Anda di halaman 1dari 27

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

KEPERAWATAN KRITIS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDRAMAYU
DAFTAR ISI

Halaman

A. Pemantaun Central Venous Pressure (CVP) ...................................................... 1

B. Ekstubasi Endotrakheal Tube ............................................................................ 5

C. Intubasi Endotrakeal Tube ................................................................................. 9

D. Perawatan Pasien dengan Ventilator................................................................... 13

E. Titrasi ................................................................................................................. 19
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

PEMANTAUAN CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP)

A. Pengertian
Definisi memantau tekanan di atrium kanan yang ditentukan oleh fungsi atrium
kanan dan tekanan darah vena di vena cava.

B. Tekanan Vena Sentral


Tekanan pada atrium kanan dimana darah dari seluruh tubuh (sirkulasi) mengalir ke
seluruh atrium kanan. Tekanan vena sentral ditentukan oleh fungsi dari jantung kanan dan
tekanan darah vena pada pembuluh vena cava.
Tekanan vena sentral menunjukkan tekanan darah di atrium kanan atau vena kava
di rongga thoraks yang juga dapat memberikan gambaran tentang tiga parameter
sekaligus yaitu volume darah, efektivitas jantung sebagai pompa dan keadaan tonus
pembuluh darah (fungsi sirkulasi).

C. Kapan CVP diukur/dipasang?


1. Pasien dengan hipotensi dimana tidak respon terhadap manajemen klinik dasar
2. Hipovolemia sekunder yang terus menerus yang dapat mengakibatkan kehilangan
cairan atau perubahan cairan
3. Pasien dengan terapi infuse inotropik
4. Untuk memonitor status volume darah dan fungsi ventrikel kanan

Tekanan vena sentral dapat diukur dalam centimeter air (cmH2O) dengan
menggunakan sebuah manometer air atau dalam milimeter merkuri dengan memakai
transduser tekanan. Nilai normal tekanan vena sentral berkisar 5-10 cmH2O pada pasien
dengan napas spontan atau 3-11 mmHg dan terjadi peningkatan 3-5 cmH2O pada pasien
dengan ventilasi mekanik.

D. Daerah Pemasangan Kateter Vena Sentral


Kateter vena sentral biasanya dipasang di vena subklavia, vena jugularis, vena
femoralis atau vena antekubital.

1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

E. Teknik Pemantauan CVP


Pemantauan tekanan vena sentral dapat dilakukan secara manual atau melalui
transuder ke alat pantau komputer, yang hasilnya dapat dilihat pada layar monitor.
Pemantauan dengan cara manual adalah yang paling banyak dipakai. Untuk mendapatkan
hasil nilai tekanan vena sentral yang akurat dengan menggunakan manometer, kita harus
melakukan pemantauan dengan teliti dan benar.

F. Persiapan alat :
1. Waterpas atau penggaris
2. Manometer
3. Cairan NaCl 00,9%
4. Set Infus
5. Three way

G. Komplikasi Pemasangan CVP


1. Pneumothorak
2. Hematothoraks
3. Hematoma
4. Tamponaade jantung
5. Emboli udara
6. Infeksi

2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

CHECKLIST PENILAIAN
MONITORING CVP

TINDAKAN
ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
A. Tahap Pre Interaksi
1. Cek catatan perawat dan medis : pengukuran CVP
2. Siapkan alat dan bahan
 Waterpas
 Manometer
 Cairan intravena
3. Cuci tangan
B. Tahap Interaksi
1. Berikan salam, identifikasi klien dan panggil sesuai
namanya
2. jelaskan prosedur, kontrak waktu dan tujuan tindakan
pengukuran CVP
C. Tahap Kerja
1. Beri kesempatan klien untuk bertanya
2. Menanyakan keluhan
3. Mulai dengan cara yang baik
4. Jaga privacy klien
5. Menggunakan sarung tangan bersih
6. Patikan kepatenan selang CVC (central venous catheter)
7. Posisikan pasien dalam keadaan supinasi atau dalam posisi
semi recumbent
8. Tentukan ketepatan titik nol (Zero point) dengan
mensejajarkan manometer dengan aksis plebostatik
9. Berikan tanda pada aksis plebostatik
10. Tutup three-way ke arah pasien dan buka ke arah
manometer
11. Buka klem cairan infus pasien dan alirkan perlahan untuk
mengisi manometer ke level yang lebih tinggi dari nilai

3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

normal atau sampai batas 20 cmH2O


12. Tutup aliran infus dari pasien dan buka three way dari
manometer ke arah pasien
13. Perhatikan penurunan cairan dalam manometer dan tunggu
hingga penurunan cairan berhenti
14. Lakukan pembacaan nilai manometer pada angka di
manometer di level cairan berrhenti
15. Informasikan hasil pengukuran, jika perlu
16. Atur inteval pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien dan hasil kegiatan
2. Berikan reinforcement
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan
5. Cuci tangan
E. Dokumentasi
Catat waktu pengukuran dan nilai CVP
Total Nilai

Indramayu, ………………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………..) (…………………………………….)

4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

EKSTUBASI SELANG ENDOTRAKHEAL

A. Pengertian
Melapaskan selang endotracheal dari jalan napas melalui mulut

B. Tujuan
Mempersingkat kebutuhan ventilasi mekanik sehingga resiko untuk terjadi
infeksi nosocomial dapat diminimalisir dan lama perawatan pasien di ruang
intensif dapat dipersingkat

C. Kriteria pasien dilakukan ekstubasi


1. Oksigenasi adekuat SaO2 >92%, PaO2 > 60 mmHg
2. Ventilasi adekuat : TV : 5 cc/kgBB, nafas spontan> 8x/menit, PaCO2 < 60
mmHg
3. Hemodinamik stabil

D. Persiapan pasien :
1. Hentikan pemakain sedative atau narkotik beberapa jam sebelum
penyapihan
2. Pasien sadar dan kooperatif
3. Posisi kepala pasien 45 derajat dari horizontal
4. Tunda pemberian makanan lewat NGT 4 jam sebelum ekstubasi
5. Persiapkan T-piece, NRM, Nasal kanul

E. Persiapan alat :
1. Handscoon bersih
2. Spuit 200 cc
3. Selang oksigen pengganti (seperti RM, NRM dll) sesuai kebutuhan
4. Kassa
5. Selang suction, ukuran sesuai kebutuhan
6. Mesin suction

5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

F. Perhatian :
Keputusan untuk penyapihan ditentukan oleh SMF CVC yang bertugas saat
itu. Pada kasus pasien dengan kasus hipoksemia berat dan kardiogenik syok,
pertahankan setting PRVC/VC selama 24 jam. Menjelang ekstubasi, pasien
diberikan spontaneous breathing trial dengan T-piece, CPAP/PS 5-8 cmH2O
selama 30-60 menit

6
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

FORMAT PENILAIAN OSPE


(OBJECTIVE STRUCTURE PRACTICAL EXAMINATION

TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PREINTERAKSI
a. Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat ke klien
b. Mencuci tangan
c. Memakai sarung tangan jika perlu
2. TAHAP ORIENTASI
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Mengkaji keadaan pasien
d. Menjelaskan rencana tindakan, tujuan, prosedur,
waktu, dan kesediaan
3. TAHAP KERJA
a. Memberikan privasi
b. Cuci tangan sesuai dengan prosedur sebelum
melakukan tindakan.
c. Mendekatkan alat
d. Identifikasi indikasi pelepasan selang endotrakheal
e. Gunakan handscoon bersih
f. Posisikan pasien telentang, atau sesuai kebutuhan
g. Lakukan penghisapan lendir pada selang endotracheal
dan mulut, jika perlu
h. Kempiskan balon ETT dengan spuit 10 cc atau 20 cc
i. Berikan ventilasi sebesar 100% dengan bagging
j. Buka fixasi/plester
k. Tarik selang endotracheal melalui mulut
l. Ulangi penghisapan lendir, jika perlu
m. Bersihkan area bibir dengan kasa, jika perlu

7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

n. Berikan oksigen pengganti, sesuai kebutuhan,


misalnya dengan NRM
o. Atur aliran oksigen, sesuai dengan kebutuhan, (NRM)
8-12 liter/menit
p. Monitor dan catat tanda vital pada pasien selama
proses ekstubasi
q. Lepaskan handscoon
4. TAHAP TERMINASI
a. Merapikan klien dan alat-alat.
b. Mencuci tangan dengan prosedur yang benar.
c. Memperhatikan keadaan umum klien
d. Mendokumentasikan tindakan

Indramayu, ……………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………..) (…………………………………….)

8
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

INTUBASI ENDOTRAKHEA

Intubasi endotrakhea merupakan tindakan memasukkan pipa trachea


(endotrakhea tube) ke dalam trachea melalui rongga nasal (nasotrakhea) atau oral
(orotrakhea). Tindakan ini bertujuan untuk membebaskan dan mempertahankan
jalan nafas. Melalui pipa trachea dapat dilakukan pemberian nafas buatan,
penghisapan bahan-bahan aspirat yang masuk ke trachea dan untuk memberikan
obat-obat resusitasi. Intubasi endotrakhea memerlukan teknik laringoskopi yang
cukup sulit sehingga memerlukan latihan yang intensif. Tindakan ini hanya boleh
dilakukan oleh tenaga yang terlatih. Cara tercepat melalui rute orotrakhea tetapi
rute nasotrakhea tidak dianjurkan untuk resusitasi karena lebih sulit dan perlu
waktu yang lebih lama.
Kasus-kasus dimana laringoskopi sulit dilakukan dan bahkan dapat
membahayakan jiwa klien:
1. Pada radang epiglottis akut
2. Cidera kepala (dapat meningkatkan tekanan intra cranial)
3. Cidera tulang leher
4. Cidera pada wajah

A. Persiapan
1. Pasien
a. Pasien/keluarganya diberi penjelasan mengenai tindakan, tujuan, serta
pengaruh yang mungkin timbul sehubungan dengan tindakan tersebut.
b. Waktu akan melakukan tindakan intubasi pasien dipasang peralatan
untuk memonitor keadaan pasien: tensimeter, puls oksimetri, ECG
monitor.
2. Alat
a. Scope (Laringoskop dan stetoskop)
b. Pipa endotrakhea (ETT) dengan berbagai ukuran (untuk dewasa: 6 – 8
mm dan untuk bayi/anak: 3 – 5 mm)
c. Spuit untuk mengembangkan cuff

9
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

d. Airway (pipa orofaring atau nasofaring)


e. Alat penghisap dan pipa beberapa ukuran
f. Introducer (mandarin atau stilet untuk mengatur kelengkungan pipa
endotrakhea)
g. Connector (selang penyambung)
h. Handscoon steril
i. Bad valve mask (BVM)
j. Plester untuk fiksasi pipa endotrakhea

10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

CHEKCLIST PENILAIAN
TINDAKAN INTUBASI ENDOTRAKHEA

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PREINTERAKSI
a. Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat ke klien
b. Mencuci tangan
c. Memakai sarung tangan jika perlu
2. TAHAP ORIENTASI
e. Mengucapkan salam terapeutik
f. Memperkenalkan diri
g. Mengkaji keadaan pasien
h. Menjelaskan rencana tindakan, tujuan, prosedur,
waktu, dan kesediaan
3. TAHAP KERJA
a. Memakai handscoon dan masker
b. Periksa integritas balon ETT
c. Pasang madrin atau stilet pada bagian dalam ETT
d. Lumasi ETTdengan jelly
e. Posisikan pasien telentang dengan leher ekstensi
f. Lakukan pendampingan pasien selama
pemasangan dilakukan operator
1) Buka mulut pasien dengan teknik cross finger
2) Masukan blade laringoskop dengan tangan kiri
sampai epiglotis terlihat jelas
3) Masukan ETT melewati epiglottis dengan
tangan kanan
4) Kembangkan balon ETT
5) Angkat blade laringoskop dari mulut pasien

11
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

6) Pegang ETT dengan satu tangan dan lepas


mandarin dengan tangan lainnya
g. Lakukan suction, jika perlu
h. Sambungkan ETT dengan dengan BVM
i. Periksa ketepatan posisi ETT dengan auskultasi
bunyi paru
j. Fiksasi ETT dengan plester
k. Sambungkan ETT dengan connector sumber
oksigen
l. Rapihkan pasien dan aat-alat yang digunakan
m. Lepaskan sarung tangan dan masker
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi TTV klien
b. Mencuci tangan
c. Mendokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan

Indramayu, ……………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………..) (…………………………………….)

12
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

PERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILATOR

A. Pengertian
Ventilator adalah suatu alat system bantuan nafas secara mekanik yang di
desain untuk menggantikan/menunjang fungsi pernafasan.

B. Tujuan Pemasangan Ventilator


1. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan
ventilasi yang fisiologis.
2. Memanipulasi “air way pressure” dan corak ventilasi untuk memperbaiki
efisiensi ventilasi dan oksigenasi
3. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas.
C. Indikasi Pemasangan Ventilator
- “Respiratory Rate” lebih dari 35 x/menit.
- “Tidal Volume” kurang dari 5 cc/kg BB.
- PaO2 kurang dari 60, dengan FiO2 “room air”
- PaCO2 lebih dari 60 mmHg
D. Alat-alat yang disediakan
1. Baki dan pengalas
2. Perlak dan Pengalas
3. Sarung tangan steril
4. Bak instrument besar 1
5. Kom kecil 2
6. Kom besar 1
7. Pinset anatomis 1
8. Sikat gigi khusus
9. Spuit 5 cc
10. OPA 2
11. Set ETT
12. Plester
13. Gunting plester

13
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

14. Kassa
15. Suction set
16. Antiseptic (chlorhexidin, cetylpyridinium chloride), madu/pelembab bibir
17. Bengkok

E. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan


1. Humidifasi dan Suhu
Ventilasi Mekanik yang melewati jalan nafas buatan meniadakan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap pelembaban dan penghangatan. Dua
proses ini harus ditambahkan pelembab (Humidifier) dengan pengontrol suhu
dan diisi air sebatas level yang sudah ditentukan (system boiling water)
terjadi Kondensasi air dengan penurunan suhu untuk mencapai suhu 370 C
pada ujung sirkuit ventilasi mekanik. Pada kebanyakan kasus suhu udara ±
sama dengan suhu tubuh.
Pada kasus hypotermi suhu dapat dinaikkan lebih dari 370 C - 380 C.
Kewaspadaan dianjurkan karena lama dan tingginya suhu inhalasi
menyebabkan luka bakar pada trakea, lebih mudah terjadinya pengentalan
sekresi dan akibatnya obstruksi jalan nafas bisa terjadi. Sebaliknya apabila
suhu ke pasien kurang dari 360 C membuat kesempatan untuk tumbuhnya
kuman.
Humidifikasi yang lain yaitu system Heating wire dimana kehangatan
udara dialirkan melalui wire di dalam sirkuit dan tidak terjadi kondensasi air.
Pada kasus penggunaan Ventilasi Mekanik yang singkat tidak lagi
menggunakan kedua system diatas, tetapi humidifasi jenis Moisture echanger
yang di pasang pada ujung sirkuit Ventilasi Mekanik.

2. Perawatan jalan nafas


Perawatan jalan nafas terjadi dari pelembaban adequate, perubahan posisi
dan penghisapan sekresi penghisapan di lakukan hanya bila perlu, karena
tindakan ini membuat pasien tidak nyaman dan resiko terjadinya infeksi,
perhatikan sterilitas !! Selanjutnya selain terdengar adanya ronkhi (auscultasi)

14
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

dapat juga dilihat dari adanya peningkatan tekanan inspirasi (Resp. rate) yang
menandakan adanya perlengketan/penyempitan jalan nafas oleh sekresi ini
indikasi untuk dilakukan pengisapan.
Fisioterapi dada sangat mendukung untuk mengurangi atelektasis dan
dapat mempermudah pengambilan sekresi, bisa dengan cara melakukan
clapping, fibrasing perubahan posisi tiap 2 jam perlu dikerjakan untuk
mengurangi pelengketan sekresi.

3. Perawatan selang Endotrakeal


Selang endotrakeal harus dipasang dengan aman untuk mencegah
terjadinya migrasi, kinking dan terekstubasi, oleh sebab itu fiksasi yang
adequate jangan diabaikan. Penggantian plesterfiksasi minimal 1 hari sekali
harus dilakukan karena ini merupakan kesempatan bagi kita untuk melihat
apakah ada tanda-tanda lecet/ iritasi pada kulit atau pinggir bibir dilokasi
pemasangan selang endotrakeal.
Pada pasien yang tidak kooperatif sebaiknya dipasang mayo/gudel sesuai
ukuran, ini gunanya agar selang endotrakeal tidak digigit, dan bisa juga
memudahkan untuk melakukan pengisapan sekresi. Penggunaan pipa
penyanggah sirkuit pada Ventilasi Mekanik dapat mencegah tertariknya
selang endotrakeal akibat dari beban sirkuit yang berat. Bila pasien terpasang
Ventilasi Mekanik dalam waktu yang lama perlu di pertimbangkan untuk
dilakukan pemasangan Trakeostomi yang sebelumnya kolaborasi dengan
dokter dan keluarga pasien

4. Tekanan cuff endotrakeal


Tekanan cuff harus dimonitor minimal tiap shift untuk mencegah
kelebihan inflasi dan kelebihan tekanan pada dinding trakea. Pada pasien
dengan Ventilasi Mekanik, tekanan terbaik adalah paling rendah tanpa adanya
kebocoran/penurunan tidal volume. Cuff kalau memungkinkan di kempeskan
secara periodik untuk mencegah terjadinya nekrosis pada trakea.

15
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

5. Dukungan Nutrisi
Pada pasien dengan dipasangnya Ventilasi Mekanik dukungan nutrisi
harus diperhatikan secara dini. Apabila hal ini terabaikan tidak sedikit
terjadinya efek samping yang memperberat kondisi pasien, bahkan bisa
menimbulkan komplikasi paru dan kematian. Bila saluran gastrointestinal
tidak ada gangguan, Nutrisi Enteral dapat diberikan melalui Nasogastric tube
(NGT) yang dimulai dengan melakukan test feeding terlebih dahulu, terutama
pada pasien dengan post laparatomy dengan reseksi usus. Alternatif lain
apabila tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi melalui enteral bisa
dilakukan dengan pemberian nutrisi parenteral.

6. Perawatan Mata
Pada pasien dengan pemasangan Ventilasi Mekanik perawatan mata itu
sangat penting dalam asuhan keperawatan. Pengkajian yang sering dan
pemberian tetes mata/zalf mata bisa menurunkan keringnya kornea. Bila
refleks berkedip hilang, kelopak mata harus di plester untuk mencegah abrasi
kornea, kering dan trauma. edema sclera dapat terjadi pada pasien dengan
Ventilasi Mekanik bila tekanan vena meningkat. Atur posisi kepala lebih
atas/ekstensi.

16
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

FORMAT PENILAIAN OSPE


(OBJECTIVE STRUCTURE PRACTICAL EXAMINATION
TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PREINTERAKSI
a. Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat ke klien
b. Mencuci tangan
c. Memakai sarung tangan jika perlu
2. TAHAP ORIENTASI
b. Mengucapkan salam terapeutik
c. Memperkenalkan diri
d. Mengkaji keadaan pasien
e. Menjelaskan rencana tindakan, tujuan, prosedur,
waktu, dan kesediaan
3. TAHAP KERJA
b. Cuci tangan sesuai dengan prosedur sebelum
melakukan tindakan.
a. Menggunakan handscoon bersih
b. Mendekatkan alat
c. Pastikan bahwa ETT tersambung pada ventilator
d. Pastikan posisi ETT sudah benar dan sesuai
e. Berikan hiperoksigenasi selama 3 menit, dengan
mengatur FiO2 100% pada ventilator.
f. Buka selang suction, masukan dalam bak instrumen
g. Nyalakan suction set
h. Menggunakan handscoon steril
i. Amankan salah satu ujung penghubung tube pada
sumber suction dan tempatkan ujung lainnya pada
lokasi yang dapat diraih.
j. Lakukan suction pada disekitar Opa, dan selang ETT

17
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

k. Lepasakan Opa
l. Mulailah oral hygiene dengan menggunakan larutan
chorhexidine dan sikat gigi yang lembut atau kasa,
minimal dua kali sehari. Sikat gigi pasien dengan
lembut dari gigi depan, samping, atas dan bawah
sehingga gigi bersih dan terbebas dari plak.
m. Lakukan pula oral swab dengan larutan chlorhexidine
untuk membersihkan mulut setiap 2 s.d. 4 jam sekali.
n. Berikan hiperoksigenasi selama 3 menit, dengan
mengatur FiO2 100% pada ventilator.
o. Mengganti sarung tangan steril
p. Suction orofaringeal secret setelah pembersihan.
Setiap kali selesai, oleskan pelembab pada mukosa
mulut dan bibir agar tetap lembab.
q. Lepaskan tali fiksasi selang ETT
r. Lakukan deflasi cuff
s. Pindahkan selang ETT ke bagian sisi mulut lainnya
t. Pastikan inflasi cuff tepat dengan volume kebocoran
atau volume oklusi yang minimal
u. Ganti OPA selama ETT digunakan untuk mencegah
gigitan
v. Lakukan fiksasi pada selang ETT dan sekitar OPA
jika perlu
4. TAHAP TERMINASI
a. Merapikan klien dan alat-alat.
b. Mencuci tangan dengan prosedur yang benar.
c. Memperhatikan keadaan umum klien
d. Mendokumentasikan tindakan

18
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

TITRASI
(Perhitungan Dosis Obat pada Kasus Kritis dan Penggunaan
Infus Pump dan Syringe Pump)

Terapi titrasi adalah pemberian obat secara bertahap dan terus menerus sesuai respon
yang dikehendaki (dapat berubah dalam hitungan jam, menit, ataupun detik), yang
sebelumnya sudah mengalami pencampuran dengan suatu larutan tertentu, sehingga
didapatkan konsentrasi obat yang diinginkan.
Alasan dilakukannya titrasi karena berbagai hal, seperti:
1. Dosis bersifat dinamis
2. Obat bersifat aktif
3. Obat bersifat individual
4. Obat berosmolaritas tinggi
Contoh obat-obatan nya yaitu, obat inotropik (dopamin, dobutamin, vascon, nitrat,
adrenalin), obat antikoagulan (heparin, streptase), obat untuk koreksi elektrolit (KCL,
MgSO4, Insulin), obat lainnya (aminophilin, diazepam, morphin), dan sebagainya.

A. Titrasi menggunakan syringe pump


1. Pengertian
Memanfaatkan perangkat pompa mekanis untuk memberikan cairan, elektrolit
dan/atau agen farmakologis dengan takaran yang akurat dalam jangka waktu tertentu.
2. Peralatan yang digunakan:
a. Mesin syringe pump
b. Spuit 50 cc, 20 cc, 10 cc atau 5 cc
c. Three way stopcock
d. Perfusor line
e. Label
f. Obat sesuai program
g. Cairan pelarut (NaCl 0,9%, water for injection atau D5W)
h. Standar infus
Pada saat pemberian label, diharapkan dapat menuliskan nama pasien, berat badan,
nama obat, dosis kemasan, pengenceran obat, konsentrasi larutan, dan kecepatan.

19
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

FORMAT PENILAIAN OSPE


(OBJECTIVE STRUCTURE PRACTICAL EXAMINATION)

TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PREINTERAKSI
d. Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat ke klien
e. Mencuci tangan
f. Memakai sarung tangan jika perlu
2. TAHAP ORIENTASI
f. Mengucapkan salam terapeutik
g. Memperkenalkan diri
h. Mengkaji keadaan pasien
i. Menjelaskan rencana tindakan, tujuan, prosedur,
waktu, dan kesediaan
3. TAHAP KERJA
a. Memakai sarung tangan
b. Campurkan obat dengan pelarut
c. Sambungkan perfusor line ke spuit dan pastikan tidak
ada gelembung udara
d. Pasang three way jika belum dipasang
e. Atur three way untuk menutup aliran intravena ke
pasien
f. Sambungkan perfusor line ke three way
g. Atur three way untuk membuka aliran intravena ke
pasien
h. Hubungkan syringe pump ke sumber listrik
i. Hidupkan mesin syringe pump dan pastikan mesin
berfungsi dengan baik
j. Pasang spuit ke mesin syringe pump

20
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

k. Atur kecepatan aliran sesuai dosis yang diprogramkan


l. Tekan tombol start untuk memulai mengalirkan obat
m. Pastikan obat dapat mengalir dengan baik
n. Lepaskan sarung tangan
4. TAHAP TERMINASI
e. Merapikan klien dan alat-alat.
f. Mencuci tangan dengan prosedur yang benar.
g. Memperhatikan keadaan umum klien
h. Mendokumentasikan tindakan

Indramayu, ……………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………..) (…………………………………….)

21
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

B. Titrasi menggunakan infuse pump


1. Pengertian
Infuse pump adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur pemberia
cairan pada klien.
2. Peralatan yang digunakan:
a. Mesin infuse pump
b. Standar infus
c. Cairan infus
d. Infus set sesuai dengan kebutuhan alat infuse pump

22
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

FORMAT PENILAIAN OSPE


(OBJECTIVE STRUCTURE PRACTICAL EXAMINATION)

TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PREINTERAKSI
a. Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat ke klien
b. Mencuci tangan
c. Memakai sarung tangan jika perlu
2. TAHAP ORIENTASI
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Mengkaji keadaan pasien
d. Menjelaskan rencana tindakan, tujuan, prosedur,
waktu, dan kesediaan
3. TAHAP KERJA
a. Memakai sarung tangan
b. Siapkan cairan infus dan infuse set dan gantungkan di
tiang pengangga infuse pump.
c. Pasangkan bagian selang pada infus set pada infuse
pump, pastikan tidak ada udara pada selang.
d. Pasang drip sensor pada tempat tetesan infus set.
e. Nyalakan infuse pump.
f. Atur infus set pada infuse pump (15 dr/cc, 19 dr/cc, 20
dr/cc, 60 dr/cc) sesuai infuse set yang digunakan.
g. Atur jumlah cairan yang akan diberikan pada klien
tiap jam.
h. Tekan start untuk memulai pemberian cairan.
i. Lepaskan sarung tangan
4. TAHAP TERMINASI

23
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

i. Merapikan klien dan alat-alat.


j. Mencuci tangan dengan prosedur yang benar.
k. Memperhatikan keadaan umum klien
l. Mendokumentasikan tindakan

Indramayu, ……………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur

(……………………………..) (…………………………………….)

24
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN KRITIS

25

Anda mungkin juga menyukai