Anda di halaman 1dari 7

050263625_Tiwi Apriyana Sari_ Diskusi 6 Administrasi Perpajakan.

SOAL

Budi adalah seorang pekerja lepas yang bekerja sebagai fotografer freelance. Dia telah
menghasilkan pendapatan yang cukup signifikan dari berbagai proyek fotografi yang dia
kerjakan selama setahun terakhir. Namun, Budi merasa bingung tentang bagaimana mengelola
pajak penghasilan dari pendapatannya sebagai pekerja lepas. Jelaskan mengapa Budi perlu
membayar pajak penghasilan, dan bagaimana proses pelaporan dan pembayaran Pajak
Penghasilan bagi pekerja lepas seperti Budi? Kemudian jelaskan juga akibat jika Budi tidak
melaporkan atau membayar Pajak Penghasilan yang seharusnya? Apakah ada potensi
pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan bagi pekerja lepas?

JAWABAN

Mengapa perlu membayar pajak penghasilan.

Budi perlu membayar pajak penghasilan sebagai bentuk upaya untuk menjadi warga negara
yang taat pada peraturan yang berlaku agar tercipta kehidupan bernegara yang adil dan
makmur.

Mengingat telah diatur pada UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 4 ayat 1
(a) tentang yang menjadi objek pajak penghasilan yaitu : penggantian atau imbalan berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya
termasuk natura dan/atau kenikmatan, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.

Sehingga, penghasilan yang diterima Budi dari hasil kerjanya, apabila belum dipotong oleh
pemberi penghasilan maka, wajib bagi Budi untuk menyetorkan sendiri pajak yang harus
dibayarkan nya.

Bagaimana proses pelaporan dan pembayaran Pajak Penghasilan bagi pekerja lepas
seperti Budi?

Sebagai pekerja lepas, Budi perlu melaporkan dan membayar pajak penghasilan secara
mandiri. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pelaporan dan pembayaran pajak
penghasilan bagi pekerja lepas:

1. Pendaftaran NPWP: Budi harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) di kantor pajak. Budi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat Budi bekerja. Ia dapat memilih KLU utama nya yaitu jenis pekerjaan : non pegawai,
aktivitas usaha yaitu aktivitas fotografi.
2. Pencatatan Pendapatan: Budi harus mencatat semua pendapatan yang diterima dari
proyek fotografi yang dia kerjakan.
3. Penghitungan Pajak: Budi perlu menghitung jumlah pajak yang harus dibayarkan
berdasarkan tarif pajak yang berlaku. Tarif pajak penghasilan dapat berbeda tergantung
pada tingkat pendapatan dan status pernikahan Budi.
a) Pajak dipotong oleh Pemberi Penghasilan dengan tarif PPh 21
Apabila pajak dipotong oleh Pemberi Penghasilan maka sebagai berikut penghitungan
nya : Budi di anggap memiliki status sebagai “wajib pajak bukan pegawai yang
menerima penghasilan berkesinambungan”. Maka perhitungan pajaknya :
a) Jumlah Netto Penghasilan : 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan
bruto (Per-16/PJ/2016 Pasal 9 ayat 1 huruf C)
b) Jumlah Penghasilan Kena Pajak : penghasilan netto dikurangi PTKP per
bulan (Per-16/PJ/2016 Pasal 9 ayat 2 huruf C). Dengan catatan pengurangan
berupa PTKP diberikan kepada Budi sepanjang ia hanya memperoleh
penghasilan dari satu pemorong PPh 21 serta tidak memperoleh penghasilan
lainnya (Per-16/PJ/2016 Pasal 13 ayat 1).
c) Pajak terutang : Penghasilan kena pajak x tarif progresif pasal 17 ayat 1
huruf a (Per-16/PJ/2016 Pasal 16)
4. Pembayaran Pajak: seteleh dilakukan penghitungan maka, Budi harus membayar pajak
yang terutang ke kantor pajak. Pembayaran dapat dilakukan melalui internet banking
atau teller bank dan kantor pos.
5. Pengisian SPT: Seteleh dibayarkan Budi apat mengisi Surat Pemberitahuan (SPT)
Pajak Penghasilan melalui E-Form yang tersedia di laman DJP Online. Budi berstatus
non-pegawai sehingga ia dapat menggunakan SPT 1770. Dalam SPT, Budi dapat
melaporkan rekapitulasi pendapatan bruto setiap bulannya serta pajak yang sudah
dipotong dan dibayarkan sendiri, apabila terdapat kelebihan pembayaran pajak maka
Budi dapat mengajukan pengembalian pendahuluan pembayaran pajak.
(*Tata cara pengisian SPT terlampir di halaman lampiran)

Kemudian jelaskan juga akibat jika Budi tidak melaporkan atau membayar Pajak
Penghasilan yang seharusnya?

Akibat yang harus diterima Budi, apabila ia tidak melaporkan atau membayar Pajak
Penghasilan yang seharusnya, maka dapat dikenakan sanksi perpajakan berupa : diterbitkan
SKPKB atau STP apabila dilakukan pemeriksaan oleh fiskus, diterbitkan STP apabila terdapat
denda adminstrasi karena tidak atau terlambat lapor SPT. Denda akibat terlambat atau tidak
lapor SPT untuk orang pribadi adalah Rp100.000,00, sedangkan sanksi bunga atas
keterlambatan atau kurang bayar pajak mengacu pada suku bungan acuan BI dikalikan dengan
jumlah kurang bayar.
Selain itu, sanksi pidana juga bisa diberikan bagi wajib pajak yang dengan sengaja tidak
melapor pajak. Sanksi pidana bisa diberikan dalam bentuk kurungan penjara dan
denda sebagaimana diatur dalam pasal 39 ayat 1 UU KUP. Adapun sanksinya adalah pidana
penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun.

Apakah ada potensi pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan bagi pekerja
lepas?

Potensi pembebasan atau pengurangan adalah sebagai berikut :

1. Pengurangan PTKP (Per 16/PJ/2016 Pasal 13)


Penerima penghasilan Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) huruf a angka 4 dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sepanjang yang
bersangkutan telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan hanya memperoleh
penghasilan dari hubungan kerja dengan satu Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh
Pasal 26 serta tidak memperoleh penghasilan lainnya.

Referensi :

1. Referensi : https://klikpajak.id/blog/tarif-bunga-sanksi-administrasi-pajak-terbaru/
2. https://peraturan.bpk.go.id/Details/233488/pp-no-55-tahun-2022
3. https://pajak.go.id/sites/default/files/2019-03/PER-16%20SALINAN.pdf

1) Apabila Budi memperoleh penghasilan dari pemberi penghasilan yang tidak dapat
melakukan pemotongan PPh 21 maka, Budi dapat menyetorkan pajak nya sendiri
menggunakan tarif 0,5% dikali total penghasilan yang ia terima dalam satu bulan
tersebut.
Tarif ini dapat di gunakan oleh Budi selama 7 tahun sejak ia terdaftar, apabila ia
terdaftar di atas tahun 2018 dengan syarat omset per tahun tidak melebihi 4,8 Milyar.
Per tahun 2023 ini apabila omset per bulan dibawah 500 jt maka Budi tidak perlu
membayarkan pajaknya.

Fotografi tidak termasuk dalam pengecualian penghasilan dari usaha yang tidak dapat
dikenai PPh final yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh dari wajib pajak orang
pribadi dari jasa sehubungan pekerjaan bebas Pasal 56 ayat 4 PP 55 tahun 2022
LAMPIRAN TATA CARA PENGISIAN SPT TAHUNAN FORMULIR 1770

1. Buka situs DJP Online di www.pajak.go.id. Lalu lakukan login.


2. masukkan NPWP, kata sandi dan kode keamanan untuk login.
3. Pilih menu lapor, lalu klik 'buat SPT'. Anda akan mendapat pertanyaan apakah Anda
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. Pilih 'Ya' dan klik e-form SPT 1770.
4. Isi tahun pajak, status SPT Normal dan pembetulan ke-0. Selanjutnya klik 'kirim permintaan'.
5. Dokumen e-form akan otomatis terunduh dan kode verifikasi akan dikirim ke alamat email
yang terdaftar pada DJP
6. Kemudian, klik "Download Viewer" pada halaman unduh formulir elektronik lalu klik
"windows (24mb)".
7. Ikuti perintah instalasi dengan klik next, install, dan finish.
8. Buka file e-form untuk memulai pengisian. Pilih 'pencatatan' dan isi rekaman harta, utang
dan anggota keluarga.
9. Isi jumlah harta yang dimiliki pada tahun pajak tersebut di lampiran 1770-IV bagian A
10. Isi jumlah utang yang dimiliki pada tahun pajak tersebut di lampiran 1770-IV bagian B
11. Isi nama anggota keluarga di lampiran 1770-IV bagian C
12. Aktifkan data pembayaran PPh final 0,5% omzet dengan mencentang PP-46/23. Klik kotak
biru yang bertuliskan PP46/23. Lakukan proses perekaman pembayaran PPh final 0,5%
omzet.
13. Lalu, pindahkan nilai omzet ke lampiran III SPT. Kemudian, pilih 'Ya'.
14. Jika tidak ada bukti potong yang direkam, silakan klik halaman berikutnya untuk proses
selanjutnya.
15. Kemudian, jika tidak ada penghasilan pekerjaan bebas sehubungan pekerjaan dan
penghasilan lainnya, klik halaman berikutnya untuk proses selanjutnya.
16. Rekam nomor HP dan status kewajiban perpajakan sesuai kondisi wajib pajak. Status
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pilih sesuai dengan kondisi wajib pajak.
17. Jika data identitas, KTP, dan tanggal sudah direkam, klik 'submit'. Silakan pilih 'Tanggal
Pelaporan'.
18. Jika telah rampung, klik unggah lampiran, pilih 'file .pdf' hasil scan rekap pembayaran PPh
final. Lalu klik 'submit'.
19. Submit SPT berhasil dilakukan, lalu klik 'OK'
20. Terakhir, pastikan Anda mengecek email untuk memastikan Bukti Penerimaan Elektronik
(BPE) sudah diterima.
LAMPIRAN

PER-16/PJ/2016

Pasal 3 huruf C
Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian
jasa, meliputi:
1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;

2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang
iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;

3. olahragawan;

4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;

5. pengarang, peneliti, dan penerjemah;

6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi
jasa kepada suatu kepanitiaan;

7. agen iklan;

8. pengawas atau pengelola proyek;

9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;

10 petugas penjaja barang dagangan;


.

11. petugas dinas luar asuransi; dan/atau

12 distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya;
.
Pasal 9
1 Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
a. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi:
1. Pegawai Tetap;

2. penerima pensiun berkala;


3. Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah
kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi
Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah); dan

4. Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima


imbalan yang bersifat berkesinambungan.

Pasal 10
Dalam hal Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c memberikan jasa
kepada Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26:
a. mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya maka besarnya jumlah penghasilan
bruto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar jumlah pembayaran
setelah dikurangi dengan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan
tersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan bagian gaji
atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut maka besarnya penghasilan bruto
tersebut adalah sebesar jumlah yang dibayarkan; atau

b. melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya jumlah penghasilan bruto
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali
apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa dengan
material atau barang maka besarnya penghasilan bruto tersebut termasuk pemberian
jasa dan material atau barang.

Pasal 13

(1) Penerima penghasilan Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) huruf a angka 4 dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sepanjang yang
bersangkutan telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan hanya memperoleh
penghasilan dari hubungan kerja dengan satu Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh
Pasal 26 serta tidak memperoleh penghasilan lainnya.

(2) Untuk dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), penerima penghasilan Bukan Pegawai harus menyerahkan fotokopi kartu Nomor Pokok
Wajib Pajak, dan bagi wanita kawin harus menyerahkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib
Pajak suami serta fotokopi surat nikah dan kartu keluarga.
Pasal 16

(1) Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan diterapkan
atas jumlah kumulatif dari:
a. Penghasilan Kena Pajak, sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan
bruto dikurangi PTKP per bulan, yang diterima atau diperoleh Bukan Pegawai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a angka 4 yang memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1);

b. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan
kepada Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang bersifat
berkesinambungan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1);

Anda mungkin juga menyukai