Anda di halaman 1dari 11

1.

FILOSOFI MANAJEMEN PENDIDIKAN

1. Terminologi Filsafat

Secara terminologis, filsafat mempunyai banyak arti. Arti yang formal dari

filsafat adalah proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang

dijunjung tinggi. Sikap falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan mencari.

Sikap itu merupakan sikap toleran dan terbuka dalam melihat persoalan dengan

berbagai sudut pandang dan tanpa prasangka. Berfilsafat tidak hanya berarti

membaca dan mengetahui filsafat. Seseorang memerlukan kebolehan

beragumentasi, menggunakan teknik analisis serta mengetahui sejumlah bahan

pengetahuan sehingga ia memikirkan dan merasakan secara falsafi. Filsafat

mengantarkan semua yang mempelajarinya dalam refleksi pemikiran yang

mendalam dan penuh hikmah (Juhaya S. Pradja, 2000:2).

B. Pengertian Manajemen

Dalam Bahasa Inggris, kata manajemen adalah to manage yang berarti

mengatur, mengurus, mengelola dan ketatalaksanaan. Manajemen adalah

proses mengkoordinasikan aktivitas pekerjaan untuk menghasilkan produk cara

yang efisien dan efektif, yang memberdayakan kemampuan dan keterampilan

sumber daya manusia untuk keberhasilan kinerja yang optimal, dan adanya

proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki yang dilakukan melalui

kerja sama dengan orang lain secara efektif, efisien dan produktif.

Manajemen adalah proses perencanaan, perngorganisasian, dan

penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan

demikian, manajemen adalah kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang

telah ditentukan dengan memanfaatkan orang lain (getting things done through
the effort of other people). Dari pengertian tersebut, terdapat lima unsur

manajemen, yaitu :

1. Pimpinan

2. Orang-orang (pelaksana) yang dipimpin

3. Tujuan yang akan dicapai

4. Kerja sama dalam menca[ai tujuan tersebut

5. Sarana atau peralatan manajemen (tools of management).

C. Terminologi Pendidikan

Secara terminologis, Pendidikan diartikan sebagai proses perubahan

sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (WJS.

Poerwadarminta (1985:702), baik pada Pendidikan formal maupun Pendidikan

informal yang berlangsung di luar sekolah (M. Noor Syam, 1981:4). Pendidikan

sebagai education atau to educate, yaitu mengasuh, membina, dan mendidik

yang semua prosesnya memungkinkan seseorang mengembangkan

kemampuan, sikap, dan tingkah laku yang bernilai positif dalam masyarakat yang

merupakan proses sosial ketika seseorang dihadapkan pada pengaruh

lingkungan yang lebih luas dan praktis sehingga orang tersebut memiliki

kemampuan sosial yang terdewasakan oleh ilmu pengetahuan dan

perkembangan individual berjalan normal dengan optimal (Zahara Idris, 1992:2).

Dengan demikian, Pendidikan adalah bimbingan jasmani dan rohani

untuk membentuk kepribadian utama, membimbing keterampilan jasmaniah dan

rohaniah sebagai perilaku konkret yang memberikan manfaat pada kehidupan

siswa di masyarakat (Ahmad D. Marimba, 1980:45) yang diusahakan oleh proses

pembelajaran, baik tingkah laku individu maupun kehidupan sosal dengan


menekankan aspek produktivitas dan kreativitas manusia sehingga dapat

berperan serta berprofesi dalam kehidupan bermasyarakat (Omar Muhammad,

2004:30).

D. Terminologi Filsafat Manajemen Pendidikan

Pendekatan utama dalam memahami manajemen Pendidikan adalah

pendekatan filosofis yang mengacu pada hakikat manajemen Pendidikan

sebagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sistem pengelolaan

pendidikan.

Hakikat manajemen pendidikan menyangkit sistem pendidikan yang tidak

luput dari komponen pengawasan mutu. Fungsinya antara lain menghasilkan

feedback yang digunakan untuk melakukan koreksi atau perbaikan dalam proses

transformasi berikutnya. Dengan demikian, sistem pendidikan diharapkan

mampu mempertahankan eksistensi dan meningkatkan prestasi siswa. Selain itu,

hakikat manajemen pendidikan adalah menguatkan kualitas pendidikan dan

produknya yang dikelola oleh sistem yang terdiri atas enam unsur pendidikan,

yaitu L (1) tujuan pendidikan, (2) pendidik, (3) anak didik, (4) isi pendidikan, (5)

alat pendidikan, dan (6) lingkungan pendidikan.

2. FILOSOFI PRINSIP MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dalam manajemen pendidikan terdapat beberapa prinsip yang

merupakan pedoman umum pelaksanaan aktivitas manajerial lembaga

pendidikan. Adapun prinsip umum manajemen pendidikan (general principle

education of management) adalah sebagai berikut :

1. Division of work (pembagian kerja)


Prinsip pembagian kerja dalam pendidikan diterapkan dengan alasan

berikut :

a. Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.

b. Setiap jenis lapangan kerja membutuhkan tenaga ahli yang berbeda-beda.

c. Setiap pekerja memiliki pengalaman kerja yang berbeda.

d. Mentalitas pekerja yang berbeda.

e. Penggunaan waktu yang berbeda.

f. Latar belakang kehidupan, social, ekonomi, kebudayaan yang berbeda.

g. Otak dan tingkat pendidikan yang berbeda.

2. Authority and responsibility (wewenang dan tanggung jawab)

Prinsip proporsionalitas wewenang dan tanggung jawab berkaitan dengan

prestasi dan kemampuan para guru. Dalam organisasi pendidikan jabatan

structural berkaitan langsung dengan wewenang dan tanggung jawab setiap guru

dan personel lainnya dalam lembaga pendidikan. Pembagian wewenang dan

tanggung jawab harus diterapkan secara proporsional agar pelaksanaan

kegiatan organisasi pendidikan tidak tumpeng tindih (overlapping).

3. Discipline (disiplin)

Disiplin berakar para prinsip proporsionalitas secarawewenang dan

tanggung jawab yang dipikul oleh seluruh anggota organisasi pendidikan. Semua

pegawai lembaga pendidikan, guru, kepala sekolah, atasan, ataupun bawahan

wajib patu terhadap peraturan organisasi pendidikan yang telah disepakati.

Dengan mematuhinya, baik atasan maupun bawahan berarti telah bekerja

dengan disiplin yang optimal.

4. Unity of command (kesatuan perintah)


Kesatuan perintah artinya perintah berada di tingkat pimpinan tertinggi

kepada bawahannya. Jika bawahannya sebagai pimpinan, ia pun berwenang

memberi perintah kepada bawahannya untuk menindaklanjuti perintah

atasannya. Bawahan hanya melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perintah

atasannya dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasannya secara

langsung.

5. Unity of direction (kesatuan jurusan dan arah)

Kesatuan arah dan tujuan. Tujuan organisasi pendidikan melingkupin

seluruh tujuan bidang di dalamnya.

6. Subordination of individual interet into general interest (kepentingan umum

di atas kepentingan pribadi)

Kepentingan organisasi pendidikan harus didahulukan daripada

kepentingan pribadi, bahkan keberhasilan kepentingan organisasi pendidikan

akan berdampak positif bagi kehidupan pribadi, baik sebagai kepala sekolah,

guru, maupun sebagai karyawan.

7. Renumeration of personnel (pembagian gaji yang wajar)

Jabatan dan tanggung jawab yang besar harus didukung oleh upah yang

seimbang dengan beban yang dipikulnya.

8. Centralization (pemutusan wewenang)

Prinsip ini berpandangan bahwa setiap organisasi pendidikan senantiasa

memiliki pusat kekuasaan dan wewenang instruksional. Kemudian, pusat

membagikan kekuasaannya ke daerah, cabang, sampai ke tingkat unit atau

ranting. Pimpinan puncak memiliki wewenang tertinggi yang didelegasikan

kepada seluruh bawahannya.


9. Scalar of chain (hierarki atau asas rantai berkala)

Prinsip penyaluran perintah dan tanggung jawab bersifat hierarkis artinya

sesuai dengan kapasitas dan wewenangnya,

10. Order (keteraturan)

Asas ketertiban atau keteraturan berkaitan dengan norma yang berlaku

dalam organisasi pendidikan.

11. Equity (keadilan)

Prinsip persamaan berarti semua personel lembaga pendidikan memikul

tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang sama.

12. Initiative (inisiatif)

Pimpinan lembaga pendidikan harus memberikan dorongan kepada

seluruh guru, karyawan, dan siswa untuk berinisiatif sendiri mengembangkan

kinerjanya, tetapi harus tetap searah dengan visi dan misi. Inisiatif dapat berarti

kreatif, konstruktif, dan inovatif.

13. Esprit de corps (kesatuan)

Semua komponen organisasi pendidikan merupakan sistem yang

terpadu. Seluruh guru sebagai team work yang solid memperjuangkan tujuan

pendidikan.

14. Stability of Turn Personnel (kestabilan masa jabatan)

Prinsip stabilitas jabatan berkaitan dengan kesinambungan kinerja

organisasi pendidikan. Dalam prinsip manajemen pendidikan, prinsip kestabilan

jabatan mencakup situasi kependidikan yang membuat para guru selalu

berprestasi.
3. TEORI MANAJEMEN

Seperti semua bidang studi lainnya, perkembangan teori manajemen

terjadi sangat pesat. Oleh karena itu, agar pembahasan dan pemahaman

tentang manajemen mengenai sasaran, perlu diketahui terlebih dahulu proses

perkembangan teori-teori dan prinsip-prinsip manajemen yang akan memberikan

“landasan” kuat bagi pemahaman perkembangan selanjutnya. Teori-teori yang

mendukung Manajemen Pendidikan:

1. Teori Klasik

Teori klasik berasumsi bahwa pekerja atau manusia itu bersifat rasional,

berpikir logik, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Salah satu teori

klasik adalah manajemen ilmiah yang dipelopori Federik W. Taylor. Sasaran pada

pendekatan ini adalah kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan karyawan.

Selanjutnya Prinsip Studi Waktu dipelopori oleh Gilbreth menyatakan bahwa

semua usaha yang produktif diukur dengan studi waktu secara teliti. Berdasarkan

studi waktu muncul Prinsip Hasil Upah yaitu upah diberikan harus sesuai dengan

hasil yang besarnya ditentukan dari studi waktu.

Pelopor klasik yang lain yaitu Henri Fayol yang menyatakan ada 5

pedoman manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan,

pengkordinasian, dan pengawasan. Prinsip-prinsip pokok menurut Fayol:1)

kesatuan komando, 2) wewenang harus didelegasikan, 3) inisiatif harus dimiliki

seorang manajer, 4) adanya solidaritas kelompok. Prinsip-prinsip tersebut harus

bersifat luwes.

Selanjutnya Max weber berpendapat bahwa birokrasi merupakan ciri dari

pola organisasi yang strukturnya dibuat sedemikian rupa sehingga secara


maksimal dapat memanfaatkan tenaga ahli. Karakteristik birokrasi ditandai

dengan:

a. Pembagian tugas dan spesialis.

b. Hubungan impersonal

c. Adanya hirarki wewenang

d. Administrasi secara tertulis

e. Pembinaan pengembangan karir

f. Tindakan seimbang dengan sumbangan

Setiap individu dalam organisasi mempunyai wewenang yang diatur oleh

berbagai peraturan kebijakan dan ketetapan hukum sehingga diperlukan

pembagian tugas sesuai dengan spesialis yang dimiliki individu. Birokrasi

merupakan usaha untuk menghilangkan tradisi organisasi yang membuat

keputusan secara emosional atau ikatan kekeluargaan sehhingga mengakibatka

organisasi tidak efektif. Birokrasi juga tidak ada hubungannya dengan prosedur

yang brbeliit-belit, penundaan pekerjaan, ketidakefisienan, dan pemborosan.

Meskipun teori ini memiliki keunggulan dalam mencapai efisiensi

organisasi, sekarang ini tidak banyak berkembang karena sudah tidak sesuai

denan perkembangan jaman yang semakin global. Patokan-patokan pada teori

klasik sudah tidak mencukupi pengaruh globalisasi yang semakin bergolak.

Sehingga muncul teori neo klasik.

Contoh dalam teori ini pentingnya manajer mempertahankan wewenang

formal, tetapi sekarang karyawan semakin terdidik sehingga mereka kurang

dapat menerima wewenang formal.

Kelemahan teori klasik menurut Filley, Kerr dan Hous dalam Nanang

Fatah (2009;24) adalah: 1) teori klasik adalah teori yang terikat waktu, hanya
cocok diterapkan pada permulaan awal abad duapuluh, 2) teori ini mempunyai

ciri-ciri deterministic, hanya menekankan pada prinsip-prinsip manajemen tanpa

memperhitungkan dimensi dalam manajemen,dan 3) asumsi teori ini dirumuskan

secara eksplisit.

2. Teori neo klasik

Teori ini muncul karena pada manajer terdapat kelemahan dengan teori

klasik. Teori ini berasmsi bahwa manusia itu makhluk social dengan

mengaktualisasikan dirinya. Para tokoh aliran ini menyatakan hakikat organisasi

adalah kerjasama, manajemen dapat bekerja secara efisien dan tetap hidup jika

tujuan organisasi dan kebutuhan perorangan yang bekerja dijaga dengan baik.

Vromm mengajukan teori tentang motivasi sebagai berikut,

P = f (MxA)

M= f (VxE)

P = f (AxVxE)

P = prestasi kerja

M= motivasi kerja

A = ability (kemampuan)

V = valensi(prefensi keinginan)

E = Ekspektasi(harapan)

Dua hal yang penting dalam teori Vromm adalah pembedaan antara

imbalan instrinsik dan ekstrinsik dan spesifikasi dari suatu keadaan di mana

ekspektasi dan nilai mempengaruhi kualitas pekerjaan seseorang. Seorang

manajer harus menilai dan mempertimbangkan struktur imbalan dengan hati-hati

melalui perencanaan yang teliti.


Pemahaman perilaku akan menunjukan keefektifan tugas yang harus

dilakukan seorang manajer walaupun hal tersenut merupakan bidang yang amat

rumit. Perilaku seseorang dipengaruhi tiga variable, yaitu 1) variabel individu,

mencakup keterampilan mental, fisik, latar belakang keluarga,, tingkat social,

pengalaman, umur an jenis kelamin, 2) variable organisasi, mencakup sumber

daya yang tersedia, gaya kepemimpinan,system imbalan, struktur organisasi,

dan desain pekerjaan, dan 3) variable psikologi, mencakup persepsi sikap,

kepribadian, proses belajar an motivasi.

3. Teori modern

Pendekatan ini didasarkan hal-hal yang bersifat situasional. Asumsi yang

dipakai adalah bahwa orang itu berlainan dan berubah, baik kebutuhannya,

reaksinya, tindakannya sesuai dengan lingkungan. Manajemen dipandang

sebagai suatu sistem didasarkan pada asumsi bahwa organisasi merupakan

system terbuka dan tujuan organisasi mempunyai kebergantungan.

Teori modern mempunyai pandangan bahwa organisasi itu terbuka dan

kompleks. Analisi sistem, rancangan sistem, dan manajemen member petunjuk

dalam mengoperasionalkan pendekatan sistem merupakan tiga unsur pokok

yang berusaha mengenal esensi keterpaduan berbagai unsur dalam

memecahkan masalah yang sifatnya kompleks, termasuk pendidikan.


https://www.kompasiana.com/fajro14/55004c1fa333115b745104b5/teori-teori-

manajemen-pendidikan

Anda mungkin juga menyukai