Anda di halaman 1dari 11

Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Kewirausahaan Jilid 23, Edisi 4, 2019

Jilid 23, Edisi Khusus Cetak ISSN: 1099-9264


ISSN Daring: 1939-4675

BERBASIS USAHA TERNAK BROILER


KERJASAMA KEMITRAAN DI INDONESIA:
PENILAIAN PELUANG DAN
PERKEMBANGAN BISNIS
Amam, Universitas Jember
Zaenal Fanani, Universitas Brawijaya
Budi Hartono, Universitas Brawijaya
Bambang Ali Nugroho, Universitas Brawijaya
ABSTRAK

Prinsip kerja sama kemitraan di Indonesia didasarkan pada saling membutuhkan, saling
memperkuat, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak yang melakukan kerja sama bisnis.
Kerja sama usaha tersebut meliputi kemitraan antara usaha peternakan ayam broiler antara perusahaan
peternakan dan peternak. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi sistem kemitraan peternak
ayam broiler yang mendukung pengembangan usaha peternakan dan menemukan model pengembangan
sistem kemitraan usaha peternakan ayam broiler di Indonesia. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari – Agustus 2018 di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Responden merupakan peternak
ayam broiler dengan sistem kemitraan. Jumlah responden sebanyak 126 petani. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peternak dan aksesnya terhadap sumber daya berpengaruh terhadap
perkembangan usaha peternakan sebesar 56,4%. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa
perkembangan sistem kemitraan usaha peternakan ayam broiler di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
sumber daya keuangan, sumber daya ekonomi, sumber daya sosial, dan sumber daya manusia.

Kata Kunci : Sistem Kemitraan, Ayam Broiler, Sumber Daya, Peternak.

PERKENALAN

Kebutuhan daging ayam untuk pemenuhan protein hewani berdampak pada peningkatan
konsumsi masyarakat terhadap ayam, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17,64%, pada tahun 2017
konsumsi ayam mencapai 0,744 kg/kapita/tahun (Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2017).
Dengan demikian, rata-rata harga ayam broiler di tingkat konsumen mencapai Rp 33.334/kg (Ditjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2017). Kebijakan integrasi harga yang efisien harus ditetapkan
sehingga kesenjangan harga antara konsumen dan produsen dapat diterima (Setianti dkk., 2016). Oleh
karena itu, industri perunggasan mengalami peningkatan populasi sebesar 6,82% atau sebanyak 1,69
miliar ekor seiring dengan adanya kemitraan antara perusahaan peternakan dan peternak. Kemitraan
usaha peternakan di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 tentang Kemitraan Usaha Peternakan dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan.

Kewirausahaan & Keberlanjutan 1 1939-4675-23-SI-330


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Kewirausahaan Jilid 23, Edisi 4, 2019

Prinsip kerjasama kemitraan di Indonesia adalah saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan antara pihak-pihak yang melakukan kerjasama usaha, termasuk usaha peternakan ayam broiler
dengan kemitraan antara perusahaan peternakan dan peternak.
Kemitraan kemitraan pada kenyataannya tidak selalu saling menguatkan dan saling menguntungkan.
Banyak peternak yang mengalami kerugian karena rendahnya posisi tawar peternak, sehingga berdampak pada
keberlangsungan usaha peternakan ayam broiler dan berkembangnya usaha peternakan ayam broiler. Rendahnya
daya tawar peternak disebabkan sebagian besar input faktor produksi diperoleh dari perusahaan peternakan,
padahal input faktor produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keuntungan peternak (Haloho et
al., 2013), sedangkan karakter, kapasitas, dan kondisi tidak berpengaruh signifikan. mempengaruhi return kredit
peternak (Prasetyo et al., 2012), meskipun return kredit usaha peternakan sebesar 5% akan tetap dinyatakan
menguntungkan ketika profitabilitas usaha peternakan mencapai 10,34% (Dolewikou et al., 2016).

Kolaborasi kemitraan berdampak pada akses peternak terhadap sumber daya (Mukson et al., 2017)
untuk mendukung subsistem agribisnis yang meliputi praproduksi, pemasaran, dan jasa pendukung (Prasetyo et
al., 2012) karena kemitraan usaha peternakan ayam broiler dikatakan bersifat faktor teknis, organisasi, dan
keuangan yang layak (Arrienda et al., 2010). Mukson dkk. (2012) menyatakan bahwa peran faktor teknis, sosial,
ekonomi, kelembagaan, dan lingkungan usaha perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan produktivitas usaha
dan pendapatan petani. Faktor teknis ini menurut Perilla dkk. (2009) antara lain menjadikan pembibitan sendiri
sebagai langkah investasi awal dan mengurangi proliferasi adiposit (Sugiharto et al., 2010), sedangkan menurut
Sumekar et al. (2013) menyatakan bahwa faktor teknis populasi ternak, pengelolaan pakan, dan penguasaan
teknologi yang dilakukan peternak belum optimal.

Usaha peternakan ayam broiler dengan kerjasama kemitraan memungkinkan peternak untuk dapat memperluas
manajemen pemasaran ayam dengan mengoptimalkan lamanya waktu penggemukan. Optimalisasi waktu
penggemukan perlu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan peternak (Setiawan et al., 2013). Oleh karena
itu, keterlibatan pemerintah diperlukan untuk mendorong pertumbuhan industri perunggasan, memanfaatkan
potensi wilayah baru, dan memperbarui peraturan perundang-undangan untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Calon investor harus didorong untuk mengatasi ketidakstabilan harga (Indarsih et al., 2010).
Berkembangnya sistem kemitraan usaha peternakan ayam broiler di Indonesia tidak terlepas dari akses
peternak terhadap berbagai sumber daya. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya keuangan, sumber daya
teknologi, sumber daya fisik, sumber daya ekonomi, sumber daya lingkungan, dan sumber daya sosial (Syukur
et al., 2014). Penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi sistem kemitraan peternak ayam broiler yang
mendukung pengembangan usaha peternakan dan menemukan model pengembangan sistem kemitraan usaha
peternakan ayam broiler di Indonesia.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia pada bulan Januari hingga
Agustus 2018. Data petani diperoleh dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang.
Responden merupakan peternak ayam broiler dengan sistem kemitraan (total sampling). Jumlah responden
sebanyak 126 peternak. Data diperoleh dengan menggunakan angket, wawancara, dan observasi. Skala Likert 1
sampai 5 digunakan untuk mengisi kuesioner.

Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 8 variabel utama dan 59 indikator. Variabel-variabel tersebut adalah: sumber
daya keuangan (X1), sumber daya teknologi (X2), sumber daya fisik (X3), sumber daya ekonomi (X4),

Kewirausahaan & Keberlanjutan 2 1939-4675-23-SI-330


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Kewirausahaan Jilid 23, Edisi 4, 2019

sumber daya lingkungan (X5), sumber daya sosial (X6), sumber daya manusia (Z1), dan
pengembangan usaha peternakan ayam broiler (Z1). Variabel penelitian dan indikator penelitian
dijelaskan pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
INDIKATOR DAN VARIABEL PENELITIAN
TIDAK. Variabel Indikator
Pendapatan utama X1.1
Pendapatan dari usaha peternakan ayam broiler X1.2
Pendapatan sampingan dari usaha non pertanian X1.3
Pendapatan dari usaha peternakan lainnya X1.4
1 Keuangan (X1) Penghasilan untuk kebutuhan keluarga X1.5
Jumlah tabungan X1.6
Jumlah hutang X1.7
Jumlah pembayaran utang X1.8
Jumlah populasi ayam pedaging X1.9
Teknologi pemilihan DOC X2.1
Teknologi pemberian pakan X2.2
Kesehatan ternak X2.3
2 Teknologi
Manajemen kandang X2.4
Sumber Daya (X2)
Manajemen Pemasaran X2.5
Target berat badan X2.6
pengetahuan FCR X2.7
Kepemilikan rumah X3.1
Kepemilikan kandang X3.2
Kepemilikan kendaraan X3.3
Kepemilikan alat komunikasi X3.4
Fisik Kepemilikan fasilitas informasi X3.5
3
Sumber Daya (X3) Penggunaan listrik X3.6
Kepemilikan tanah X3.7
Penggunaan Tanah X3.8
Akses terhadap sumber air X3.9
Akses ke sumber pakan X3.10
Pendidikan formal petani X4.1
Pendidikan nonformal bagi petani X4.2
Keterlibatan saudara kandung dalam pekerjaan X4.3
Status kesehatan keluarga X4.4
Ekonomis Status gizi keluarga X4.5
4
Sumber Daya (X4) Kenyamanan hunian X4.6
Transfer teknologi kepada masyarakat sekitar
X4.7

Kesempatan liburan X4.8


Kredibilitas petani X4.9
Tingkat polusi udara X5.1
Tingkat pencemaran tanah X5.2
Lingkungan Tingkat pencemaran air X5.3
5
Sumber Daya (X5) Tingkat polusi suara X5.4
Pemanfaatan limbah ternak untuk pupuk X5.5
Pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan X5.6
Peran petani dalam masyarakat X6.1
Hubungan dengan petani lain X6.2
Sosial
6 Hubungan dengan PNS berbasis desa
Sumber Daya (X6) X6.3

Hubungan dengan petugas kesehatan X6.4

Kewirausahaan & Keberlanjutan 3 1939-4675-23-SI-330


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Kewirausahaan Jilid 23, Edisi 4, 2019

Hubungan dengan Dinas Peternakan X6.5


Hubungan dengan perusahaan pakan X6.6
Hubungan dengan perusahaan pemasok
X6.7
DOC
Hubungan dengan penyuluh X6.8
Hubungan dengan lembaga keuangan X6.9
Hubungan dengan agen pemasaran X6.10
Kualitas intelektual petani Z1.1
Peternakan/Peternak Tingkat kesehatan petani Z1.2
7 Manusia
Kualitas spiritual petani Z1.3
Sumber Daya (Z1)
Kemampuan bahasa Z1.4
Pertumbuhan pendapatan Y1.1
Bisnis
Meningkatnya jumlah populasi ayam pedaging Y1.2
8 Perkembangan
Pertumbuhan jumlah pekerja Y1.3
(Y1)
Penambahan jumlah kandang Y1.4

Metode Analisis Data

Data dianalisis menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan SmartPLS.


SmartPLS digunakan karena berguna untuk memperkuat teori yang lemah dan/atau menemukan
teori baru (Wiyono, 2011). Spesifikasi hubungan antara variabel laten dan indikator dalam teori
Partial Least Square (PLS) disebut model pengukuran atau hubungan luar. Secara matematis,
penentuan nilai pembebanan luar pada indikator reflektif adalah sebagai berikut:

x dan y merupakan indikator variabel laten eksogen (ÿ) dan endogen (ÿ), sedangkan ÿx
dan ÿy merupakan loading matriks yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang
menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residu diukur dengan ÿx dan ÿy yang dapat diartikan sebagai
kesalahan pengukuran.

PLS dirancang untuk model rekursif. Apalagi hubungan antar variabel laten
berlaku bahwa setiap variabel laten terikat ÿ dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

ÿ ÿ
gÿ (dalam bentuk matriks yang diputar ÿ) merupakan koefisien jalur yang menghubungkan
variabel laten endogen (ÿ) dengan variabel laten eksogen (ÿ), sedangkan ÿji merupakan koefisien
jalur yang menjembatani suatu variabel laten endogen (ÿ) dengan variabel lain. variabel laten
endogen (ÿ), sedangkan parameter ÿ merupakan variabel sisa dalam.
Weigth Relations (WR) merupakan pendugaan nilai kasus variabel laten, inner model,
dan outer model yang memberikan spesifikasi, sehingga memberikan pendugaan hubungan
bobot dalam persamaan logaritmik berikut:

ÿ
Wkb dan Wki merupakan bobot k yang digunakan untuk membentuk estimasi variabel laten ÿ dan ÿ.
Estimasi variabel laten merupakan agregasi linier dari indikator-indikator yang nilai bobotnya
diperoleh dari prosedur estimasi PLS.

Kewirausahaan & Keberlanjutan 4 1939-4675-23-SI-330


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Kewirausahaan Jilid 23, Edisi 4, 2019

HASIL DAN DISKUSI

Potensi Sumber Daya Usaha Peternakan Broiler

Sumber daya merupakan suatu nilai potensial yang dimiliki oleh lembaga atau individu yang dapat diakses
dan merupakan proses yang berkelanjutan dalam kehidupannya. Potensi sumber daya tersebut diperoleh dari akses
para peternak ayam broiler terhadap sistem kemitraan berbagai sumber daya. Sumber daya tersebut meliputi sumber
daya keuangan, teknologi, fisik, ekonomi, lingkungan dan sosial (Syukur et al., 2014).

Akses terhadap resource tersebut diperoleh dari hasil pengujian menggunakan SmartPLS (Gambar 1).
Resource yang dapat diakses adalah resource yang mempunyai nilai outer loading > 0,500 dan dinyatakan valid,
sedangkan nilai outer loading < 0,500 dianggap tidak valid dan harus dikeluarkan dari model karena tidak mendukung
variabel laten. Akses terhadap peternak ayam broiler yang bermitra dengan sumber daya dijelaskan pada Tabel 2 di
bawah ini:

Meja 2
AKSES PETANI BROILER DALAM KEMITRAAN
SISTEM SUMBER DAYA
Variabel Laten Indikator Pemuatan Luar
Penghasilan utama (X1.1) 0,597
Pendapatan usaha peternakan ayam broiler (X1.2) 0,673
Pendapatan sampingan dari usaha non pertanian (X1.3) 0,798
Keuangan (X1)
Pendapatan usaha peternakan lainnya (X1.4) 0,669
Jumlah tabungan (X1.6) 0,68
Jumlah populasi ayam pedaging (X1.9) 0,798
Teknologi
Manajemen pemasaran (X2.5) 1
Sumber Daya (X2)
Sumber Daya Fisik
Kepemilikan fasilitas informasi (X3.5) 0,761
(X3)
Penggunaan listrik (X3.6) 0,917
Ekonomis
Keterlibatan saudara kandung dalam pekerjaan (X4.3) 0,789
Sumber Daya (X4)
Kesempatan liburan (X4.8) 0,724
Kredibilitas petani (X4.9) 0,543
Lingkungan
Pemanfaatan limbah peternakan untuk pupuk (X5.5) 0,83
Sumber Daya (X5)
Pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan (X5.6) 0,827
Sosial
Peran Petani dalam Masyarakat (X6.1) 0,569
Sumber Daya (X6)
Hubungan dengan PNS berbasis desa (X6.3) 0,728
Hubungan dengan petugas kesehatan (X6.4) 0,696

Hubungan dengan Dinas Peternakan (X6.5) 0,741

Hubungan dengan perusahaan pakan (X6.6) 0,784


Hubungan dengan perusahaan pemasok
0,63
DOC (X6.7)
Peternakan/Peternak
Sumber daya manusia Kualitas intelektual petani(Z1.1) 0,945
(Z1)
Tingkat kesehatan petani (Z1.2) 0,587

Kewirausahaan & Keberlanjutan 5 1939-4675-23-SI-330


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Kewirausahaan Jilid 23, Edisi 4, 2019

Pertumbuhan pendapatan (Y1.1) 0,798

Bisnis Meningkatnya jumlah populasi ayam pedaging (Y1.2) 0,939


Perkembangan (Y1)

Pertumbuhan jumlah pekerja (Y1.3) 0,936


Tambahan jumlah kandang (Y1.4) 0,931
Catatan: Nilai Outer Loading setelah menghilangkan indikator yang tidak valid (<0,500)
Sumber: Data diolah (2018)

GAMBAR 1
HASIL PLS

Sumber daya keuangan, teknologi, fisik dan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap
sumber daya manusia. Oleh karena itu, akses peternak ayam broiler terhadap sistem kemitraan sumber
daya finansial, teknologi, fisik, dan ekonomi berdampak langsung pada sumber daya manusia peternak.
Peternakan ayam pedaging dengan sistem kemitraan di Indonesia mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap pengembangan usaha peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi sumber
daya manusia peternak maka peluang peternak dalam mengembangkan usaha peternakan juga semakin besar.
Roessali dkk. (2011) menyatakan bahwa daya dukung keluarga dapat mempengaruhi keputusan petani
untuk meningkatkan skala usahanya (Tabel 3).

Kewirausahaan & Keberlanjutan 6 1939-4675-23-SI-330


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Kewirausahaan Jilid 23, Edisi 4, 2019

Sumber daya finansial dan ekonomi tentunya berdampak signifikan terhadap pengembangan
peternakan ayam broiler dengan sistem kemitraan. Dengan demikian, semakin besarnya akses peternak
terhadap sumber daya keuangan dan ekonomi mempengaruhi peluang peternak untuk mengembangkan
usaha peternakan. Riszqina dkk. (2014) menyatakan bahwa produktivitas usaha peternakan sangat
dipengaruhi oleh skala usaha. Produktivitas dan profitabilitas usaha peternakan skala besar lebih tinggi
dibandingkan dengan usaha peternakan skala kecil (Asmara et al., 2017).

TABEL 3
KOEFISIEN DETERMINASI, KOEFISIEN JALUR, DAN STATISTIK T
Koefisien determinasi

Memeriksa Hasil

Sumber Daya Manusia (SDM) Peternakan 0,705

Perkembangan usaha peternakan 0,564

Koefisien jalur dan t-statistik

Fungsi Endogen.
Efek langsung Efek Total

Bisnis
SDM Pertanian (Z1) Pengembangan Bisnis (Y1)
Pembangunan (Y1)

Fungsi Eksogen. Koefisien t-nilai Koefisien t-nilai Koefisien nilai-t

Keuangan
X1 0,169 2.629 0,188 2.421 0,266 3.777
Sumber daya

Teknologi
X2 0,561 6.092 0,561 0,558 0,192 3.664
Sumber daya

Fisik
X3 0,266 2.368 0,086 0,821 0,181 1.54
Sumber daya

Ekonomis
X4 0,199 2.312 0,238 2.445 0,329 3.548
Sumber daya

Lingkungan
X5 0,104 1.614 0,104 1.207 0,154 2.059
Sumber daya

Sosial
X6 -0,155 1.004 -0,1 1.651 -0,171 1.715
Sumber daya
Keterangan : T-Tabel =
1,660 Sumber : Data Olahan (2018)

Pengembangan Sistem Kemitraan Usaha Peternakan Broiler

Akses sumber daya bagi peternak dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) berpengaruh terhadap
pengembangan sistem kemitraan usaha peternakan ayam broiler di Kabupaten Malang sebesar 56,4%,
sedangkan sisanya sebesar 43,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat pada model yang
digambarkan pada Gambar 2. Ellitan (2003) menyatakan bahwa kinerja SDM dan teknologi dipengaruhi
secara positif dan/atau negatif oleh aksesibilitas terhadap sumber daya.

Kewirausahaan & Keberlanjutan 7 1939-4675-23-SI-330


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Kewirausahaan Jilid 23, Edisi 4, 2019

GAMBAR 2
HASIL BOOTSRAP PLS

Total pengaruh sumber daya keuangan terhadap peternak dan pengembangan usaha
berpengaruh positif signifikan sebesar 26,6%. Faktor tersebut didukung oleh sumber daya finansial yang
mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap sumber daya manusia peternak dan perkembangan
sistem kemitraan usaha peternakan ayam broiler di Indonesia. Sutawi (2013) menyatakan bahwa nilai
bunga pinjaman bank menunjukkan bahwa peternakan ayam broiler baik pensiun terbuka maupun
pensiun tertutup sangat fleksibel jika didanai oleh pinjaman bank. Artinya akses peternak terhadap
sumber daya dapat mempengaruhi motivasi peternak untuk terus mengembangkan usaha peternakannya.
Motivasi ini berpengaruh signifikan terhadap produktivitas usaha (Riszqina et al., 2014), namun usaha
peternakan skala kecil juga harus dilindungi dan diperhatikan untuk usaha peternakan ayam broiler (Benalywa et al., 201
Total pengaruh sumber daya teknologi terhadap peternak dan pengembangan usaha mempunyai
pengaruh positif signifikan sebesar 19,2%. Hal ini didukung oleh sumber daya teknologi yang memberikan
pengaruh positif signifikan terhadap SDM peternak, namun tidak dinilai signifikan terhadap pengembangan
usaha. Artinya tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, sumber daya teknologi tidak dapat
menjamin berkembangnya sistem kemitraan usaha peternakan ayam broiler di Indonesia.
Kinerja teknologi dan SDM dipengaruhi secara positif dan/atau negatif oleh ketersediaan

Kewirausahaan & Keberlanjutan 8 1939-4675-23-SI-330


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Kewirausahaan Jilid 23, Edisi 4, 2019

sumber daya (Ellitan, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa akses petani terhadap sumber daya dapat
memperkuat atau memperlemah pengaruh teknologi terhadap kinerja SDM. Yudiarini (2014) menjelaskan
bahwa sarana dan prasarana dapat menjamin efisiensi usaha peternakan, sedangkan pada lokasi penelitian
sarana dan prasarana produksi menjadi tanggung jawab perusahaan.
Total pengaruh sumber daya ekonomi terhadap peternak dan pengembangan usaha mempunyai
pengaruh positif signifikan sebesar 32,9%. Hal ini didukung oleh sumber daya ekonomi yang memberikan
pengaruh positif signifikan terhadap peternak dan berkembangnya sistem kemitraan usaha peternakan ayam
broiler di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa jika petani semakin kaya, semakin tinggi pendidikannya, dan
mempunyai motivasi yang lebih maka berdampak pada keputusan petani untuk meningkatkan skala usaha
karena adanya dukungan tenaga kerja yang memiliki ikatan kekeluargaan (Roessali et al., 2011).
Total pengaruh sumber daya lingkungan terhadap peternak dan pengembangan usaha mempunyai
pengaruh positif signifikan sebesar 15,4%. Hal ini didukung oleh sumber daya lingkungan yang berpengaruh
positif signifikan terhadap SDM peternak, namun tidak signifikan terhadap pengembangan usaha. Artinya
tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, sumber daya lingkungan tidak dapat menjamin berkembangnya
sistem kemitraan usaha peternakan ayam broiler di Indonesia. Amam dan Soetriono (2019) menyatakan
bahwa pengembangan usaha peternakan harus didukung oleh berbagai sarana produksi (sumber daya),
salah satunya adalah akses terhadap pakan ternak. Pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan dan
pemanfaatan kotoran ternak untuk pupuk organik yang difortifikasi dengan pupuk kimia terbukti dapat
meningkatkan produktivitas tanaman sebesar 39-48% (Bamualim et al., 2015), selain itu petani juga dapat
melakukan efisiensi biaya produksi untuk pakan. pakan ternak (Pakage et al., 2015).

Total pengaruh sumber daya sosial terhadap SDM peternak dan pengembangan usaha berpengaruh
negatif signifikan sebesar -17,1%. Hal ini didukung oleh sumber daya sosial yang memberikan pengaruh
negatif namun tidak signifikan terhadap SDM peternak, namun berpengaruh signifikan terhadap perkembangan
usaha. Meskipun sumber daya manusia peternak belum cukup berkualitas, namun memiliki banyak akses
terhadap sumber daya sosial, mampu menjamin berkembangnya sistem kemitraan usaha peternakan ayam
broiler di Indonesia. Priyono dan Priyanto (2018) menggambarkan bahwa perkembangan usaha peternakan
terhambat jika tidak ada dukungan sumber daya sosial berupa hubungan peternak dengan lembaga keuangan.
Pendekatan ini dilakukan karena sulitnya mengakses sumber daya keuangan. Selain itu, petani juga harus
menjalin kemitraan dengan pihak lain. Fauzi dkk. (2016) menyebutkan bahwa modal manusia atau SDM
berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan strategi bersaing.

Analisis korelasi

Hasil analisis korelasi atau korelasi variabel laten kemitraan


model pengembangan sistem peternakan ayam broiler dijelaskan pada Tabel 4 berikut ini:

TABEL 4
KORELASI VARIABEL LATEN
Y1 X4 X1 X5 Z1 X2 X6 X3
Y1 1.000
X4 0,573 1.000
X1 0,543 0.430 1.000
X5 0,393 0.367 0,305 1.000
Z1 0,684 0.584 0,508 0,384 1.000
X2 0,462 0.479 0,286 0,263 0,747 1.000
X6 0,435 0.606 0,512 0,407 0,483 0,435 1.000

Kewirausahaan & Keberlanjutan 9 1939-4675-23-SI-330


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Kewirausahaan Jilid 23, Edisi 4, 2019

X3 0,517 0,465 0,665 0,308 0,558 0,386 0,681 1.000


Catatan: Hasil dihitung dari keluaran PLS setelah pengujian indikator
Sumber: Data Olahan (2018)

Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Tabel 4 menunjukkan bahwa korelasi positif tertinggi
terdapat antara sumber daya teknologi dengan peternak yaitu dengan koefisien sebesar 0,747. Artinya,
sumber daya teknologi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap sumber daya manusia peternak.
Teknologi dan kinerja SDM dipengaruhi secara positif dan/atau negatif oleh ketersediaan sumber daya
(Ellitan, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa akses petani terhadap sumber daya dapat memperkuat
atau memperlemah pengaruh teknologi terhadap kinerja SDM.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya manusia peternak dan akses peternak
terhadap sumber daya berpengaruh terhadap perkembangan usaha peternakan sebesar 56,4%.
Perkembangan sistem kemitraan usaha peternakan ayam broiler di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
sumber daya finansial, sumber daya ekonomi, sumber daya sosial, dan sumber daya manusia.

PENGAKUAN

Penulis mengucapkan terima kasih atas kontribusi dan dukungan dari PT Charoen Pokphand
Indonesia Tbk, Yayasan Toyota Astra, Dinas Peternakan Kabupaten Malang, Badan Penelitian dan
Pengembangan Universitas Jember, dan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

REFERENSI

Amam., & Soetriono. (2019). Evaluasi Kinerja Kelembagaan Peternak Sapi Perah Berdasarkan Aspek Usaha
Risiko dan Perkembangan Bisnis. JITRO, 5(3), 8-13.
Arrienda, FQ, Cruz, CV, Perilla, MV, & Setiawan, BM (2010). Studi Kelayakan Pendirian Buatan
Pusat Inseminasi (AI) Carabaos di San Ildefonso, Bulacan, Filipina. JITAA, 35 (2), 134-141.
Asmara, A., Purnamadewi, YL, & Lubis, D. (2017). Analisis hubungan antara kinerja pelayanan koperasi produsen susu dengan
kinerja peternakan sapi perah anggota. Media Peternakan, 40(2), 143-
150.
Bamualim, AM, Madarisa, F., Pendra, Y., Mawardi, E., & dan Asmak. (2015). Jurnal Peternakan Indonesia. 17(2), 83-93.

Benalywa, ZA, Ismail, MM, Syamsudin, MN, Yusop, Z. (2018). Penilaian dampak kebijakan pemerintah terhadap produksi ayam
broiler di Semenanjung Malaysia. IJPS, 17(10), 459-466.
Dolewikou, RL, Sumekar, W., & Setiadi, A. (2013). Analisis profitabilitas usaha sapi perah pada kelompok peternak sapi perah di
kecamatan ungaran barat kabupaten semarang. JITAA, 41(4), 216-223.
Ellitan, L. (2003). Peran Sumber Daya dalam Meningkatkan Pengaruh Teknologi terhadap Produktivitas. Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan, 5(2), 155-170.
Fauzi, A., Suharjo, B., & dan Syamsun, M. (2016). Pengaruh Sumber Daya Finansial, Aset Tak Berwujud, dan Keunggulan
Kompetitif yang Berimplikasi Terhadap Kinerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Lombok, NTB. Manajemen IKM,
11(2), 151-158.
Haloho, RD, Santoso, SI, Marzuki, S., Roessali, W., & Setiadi, A. (2013). Analisis fungsi keuntungan sapi perah
pertanian di kecamatan getasan dan ungaran barat kabupaten semarang. JITAA, 38(2), 116-122.
Indarsih, B., Tamsil, MH, & Nugroho, MP (2010). Kajian Produksi Ayam Broiler Kontrak di Lombok, NTB: Peluang Memperkenalkan
Kemitraan Syari'ah. Media Peternakan, 33(2), 124-130.
Mukson, M., Isbandi Santosa, SI, & Sudjadmogo Setiadi, A. (2012). Analisis berbagai faktor dalam rangka meningkatkan
produktivitas dan pendapatan peternak sapi perah di jawa tengah, indonesia. JITAA, 37(3), 220-208.

Kewirausahaan & Keberlanjutan 10 1939-4675-23-SI-330


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Kewirausahaan Jilid 23, Edisi 4, 2019

Mukson, M., Setiawan, H., Handayani, M., & Setiadi, A. (2017). Analisis pengembangan sapi perah berbasis sumber daya lokal di Jawa Tengah.
JITAA, 42(1), 48-56.
Pakage, S., Hartono, B., Fanani, Z., & Nugroho, BA (2015). Analisis efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi produksi ayam pedaging dengan
sistem kandang tertutup di kabupaten malang jawa timur, Indonesia. LRRD, 27(9), 1-8.

Perilla, MV, Escala, JM, & Setiadi, A. (2009). Studi kasus koperasi serba guna luntian di barangay
lalaig, tiaong, quezon, filipina: Pendekatan integrasi vertikal. JITAA, 34(3), 216-223.
Priyono dan Priyanto. (2018). Kemitraan Penggemukan Sapi Lokal Berbasis Sumber Daya Lokal di Lahan Suboptimal
Wilayah Nusa Tenggara Timur. Wartazoa, 28(2), 61-68.
Prasetyo, E., Sunarso Santosa, PB, Rianto, E., Ekowati, T., Yuwana, DM, Mulyatno, B. (2012). Pengaruh dari
5 Faktor Tingkat Pengembalian Kredit pada Peternakan Sapi Potong di Jawa Tengah. JITAA, 37(7), 213-219.
Prasetyo, E., Sunarso Santosa, PB, Rianto. (2012). Pengaruh subsistem agribisnis terhadap penggemukan sapi potong
keuntungan peternakan di jawa tengah. JITAA, 37(2), 121-126.
Riszqina., Isbandi., Rianto, E., & Santoso, SI (2014). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manfaat usaha sapi karapan (balapan)
di pulau madura jawa timur. JITAA, 39(1), 65-72.
Roessali, W., Masyhuri, S., Nurtini Darwanto, DH (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak untuk meningkatkan skala
usaha sapi potong di provinsi jawa tengah. JITAA, 36(1), 27-35.
Setianti, C., Ekowati, T., & Setiadi, A. (2016). Integrasi pasar susu di kawasan usaha susu kecamatan pamijahan dan kecamatan cisarua,
kabupaten bogor, Indonesia. JITAA, 42(1), 42-47.
Setiawan, BM, Isbandi Santosa, PB, & Rianto, E. (2013). Hubungan optimal lama waktu pemeliharaan dengan pendapatan usaha peternakan
penggemukan sapi potong grade Simmental-Ongole di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. JITAA, 38(2), 109-115.

Sugiharto Henckel, P., & Lauridsen, C. (2010). Kompensasi parameter pertumbuhan dan lemak pada ayam pedaging yang dipuasakan pada awal
kehidupannya. JITAA, 35(4), 239-244.
Sumekar, W., Isbandi Atmomarsono, U., & Susilowati, I. (2013). Kinerja usaha peternak itik di Brebes
kabupaten, Jawa Tengah. JITAA, 38(3), 171-175.
Sutawi. (2013). Profitabilitas dan Profitabilitas Kemitraan Broiler Kandang Terbuka dan Kandang Tertutup. Jurnal Gamma, 8(2),
108-116.
Syukur, SH, Fanani, Z., Nugroho, BA, & Antara, M. (2014). Pemberdayaan peternak melalui program pascasarjana membangun desa pada
dinamika kelompok peternak sapi potong tingkat model gaduhan. Jurnal Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam, 4(2), 107-112.

Wiyono, G. (2011). Merancang Riset Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0. Penerbit dan Unit Percetakan STIM YKPN
Yogyakarta. Indonesia.
Yudiarini, N. (2014). Perubahan Pertanian Subsisten Tradisional ke Pertanian Modern. Dwijen AGRO, 2(1), 1-
8.

Kewirausahaan & Keberlanjutan 11 1939-4675-23-SI-330

Anda mungkin juga menyukai