Anda di halaman 1dari 129

Materi Inti 2

Pencegahan dan Penemuan


Dini Gizi Buruk pada Balita

Orientasi PGBT Rawat Jalan 1


TUJUAN
Pada akhir sesi ini, peserta akan mengetahui tentang:

1. Pencegahan Gizi Buruk pada Balita


a. Pengertian, Penyebab dan Dampak kurang gizi akut (wasting)
b. Masalah kurang gizi akut (wasting) di Indonesia
c. Prinsip pencegahan Gizi Buruk pada Bayi < 6 Bulan dan Balita 6-59 Bulan
d. Pemantauan Pertumbuhan Balita
e. Tindak Lanjut Balita Berisiko Gizi Buruk
2. Penemuan Dini Gizi Buruk pada Balita
a. Bagaimana mengidentifikasi kurang gizi akut (wasting)
b. Indikator untuk menentukan balita gizi kurang dan gizi buruk
c. Apa tApa yang dimaksud penemuan dini kasus
d. indak lanjut hasil penemuan dini kasus

2
Malnutrisi
Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu kondisi dimana dimana terjadi kekurangan,
kelebihan atau ketidakseimbangan asupan kalori dan/atau zat gizi.

MALNUTRISI

KEKURANGAN GIZI KELEBIHAN GIZI

Wasting (kurang gizi akut) Gizi Lebih


Stunting (Kurang gizi kronis) Obes
Underweight Penyakit Tidak Menular (PTM) -
Defisiensi zat gizi mikro Terkait Diet
Intrauterine Growth Restriction
BBLR

3
UNICEF, 2013
Jenis-jenis Kurang Gizi
1. Wasting (Gizi Kurang dan Gizi Buruk)
Wasting adalah kondisi dimana BB rendah terhadap
PB/TB. Kondisi ini dapat terjadi dengan cepat dan
merefleksikan kondisi kekurangan gizi saat ini atau
kurang gizi akut.
2. Stunting (Pendek dan Sangat Pendek)
Stunting adalah kondisi dimana PB atau TB rendah
menurut umur. Terjadi dalam periode waktu yang lama
dan merefleksikan kurang gizi kronis.
3. Underweight (BB Kurang)
Underweight adalah kondisi dimana BB kurang menurut
umur yang. Dapat terjadi karena kurang gizi akut
dan/atau kronis. Anak dengan underweight bisa kurus
dan/atau pendek.
Tinggi/panjang badan normal

1 2
3 4

Normal Kurang Gizi Pendek Underweight


Akut PB atau TB BB rendah
BB rendah rendah menurut umur
menurut PB atau menurut umur
TB AKUT atau
AKUT KRONIS KRONIS
6
Underweight dan Kurang Gizi Akut
BB Kurang (Underweight) Kurang Gizi Akut (Wasting)
Penilaian berdasarkan Penilaian berdasarkan
• BB dan umur melalui grafik • BB dan PB/TB atau
pemantauan pertumbuhan (KMS) • LiLA atau
• Edema bilateral
Sebagian anak dengan BB kurang Sebagian anak yang kurus
(underweight) dapat juga kurus (wasted) dapat juga
(wasted) underweight.
Anak-anak dengan BB sangat kurang Semua anak gizi buruk perlu
menurut umur tidak perlu diberikan mendapatkan terapi gizi.
terapi gizi kecuali bila teridentifkasi gizi
buruk juga.

Pastikan pengunaan definisi dan terminologi


antropometri yang benar
Orientasi PGBT Rawat Jalan 7
Jenis malnutrisi apakah ini?

Gizi Buruk
8
Jenis malnutrisi apakah ini?

Kwashiorkor
(Gizi Buruk)

Balita gizi buruk dengan edema memiliki risiko kematian


yang lebih tinggi
9
Kelompok group mana yang paling rentan?
100%

90%

80%

70%

60%

23 to 59 50%

40%
12 to 24
30%
6 to 11 20%

0 to 5 10%

0%

80% balita gizi buruk


berusia <2years
Source: UNICEF EAPRO, 2019

10
Quiz

Apa dampak gizi buruk pada balita? (jawaban dapat lebih dari satu)
a. Kematian.
b. Kemampuan belajar atau prestasi sekolah rendah.
c. Perkembangan otak terganggu.
d. Berisiko lebih tinggi menderita penyakit tidak menular pada saat
dewasa.
e. Mudah menderita sakit infeksi karena daya tahan tubuh rendah.
Dampak Kurang Gizi Akut (Wasting)
• Balita gizi buruk berisiko 11.6 kali lebih tinggi untuk meninggal dari
balita gizi baik.
• Balita gizi buruk juga berisiko lebih tinggi untuk:
• Menderita penyakit infeksi → sistem imun rendah
• Gangguan perkembangan otak
• Jangka panjang:
• Kemampuan belajar kurang → prestasi sekolah rendah
• Produktifitas kerja rendah
• Berisiko lebih tinggi menderita penyakit tidak menular saat dewasa

Kurang gizi akut merupakan penyebab kematian dan kesakitan pada balita
yang dapat dicegah dan diobati → penting adanya mekanisme
• Deteksi dini hambatan pertumbuhan (growth faltering)
• Penemuan kasus secara aktif
• Tindakan pencegahan dan tata laksana sebelum menjadi parah

12
Hubungan antara kurang gizi akut
dan kurang gizi kronis
• Pendek/gangguan pertumbuhan linear merupakan bagian
respon biologi dari episode kekurangan gizi akut sebelumnya.
• Balita pendek bukan hanya TB kurang menurut umur → balita
mengalami beberapa kali kekurangan gizi akut sebelumnya.
• Perlambatan pertumbuhan linear menggambarkan penyesuaian
internal tubuh balita untuk mengatasi kekurangan gizi akut
dengan mengalihkan energi dan zat gizi lain untuk penambahan
jaringan, tidak untuk penambahan ukuran secara keseluruhan.

Balita kurang gizi akut 3 kali lebih tinggi untuk menjadi


pendek (stunted)
Schoenbuchner et al,2019

13
Risiko kematian tinggi, terutama pada balita
gizi kurang dan pendek

Olofin, McDonald et al. 2013


Dampak Kekurangan Gizi Antar Generasi

ACC/SCN,2000

16
INDONESIA – Prevalensi Kurang Gizi Akut
Tertinggi ke-3 di Asia Pasifik

Source: UNICEF EAPRO, 2019


Quiz
Berapa prevalensi kurang gizi akut (wasting) di
Provinsi Jawa Timur berdasarkan Riskesdas 2018?
a. 8,5%
b. 9,2%
c. 8,4%
d. 10,5%
PREVALENSI KURANG GIZI AKUT (WASTING)
Provinsi
DI INDONESIA
Prevalensi Kurang
Gizi Akut Klasifikasi Prevalensi Kurang Gizi Akut
Aceh 11.9% Prevalensi Kurang Gizi
Provinsi
Sumatera Utara 12.1% Jawa Timur Akut Tertinggi
Sangat Rendah < 2.5
Sumatera Barat 11.3% Nusa Tenggara Barat 14.40%
Riau 12.1% 9,2% Gorontalo 14.40% Rendah 2.5 to < 5
Jambi 12.0%
Sumatera Selatan 11.4% Kalimantan Barat 14.30% Sedang 5 to < 10
Bengkulu 8.3%
Kalimantan Tengah 13.90% Tinggi 10 to < 15
Lampung 10.7%
Kep. Bangka Belitung 9.9% Kalimantan Selatan 13.10%
Sangat Tinggi ≥ 15
Kep. Riau 11.2%
DKI Jakarta 10.1%
Jawa Barat 8.4% Beban kasus kurang gizi akut (wasting)
Jawa Tengah 8.5%
DKI Yogyakarta 8.4% Indonesia setahun: 6,294,848 balita
Jawa Timur 9.2% (2018)
Banten 10.5%
Bali 6.3%
Nusa Tenggara Barat 14.4%
Nusa Tenggara Timur 12.8% Beban kasus kurang gizi akut (wasting)
Kalimantan Barat 14.3%
Kalimantan Tengah 13.9% Iawa Timur setahun: 680,082 balita
Kalimantan Selatan 13.1% (2018)
Kalimantan Timur 7.5%
Kalimantan Utara 4.6%
Sulawesi Utara 9.6%
Sulawesi Tengah 12.9%
Sulawesi Selatan 10.0%
Sulawesi Tenggara 11.9%
Gorontalo 14.4%
Sulawesi Barat 10.5%
Maluku 13.1%
Maluku Utara 11.9%
Papua Barat 12.2%
Papua 10.3%

Note: Prevalensi kurang gizi akut berdasarkan RISKESDAS 2018

Source: UNICEF EAPRO, 2019


PREVALENSI GIZI BURUK DI INDONESIA
Prevalensi
Provinsi Provinsi Prevalensi Gizi Buruk
Gizi Buruk Klasifikasi Prevalensi of Gizi Buruk
Aceh 5.0% Jawa Timur Jambi 5.70%
Sumatera Utara 4.6% Sangat Rendah < 1.0
Sumatera Barat 2.9% 2,9% Aceh 5.00%
Riau 4.1% Papua 4.80% Rendah 1.0 to 1.6
Jambi 5.7% Sedang 1.6 to 2.7
Sumatera Selatan 4.7% Sumatera Selatan 4.70%
Bengkulu 3.5% Tinggi 2.8 to 3.7
Lampung 3.9% Banten, Sumatera
4.60% Sangat Tinggi > 3.7
Kep. Bangka Belitung 2.8% Utara, NTT
Kep. Riau 4.5%
DKI Jakarta 3.9%
Jawa Barat 3.2%
Jawa Tengah 2.7% Beban kasus gizi buruk di Indonesia
DKI Yogyakarta 1.2%
Jawa Timur 2.9%
setahun: 2,181,435 balita (2018)
Banten 4.6%
Bali 1.9%
Nusa Tenggara Barat 4.4%
Nusa Tenggara Timur 4.6%
Kalimantan Barat 4.0% Beban kasus gizi buruk di Jawa Timur
Kalimantan Tengah 4.0% setahun: 193,102 balita (2018)
Kalimantan Selatan 3.9%
Kalimantan Timur 2.0%
Kalimantan Utara 1.1%
Sulawesi Utara 2.9%
Sulawesi Tengah 3.7%
Sulawesi Selatan 2.5%
Sulawesi Tenggara 3.4%
Gorontalo 3.8%
Sulawesi Barat 3.2%
Maluku 4.0%
Maluku Utara 4.0%
Papua Barat 3.9%
Papua 4.8%

Note: Prevalensi gizi buruk berdasarkan RISKESDAS 2018


Source: UNICEF EAPRO, 2019
Penurunan prevalensi gizi buruk di Indonesia
lambat
7
6.2
6
6
5.3
5

4
Gizi Buruk %

3.5

0
2007 2010 2013 2018

Riskesdas 2007, 2010, 2013, 2018


Gap beban kasus dan jumlah balita gizi
buruk yang diterapi
Cakupan balita gizi buruk yang diterapi
• Tidak terlaporkan rendah menjadi salah satu penyebab
tingginya prevalensi stunting di
• Penemuan kasus aktif
Indonesia
masih kurang
2,181,435
• Kebutuhan layanan
kesehatan rendah
• Akses ke layanan kesehatan
terbatas

20,152
Balita Gizi Buruk yang
Children received
diterapi treatment National burden (2018)
(2017)

Treatment data from MoH


Burden and Incidence form Riskesdas 2018
Kurang Gizi Akut
(Wasting)

Gizi Buruk Gizi Kurang

23
Kurang Gizi
Akut
Gizi Buruk + Gizi Kurang
= (Global acute
Malnutrition
/GAM)

3%
+ 7%
= 10%

24
DAMPAK PANDEMI COVID-19
Pandemi COVID-19 berdampak pada:
• Terjadinya peningkatan kasus gizi kurang dan gizi buruk, yang
dapat disebabkan oleh:
• Berkurang atau terhentinya pemberian ASI eksklusif pada
bayi <6 bulan.
• Menurunnya kuantitas dan/atau kualitas makanan
pendamping ASI atau makanan anak karena
• berkurangnya ketersediaan makanan bergizi akibat
adanya gangguan pasokan dan/atau
• berkurangnya akses ke makanan bergizi, terutama pada
kelompok ekonomi menengah dan rendah.
• Meningkatnya konsumsi makanan/minuman yang rendah
kandungan zat gizinya.
DAMPAK PANDEMI COVID-19

Pandemi COVID-19 berdampak pada:


• Deteksi dini gizi buruk atau balita berisiko, karena
• Terbatas atau tertundanya kegiatan pemantauan
pertumbuhan anak balita di posyandu.
• Terbatas atau tidak adanya aktif skrining yang dapat
dilakukan karena adanya pembatasan kegiatan yang
mengumpulkan massa.
PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA

Prinsip Pencegahan: SEDINI MUNGKIN


1. Penyiapan kesehatan dan status gizi ibu hamil dilakukan sejak masa
remaja dan selanjutnya saat usia subur

Pencegahan Hygiene dan


Pernikahan Dini Sanitasi
Konsumsi TTD
dan Kehamilan Personal dan
pada Remaja Lingkungan

Konseling Pra Pencegahan Peningkatan


Nikah KEK Kepesertaan KB

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 27


2. Upaya peningkatan kesehatan dan status gizi ibu hamil:
a) Pelayanan antenatal care (ANC) terpadu sesuai standar
b) Penerapan pola hidup sehat dan gizi seimbang
c) Higiene dan sanitasi perorangan dan lingkungan
d) Tidak merokok/ tidak terpapar asap rokok.

3. Peningkatan status gizi dan kesehatan, tumbuh kembang serta


kelangsungan hidup anak →

Strategi pemberian makan bayi dan anak yang dilakukan dengan praktik
“Standar Emas Makanan Bayi dan Anak” serta Pemantauan Tumbuh
Kembang dan Pola Asuh yang tepat.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 28


4. Penapisan massal untuk menemukan hambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada balita di tingkat masyarakat

Pemantauan pertumbuhan yang dilakukan terhadap:


BB/U, PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau BB/TB serta lingkar kepala
(LK) dan LiLA (6-59 bulan) DIPLOT PADA GRAFIK PERTUMBUHAN
dan DICATAT DALAM BUKU KIA agar diketahui status
pertumbuhannya

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 29


5. Perhatian khusus untuk bayi dan balita dengan faktor risiko kekurangan gizi:
a. Bayi yang lahir dari ibu KEK dan/atau ibu usia remaja, bayi prematur, BBLR,
kembar, lahir dengan kelainan bawaan.
b. Balita dengan infeksi kronis atau akut berulang dan adanya sumber
penularan penyakit dari dalam/luar rumah.
c. Balita dari keluarga dengan status sosioekonomi kurang.
d. Balita berkebutuhan khusus.
e. Balita di lingkungan yang terkendala akses air bersih, dan/atau higiene dan
sanitasi yang buruk.
6. Dukungan program terkait
7. Dukungan lintas sektor
8. Perhatian khusus diberikan kepada baduta yang rentan mengalami gizi buruk.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 30


Pencegahan Gizi Buruk pada Bayi <Usia 6 Bulan

Pencegahan jangka pendek adalah dengan melakukan IMD,


memberikan ASI Eksklusif, pemantauan pertumbuhan sejak awal
kehidupan,
pemeriksaan neonatal esensial menggunakan pendekatan MTBM (bayi
muda 0-2 bulan) dan pemeriksaan balita sakit menggunakan pendekatan
dan formulir MTBS.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 31


Faktor risiko gizi buruk bagi bayi < 6 bulan yang sering ditemukan
antara lain:

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


01
Bayi lahir sebelum waktunya

02 (preterm/prematur)

Penyakit dan kelainan bawaan


03
Pola asuh yang tidak menunjang proses
tumbuh kembang bayi dan gangguan
04 kesehatan ibu setelah melahirkan
Upaya pencegahan gizi buruk pada bayi usia < 6 bulan

upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak dalam paket


pelayanan Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 33


Pencegahaan Gizi Buruk pada Balita 6-59 bulan:

Pemberian Makanan Sesuai Rekomendasi


01
Pencegahan Penyakit Infeksi
02
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 35
Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah kekurangan gizi pada
balita 6-59 bulan:

Pembinaan secara aktif pada keluarga dan masyarakat


01 dengan edukasi tentang pola asuh yang benar pada anak

Pemanfaatan pelayanan kesehatan


02
Penapisan kekurangan gizi pada balita: Penimbangan

03 berkala dan pengukuran LILA

Pemantapan peran lintas sektor dalam memberikan

04 dukungan untuk mencegah kekurangan gizi pada balita


Pemantauan Pertumbuhan Balita

Prinsip pencegahan gizi buruk: menemukan kasus


yang berisiko mengalami gizi buruk

Penemuan balita dengan hambatan pertumbuhan


sedini mungkin di Posyandu atau fasilitas kesehatan
primer.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 37


KESALAHAN MENILAI STATUS PERTUMBUHAN

Berat Badan Berat Badan


Bulan Lalu Bulan ini

DIBANDINGKAN

PENILAIAN KADER/ TENAGA


KESEHATAN

ASAL NAIK
Pertumbuhan berbeda dengan perkembangan.
- pertumbuhan terjadi pembesaran dan penambahan jumlah sel,
- perkembangan terjadi perubahan fungsi menjadi lebih sempurna

Perkembangan dipengaruhi oleh pertumbuhan,


Anak yang mengalami gangguan pertumbuhan cenderung juga
mengalami gangguan perkembangan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 39


Dua tahun pertama kehidupan adalah periode
kritis bagi anak. Masa ini merupakan kesempatan
emas dalam memenuhi maupun memperbaiki
asupan nutrisi anak agar tercapai tumbuh
kembang yang optimal serta mencegah terjadi
masalah kesehatan di kemudian hari.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 40


Short break !
Faktor risiko terjadinya hambatan pertumbuhan:
Anak Ibu
• Berat bayi lahir rendah (BBLR) • Ibu dengan gangguan kesehatan,
• Kesulitan dalam proses menyusui termasuk kesehatan mental, yang
• Menderita sakit infeksi, baik akut atau dapat mempengaruhi pola asuh anak
kronik • Ibu remaja
• Kelainan kongenital. • Ibu yang terpapar asap rokok saat
• Terlambat memperkenalkan makanan hamil (perokok aktif atau pasif)
padat • Ibu pekerja
• Pemberian makan menurut umur yang
tidak adekuat (kuantitas dan kualitas)

Faktor ekonomi
• Akses ke fasilitas kesehatan yang sulit
• Kesehatan lingkungan dan praktek kebersihan diri yang tidak optimal.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 42


Identifikasi Gizi Buruk,
Penemuan Dini dan
Tindak Lanjut

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 43


Menentukan status gizi dengan indeks
antropometri
Informasi yang dibutuhkan saat menentukan
status gizi balita dengan indeks antropometri
adalah:
• Umur
• Jenis kelamin
• Berat badan
• Panjang atau tinggi badan
• Lingkar Lengan Atas (LiLA)

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 44


Menentukan status gizi dengan indeks
antropometri
BB menurut PB atau Kurang Gizi Akut
BB menurut TB (WASTING)

PB menurut umur atau Kurang Gizi Kronis


TB menurut umur (STUNTING)

Lingkar Lengan Atas


Kurang Gizi Akut
(LiLA)
(WASTING)

BB menurut umur Kurang Gizi Akut atau Kronis


(UNDERWEIGHT)

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 45


Mengidentifikasi Kurang Gizi
Akut (Wasting)

Identifikasi kurang gizi akut dengan melakukan


pemeriksaan:
▪ Lingkar Lengan Atas (LiLA) – hanya untuk balita 6 –
59 bulan
▪ BB dan PB atau TB, untuk menentukan (semua
balita):
✓ Z-skor BB menurut PB (z-skor BB/PB)
✓ Z-skor BB menurut TB (z-skor BB/TB)
▪ Pitting edema bilateral – untuk semua balita

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 46


Berat Badan Tinggi atau Panjang
Badan

LiLA Edema Bilateral 48

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 48


Bagaimana kita tahu
seorang anak gizi
kurang atau gizi
buruk?

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 49


Quiz
Masalah kurang gizi akut (wasting) pada balita usia 6 – 59 bulan ditentukan
dengan:
a. Skor-Z Berat badan menurut Umur (BB/U)
b. Skor-Z Berat badan menurut Panjang atau Tinggi Badan (BB/PB atau
BB/TB)
c. Skor-ZTinggi badan menurut umur (TB/U)
d. Lingkar lengan atas (LiLA)
e. Ada tidak pitting edema bilateral
Kurang Gizi Akut
(Wasting)

Gizi Buruk Gizi Kurang

51
ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN
Klasifikasi Kurang Gizi Akut

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 52


Klasifikasi Kurang Gizi Akut

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 53


Balita 6 - 59 months
Kurang Gizi
Akut
(Wasting)

Gizi Buruk Gizi Kurang

Satu atau lebih: Satu atau keduanya:


• LiLA: <11.5 cm • LiLA 11.5 - 12.4 cm
• BB/PB atau BB/TB: <- • BB/PB atau BB/TB: = -
3 SD 3 - <-2 SD
• Edema bilateral

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 54


Bayi <6 months
Kurang Gizi
Akut
(Wasting)

Gizi Buruk Gizi Kurang

Satu atau lebih: BB/PB: = -3 to <-2 SD


• BB/PB: <-3 SD
• Edema bilateral

LiLA tidak digunakan untuk bayi <6 bulan

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 55


PENGUKURAN BERAT BADAN
(BB) DAN PANJANG (PB) ATAU
TINGGI BADAN (TB)

https://youtu.be/id68KWUPRHM

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 56


PENGUKURAN BERAT BADAN
(BB)
Alat: TIMBANGAN BB
Syarat:
• Ketepatan hingga 100 gram (0,1 kg), sedangkan untuk
timbangan bayi ketepatan hingga 10 gram (0,01 kg).
• Kalibrasi secara berkala

Gunakan timbangan BB yang direkomendasikan, seperti


timbangan digital.
Jangan menggunakan timbangan kamar mandi.

Penggunaan timbangan Dacin dapat digunakan di Posyandu,


namun untuk konfirmasi status gizi di layanan kesehatan,
gunakan alat timbang yang memenuhi syarat di atas.
ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 57
PENGUKURAN PANJANG/TINGGI BADAN
ALAT: PAPAN PENGUKUR PANJANG/TINGGI
BADAN
Syarat:
• Ketepatan 0,1 cm
• Kalibrasi berkala

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 58


Menentukan Skor-Z BB/PB
atau BB/TB
Dengan Menggunakan Tabel

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 59


Quiz
Untuk menentukan skor-Z berat badan menurut panjang atau tinggi badan
(BB/PB atau BB/TB), dibutuhkan informasi-informasi berikut:
a. Jenis kelamin
b. Berat badan dalam kg
c. Umur
d. Tinggi badan dalam sentimeter (cm)
Menentukan Skor-Z BB/PB atau BB/TB
Untuk dapat menentukan skor-Z BB/PB atau BB/TB,
dibutuhkan informasi :
• Jenis kelamin
• Berat badan dalam Kg
• Panjang atau tinggi badan dalam cm
• Umur

MEDIA
Skor-Z ditampilkan dalam bentuk: N
- Grafik (seperti grafik-grafik yang
ada di buku KIA)
- Tabel (biasanya dalam bentuk
range)
- Nilai absolut hasil perhitungan
(misalnya menggunakan
aplikasi WHO Antro)
Menentukan Skor-Z BB/PB atau BB/TB
Yang dibutuhkan: Tabel standar pertumbuhan WHO
2006

WHO 2006 Child Growth Standards


http://www.who.int/childgrowth/standards/Berat_for_panjang_Tin
ggi_field/en/
62
Menentukan Skor-Z BB/PB atau BB/TB

Demo 1

Perempuan
Berat = 7.7 kg
Panjang = 76.0 cm
Umur = 21 bulan

Hitung Skor Z untuk Berat-menurut-


Panjang (BB/PB)

63
Menentukan Skor-Z BB/PB atau BB/TB
Perempuan, Berat = 7.7 kg, panjang =
76.0 cm
• Lihat tabel Berat-menurut-Panjang anak perempuan < 2
tahun, seorang anak dengan panjang 76.0 cm
• Pada baris itu (untuk anak perempuan dengan panjang
76.0 cm) cari Berat terdekat ke 7.7 kg

Boys Length Girls


Perempuan

-3 SD -2 SD -1 SD Median (cm) Median -1 SD -2 SD -3 SD


7.5 8.1 8.8 9.5 75.0 9.1 8.4 7.7 7.1
7.6 8.2 8.8 9.6 75.5 9.2 8.5 7.8 7.1
7.6 8.3 8.9 9.7 76.0 9.3 8.5 7.8 7.2
7.7 8.3 9.0 9.8 76.5 9.4 8.6 7.9 7.3
7.8 8.4 9.1 9.9 77.0 9.5 8.7 8.0 7.4

64
Menentukan Skor-Z BB/PB atau BB/TB
Perempuan, Berat = 7.7 kg, panjang =
76.0 cm

Perempuan

Angka 7.7 kg adalah


kurang dari 7.8 kg (7.8 kg
= -2 SD)

Angka 7.7 kg adalah


lebih dari 7.2 kg (7.2 kg =
-3 SD)
Skor-Z BB/PB antara -2 SD and -3 SD → Status gizi
balita ini
Gizi Kurang
65
Menentukan Skor-Z BB/PB atau BB/TB
Demo 2

Laki-laki
Berat = 11.1 kg
Tinggi = 96.5 cm
Umur = 30 bulan

Hitung Skor Z untuk Berat-menurut-Tinggi


(BB/TB)

66
Menentukan Skor-Z BB/PB atau BB/TB
Laki-laki, Berat = 11.1 kg, Tinggi=
96.5 cm
Lihat tabel Berat-menurut-Tinggi anak laki-laki >2 tahun,
seorang anak dengan tinggi badan 96.5 cm
Pada baris itu (untuk anak laki-laki dengan tinggi 96.5 cm) cari
berat yang paling dekat ke 11.1 kg

Weight for Height >2 years or >87cm (Z-Scores)


Boys Height Girls
Perempuan
-3 SD -2 SD -1 SD Median (cm) Median -1 SD -2 SD -3 SD
11.1 12.0 13.0 14.1 95.0 13.9 12.7 11.7 10.8
11.2 12.1 13.1 14.2 95.5 14.0 12.8 11.8 10.8
11.3 12.2 13.2 14.3 96.0 14.1 12.9 11.9 10.9
11.4 12.3 13.3 14.4 96.5 14.3 13.1 12.0 11.0
11.5 12.4 13.4 14.6 97.0 14.4 13.2 12.1 11.1

67
Menentukan Skor-Z BB/PB atau BB/TB
Laki-laki, Berat = 11.1 kg, Tinggi=
96.5 cm

Angka 11.1 kg
adalah kurang dari
11.4 kg (11.4 kg = -3
SD)

Skor Z BB/TB <-3 SD → Status gizi balita ini


Gizi Buruk
68
Menentukan Skor-Z BB/PB atau BB/TB
Demo Polls

Perempuan
Berat = 9,9 kg
Tinggi = 88,2 cm
Umur = 25 bulan

Hitung Skor Z untuk Berat-menurut-Tinggi


(BB/TB)

69
Quiz
Skor-Z balita ini adalah
a. <-3,0 SD.
b. Antara -3,0 SD dan <-2,0 SD.
c. Antara -2,0 SD dan <-1,0 SD
d. ≥-1,0 SD
Menentukan Skor-Z BB/PB atau BB/TB
Perempuan, Berat = 9,9 kg, Tinggi= 88,2 cm

Lihat tabel Berat-menurut-Tinggi anak perempuan >2 tahun,


seorang anak dengan tinggi badan 88,0 cm (88,2 cm
dibulatkan ke angka yang terdekat, yaitu 88,0 cm)
Pada baris itu (untuk perempuan dengan tinggi 88,0 cm) cari berat
yang paling dekat ke 9,9 kg

71
Menentukan Skor-Z BB/PB atau BB/TB
Laki-laki, Berat = 11.1 kg, Tinggi=
96.5 cm

Angka 9,9 kg
adalah antara
9,4 kg dan 10,2
kg (9,9 kg =
antara -3,0
dan <-2,0 SD)
Skor Z BB/TB antara -3,0 SD dan <-2,0 SD→
Status gizi balita ini
Gizi Kurang
72
PITTING EDEMA BILATERAL

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 73


Edema karena gizi buruk
• Bilateral (ada pada kedua sisi tubuh misal
kedua telapak kaki, kedua tungkai, kedua
lengan)
• Mulai di telapak kaki, kemudian naik ke
tungkai, lengan dan muka. Jika edema
hanya di kaki atau lengan atau muka, maka
edema ini bukan karena gizi buruk.
• Tidak sakit ketika ditekan.
• Tidak ada perubahan dalam sehari (misal
tidak memburuk di malam hari dibandingkan
pagi hari).
74
Pemeriksaan Pitting Edema Bilateral
◦ Tekan lembut dengan kedua ibu jari
pada bagian atas telapak kaki,
bagian bawah kaki atau tungkai dan
hitung hingga tiga detik
◦ Angkat ibu jari
◦ Jika lekukan bekas tekanan
tertinggal pada kedua kaki/
tungkai, ini menunjukan pasien
memiliki edema
◦ Bekas tekanan mungkin lebih
mudah dirasakan daripada yang
terlihat
◦ Bilateral edema adalah tanda gizi
buruk
◦ Tingkat edema, tergantung pada 75
Pemeriksaan Pitting Edema Bilateral

Gunakan teknik yang


sama untuk
mengecek edema
pada tungkai dan
tangan.

Tekan selama 3 Bekas


detik tertinggal

76
Pemeriksaan Pitting Edema Bilateral
Derajat Deskripsi
(+) Ringan: hanya pada kedua telapak kaki
(++) Sedang: pada kedua telapak kaki, kedua tungkai,
dan/atau kedua tangan dan kedua lengan bawah
(+++) Berat: seluruh badan, termasuk kaki, tungkai, tangan,
lengan bawah, lengan atas dan muka

77
Pemeriksaan Pitting Edema Bilateral

Dermatitis sering terjadi pada anak dengan edema


Warna kulit lebih terang atau gelap
Perubahan warna kulit, luka pada kulit dan/atau
lecet
78
Pemeriksaan Pitting Edema Bilateral
Hati-hati saat pemeriksaan Pitting Edema
Bilateral

Seharusnya pasien tidak merasa sakit ketika pemeriksaan


edema
Tidak semua edema merupakan akibat anak gizi buruk – bisa
juga merupakan tanda dari komplikasi medis lainnya
Edema mungkin disebabkan oleh komplikasi medis lainnya
jika
◦ Edema mulai dari bagian tubuh lain, seperti mata atau
perut.
◦ Hanya satu sisi, tidak bilateral (dua sisi tubuh)
◦ Edema tidak ditemukan di kedua telapak kaki
◦ Derajat edema berubah sehari( contoh: derajat edema
pada pagi hari lebih ringan daripada pada malam hari)
79
Short break !
PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS
BALITA USIA 6 – 59 BULAN

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 81


Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Alat : Pita LiLA (dengan ketepatan 0,1 cm)

Perlengkapan:
• PENA → UNTUK MEMBERI TANDA TITIK TENGAH LENGAN
ATAS

Pengukuran LiLA untuk balita 6 – 59 bulan

82
Pengukuran LiLA

• Selalu mengukur lengan


kiri.
• Lepaskan pakaian dari
lengan kiri hingga pundak.
• Pastikan balita melihat
lurus ke depan.
• Tekuk siku 90 derajat.
• Cari puncak bahu
(acromion) [1] [2]
• Cari ujung siku (olecranon)
[3]
83
Pengukuran LiLA

• Taruh benang pada puncak


bahu [4] hingga ujung siku [5]
• Ukur panjang lengan atas
• Lipat benang menjadi dua dan
temukan ujung benang di
ujung puncak bahu untuk
menentukan titik tengah
lengan
• Tandai titik tengah pada kulit
menggunakan bolpen [6]

84
Pengukuran LiLA

• Luruskan lengan anak:


tangan harus santai,
sejajar dengan badan.
• Lingkarkan pita LILA di titik
tengah yang sudah
ditandai. Pastikan pita
menempel rata di sekeliling
kulit, tidak terlalu ketat [8]
atau terlalu longgar [9]
• Ukur hingga ke angka 0.1
cm terdekat [10]

85
Pengukuran LiLA
INTEPRETASI HASIL PENGUKURAN LilA

Gizi Kurang
11,5 – 12,4 cm
Gizi Baik
Gizi Buruk 12,5 cm atau
<11,5 cm lebih

Pengukuran LiLA untuk balita 6 – 59 bulan

86
Apa yang dimaksud
penemuan dini
kasus?

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 87


Penemuan Dini Kasus

Penemuan kasus harus dilakukan secara regular


(setiap saat atau bulanan) disemua kesempatan
agar dapat mendeteksi dini kasus sebelum
menjadi buruk.

Jika mobilisasi masyarakat dan penemuan dini


kasus berjalan optimal, maka kurang dari 20%
balita gizi buruk yang perlu dirawat inap.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 88


Penemuan Dini Kasus
Penemuan Dini Kasus
Penemuan kasus pasif: seperti saat pemantauan pertumbuhan
bulanan di Posyandu, dan saat balita berkunjung ke fasyankes
(kunjungan rutin atau saat sakit).
Penemuan kasus aktif:
◦ Skrining aktif: rumah ke rumah balita 0 – 59 bulan untuk
menemukan balita kurang gizi akut. Juga untuk tindak lanjut balita
yang tidak hadir saat Posyandu bulanan.
◦ Skrining oportunistik: skrining yang dilakukan disetiap
kesempatan yang ada, seperti Hari Kesehatan, Hari Gizi, Pekan
Imunisasi Nasional, kegiatan keagamaan.

Anggota masyarakat dilatih untuk melakukan skrining


menggunakan LiLA, memeriksa edema dan tanda fisik gizi
buruk.
ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 89
Penemuan Dini Kasus

Saat pemantauan pertumbuhan bulanan di


Posyandu, lakukan skrining balita gizi buruk:
• Tanda fisik gizi buruk
• Pengukuran LiLA (6 – 59 bulan)
• Pemeriksaan edema
• BB tidak naik atau ada masalah menyusu (bayi
<6 bulan)
• Identifikasi adanya hambatan pertumbuhan

Kunjungan rumah → balita yang tidak datang ke Posyandu


Lakukan skrining semua balita sedikitnya sekali sebulan

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 90


Penemuan Dini Kasus
Perhatikan:
• Balita yang lebih tua bisa saja
teridentifikasi gizi baik dengan
pengukuran LiLA (hijau), namun gizi burk
berdasarkan BB/TB.
• Tanda gizi buruk juga penting untuk bayi
<6 bulan karena LiLA tidak bisa digunakan
pada bayi <6 bulan.
• Selalu rujuk balita yang tampak sangat
kurus agar bisa dikonfirmasi status gizinya.

Foto diatas menunjukkan anak laki-laki usia 4 tahun dengan LiLA hijau (gizi
baik), namun BB/TB <-3 SD

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 91


Penemuan Dini Kasus

Identifikasi kapan/dimana saja


dapat dilakukan skrining pasif,
aktif dan oportunistik di
wilayah kerja Anda?

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 92


Penemuan dini dan rujukan oleh
masyarakat
Strategi berikut dapat diterapkan untuk mengidentifikasi dan
merujuk balita gizi buruk atau yang berisiko:
▪ Rumah ke rumah oleh masyarakat yang terlatih, termasuk
kader.
▪ Skrining saat Posyandu dan kunjungan balita ke fasyankes.
▪ Skrining di pertemuan kemasyarakatan, PAUD, sekolah
informal (Screening at community meetings, ECCD, informal
school (seperti kelas Hafiz Quran atau Sekolah Minggu) dan
kesempatan lain.
▪ Skrining pada kegiatan kemasyarakatan lain, seperti
kegiatan yang dilaksanakan oleh NGO.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 93


Penemuan Dini Kasus

Rujukan Mandiri
(Self-referral)

◦ Lebih banyak orang tua/pengasuh/masyarakat akan


melakukan rujukan sendiri bila mereka memiliki
pengetahuan dan kesadaran gizi buruk yang baik
dan saat masyarakat telah menerima PGBT.
◦ Self-referrals dapat juga terjadi dilayanan MTBS

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 94


Langkah-langkah skrining gizi buruk

1. Jelaskan kepada orangtua/pengasuh:


◦ Apa yang akan terjadi
◦ Mengapa dilakukan pemeriksaan LiLA dan
edema bilateral
2. Pemeriksaan LiLA
3. Pemeriksaan pitting edema bilateral
4. Periksa tanda-tanda fisik gizi buruk

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 95


Langkah-langkah skrining gizi buruk
LiLA <11,5 cm Rujuk ke fasyankes atau nakes terdekat

LiLA 11.5-12,4 cm Rujuk ke fasyankes atau nakes terdekat

LiLA 12,5 cm dan diatasnya Konseling PMBA menurut umur

Edema bilateral Rujuk ke fasyankes atau nakes terdekat

Tanda fisik gizi buruk Rujuk ke fasyankes atau nakes terdekat

BB tidak naik atau masalah Rujuk ke fasyankes atau nakes terdekat


menyusu (bayi <6 bulan)

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 96


Penemuan Dini Kasus

LiLA untuk penemuan dini kasus:


• Skrining di Posyandu
• Disetiap kesempatan, mudah
dibawa dan digunakan
• Dapat dilakukan oleh orang
tua, kader, anggota masyarakat
lain yang terlatih.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 97


Mengapa
menggunakan LiLA
untuk penemuan dini
kasus?

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 98


LiLA untuk balita 6-59
bulan

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 99


Pengukuran LiLA
Alat : Pita LiLA (dengan ketepatan hingga 0,1 cm)

Gizi Baik
12,5 cm dan
diatasnya
Gizi Kurang
11,5 - 12,4
cm
Gizi Buruk <11.5
cm

Tidak digunakan pada bayi <6


bulan
(anak dengan PB <67 cm )
LiLA merupakan alat pengukur yang paling
mudah untuk penemuan dini kasus pada balita 6
– 59 bulan
ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 100
LiLA untuk penemuan dini kasus
• LiLA sederhana, cepat, akurat dan tidak mahal
• Penentuan status gizi dengan LiLA hanya perlu satu
jenis pengukuran dan tidak perlu menghitung.
• BB/PB atau BB/TB perlu 2 jenis pengukuran (BB dan
PB atau TB) dan kalkulasi z-skor dengan
menggunakan tabel BB/PB atau BB/TB.
• LiLA sensitif mendeteksi gizi buruk pada balita muda (yang
mempunyai risiko lebih tinggi).
• LiLA merupakan indikator risiko kematian (akibat kurang
gizi) yang lebih baik dibanding BB/PB atau BB/TB.
Baik LiLA dan z-skor BB/TB (atau BB/PB) harus
digunakan sebagai kriteria rawat secara mandiri
karena LiLA dan z-skor mengidentifikasi balita dengan
risiko kematian akibat kurang gizi akut yang berbeda.
ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 101
LiLA LiLA <11,5 CM LiLA <11,5 CM
untuk Z-SKOR <-3,0 Z-SKOR <-3,0
penemua EDEMA
BILATERAL
n dini
kasus
Baik LiLA dan z-skor LiLA <11,5 CM Z-SKOR <-3,0
BB/TB (atau BB/PB)
harus digunakan
sebagai kriteria rawat
secara mandiri karena
LiLA dan z-skor
mengidentifikasi balita
dengan risiko kematian EDEMA
akibat kurang gizi akut
BILATERAL
yang berbeda.
LiLA <11,5 CM Z-SKOR <-3,0
EDEMA EDEMA
BILATERAL BILATERAL
ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 102
LiLA untuk penemuan dini kasus
• Pita LiLA dengan kode warna
→Dapat digunakan oleh anggota masyarakat yang
buta angka/huruf namun telah dilatih.
→Membantu ibu/pengasuh, anggota keluarga dan
anggota masyarakat untuk dapat mengidentifikasi
balita berisiko dan memerlukan terapi dengan
lebih baik.
• Walaupun sederhana, pengukuran LiLA tetap
harus dilakukan dengan benar sesuai protokol
standar.
• Cara pengukuran yang salah dapat menyebabkan
kasus POSITIF PALSU or NEGATIF PALSU.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 103


LiLA untuk penemuan dini kasus

Dampak pengukuran LiLA yang tidak benar:


• Kasus NEGATIF PALSU
• Balita kurang gizi tidak teridentifikasi dan akan
terlewatkan untuk dirujuk.
• Kasus POSITIF PALSU
• Jumlah kasus yang dirujuk meningkat, sehingga
meningkatkan beban fasyankes.
• Kasus positif palsu tidak akan mendapatkan terapi gizi
buruk, jika banyak kasus ini dan tidak mendapatkan
penanganan apapun, maka dapat menyebabkan
fasyankes kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
Pastikan balita mendapatkan layanan kesehatan/gizi
yang sesuai.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 104


LiLA untuk penemuan dini kasus

• Kasus POSITIF PALSU (lanjutan)


• Kasus positif palsu, jika hasil konfirmasi ulang:
• Balita gizi kurang: lakukan konseling
PMBA dan berikan PMT (bila tersedia),
dan rujuk ke layanan kesehatan lain,
seperti imunisasi.
• Balita gizi baik: lakukan konseling PMBA
dan rujuk ke layanan kesehatan lain,
seperti imunisasi.
Tenaga kesehatan perlu memastikan bahwa kader dan anggota
masyarakat lain mendapatkan pelatihan, pelatihan penyegaran,
dan supervisi fasilitatif tentang mobilisasi masyarakat untuk
mengurangi kasus negatif atau positif palsu

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 105


Penemuan Dini Kasus
Langkah-langkah penemuan dini kasus :
• Meningkatkan akses ke skrining bulanan dengan menambah
tempat-tempat skrining (tidak hanya di Posyandu) untuk
pengukuran LiLA, seperti:
• PAUD, Taman Kanak-kanak
• Kelas keagamaan anak (seperti Kelas Quran, sekolah
minggu)
• Sweeping → kunjungan rumah ke semua balita yang tidak
hadir saat pemantauan pertumbuhan bulanan (Posyandu)
• Pengukuran LiLA untuk balita 6 – 59 di setiap kesempatan,
seperti pertemuan kemasyarakatan dan kegiatan keagamaan.

Pengukuran LiLA dapat dilakukan oleh anggota


masyarakat yang telah dilatih, seperti kader, PKK, guru
PAUD, orang tua, guru sekolah minggu.
ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 106
Penemuan Dini Kasus
Balita dengan LiLA MERAH dan KUNING harus dirujuk ke
fasyankes untuk:
• Konfirmasi status gizi dengan:
• BB/PB atau BB/TB
• LiLA (balita 6 – 59 bulan)
• Pemeriksaan edema bilateral
• PB/U atau TB/U

• Menemukan penyebab dan faktor risiko.

• Konseling

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 107


Penemuan dini kasus melalui
Pemantauan Pertumbuhan Bulanan
MENENTUKAN HAMBATAN PERTUMBUHAN

Pertumbuhan yang BAIK


Peningkatan BB mengikuti alur pertumbuhan di grafik
pertumbuhan anak
Kenaikan BB optimal
Hambatan Pertumbuhan
Peningkatan BB TIDAK mengikuti alur pertumbuhan di grafik
pertumbuhan anak (keluar jalur, mendatar, menurun)
Kenaikan BB TIDAK optimal

Rujuk ke tenaga kesehatan bila balita mengalami hambatan pertumbuhan.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 108


Penemuan kasus melalui
Pemantauan Pertumbuhan Bulanan
dengan menggunakan buku KIA dan
KMS

Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Panjang atau Tinggi Badan menurut Umur


(TB/U)
Lingkar kepala menurut Umur

Berat Badan menurut Panjang atau Tinggi Badan


(BB/PB atau BB/TB)

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 109


Penemuan kasus melalui
Pemantauan Pertumbuhan Bulanan
Balita yang tumbuh secara normal akan mengikuti jalur
pertumbuhannya, yang umumnya berada pada atau antara
garis standar deviasi +2 dan -2 (+2 hingga -2 SD)

Perhatikan kondisi-kondisi yang mengindikasikan adanya risiko


atau telah terjadi hambatan pertumbuhan, yaitu:
◦ Garis pertumbuhan balita keluar atau menyimpang dari
jalurnya
◦ Garis pertumbuhan turun atau naik tajam
◦ Garis pertumbuhan mendatar, misalnya tidak terjadi
kenaikan berat atau panjang/tinggi badan.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 110


Garis Pertumbuhan Balita Keluar
atau Menyimpang dari Jalurnya

Garis pertumbuhan balita yang keluar atau menyimpang dari jalurnya


mengindikasikan adanya risiko hambatan pertumbuhan.

Garis pertumbuhan seorang balita diharapkan berada tidak jauh dari


jalur SD yang sama sejak dari awal.

Bila arah jalur pertumbuhan mendekati garis median, bisa jadi


perubahan ini baik, namun jika menjauhi garis median, maka
kemungkinan besar mengindikasikan adanya masalah hambatan
pertumbuhan atau risiko terjadi hambatan pertumbuhan.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 111


Garis Pertumbuhan Balita keluar atau
menyimpang dari jalur pertumbuhannya

Grafik Pertumbuhan Berat Badan Laki-laki Menurut Umur (umur 0 – bulan)


• Jalur A menunjukkan arah
pertumbuhan balita yang
cenderung berada pada jalur +1
SD dan tidak menunjukkan
adanya risiko hambatan
pertumbuhan

• Jalur B, arah pertumbuhan balita


menyimpang dari jalur
pertumbuhan yang diharapkan.
Walaupun garis pertumbuhan
masih median dan -1 SD, namun
jalur pertumbuhan balita ini
mengarah ke SD dibawahnya.
Sehingga dapat disimpulkan
berdasarkan arah
pertumbuhannya, maka balita ini
mengalami hambatan
pertumbuhan.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 112


Garis Pertumbuhan Balita Keluar atau
Menyimpang dariJalur Pertumbuhannya

• Menunjukkan
garis
pertumbuhan
panjang badan
menurut umur
(PB/U) yang
E
D menyimpang/
C
B keluar dari jalur
A pertumbuhan dan
memotong
standar deviasi
dibawahnya

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 113


Garis Pertumbuhan Turun atau
Naik Tajam
Perlu mendapat perhatian
Jika balita baru sembuh dari sakit atau menderita kekurangan gizi, maka
pada saat terapi gizi diharapkan terjadi tumbuh kejar (catch-up growth) yang
terlihat dengan kenaikan tajam berat badan balita.

Bila bukan karena tumbuh kejar, maka tidak diharapkan adanya kenaikan
berat badan yang tajam. Kenaikan tajam dari jalur pertumbuhan dapat
disebabkan karena perubahan pola pemberian makan yang akan
meningkatkan risiko balita gemuk

Pada balita dengan kenaikan berat badan yang tajam, perlu dilihat juga
tinggi badannya. Jika kenaikan hanya terjadi pada berat badan tanpa disertai
kenaikan tinggi badan, maka ini menjadi masalah pertumbuhan.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 114


Garis Pertumbuhan Turun atau
Naik Tajam

Penurunan garis pertumbuhan berat badan yang tajam untuk


balita dengan status gizi baik atau kurang gizi harus segera
diperiksa dan ditangani. Bahkan pada balita gemuk, tidak
seharusnya terjadi penurunan berat badan yang tajam.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 115


Garis Pertumbuhan Turun
atau Naik Tajam

Contoh:
Gambar ini memberikan ilustrasi balita
yang mengalami penurunan berat
badan drastis karena diare pada umur
antara 2 – 3 bulan, sehingga pada
saat pemantauan berat badan pada
umur 3 bulan, arah garis pertumbuhan
berat badan menurun tajam (Titik A).
Setelah proses pemulihan dan
pemberian makan sesuai untuk balita
sakit, maka terjadi tumbuh kejar (catch
up growth) yang ditandai dengan arah
garis pertumbuhan yang naik tajam
(Titik B).

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 116


Garis Pertumbuhan Mendatar

Adanya masalah hambatan pertumbuhan.


BB balita tetap, tinggi dan umur balita bertambah →
kemungkinan besar mengalami masalah pertumbuhan.
Bila TB balita tetap sama selama periode waktu, maka
balita tidak bertumbuh.
Pengecualian bila balita gemuk atau obese mampu
mempertahankan berat badannya yang sama untuk
beberapa waktu hingga mencapai berat badan menurut
panjang/tinggi badan yang lebih baik.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 117


Garis Pertumbuhan Mendatar

Grafik Pertumbuhan Berat Badan Perempuan Menurut Umur


Titik B: BB naik tapi tidak optimal.
(umur 0 – bulan)

Titik C: BB tidak mengalami


kenaikan.

E F G Pada kondisi seperti ini,


D

A
B walaupun BB/U balita masih
berada di antara median dan -
C
1 SD, bayi ini tetapi
mengalami masalah
pertumbuhan dan harus dicari
penyebab masalahnya dan
Umur (Bln)
melakukan penanganan yang
tepat.
ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 118
Penemuan kasus melalui
Pemantauan Pertumbuhan Bulanan

Sangat penting untuk melihat situasi balita secara keseluruhan pada


saat menginterpretasi arah pertumbuhan di grafik pertumbuhan.
Contoh:
◦ jika seorang balita mengalami penurunan berat badan saat sakit
sebelumnya dan pada saat pemantauan pertumbuhan berikut
ditemukan kenaikan berat badan cepat (tampak sebagai
kenaikan yang tajam pada grafik pertumbuhan), maka keadaan
ini bisa jadi baik dan mengindikasikan adanya proses tumbuh
kejar (catch-up growth).
◦ jika saat pemantauan pertumbuhan balita gemuk ditemukan
berat badan tidak naik atau sedikit menurun dan garis
pertumbuhan mengarah pada garis median, maka ini
mengindikasikan perlambatan pertumbuhan (catch-down) yang
diharapkan.
ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 119
Penemuan kasus melalui
Pemantauan Pertumbuhan Bulanan

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 120


Tindak Lanjut Hasil
Penemuan Dini
Kasus

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 121


Langkah-langkah untuk
melakukan rujukan
Jelaskan kepada pengasuh/orangtua mengapa anak dirujuk
ke Puskesmas/Pustu
Jelaskan pada pengasuh atau orangtua tentang apa yang
akan terjadi di Puskesmas/Pustu
⮚ Tenaga kesehatan akan memeriksa LiLA, BB, PB atau TB,
memeriksa edema bilateral, melakukan tes nafsu makan
dan pemeriksaan medis.
⮚ Jika gizi buruk, maka balita akan mendapatkan
perawatan → layanan rawat jalan atau rawat inap

Orangtua/pengasuh perlu diberi pemahaman bahwa balita hanya


akan mendapatkan perawatan di layanan rawat jalan atau rawat
inap bila teridentifikasi gizi buruk berdasarkan hasil pemeriksaan.
ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 122
Langkah-langkah untuk
melakukan rujukan
Jelaskan pada pengasuh atau orangtua:
⮚ Jika gizi gurang, orangtua/pengasuh akan mendapatkan
konseling PMBA menurut umur dan PMT (bila tersedia).
Balita tidak akan dimasukkan ke perawatan balita gizi
buruk.
⮚ Jika gizi baik, orangtua/pengasuh, orangtua/pengasuh
akan mendapatkan konseling PMBA menurut umur.
Balita tidak memerlukan terapi gizi sama sekali, namun
orangtua/pengasuh tetap perlu membawa balita ke
Posyandu setiap bulan untuk memantau pertumbuhan
dan perkembangan balita.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 123


Langkah-langkah untuk
melakukan rujukan
• Minta ibu untuk membawa KMS/Buku KIA ketika ke fasyankes
• Kader harus menemani pengasuh dan anak ke fasyankes untuk
konfirmasi diagnosa anak dan masuk saat masuk perawatan jika
diagnosis balita gizi buruk ditegakkan.
• Jika tidak memungkin, kader harus melakukan kunjungan rumah
hari berikutnya untuk
• Memastikan anak dibawa ke fasyankes
• Mengetahui apakah anak masuk layanan rawat inap atau rawat
jalan

Kader akan terus memantau perkembangan balita ini untuk


memastikan mereka tetap mendapatkan pengobatan sampai sembuh
(jika balita dirawat jalan) atau saat balita balik dari rawat inap baik
untuk melanjutkan perawatan di layanan rawat jalan atau telah sembuh

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 124


Slip Rujukan Masyarakat

◦ Slip Rujukan Masyarakat diisi untuk semua anak


yang teridentifikasi memiliki LILA merah/kuning,
edema atau terlihat kurus dan harus dirujuk ke
fasyankes
◦ Slip diisi oleh kader atau tenaga kesehatan – satu
slip per anak.
◦ Slip diberikan kepada ibu/pengasuh anak untuk
dibawa ke fasyankes

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 125


Slip Rujukan Masyarakat
SLIP RUJUKAN MASYARAKAT

Anak dirujuk ke pos PGBT:

Nama anak: Tanggal rujukan:

Nama ibu :

Desa:

Dusun/Posyandu:

LILA (Lingkari): Hijau Kuning Merah


Edema (Lingkari): Ya / Tidak

Kelihatan kurus (Lingkari): Ya/Tidak

BB / Umur (LIngkari ) : 1T 2T BGM

Dirujuk oleh (nama):

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 126


Catat hasil skrining di buku register
Posyandu
Catat hasil skrining untuk balita gizi buruk di
buku register Posyandu
◦ Catat hasil pengukuran di buku register
Posyandu segera setelah aktivitas skrining
di Posyandu.
◦ Buku register skrining disimpan di
Posyandu

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 127


Laporan bulanan skrining
masyarakat
Posyandu kader menyiapkan “Laporan bulanan
skrining Posyandu” pada setiap akhir bulan.

Laporan dikirim ke bidan desa dan bidan desa


membuat laporan skrining di tingkat desa

Jika tidak ada layanan rawat jalan di desa tersebut,


maka bidan desa mengirimkan laporan skrining desa
ke Puskesmas terkait.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 128


Skrining dan rujukan
masyarakat ke Puskesmas

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 129


Klasifikasi Kurang Gizi Akut

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 130


Konfirmasi
Kurang gizi
masuk
akut
layanan
rawat jalan
atau rawat Gizi buruk Gizi buruk Gizi kurang
inap dengan tanpa tanpa
komplikasi komplikasi komplikasi
medis* medis medis

Konseling PMBA
Rawat Inap Rawat Jalan menurut umur
dan PMT (bila
tersedia)

*Komplikasi: anorexia atau tidak ada nafsu makan, muntah terus menerus, kejang, letargi,
penurunan kesadaran, infeksi saluran pernafasan bawah, demam tinggi, dehidrasi berat, diare
persiten, anemia berat, hipoglikemia, hipotermia, tanda kekurangan vitamin A pada mata, dan lesi
kulit berat.

ORIENTASI PGBT RAWAT JALAN 131

Anda mungkin juga menyukai