Anda di halaman 1dari 17

PENGETAHUAN DASAR BAHAN KIMIA

Pengenalan bahan kimia


 Bahan kimia adalah semua materi baik sebagai senyawa tunggal (substance), campuran
(mixture) atau preparat (preparation) yang dihasilkan melalui proses sintesa atau produksi
maupun diperoleh secara alami.
 Bahaya adalah kapasitas kemampuan / potensi yang melekat pada suatu bahan kimia atau
campuran yang dapat menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan, keselamatan, dan
keamanan manusia dan lingkungan.

Bahan kimia berbahaya


 Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang karena sifat dan atau konsentrasi dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau membahayakan
makhluk hidup dan atau lingkungan hidup.

Daur hidup bahan kimia


 Daur hidup bahan kimia adalah siklus hidup bahan kimia mulai dari pengadaan lokal/ impor,
produksi, penyimpanan, pengangkutan, distribusi, penggunaan, daur ulang, pembuangan dan
ekspor.

Pengelompokan Bahan Kimia


1. Berdasarkan Sifat Fisika dan Kimia
 Sifat fisik adalah sifat yang dapat terukur atau teramati tanpa mengubah komposisi dasar
bahan kimia, meliputi : wujud/penampakan warna, bau, bobot jenis, titik didih, titik nyala,
titik lebur, tekanan uap, berat jenis, kelarutan, pH, stabilitas, dan reaktivitas serta
inkompatibilitas.
 Sifat kimia adalah ciri dari suatu materi bahan kimia dalam hal kemampuannya untuk
berubah, meliputi keasaman, kebasaan, oksidator, reduktor .
2. Berdasarkan Wujud Bahan Kimia
 Zat Gas
 Zat Cair
 Zat Padat Contoh zat padat: kayu, batu, besi.

3. Berdasarkan jumlah komponen penyusunny


 Bahan Kimia Tunggal adalah materi berupa unsur atau senyawa yang memiliki susunan
partikel yang tidak mudah dirubah dan memiliki komposisi yang tetap dan tidak dapat
diuraikan menjadi materi/ senyawa lain yang lebih sederhana.
 Bahan kimia campuran adalah bahan yang terdiri lebih dari satu komponen yang tidak
bereaksi satu sama lain membentuk zat baru

4. Berdasarkan Klasifikasi Bahaya Bahan Kimia


Berdasarkan GHS, sifat bahaya bahan kimia terdiri dari:
 Bahaya fisik
1. Explosives (Mudah meledak)
2. Flammable gases ( Gas mudah menyala)
3. Flammable aerosols (
4. Oxidizing gases (gas oksidator)
5. Gasses under pressure (
6. Flammable liquids (cairan mudah menyala)
7. Flammable solids (padatan mudah menyala)
8. Self-reactive substances (sensitive)
9. Pyrophoric liquids ( Cairan mudah terbakar secara spontan)
10. Pyrophoric solids (Padatan mudah terbakar secara spontan)
11. Self-heating substances ( Sensitif terhadap Temperatur )
12. Substances, in contact with water , emit flammable gases (BK jika kontak dengan
air mengeluarkan gas mudah menyala)
13. Oxidizing liquids (Cairan oksidator)
14. Oxidizing solids (Padatan oksidator)
15. Organic peroxides
16. Corrosive to metals (korosi pada logam)
17. Desensitized flammable (bahan mudah menyala tapi tidak sensitive)

 Bahaya tehadap kesehatan;


1. Toksisitas Akut (Keracunan Langsung)
2. Korosi/Iritasi kulit
3. Kerusakan Serius pada Mata/Iritasi Mata
4. Sensitisasi Pernafasan atau Kulit
5. Mutagenisitas Sel Induk
6. Karsinogenisitas (Bk. Yang mengakibatkan kanker)
7. Toksisitas terhadap Reproduksi
8. Toksisitas terhadap Organ Sasaran Paparan Tunggal
9. Toksisitas terhadap Organ Sasaran Paparan Berulang
10. Bahaya Aspirasi (BK yg tertelan melalui oral kemudian dimuntahkan lalu balik lagi
yang dikhaatirkan pas baliknya salah masuk ke saluran pernapasan)

 Bahaya terhadap lingkungan.


1. Toksisitas akut terhadap biota perairan
2. Toksisitas kronis terhadap biota perairan
3. Terhadap lapisan ozon
GLOBALLY HARMONIZED SYSTEM OF CLASSIFICATION AND LABELLING OF
CHEMICALS : INTRODUCTION

Pengertian GHS
 GHS merupakan Sistem Harmonisasi Global tentang Klasifikasi dan Pelabelan Bahan Kimia
(Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals ) yang selanjutnya
disingkat GHS adalah sistem global dari PBB untuk standarisasi klasifikasi Bahaya Bahan Kimia
serta mengkomunikasikan informasi tersebut pada label dan Lembar Data Keselamatan /LDK (
Safety Data Sheet/SDS)

Ruang Lingkup Ghs


 Ruang lingkup GHS meliputi semua bahan kimia, kecuali :
Obat
Obat tradisional,
Kosmetik
Pangan, Bahan tambahan pangan
Residu pestisida
Limbah

Piktogram
 Menurut GHS ada 9, yaitu :
1. Eksplosif (Mudah
Meledak)
2. Flamable (Mudah
Terbakar)
3. Oksidizing (Oksidator)
4. Compressed gas (Gas
Bertekanan)
5. Korosif (Logam dan Kulit)
6. Toxid (Beracun)
7. Harmful (berbahaya bagi
kesehatan/ringan)
8. Healt Hazard (Bahaya
kesehatan serius)
9. Environmental Hazard
(Bahaya terhadapa
lingkungan)
GHS Hazard Communication Safety Data Sheet/SDS & Labelling

Penandaan (Labelling)
 Label adalah perangkat dasar yg memberi informasi kepada pengguna tentang klasifikasi dan
terutama langkah-langkah pengamanan.
 Target Pengguna : Industri, Konsumen, Petugas Tanggap Darurat, Transportasi
 Syarat Label : Bahasa Indonesia, Jelas terbaca, Ukuran proporsional, Bahan bermutu baik,
Penempatan elemen baik

Elemen Label Sesuai Ghs yaitu :


1. Identitas produk/ bahan kimia
2. Identitas pemasok
3. Piktogram bahaya
4. Kata sinyal (signal word)
5. Pernyataan bahaya (hazard statement)
6. Pernyataan kehati-hatian (precautionary Statement)

Product Identifier
 Nama atau nomor yang digunakan pada label atau dalam SDS untuk suatu produk bahan
berbahaya ( a.l. no CAS )

Lembar Data Keselamatan /Safety Data Sheets


 Informasi dalam SDS yang harus ditampilkan menggunakan 16 judul komponen SDS dalam
urutan sebagai berikut :
1. Identifikasi Produk
2. Identifikasi Bahaya
3. Komposisi/Informasi mengenai kandungan bahan
4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
5. Tindakan Pemadaman Api
6. Tindakan Penanganan Tumpahan
7. Penanganan dan Penyimpanan
8. Pengendalian Paparan / Perlindungan Diri
9. Sifat Fisik dan Kimia
10. Stabilitas dan Reaktivitas
11. Informasi Toksikologi
12. Informasi Ekologi
13. Pertimbangan Pembuangan
14. Informasi Transportasi
15. Informasi Peraturan
16. Informasi Lain
Noted : Panjang dokumen SDS tidak ditentukan (bebas). Panjangnya SDS harus sesuai
dengan bahaya dari bahan dan informasi yang tersedia.
PROSEDUR KERJA AMAN
Faktor penting/ Dasar bekerja
 Faktor penting yang menjadi dasar dalam bekerja adalah pemahaman pegelolaan yang baik dan
benar pada semua titik daur hidup bahan kimia :
1. Identitas Bahan kimia
Wujud (Gas , Cairan dan Padatan)
Sifat bahaya (Bahaya Fisik, Bahaya terhadap kesehatan dan Bahaya terhadap
lingkungan).
2. Ketentuan/ peraturan
Memperhatikan dan melaksanakan pekerjaan sesuai ketentuan/ peraturan teknis
terkait : Peraturan Kemnaker, Peraturan Kemenperind, Peraturan KLH, Peraturan
Kemenhub, Peraturan Kementan, Peraturan Kemenkeu, dll.
Bentuk/Hirarki : Undang-Undang, Peraturan Pemerintah. Perpres, Perda, PerMen,
SK Dirjen, SNI,Surat Edaran.

3. LDK & Label


Label sesuai GHS (6 elemen label )
LDK sesuai GHS (16 judul komponen SDS)

4. SOP/Prosedur tetap
Hal-hal yang harus diperhatikan, harus mencakup :
1. Tujuan
2. Pelaksanaan tahapan
3. Personil :penyusun, yang menyetujui, penanggung jawab pelaksana,
pelaksana,
4. Waktu
5. Hal terkait perubahan,
6. Acuan.
Langkah yang diperlukan dalam menyusun prosedur kerja aman :
1. Observasi tahapan proses pekerjaan
2. Analisa pekerjaan pokok/ utama
3. Nilai bahaya potensial, risiko dan pengendalian yang dilakukan
4. Analisa persyaratan pekerjaan dalam peraturan /standar terkait
5. Uji coba prosedur
6. Pemberlakuan dan pendokumtasian prosedur
7. Pemantauan dan pengkajian ulang prosedur.
PENGENALAN BAHAYA & PENILAIAN RISIKO
Tujuan Saicm 2020
 Tercapainya perlindungan kepada manusia dan lingkungan dari bahaya bahan kimia dengan
Tahapan :
1. Identifikasi bahaya melalui Klasifikasi bahaya sesuai GHS
2. Komunikasi bahaya melalui LDK dan label
3. Asesmen risiko
4. Manajemen risiko
5. Tercapainya Perlindungan kepada manusia dan lingkungan

Klasifikasi Bahaya Bahan Kimia


Bahaya Fisik ; Terdapat 17 klasifikasi bahaya dengan 5 piktogram bahaya

Klasifikasi bahaya terhadap kesehatan ; Terdapat 10 klasifikasi bahaya dengan 4 piktogram


bahaya

Bahaya terhadap lingkungan : Terdapat 3 klasifikasi bahaya


dengan 1 piktogram bahaya
Komunikasi Bahaya
1. Lembar data keselamatan/ ldk sesuai (ghs : 16 item)
2. Label sesuai ghs (6 elemen)

Penilaian Risiko
R=BXP
R: Risiko, B: Sifat Bahaya, P:Paparan

Proses kajian risiko BKB


1. Identifikasi potensi bahaya
Sumber informasi Identifikasi bahaya adalah LDK/SDS –GHS no.2 . Identifikasi Bahaya
Metode Identifikasi Potensi bahaya
a. Bahaya Toksik
b. Bahaya kebakaran atau ledakan
c. Bahaya lainnya (Korosi, Alergi, Gas bertekanan, Asfiksasi karena kekurangan oksigen
2. Analisa risiko
ialah proses menjawab pertanyaan – pertanyaan, yang tujuannya untuk menilai tingkat
kemungkinan kejadian dan dampak dari munculnya kejadian tersebut
3. Pengendalian risiko
Tindakan pengendalian risiko dilakukan melalui tindakan sebagai berikut :
Eliminasi (misalnya memesan bahan kimia dalam kondisi sudah tercampur daripada
melakukan pencampuran sendiri)
Subtitusi (misalnya menggunakan BKB yang potensi bahayanya lebih rendah)
Isolasi (misalnya memisahkan BKB dari pekerja atau BKB yang satu dari BKB yang lain)
Tindakan pengendalian risiko dilakukan melalui tindakan sebagai berikut :
Eliminasi (misalnya memesan bahan kimia dalam kondisi sudah tercampur daripada
melakukan pencampuran sendiri)
Subtitusi (misalnya menggunakan BKB yang potensi bahayanya lebih rendah)
Isolasi (misalnya memisahkan BKB dari pekerja atau BKB yang satu dari BKB yang lain)

4. Dokumentasi Kajian Risiko


Merupakan ;Data terkomputerisasi; Catatan ; Foto; Dan lain lain yang terkait
PENGENDALIAN TEKNIS
BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA

Pengendalian Bahaya
 Inherently Safer Alternative (ISA) adalah strategi pengendalian bahaya dengan cara mengganti
bahan baku atau proses berbahaya dengan bahan baku atau proses yang tingkat bahayanya
lebih rendah
 Strategi yang dapat dilakukan dalam ISA
Minimize; menggunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah kecil, baik selama
penyimpanan, proses maupun pengiriman.
Subtitute; mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang kurang
berbahaya. Misalnya pelarut organik yang bersifat mudah terbakar diganti denga air.
Moderate; jika dua hal diatas tidak bisa dilakukan maka kita dapat melakukan :
pengenceran, penyimpanan dengan suhu yang lebih rendah, proses yang lebih sederhana
Dilution: melarutkan untuk mengurangi tingkat bahaya reaktifitas, baik pada saat proses
produksi maupn penyimpan.

Sumber Bahan Kimia Berbahaya


 Sumber bahan kimia berbahaya dapat digolongkan menjadi 2
Partikulat (Debu ( dust ), Asap (smoke), Fumes dan Mist / fog (kabut))
Gas : Karbon oksida (CO, CO2), Nitrogen Oksida (NO, NO2), Sulfur Oksida (SO2, SO3);
Hidrokarbon (HC) seperti methane, Butan, Benzene; Oksidan fotokimia : PAN (Peroxyacyl
Nitrites) dan beberapa senyawa aldehyde; Senyawa anorganik (Hidrogen Fluorida, Hidrogen
Sulfida, Amonia, Asam Sulfat, Asam Nitrat); Senyawa organik (mengandung karbon,
pestisida, Herbisida, berbagai jenis alkohol)
Bahaya BKB Indoor dan Outdoor
Out door; Kontaminan kadar lebih kecil, karena perubahan tempat/pergerakan udara
karena angin
Indoor ; Kontaminan kadar besar, waktu pekerja di indoor lebih lama /sering. Udara indoor
yang terkontaminasi menyebakan terjadinya beberapa penyakit seperti Building Syndrome
(SBS) dan New home sindrome (NHS)
 Jenis BKB terkandung pada barang dalam rumah (kontaminan indoor)
Perfluorochemicals ( PFOA) (Per Fluoro Oktanoat Acid) yang Terdapat pada tekstil dan
furniture, teflon
Bisphenol A yang Terdapat pada kaleng / botol plastik/peralatan makan
Phtalate
Flame retardant
Polybrominated Diphenhyl ethers ( PBDEs)
Pestisida
 Metoda untuk mengurangi pemaparan terhadap kontaminan bahan kimia barbahaya dan
beracun di dalam ruang tertutup.
Ventilasi.
o General Exhaust Systems – “dilution ventilation”
o Local Exhaust Systems – “local exhaust ventilation” (LEV)

Peralatan Pembersih Udara


 Untuk partikulat
1. Setling chamber particle
2. Sentrifugal (cyclon) particle
3. Basah (wet) particle
4. Filtrasi (bag filter) particle

 Untuk gas
Beberapa teknik Pengendalian Udara (gas) antara lain dengan metoda:
Absorpsi ; Mekanisme dimana satu atau lebih zat pencemar dalam aliran gas di eliminasi
dengan cara melarutkannya dalam cairan (liquid)
Adsorpsi; Proses dimana gas atau uap pencemar tertahan pada permukaan padat. Untuk
mengkonsentrasikan pencemar yang terdapat di udara atau dalam aliran gas
Kondensasi; Proses penyisihan gas pencemar dengan cara mengubah fasa dari fasa gas ke
fasa cair / liquid.
Pembakaran; Reaksi oksidasi gas polutan organik atau anorganik secara cepat dan dalam
kondisi panas dan suhu tinggi menghasilkan CO2 dan H2O
Biofiltrasi; Proses penyisihan gas pencemar dengan memanfaatan aktivitas mikroorganisme .
Penggunaan untuk menghilangkan bau

Nilai Ambang Kuantitas


 Peraturan KEMNAKERNo. KEP. 187/ MEN/1999 tentang Pengendalian BahanKimia ditempat
kerja
 Nilai Ambang Kuantitas/ NAK adalah Standar Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya untuk
menetapkan potensi bahaya bahan kimia di tempat kerja.
PENANGANAN & PENYIMPANAN BAHAN KIMIA

Fungsi Dan Tujuan Penyimpanan Bahan Kimia


1. Untuk meminimalisasi paparan bahan kimia terhadap pekerja di ruang penyimpanan
2. Untuk melindungi lingkungan sekitarnya dari emisi bahan kimia yang disimpan di dalam gudang
3. Untuk melindungi/menjaga bahan kimia dari kerusakan

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Sehubungan Dengan Penyimpanan Bahan Kimia


1. Perizinan
2. Lokasi
3. Bangunan & peralatan
4. Pewadahan/pengemasan
5. Penandaan/ label
6. Tata letak barang
7. Pencatatan
8. Hal-hal lain

Sistim Penyimpanan
 Paket pesanan hanya boleh dibuka dan ditangani oleh personel berwenang dan terlatih
 Simpan bahan kimia berbahaya atau yang mudah rusak secukupnya saja
 Bahan mudah terbakar tidak boleh disimpan diluar lemari, kecuali dalam wadah khusus yang
menjamin keselamatannya
 Bila mungkin, simpan bahan yang mudah rusak atau berbahaya dalam wadah transportasinya.
Contoh: asam dan basa dalam kotak khusus dibuat dari styrofoam.
 Hindari menyimpan bahan kimia pada rak diatas garis mata.
 Do not!
o di atas kabinet
o di atas lantai
o di dalam lemari asam
o bersama makanan/minuman (di dalam lemari es)
o lindungi jika ada variasi yang besar dalam suhu, kelembaban atau sinar matahari
o mengunakan wadah kimia untuk menyimpan makanan dan sebaliknya
 Lebih sedikit lebih baik! Simpan bahan kimia curah di ruang penyimpanan – bukan di Lab
 Lebih Aman! Mungkin lebih murah kita memesan eter dietil dalam kontainer besar. Namun, jika
telah lama dibuka — dapat membentuk peroksida!
 Sebagian bahan kimia mengalami penurunan mutu karena waktu
 Simpan botol/wadah besar di rak bagian dasar
 Terapkan prinsip: first in, first out
 Bahan kimia sebaiknya disimpan dalam wadah aslinya , posisinya tidak terbalik dan ditempat
yang seharusnya.
 Baca informasi pada label, khususnya sifat yang membahayakan yang dimilikinya dan dapatkan
informasi lebih lanjut dari SDS, untuk menentukan dimana tempat penyimpanan yang terbaik.
Apabila bahan kimia ini memiliki beberapa sifat bahaya, pilih yang paling membahayakan.
 Pisahkan bahan kimia yang sifatnya berlawanan
 Jauhkan bahan kimia yang mudah terbakar/meledak dari sumber api
 Gunakan lemari tahan api untuk menyimpan solven yang mudah terbakar dalam jumlah besar
 Pisahkan logam alkali dari air
 Pisahkan asam dan basa
 Simpan asam nitrat secara terpisah.
 Pastikan semua wadah tertutup dengan baik
 Bersihkan bagian luar wadah sebelum dikembalikan ke tempat penyimpanan
 Lakukan pemindahan bahan kimia dengan aman, gunakan wadah berpelindung luar.
 Beri label semua wadah larutan bahan kimia: nama; konsentrasi; Tanggal pembelian,
pembuatan; Sifat bahayanya; (Personel yang menyiapkannya).

FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN KONDISI BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN


1. Bahan mudah terbakar
 Titik nyala cairan
 Titik nyala padatan
 Titik nyala gas
2. Panas
 Arus listrik
 Campuran dua bahan kimia
 Gesekan
3. Oksigen

Bahan Beracun (Toxic Agents)


Disimpan dalam wadah tertutup, dalam lemari berlabel dan dikunci.
Ruangannya bersuhu dingin dan berventilasi.
Bahan Mudah Menyala
Disimpan dalam lemari tahan api, jauh oksidator dan nyala api, bara rokok, loncatan bunga api,
loncatan listrik.
Drum pelarut organik sebaiknya diletakkan diatas rak dari logam yang di”ground”kan.
Wadah pelarut lebih dari 1L disimpan dalam lemari tahan api.
Jenis bahan ini tidak boleh disimpan berdekatan dengan oksidator.
Bahan Mudah Meledak
Tidak sepatutnya disimpan di Laboratorium.
Bahan Pengoksidasi/Oksidator
Disimpan terpisah dari bahan lain dengan rak-rak tahan korosi dan kebakaran.
Bahan Reaktif Lainnya
Disimpan dibawah gas inert (N2) dan wadah tertutup rapat
Bahan Korosif
Disimpan dalam wadah (bila perlu ganda) yang tahan korosi, berjauhan dari bahan reakif yang
bersifat basa (kaustik).
Gas Bertekanan
dikemas dalam silinder.
Silinder dikelopokkan sesuai dengan jenisnya: gas oksidator (O2, O3, etoks) terpisah dari silinder
mudah terbakar (asetilena, LPG, butana).
Detektor dipasang di ruang penyimpanan untuk mendeteksi kebocoran.
Silinder gas klor disimpan tersendiri; valve mudah terkorosi dan bocor akibat kelembaban
tinggi.
Gas Bertekanan - di dalam Lab
Berbagai jenis gas
Volume penggunaan rendah
Kencangan penutup silinder
Ikatkan ke tembok/tiang dengan rantai
Simpan di tempat ber-ventilasi baik
Simpan tangki gas di luar bangunan dan alirkan isinya melalui pipa ke dalam Lab, untuk :
 Gas yang sering digunakan
 Gas yang sangat berbahaya.
Gudang Gas Bertekanan (Gas disimpan dibawah tekanan tinggi dalam silinder)
Terletak di luar gedung utama, bila memungkinkan
Berventilasi, sejuk, jauh dari nyala/loncatan api , panas dan sinar matahari
Kelompokkan sesuai dengan jenisnya. Gas yang mudah terbakar (asetilena, butana, LPG)
pisahkan dari gas reaktif/ oksidator (O2, O3)
Gas Klor (korosif) simpan tersendiri. Tingkat kelembaban tinggi memperpepat valve penutup
terkorosi dan mudah bocor
Lengkapi dengan alat pendeteksi kebocoran
Akses dibatasi pada personel yang berwenang
Label silinder yang kosong dan simpan secara terpisah
Pengangkutan ketempat lain dilakukan dengan trolly dalam keadaan terikat.
Organik/an organik
Disimpan dalam lemari menurut abjad
PENANGANAN TUMPAHAN DAN BOCORAN

Penyebab umum terjadinya kecelakaan karena tumpahan/kebocoran


Prosedur kerja yang sudah tidak sesuai
Peralatan tidak memadai
Petugas pelaksana kerja kurang tanggap/peduli.
Bahaya yang mungkin terjadi
Bahaya kebakaran
Bahaya reaktivitas (dengan air, benturan )
Bahaya ledakan
Reaksi kimia ( bahan bahan inkompatibel )
Faktor yang harus dipehatikan
Hal yang harus diperhatikan sebagai acuan dalam penanggulangan tumpahan dan Kebocoran:
1. Wujud Bahan Kimia
Bahan kimia padatan
o Tumpahan dan bocoran tidak meluas
Bahan kimia cair
o Tumpahan dan bocoran dapat meluas/mengalir
Bahan kimia gas
o Bocoran meluas
2. Sifat bahaya
Bahaya tumpahan/bocoran ringan. Contoh : menyebabkan kanker .
Pada umumnya Bahan kimia yang mempunyai sifat bahaya terhadap kesehatan
Bahaya tumpahan sedang; mempunyai sifat bahaya Iritatif, korosif
Bahaya tumpahan berat
o gas bersifat toksik , mudah terbakar ,meledak
o cairan mudah menyala, piroporik,memanas sendiri,reaktif
o padatan piroporik
3. Sebab terjadinya tumpahan
Terlalu penuh
Kurang berhati-hati
Tidak tertutup dengan benar
Mutu kemasan kurang baik
Kecelakaan murni
4. Sebab terjadinya bocoran
Mutu kemasan kurang baik
Kemasan tidak sesuai
Lembar Data Keselamatan/ Safety Data Sheets
 No. 6 Tindakan penanganan tumpahan Harus memperhatikan :
a. Tindakan kehati-hatian terhadap
diri sendiri,
peralatan perlindungan diri dan adanya
prosedur keadaan darurat
b. Tindakan kehati-hatian mencegah pencemaran terhadap lingkungan
c. Metode dan bahan untuk penampungan dan pembersihan tumpahan/netralisasi

Perhatian terhadap kemungkinan kebakaran


 Untuk mengantisipasi kebocoran dan tumpahan dari bahan yang mudah terbakar,perlu
diperhatikan penanganan bahan kimia yang bersifat :
Bahan mudah menyala
Bahan kimia self heating ( menjadi panas sendiri )
Bahan kimia self-reaktif ( bereaksi sendiri )
Bahan kimia yang dengan air mengeluarkan gas mudah menyala
Bahan kimia piroporik ( bahan kimia padatan atau cairan jika terbuka dan kontak dengan
udara, dapat menyala
 Pengelolaan yang benar pada pencegahan kebakaran :
Penyimpanan
Produksi
Pengolahan
Meniadakan sumber terjadinya kebakaran
Pencegahan pencampuran bahan yang dapat meledak
Menghilangkan sumber nyala
 Usaha untuk memadamkan kebakaran:
Mulai dari kebakaran sebelum membesar
Merusak keseimbangan antara bahan, oksigen dan panas.
Gunakan media pemadam yang cocok: air, busa atau serbuk kering
Penanganan tumpahan :
 Identifikasi bahan kimia yang tumpah
 Evaluasi bahaya /akibat yang mungkin terjadi
 Menerapkan prosedur penghentian aliran tumpahan
 Mengeringkan dan membersihkan bekas tumpahan
 Selalu memperhatikan /memperbaiki /menyediakan dimana perlu untuk :
Sistem manajemen pengelolaan bahan kimia
SDS/LDK
Fasilitas peralatan
Sumber daya manusia
Pelatihan
Koordinasi internal dan eksternal
RENCANA DAN PROSEDUR TANGGAP DARURAT

Keadaan darurat
suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan yang dapat membahayakan jiwa dan
kesehatan baik manusia maupun mahluk hidup lain, serta menimbulkan kerusakan pada bangunan,
harta benda dan lain-lain.
Tanggap darurat
Tindakan untuk mengantisipasi kedaan darurat
Keadaan darurat:
 Sumber dari dalam industri kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran bahan
kimia beracun di tempat kerja
 Sumber dari luar industri sumber bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, angin kencang, petir, longsor.

Totalitas pelaksanaan program-program K3


menyiapkan data & pengadaan peralatan tanggap darurat,
pemeriksaan dan
pengetesan peralatan tanggap darurat secara reguler,
latihan dan penanggulangan darurat sampai pada bagaimana mencegah terjadinya atau
terulangnya keadaan darurat.
Organisasi tanggap darurat
 Memiliki personil yang menangani:
1. Kebakaran;
2. Tumpahan;
3. Pertolongan Pertama;
4. Teknik atau Maintenance;
5. Evakuasi dan Penyelamatan;
6. Keamanan;
7. Komunikasi;
8. Logistik; dan
9. Data dan Dokumen
 Dasar :
Undang – Undang no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja no. 186 tahun 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
Struktur & personil tanggap darurat
1. Incident Commander (Komando Insiden)
2. Field Commander (Komando Lapangan)
3. Fire Fighting Team (Petugas Pemadam Kebakaran)
4. Spill Team (Petugas Tumpahan)
5. Communication Team (Petugas Komunikasi)
6. Evacuation & Rescue Team (Petugas Evakuasi dan Penyelamatan)
7. Logistic Team (Petugas Logistik)
8. First Aider Team (Petugas Pertolongan Pertama)
9. Technical / Maintenance (Teknik / Perawatan)
10. Security Team (Petugas Keamanan)
11. Data & Document (Petugas Administrasi dan Pendataan)

Jejaring kerja
Jejaring kerja tanggap darurat di suatu perusahaan adalah dengan :
Badan Penanggulangan Bencana daerah ( BPBD )
Pemadam Kebakaran Kabupaten/Kota
Pendataan peralatan Tanggap darurat
Secara umum peralatan tanggap darurat yang perlu dimiliki oleh industri khususnya industri kimia
antara lain :
• mobil pemadam kebakaran,
• instalasi hydrant,
• instalasi sprinkler (alat penyiram/penyembur )
• instalasi foam,
• fire monitor,
• selang hydrant ( pipa air )
• nozzle hydrant ( mulut pipa, penyemprot
• self contained breathing apparatus,
• gas detector,
• mobil ambulan,
• emergency shower,
• eye wash,
• absorben (kapur, pasir, serbuk gergaji),
• safety shoes/boot,
• safety helmet,
• sarung tangan karet,
• full face mask,
• kacamata goggles,
• baju kimia,
• baju pemadam kebakaran,
• alat komunikasi
SPO
SPO yang perlu dimiliki:
prosedur evakuasi,
prosedur dekontaminasi,
komunikasi,
prosedur pengoperasian hydrant,
prosedur pengoperasian sprinkler,
prosedur penanganan tumpahan di darat,
prosedur penanganan tumpahan di laut.

Uraian Tugas Organisasi Tanggap Darurat


Mengidentifikasi potensi bahaya dan inventarisasi peralatan tanggap darurat yang
diperlukan sesuai potensi bahaya ke dalam program dan pelatihan.
Memetakan kelengkapan peralatan dan personil tanggap darurat di dalam industri, antar
industri di kawasan maupun pemerintah .
Melakukan sosialisasi atau pelatihan baik di dalam industri, antar industri di kawasan
maupun pemerintah
Menyampaikan laporan penyelenggaraan pelatihan tanggap darurat dan evaluasi
Rangkuman
Tanggap Darurat sebagai suatu organisasi harus memiliki struktur kepengurusan ( Bagan Struktur
Organisasi (BSO) dengan personil yang menangani minimal :
Kebakaran dan Tumpahan;
Pelatihan/KompetensiPersonil; dan
Komunikasi dengan pihak luar.

Anda mungkin juga menyukai