Cap tikus sehingga sangat mudah untuk di dapatkan banyak yg
menjualnya di warung-warung atau malah mengolahnya sendiri di rumah masing-
masing. Minuman ini Sering kita jumpai di acara-acara besar, banyak bapak-bapak
atau pemuda-pemuda yang berkumpul berbentuk kelompok-kelompok untuk
menikmati minuman ini bersama-sama. Biasanya cap Tikus ini di nikmati bersama
RW(makanan khas manado).
i. Kepercayaan Suku Manado
Mengenai kepercayaan masyarakat Manado, sebelum Tahun 1702 (awal abat 17)
Penginjil dari Portugis Joseph Kamp membawa masuk Injil di Indonesia melalui
Ambon, ternate dan tiba di Tanah Manado.Masyarakat Manado sudah mempunyai
kepercayaan yang masih Bersifat abstrak “Empung Wailan Sima Lengkew Em
Pekasa Kaoatan” (Allah Yang Menciptakan Segenap Alam). Selain Percaya Kepada
Allah Yang Menciptakan Segenap Alam, Mereka Juga Percaya Ilah-Ilah Lain Yang
Diyakini Dapat Membantu Kehidupan Manusia Saat Itu. Namun, setelah masyarakat
Minahasa mengenal dan mempelajari Injil dan agama Kristen, banyak masyarakat
Minahasa yg memeluk dan memegang kepercayaan Nasrani sampai sekarang
mayoritas di manado adalah yang beragama Kristen.
Berikut ini merupakan pengetahuan-pengetahuan masyarakat suku Manado yang sudah
ada dari zaman dulu sebagian besar mereka masih mempercayai hal-hal ini :
a. Alam fauna; adanya kepercayaan terhadap tanda-tanda binatang seperti burung dan
ular. Ada dua macam burung yang menunjukkan berbagai tanda. Burung siang (waru
endo, kemekeke, totombara) dapat menunjukkan tanda adanya berita yang
menyenangkan (lowas, keeke rondor), tanda tidak mengganggu perasaan (keeke tenga
wowos), tanda tidak menyenangkan (mangalo/mangoro), dan tanda yang menakutkan
atau beralamat tidak baik (keke). Burung malam (wara wengi kembaluan) dapat
bersuara merdu tanda menyenangkan (manguni rendai), suara hampir merdu dan
putus-putus tanda tidak mengganggu perasaan (imbuang), suara parau tanda
membimbangkan (paapian), dan bunyi panjang serta keras (kiik) yang bertanda
menakutkan jika terdengar dari arah depan atau kanan pendengar. Di samping itu, ada
juga tanda dari ular, misalnya ular yang merayap dari barat ke timur dan ular yang
mengangkat kepala. Tanda yang lainnya ialah tanda dari empedu atau hati binatang
yang disembelih (babi, ayam, sapi, dll) yang dapat meramalkan masa depan.
b. Alam flora; pengetahuan tentang alam flora dapat terlihat dari bermacam-macam
bahan makanan masyarakat Manado yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Banyak
bahan-bahan obat pula yang diperoleh dari berbagai jenis akar-akaran, dedaunan,
kulit-kulit kayu, buah-buahan, rerumputan dan umbi-umbian. Beberapa contoh di
antaranya, obat malaria dibuat dari sejenis akar yang disebut riis (tali pahit), goraka
(jahe) sebagai obat batuk, obat sakit perut dan penolak roh jahat, serta kucai (sejenis
bumbu dapur) sebagai obat demam bagi anak-anak.
c. Tubuh manusia; pengetahuan tentang tubuh manusia dibagi ke dalam dua bagian
yakni yang menyangkut perbuatan dan yang menyangkut hal-hal yang terjadi dalam
tubuh. Pengetahuan itu lebih bersifat larangan-larangan bagi setiap orang yang
melakukannya karena akan menimbulkan akibat tersendiri. Contohnya:
 Jangan memotong kuku pada malam hari, nanti kematian ibu atau salah satu
anggota keluarga lekas terjadi; maksud sebenarnya ialah bila memotong kuku di
waktu malam gampang mendapat luka.
 Jangan suka tidur tiarap, nanti akan ditangkap hantu; maksudnya ialah agar
peredaran darah tidak terganggu.
 Bila ada kematian di desa, dilarang ke ladang/sawah, jika tidak diindahkan akan
mati lemas; sebenarnya adat yang berlaku di Manado bila ada peristiwa kematian,
setiap orang wajib memberikan bantuan, yang berarti tidak seorangpun yang
boleh keluar dari desa.
 Mata kiri bergerak, artinya akan mendapat surat atau akan segera bertemu dengan
saudara yang berada jauh. Sebaliknya, mata kanan bergerak berarti akan
mendapat berita buruk atau akan menangis nanti.
 Telapak tangan kiri gatal artinya akan mendapat untung atau uang. Jika telapak
tangan kanan yang gatal, tanda akan mengeluarkan uang.
d. Ada juga kepercayaan rakyat Manado tentang mimpi, antara lain: mimpi gigi copot,
alamat seorang dari keluarga dekat akan meninggal; mimpi mayat, artinya akan
mendapat rejeki; mimpi mendapat uang atau dipagut ular, artinya akan mendapat
sakit.
e. Pengetahuan tentang alam, misalnya bila awan di langit kelihatan berpetak-petak,
tandanya banyak ikan atau juga terjadi gempa bumi; bila kelihatan atau kedengaran
segerombolan lebah yang terbang dari arah utara menuju selatan, alamatnya akan
terjadi kemarau yang panjang, dan bila anjing-anjing membuang kotoran di jalanan
umum, alamat musim kemarau panjang telah mulai.
f. Pengetahuan tentang waktu; masyarakat Manado tradisional mengetahui tentang
waktu dengan berpatokan pada matahari dan suara binatang. Misalnya, matahari
mulai timbul berarti jam 6 pagi; di atas kepala adalah pukul 12.00; matahari terbenam
pukul 6 sore. Ayam berkokok tengah malam adalah pukul 00.00; berkokok
selanjutnya merupakan tanda sudah hampir siang. Para petani di sawah mendengar
suatu binatang bernama konkoriang sebagai pertanda mereka harus segera pulang
sebab waktu telah menunjukkan pukul 17.00. Ada juga semacam alat yang terbuat
dari dua botol yang diikat sedemikian rupa, di mana pasir dipindahkan dari satu botol
ke botol lain. Waktu selama pasir berpindah (lima jam) digunakan sebagai waktu
bekerja (biasanya dalam mapalus).
2. Faktor Yang Mempengaruhi Sosial Dan Budaya Suku Manado

Dari sejarah yang ada sudah terlihat jelas bahwa Budaya Manado terpengaruh dari
budaya-budaya yang ada di Negara lain. Contohnya seperti Belanda dan Spanyol.
Pengaruh kehadiran orang Spanyol yang bertahan hampir seabad di Manado masih
tampak hingga saat ini, antara lain dalam aspek bahasa ada beberapa kata yang tak lain
ialah bahasa Spanyol. Selain itu, pakaian yang dianggap orang Manado sebagai pakaian
adat (patung kurengkeng dan saraun di Tondano) tak lain adalah pakaian ala Spanyol.
Berkuasanya Belanda di Manado juga membawa unsur-unsur kebudayaan lain bagi
penduduk Manado, antara lain bahasa, cara-cara berpakaian, sistem pemerintahan, sistem
pengetahuan, pendidikan, kesehatan, peralatan, pengangkutan, dan sebagainya. Jadi,
Dapat di katakan bahwa Sosial dan Budaya yang ada di Manado tidak lain adalah campur
Tangan oleh bangsa lain.
3. Kehidupan Sosial Suku Manado

Dengan membaca arti dari kata “MAPULUS” seperti yang di jelaskan di atas.
Kita sudah dapat mendapatkan suatu bayangan di mana suku Manado ini selalu
bergotong royong dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang ada. Hal ini merupakan hal
positif yang sangat baik dan dapat menjalin kebersamaan di antara begitu banyak suku-
suku yang ada. Selain di ajarkan untuk bekerjasama kita juga dapat saling membantu
orang yang kesusahan. Sekalipun kita bukan suku asli dari Manado jika kita menerapkan
hal ini dalam hidup kita pastilah banyak orang yang akan senang dan hal positif itu juga
akan membawa imbas yang baik bagi diri kita sendiri.
4. Kehidupan Budaya Suku Manado

Dari bermacam-macam contoh dan penjelasan tentang suku Manado yang begitu
beragam, kita dapat mengetahui bahwa suku Manado masih menjunjung tinggi budaya
yang mereka miliki, suku Manado masih melakukan atau menyelenggarakan acara-acara
adat seperti Tarian-tarian. Tarian-tarian tersebut kadang di tampilkan di acara-acara besar
seperti penyambutan tamu atau ulang tahun kota Manado. Pengucapan syukur juga
sampai sekarang masih sering di adakan oleh suku Manado.

B. TINJAUAN KEPERAWATAN

Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa
arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan, tindakan, hasil
karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
(koentjoroningrat, 1986) Wujud-wujud kebudayaan antara lain :
1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
2. Kompleks aktivitas atau tindakan
3. Benda-benda hasil karya manusia
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat
dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan.Teori transkultural dari
keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada
suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan
pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.
Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan
keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.
Tujuan dari transkultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti
dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transkultural dalam meningkatkan
kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring,
caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan.
Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia.
Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

1. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transcultural nursing

a. Budaya Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan
c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan
d. Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu
menganggap budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
f. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.
g. Etnografi: Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.
h. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan
baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia
i. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
j. Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi
digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang
bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai
k. Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.

Paradigma transkultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang,


keyakinan, nilai-nilai, konsep- konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar
belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :
a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan
pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapundia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan
suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan
untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam
aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehatsakit yangadaptif (Andrew and
Boyle, 1995).
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang
hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan
sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi
individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan
budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan / mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

2. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem


perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan
keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip
asuhan keperawatan yaitu:
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani
yang lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya
merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini
digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap
masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and
Davidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu:
1. Faktor teknologi (technological factors )
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis
bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu
kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait.
Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh
kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors )
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang
harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut
dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan
klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya:


a. Jangan menggunakan asumsi.
b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang
Jawa halus.
c. Menerima dan memahami metode komunikasi.
d. Menghargai perbedaan individual.
e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.

3. Instrumen Pengkajian Budaya

Sejalan berjalannya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan


oleh beberapa ahli, diantaranya:
1. Sunrise model (Leininger) Yang terdiri dari komponen:
a. Faktor teknbologi (Technological Factors )
 Persepsi sehat-sakit
 Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
 Alasan mencari bantuan/pertolongan medis
 Alasan memilih pengobatan alternative
 Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah
kesehatan
b. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors )
 Agama yang dianut
 Status pernikahan
 Cara pandang terhadap penyebab penyakit
 Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan
c. Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors )
 Nama lengkap & nama panggilan
 Umur & tempat lahir,jenis kelamin
 Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga
 Pengambilan keputusan dalam keluarga
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways )
 Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas
 Bahasa yang digunakan
 Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan
 Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas
sehari-hari
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors )
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yangmempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya,meliputi:
 Peraturan dan kebijakan jam berkunjung
 Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
 Cara pembayaran
f. Faktor ekonomi (Economical Factors )
 Pekerjaan
 Tabungan yang dimiliki oleh keluarga
 Sumber biaya pengobatan
 Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll.
 Patungan antar anggota keluarga
g. Faktor Pendidikan (Educational Factors )
 Tingkat pendidikan klien
 Jenis pendidikan
 Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif
 Pengetahuan tentang sehat-sakit
2. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar
Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu
kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
a. Komunikasi (Communication )
Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara, pengucapan
( pronounciation), penggunaan bahasa non verbal, penggunaan ‘diam’
b. Space (ruang gerak )
Tingkat rasa nyaman ,hubungan kedekatan dengan orang lain, persepsi tentang
ruang gerak dan pergerakan tubuh.
c. Orientasi social (social orientastion )
Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu luang,
persahabatan dan kegiatan social keagamaan.
d. Waktu (time )
Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk bekerja dan
menjalin hubungan sosial, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan
datang.
e. Kontrol lingkungan (environmental control )
Nilai-nilai budaya, definisi tentang sehat-sakit, budaya yang berkaitan dengan
sehat-sakit.
f. Variasi biologis (Biological variation )
Struktur tubuh, warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi
enzim dan genetik, penyakit yang spesifik pada populasi terntentu, kerentanan
terhadap penyakit tertentu,kecenderungan pola makan dan karakteristik
psikologis, koping dan dukungan sosial.

3. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle Komponen-komponenya


meliputi:
a. Identitas budaya
b. Ethnohistory
c. Nilai-nilai budaya
d. Hubungan kekeluargaan
e. Kepercayaan agama dan spiritual
f. Kode etik dan moral
g. Pendidikan
h. Politik
i. Status ekonomi dan social
j. Kebiasaan dan gaya hidup
k. Faktor/sifat-sifat bawaan
l. Kecenderungan individu
m. Profesi dan organisasi budaya
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment)
dan pada klien, kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya
melalui media: verbal, Non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.

4. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995).
Terdapat 3 diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu:
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.

5. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat sedangkan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu :
1. Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan,
2. Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
dan
3. Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.

Hal-hal yang harus dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan adalah :


a. Cultural care preservation/maintenance
 Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
 Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
 Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation
 Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
 Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
 Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
 Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
 Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
 Gunakan pihak ketiga bila perlu
 Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
 Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien
maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat
dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

6. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien


tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya
klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat
diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam hal kesehatan dan perawatan orang sakit suku Manado mempunyai
pengetahuan tentang alam, hal ini dapat terlihat dari bermacam-macam bahan makanan
masyarakat Manado yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Selain itu banyak bahan-bahan
obat yang diperoleh dari berbagai jenis akar-akaran, dedaunan, kulit-kulit kayu, buah-buahan,
rerumputan dan umbi-umbian. Beberapa contoh di antaranya, obat malaria dibuat dari sejenis
akar yang disebut riis (tali pahit), goraka (jahe) sebagai obat batuk, obat sakit perut dan
penolak roh jahat, serta kucai (sejenis bumbu dapur) sebagai obat demam bagi anak-anak.
Masyarakat Manado juga cenderung melihat penyebab dari suatu penyakit dengan cara
metafisik.

B. Saran
Hendaknya perawat bisa lebih meningkatkan pengetahuan dan skill dalam
melaksanakan asuhan keperawatan transkultural, agar dapat bersosialisasi dan membantu
mengubah kebiasan yang tidak baik dari budayanya daerah tersebut sehingga diharapkan
kualitas kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://pesonamdo.wordpress.com/kebudayaan-lama-dan-asli-masyarakat-kota-manado/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Manado
http://ahmadroihan8-jendelailmu.blogspot.com/2012/06/makalah-suku-minahasa.html
http://randyefferputra.blogspot.com/2012/08/mengenal-suku-bangsa-minahasa.html
http://korakoraminahasasulut.blogspot.com/2012/07/agama-kristen-di-minahasa.html
Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.EGC: Jakarta
Doengoes, E. Marilynn.1989. Nursing Care Plans, Second Edition. FA Davis:
Philadelphia
http://ayipsyarifudinnur.blogspot.com/2012/11/makalah-transkulturalnursing.html
15
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
yang telah memberkahi kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami gunakan sebagai data dan fakta pada makalah
ini.
Makalah ini berjudul “ Proses Keperawatan Transcultural Nursing Pada Suku
Manado ” sebagai bagian tugas dari Dosen Pengajar mata kuliah Antropologi. Kami mengakui
bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu
tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini
yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami analisa dengan sempurna dalam
makalah ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita tentang kehidupan sosial
budaya Indonesia
khususnya suku Manado sehingga kita dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
terutama asuhan keperawatan transcultural nursing pada masyarakat suku Manado.
Terima kasih.

Palangkaraya,
Maret 2018

Penyusun
i

MAKALAH
PROSES KEPERAWATAN TRANSCULTURAL NURSING
PADA SUKU MANADO

Disusun
Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi
Kelas Regular XIX B

Oleh : Kelompok VIII

1. Dadang Kusnadi
2. Hairiyah
3. Yudetie
4. Titin Sumartini
5. Norarifin
6. Sumiyati
DAFTAR ISI

Cover Makalah
Kata
Pengantar……………………………………………………………………………….……..i
Daftar
Isi………………………………………………………………………………….......….....ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………….
……………………………………………...1
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………………...1
C. Tujuan
Penulisan…………………………………………………………………….....1

BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Sosial Budaya
1. Macam-Macam Kebudayaan Asli
Manado…………………………………………2
2. Faktor Yang Mempengaruhi Sosial Dan Budaya Suku
Manado…………………....5
3. Kehidupan Sosial Suku Manado……..
……………………………………………..5
4. Kehidupan Budaya Suku
Manado…………………………………………………..5

B. Tinjauan Keperawatan
1. Konsep Dan Prinsip Asuhan Keperawatan Transcultural
Nursing………………....6
2. Pengkajian Asuhan Keperawatan
Budaya………………………………………….8
3. Instrumen Pengkajian
Budaya……………………………………………………...10
4. Diagnosa Keperawatan……………………………………………..
………………12
5. Perencanaan Dan
Pelaksanaan……………………………………………………..12
6.
Evaluasi…………………………………………………………………………….13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………….
………………………………………………………..14
B. Saran………………………………………………………………….
………………14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..
…………………………15

ii

Anda mungkin juga menyukai