Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MELANGKAH MELALUI ZAMAN: EKSPLORASI TEORI PERKEMBANGAN


MANUSIA DARI HAKIKAT HINGGA ERA KONTEMPORER DI ABAD 21

Oleh:
Ni Wayan Putri Juniantari Dewi 2313071005
Aulia Rizkika Azzahra 2313071015

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “MELANGKAH
MELALUI ZAMAN: EKSPLORASI TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA DARI
HAKIKAT HINGGA ERA KONTEMPORER DI ABAD 21”. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 8 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………….
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………
1.3 Tujuan……………………………………………………………….
1.4 Manfaat……………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….
2.1 Hakikat Teori-Teori Perkembangan…………………………………….
2.2 Teori-Teori Perkembangan Klasik…………………………………………………..
2.3 Teori-Teori Perkembangan Modern……………………………..
2.4 Formulasi Teori Perkembangan Kontemporer Pada Era Kompleksitas Perkembangan Dan
Kehidupan Manusia Di Abad 21…………………………………………………………….
BAB III PENUTUP………………………………………………………
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….
3.2 Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan manusia, pemahaman terhadap
perkembangan manusia menjadi suatu fokus yang semakin mendalam. Setiap era
membawa kontribusi berbeda terhadap pemahaman ini, mewujudkan teori-teori
perkembangan yang memandu pemikiran dan riset. Makalah ini bertujuan untuk
menyelusuri hakikat teori-teori perkembangan, menggali kedalaman teori-teori
perkembangan klasik, menjelajahi kerangka teori perkembangan modern, dan merinci
formulasi teori perkembangan kontemporer yang muncul pada era kompleksitas
perkembangan dan kehidupan manusia di abad 21.
Hakikat teori-teori perkembangan menjadi titik awal dalam memahami esensi dari
bagaimana manusia tumbuh dan berkembang. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar
ini menjadi dasar bagi perkembangan teori-teori lebih lanjut. Hakikat ini melibatkan studi
mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan manusia, mulai dari
aspek fisik, psikologis, hingga sosial. Dalam penelusuran ini, kita akan menjelajahi
filosofi di balik teori-teori ini dan bagaimana kontribusinya membentuk landasan
pemahaman kita terhadap perkembangan manusia.
Teori-teori perkembangan klasik menjadi pijakan berikutnya dalam perjalanan ini.
Dari pemikiran Piaget yang menitikberatkan pada tahapan perkembangan kognitif, hingga
teori Erikson yang mengeksplorasi tahapan perkembangan psikososial, setiap tokoh klasik
memberikan perspektif uniknya. Pemahaman mendalam terhadap teori-teori ini
membantu kita memahami bagaimana individu melewati fase-fase kritis dalam hidup
mereka dan bagaimana interaksi dengan lingkungan membentuk identitas mereka.
Seiring berjalannya waktu, muncul teori-teori perkembangan modern yang
memperkaya dan meluaskan cakupan pemahaman kita. Teori ini seringkali melibatkan
pendekatan multidimensional, mengintegrasikan berbagai faktor yang memengaruhi
perkembangan manusia. Dari teori ekologis Bronfenbrenner yang menekankan peran
lingkungan, hingga teori perkembangan moral Kohlberg yang mempertimbangkan aspek
etika, pemahaman terhadap perkembangan manusia semakin kompleks. Puncak dari
perjalanan ini adalah formulasi teori perkembangan kontemporer yang hadir di era
kompleksitas perkembangan dan kehidupan manusia di abad 21. Dalam menghadapi
tantangan global, teori ini mencoba mengartikulasikan bagaimana individu bereaksi
terhadap perubahan yang cepat dan kompleksitas interaksi sosial. Konsep-konsep seperti
resiliensi, adaptabilitas, dan kecerdasan emosional menjadi sorotan dalam menyusun
kerangka teoretis yang relevan dengan dinamika abad ini. Dengan menggali hakikat teori-
teori perkembangan, menjelajahi teori-teori klasik, mengintegrasikan perspektif modern,
dan merinci formulasi kontemporer, makalah ini bertujuan untuk memberikan pandangan
komprehensif terhadap perkembangan manusia. Dengan begitu, kita dapat lebih
memahami kompleksitas kehidupan manusia di abad 21 dan meresponsnya secara lebih
bijaksana dalam berbagai konteks, mulai dari pendidikan hingga pembangunan sosial.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1) Apa saja hakikat teori-teori perkembangan?
2) Bagaimana teori-teori perkembangan klasik?
3) Apa saja teori-teori perkembangan modern?
4) Bagaimana formulasi teori perkembangan kontemporer pada era kompleksitas
perkembangan dan kehidupanmanusia di abad 21?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, berdasarkan rumusan masalah di atas adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui Apa saja hakikat teori-teori perkembangan.
2) Untuk mengetahui Bagaimana teori-teori perkembangan klasik.
3) Untuk mengenal Apa saja teori-teori perkembangan modern.
4) Untuk mengetahui Bagaimana formulasi teori perkembangan kontemporer pada era
kompleksitas perkembangan dan kehidupanmanusia di abad 21.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan bisa dicapai dalam penulisan makalah ini, yaitu sebagai
berikut:
1) Bagi penulis, melalui makalah ini penulis mendapatkan manfaat dalam
bentuk pengenalan Teori Perkembangan Manusia dari hakikat Hingga
Era Kontemporer di Abad 21.
2) Bagi pembaca, makalah ini dapat dijadikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang Teori Perkembangan Manusia dari hakikat Hingga
Era Kontemporer di Abad 21.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Teori-Teori Perkembangan
Secara sederhana Seifert dan Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai
“Long-tern changes in a person’s growth, feelings, patterns of thingking, social relationships,
and motor skills.” Sementara itu, Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai:
(1) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organism, dari lahir sampai mati,
(2) pertumbuhan,
(3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam
bagian-bagian fungsional,
(4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.”
Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas menunjuk pada
keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimilki individu dan tampil dalam kualitas
kemampuan, sifat dan cirri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep
usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.”
Menurut F.J Monks, dkk, (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke
arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “proses yang kekal dan tetap yang
menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan
pertumbuhan, pematangan dan belajar.”
Suatu sistem pengertian atau konseptualisasi yang diorganisasikan secara logis, dan
diperoleh melalui jalan (pendekatan) yang sistematis, biasa disebut sebagai teori, macam-
macam teori perkembangan antara lain:
1. Teori Empirisme
Tokoh utama teori ini adalah Francis Bacon (Inggris 1561-1626) dan John Locke
(Inggris 1632-1704), berpandangan bahwa pada dasarnya anak lahir ke dunia;
perkembangannya ditentukan oleh adanya pengaruh dari luar, termasuk pendidikan dan
pengajaran. Pendidikan atau pengajaran anak pasti berhasil dalam usahanya membentuk lain
dari teori ini adalah :
a. Teori Optimisme (pedagogis optimisme) dengan alasan adanya karena teori ini sangat
yakin dan optimis akan keberhasilan upaya pendidikan dalam membina kepribadian anak.
b. Teori yang berorientasi lingkungan (enviromentalisme), dinamakan demikian karena
lingkungan lebih banyak menentukan terhadap corak perkembangan anak.
c. Teori Tabularasa: karena paham ini mengibaratkan anak lahir dalam kondisi putih bersih
seprti meja lilin (tabula/ table = meja; rasa = lilin).
2. Teori Nativisme
Shopenhauer (Jerman 1788-1860) mengemukakan bahwa anak lahir telah dilengkapi
pembawaan bakat alami (kodrat). Dan pembawaan (nativus = pembawaan) inilah yang akan
menetukan wujud kepribadian seorang anak. Istilah lain dari aliran ini disebut dengan:
a. Teori Pesimisme (Pedagogis-pesimistis), karena teori ini menolak, pesimis terhadap
pengaruh luar.
b. Teori Biologisme, disebabkan menitikberatkan pada faktor biologis, faktor keturunan
(genetic) dan kostitusi atau keadaan psikolofisik yang dibawa seajak lahir.
c. Teori Konvergensi Konvergensi (converg = memusatkan pada satu titik; bertemu). Teori
ini penganjur utamanya adalah Williams Stern dibantu istri setianya Clara Stern.
Diungkapkan bahwa perkembangan jiwa anak lebih banyak ditentukan oleh dua faktor yang
saling menopang. Yakni faktor bakat dan faktor pengaruh lingkungan.
d. Teori Rekapitulasi. Rekapitulasi (recapitulation) berarti ulangan, yang dimaksudkan
bahwa perkembangan jiwa anak adalah hasil ulangan dari perkembangan seluruh jiwa
manusia.
3. Teori Psikodinamika
Berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang ditentukan oleh
komponen dasar yang bersifat sosioefektif, yakni ketegangan yang ada didalam diri seseorang
itu ikut menemukan dinamikanya ditengah-tengah lingkungannya.
4. Teori Kemungkinan Berkembang
Teori ini disampaikan oleh Dr. M.J. Langeveld salah seorang ilmuan dari Belanda.
Teori ini berlandaskan pada alasan-alasan :
a. Anak adalah makhluk manusia yang hidup.
b. Waktu dilahirkan anak dalam kondisi tidak berdaya, sehingga ia membutuhkan
perlindungan
c. Dalam perkembangan anak melakukan kegiatan yang bersifat pasif (menerima) dan aktif
(eksplorasi).
5. Teori Interaksionisme
Menurut teori ini, perkembangan jiwa atau perilaku anak banyak ditentukan oleh
adanya dialektif dengan lingkungannya. Maksudnya, perkembangan kognitif seorang anak
bukan merupakan perkembangan yang wajar, melainkan ditentukan interaksi budaya.

2.2 Teori-Teori Perkembangan Klasik


Teori-teori perkembangan klasik dalam pendidikan berlandaskan pada filsafat klasik,
yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan, dan
meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan daripada
prosesnya, dengan isi pendidikan diambil dari ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dan
dikembangkan oleh para ahli di bidangnya. Terdapat empat aliran yang berbeda dalam teori-
teori ilmu pendidikan, yaitu aliran empirisme, nativisme, psikoanalisis, dan behaviorisme.
1) Aliran Empirisme
Kebalikan dari aliran empirisme dan naturalisme adalah empirisme dengan tokoh utama
Jhon Locke(1632-1704). Nama asli aliran ini adalah the school of british empirism(aliran
empirisme inggris).Doktrin aliran empirisme yang sangat mashur adalah tabula rasa,
sebuah istilah bahasa latin yang berarti buku tulis yang kosong atau lembaran kosong.
Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan
dalam arti perkembangan manusia semata-mata bergantung pada lingkungan dan
pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir di anggap tidak
ada pengaruhnya.
Dalam hal ini para penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa,
dalam keadaan kosong dan tak punya kemapuan apa-apa.Aliran empirisme berpendapat
berlawanan dengan aliran nativisme dan naturalisme karena berpendapat bahwa dalam
perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali di tentukan oleh
lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang di terimanya sejak kecil.
Manusia-manusia dapat di didik menjadi apa saja(kearah yang baik maupun kearah yang
buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidikannya. Dalam pendidikan pendapat
kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis.Kaum behaviouris pun
sependapat dengan kaum empiris, sebagai contoh di kemukakan di sini kata-kata waston,
seorang behaviouris tulen dari Amerika ”berilah saya anak yang baik keadaan badannya
dan situasi yang saya butuhkan, dan dari setiap orang anak, entah yang mana dapat saya
jadikan dokter, seorang pedagang, seorang ahli hukum, atau jika memang di kehendaki
menjadi seorang pengemisatau pencuri”.
Dari pemaparan dan contoh di atas jelas menurut pandangan empirisme bahwa peran
pendidik sangat penting sebab akan mencetak anak didik sesuai keinginan pendidik. Tapi
dalam dunia pengetahuan pendapat seperti ini sudah tidak di akui lagi, umumnya orang
sekarang mengakui adanya perkembangan dari pengaruh pembawaan dan lingkungan.
Suatu pembawaan tidak dapat mencapai perkembangannya jika tidak di pengaruhi oleh
lingkungan.Di samping itu orang berpendapat bahwa dalam batas-batas yang tertentu kita
dilahirkan dengan membawa intelegensi. Di katakana dalam batas-batas tertentu karena
sepanjang pengetahuan kita tahu bahwa intelegensi dapat kita kembangkan.
2) Aliran Nativisme
Istilah Nativisme dari asal kata natives yang artinya terlahir. Nativisme adalah sebuah
doktrin filosofis yang berpangaruh besar terhadap pemikiran psikologis. Tokoh utama
aliran ini adalah Arthur Schopenhauer(1788-1869), seoran filosofis Jerman. Aliran ini
identik dengan pesimistisyang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah di tentukan oleh faktor-
faktor yang di bawa manusia sejak lahir,pembawaan yang telah terdapat pada waktu lahir
itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut aliran nativisme, pendidikan
tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan.
Dalam ilmu pendidikan pandangan seperti ini di sebut pesimistis pedagogis.Pendidikan
yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk
perkembangan anak itu sendiri. Bagi nativisme lingkungan lingkungan sekitar tidak
mempengaruhi perkembangan anak, penganut aliran ini menyatakan bahwa kalau anak
mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anak
mempunyai pembawaan baik maka dia akan baik.
pembawaan baik dan buruk ini tidak dapat di ubah dari luar, jadi menurut pemaparan di
atas telah jelas bahwa pendidikan menurut aliran nativisme tidak bisa mengubah
perkembangan seorang anak atau tidak mempunyai pengaruh sama sekali.Karena menurut
mereka baik buruknya seoang anak di tentukan oleh pembawaan sejak lahir, dan peran
pendidikan di sini hanya sebatas mengembangkan bakat saja. Misalnya: seorang pemuda
sekolah menengah mempunyai bakat musik, walaupun orang tuanya sering menasehati
bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi fikiran dan perasaanya tetap tertuju pada
musik dan dia akan tetap berbakat menjadi pemusik.
3) Aliran Psikoanalisis
Teori psikoanalisis klasik merujuk pada istilah yang dipopulerkan oleh Freud. Secara
garis besar, teori ini menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu memiliki peran
yang utama dalam diri seseorang. Dengan landasan teori ini, Freud melakukan
pengobatan mereka yang menderita gangguan psikis.
Teori Psikoanalisis Freud telah menjadi teori yang paling banyak digunakan dan
dikembangkan hingga saat ini. Konsep teori ini digunakan untuk meneliti kepribadian
seseorang terhadap proses psikis yang tidak terjangkau oleh hal yang bersifat ilmiah.
Dengan metode psikoanalisis, Freud bermaksud mengembalikan struktur kepribadian
pasien dengan cara memunculkan kesadaran yang tidak ia sadari sebelumnya. Adapun
proses terapi ini berfokus pada pendalaman pengalaman yang dialami pasien saat masih
kanak-kanak.
Freud membagi struktur ini menjadi tiga aspek yaitu : id, ego dan superego. Berikut
penjelasannya :

1. Id
Id berasal dari kata latin “Is” yang artinya es. Kepribadian ini disebut Freud sebagai
kepribadian bawaan lahir. Didalamnya terdapat dorongan yang didasari pemenuhan biologis
guna kepuasan bagi dirinya sendiri. Karakter khas pada aspek ini adalah tidak adanya
pertimbangan logis dan etika sebagai prinsip pengambilan keputusan. Lebih sederhana, id
berwujud pada gambaran nafsu, hasrat seksual dan perasaan superior (ingin berkuasa).

2. Ego
Aspek kepribadian ini terjadi akibat pengaruh yang ia dapatkan dari apa yang terjadi
didunia/lingkungannya. Ciri khas dari aspek ini, ego mengatur id dan juga superego untuk
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kepentingan kepribadian yang terlibat. Artinya, berbeda
dengan id yang hanya mementingkan diri sendiri, ego merupakan aspek yang mementingkan
keperluan lebih luas (tidak hanya dirinya).

3. Superego
Aspek kepribadian yang satu ini akan lekat kaitannya moral atau nilai kehidupan. Ranah
superego berisi tentang batasan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk. Dengan
kata lain, superego memiliki peran penting untuk menjadi penengah antara id an ego. Ia
menjadi penyekat dari sinyal yang dikirimkan aspek id serta memotivasi ego untuk
melakukan hal yang menjunjung moralitas.
Fase Dalam Perkembangan Kepribadian
Menurut Freud, kepribadian seseorang mengalami perkembangan dalam tiga tahapan fase :
1. Fase Infatile
Tahapan ini berlangsung sejak anak lahir hingga berusia 5 tahun. Naluri seks menjadi hal
yang utama dalam pembentukan kepribadian anak tersebut. Pada range usia ini, Freud
mengklasifikasikan fase infantil menjadi tiga fase lagi, yaitu :

 Fase Oral (0-1 tahun)


Seseorang akan mendapatkan kesenangan melalui segala sesuatu yang masuk melalui
mulutnya. Contohnya adalah, aktivitas makan, minum dan menghisap jari.
Freud mengemukakan bahwa personaliti anak yang berlebihan mendapatkan kepuasan oral
pada fase ini, akan tumbuh menjadi seseorang yang gemar menimbun harta/ilmu dan juga
terlalu gampang percaya orang lain. Tapi sebaliknya, jika anak tidak puas terhadap kebutuhan
oral ini, mereka akan menjadi pribadi yang rakus namun tidak pernah puas. Mereka juga
terkenal sebagai pendebat dan bersikap sarkas.

 Fase Anal (1-3 tahun)


Pada fase ini, kesenangan bayi akan didapat dari aktivitas buang air besar, yang
menggambarkan kepuasan karena hilangnya rasa tertekan dan tidak nyaman pada saluran
pencernaan. Freud menyatakan bahwa proses belajar buang air menjadi pemuas id dan
superego dalam waktu yang bersamaan. Ia mengibaratkan fase anal ini adalah fase seseorang
dalam melakukan kontrol diri atau pengendalian diri.

 Fase Falik (3-5 tahun)


Freud memberikan pandangan bahwa pada fase ini, seseorang akan mendapatkan kepuasan
melalui organ kelaminnya. Contoh paling sederhana yang khas adalah, seseorang akan mulai
menyukai lawan jenisnya. Anak yang selama ini memandang ibu sebagai sumber cintanya,
dan beranggapan bahwa ayah adalah saingannya, akan memunculkan perasaan cemas karena
khawatir cnta ibunya terebut.
2. Fase Laten (5-12 tahun)
Fase ini dikenal juga dengan fase pubertas (puberity). Yang menjadi ciri khas dari fase in
iadalah seseorang mulai merasa malu dan mementingkan aspek moral (estetika). Freud
mengistilahkannya dengan kemampuan sublimasi. Sebuah kemampuan mengganti
kesenangan seksual dengan kesenangan lain yang sifatnya non-seksual.
3. Fase Genital (12 tahun-dewasa)
Tahapan lanjutan ini, seseorang mulai menyalurkan keinginan seksual mereka melalui objek
luar. Contohnya saja, keikutsertaan pada sebuah komunitas, menikah dengan orang yang
dicintai dan karir. Orientasi hidup seseorang tersebutpun mengalami perubahan menjadi
sosialis dan realistis.
4) Aliran Behaviorisme
Teori behaviorisme atau behavioristik sering disebut sebagai S-R psikologis adalah
tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavior dengan stimulusnya.
Teori behaviorisme memiliki beberapa ciri-ciri rumpun yaitu:

 Mementingkan faktor lingkungan


 Menekankan pada tingkah laku yang tampak dengan mempergunakan metode objektif
 Bersifat mekanis
 Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil
 Mementingkan pembentukan reaksi atau respons
 Menekankan pentingnya latihan
 Mementingkan mekanisme belajar
Dalam perkembangannya ada banyak tokoh ahli yang berkarya mengenai teori behaviorisme
diantaranya:
1. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov merupakan ahli psikologi dari Rusia yang mengemukakan bahwa
individu dapat dikendalikan dengan cara stimulus alami yang tepat untuk mendapatkan
respons yang diinginkan.
Sedangkan individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
2. Edward Thorndike (1874-1949)
Dalam teori behaviorisme Thorndike menemukan hukum-hukum belajar seperti: hukum
kesiapan, hukum latihan dan hukum akibat.
3. Jhon B Watson
Menurut Watson, belajar adalah proses refleks yang terjadi atau respon bersyarat melalui
stimulus pengganti. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan stimulus respons
baru melalui conditioning.
4. Clark Hull
Bagi Hull tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena
itu dalam teori Clark Hull, behaviorisme disebutkan sebagai kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral.
5. Edwin Guthrie
Edwin Guthrie mengemukakan teori kontiguitas yang memandang bahwa belajar merupakan
kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respons tertentu.
6. Burrhus Frederic Skinner
Burrhus Frederic Skinner mengeluarkan karya berjudul About Behaviorism yang
menyebutkan tingkah laku terbentuk oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu
sendiri.
Teori behaviorisme memiliki 7 prinsip utama yakni:

 Stimulus dan Response


 Reinforcement (penguatan)
 Penguatan Positif dan Negatif
 Penguatan Primer dan Sekunder
 Kesegeraan memberi penguatan
 Pembentukan perilaku
 Kepunahan
a. Kelebihan Teori Behaviorisme
1. Teori behaviorisme cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa lantaran suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru
dan senang dengan bentuk penghargaan langsung seperti pujian.
2. Pembiasan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
b. Kelemahan Teori Behaviorisme
1. Pembelajaran siswa berpusat pada guru, bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada
hasil yang diamati dan diukur.
2. Murid mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
sebagai cara yang efektif.
3. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara mendisiplinkan siswa baik hukum verbal
maupun fisik justru berakibat buruk pada siswa.

2.3
2.4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mukhlis. 2015. Makalah Hakekat dan Teori Perkembangan Psikologi Pendidikan.
Jurnal Online. Tersedia pada
https://www.academia.edu/35413601/Makalah_Hakekat_dan_Teori_Perkembangan_
Psikologi_Pendidikan. Diakses pada tanggal 26 November 2023.
Studocu. 2022. Makalah Teori Perkembangan Klasik-Modern. Jurnal Online.Tersedia pada
https://www.studocu.com/id/document/universitas-pendidikan-ganesha/
perkembangan-peserta-didik/makalah-teori-perkembangan-klasik-modern/45045283.
Diakses pada tanggal 26 November 2023.
Kemenag.go.id. 2019. Mengenal Aliran-Aliran Klasik Dalam Dunia Pendidikan. Artikel
Online. Tersedia pada https://kalsel.kemenag.go.id/opini/675/Mengenal-Aliran-
Aliran-Klasik-Dalam-Dunia-Pendidikan. Diakses pada tanggal 26 November 2023.

Anda mungkin juga menyukai