Anda di halaman 1dari 11

Laporan Evidance Based Practice

Profesi KGD

PENGARUH POSISI PASSIVE LEG RAISING (PLR) TERHADAP


PENINGKATAN HEMODINAMIK PADA PASIEN SYOK
HIPOVOLEMIK

Nama Mahasiswa : Ayu Rahmadenty

CATATAN KOREKSI PEMBIMBING

KOREKSI I KOREKSI II

(………………………..……...
(……………………………………………… ………………………….)
…………)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera adalah

syok. Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme

terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok

hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik (Hardisman,

2013). Syok hipovolemik mengacu pada suatu kondisi di mana darah, plasma,

atau kehilangan cairan yang menyebabkan penurunan sirkulasi darah dan

cardiac output. Hal ini menyebabkan kegagalan multiorgan karena perfusi

jaringan yang tidak adekuat (Hammond and Zimmermann, 2017).

Manifestasi klinis pasien saat masuk rumah sakit dengan diagnose syok

hipovolemik meliputi takipnea, takikardia, hipotensi ,kulit dingin, pucat,

penurunan tingkat kesadaran dan oligouria (Ramdani, 2016). Kemungkinan

besar yang dapat mengancam nyawa pada syok hipovolemik berasal dari

penurunan volume darah intravascular, yang menyebabkan penurunan cardiac

output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Kemudian jaringan yang anoxia

mendorong perubahan metabolisme dalam sel berubah dari aerob menjadi

anaerob. Hal ini menyebabkan akumulasi asam laktat yang menyebabkan

asidosis metabolic (Dewi dan Rahayu, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Michard et al., (2015) hanya 40% hingga

72% pada pasien syok yang berespon terhadap ekspansi volume cairan, sehingga

idealnya sebelum pemberian cairan perlu dilakukan penilaian responsivitas


cairan secara sederhana, cepat, non-invasif, murah dan berlaku untuk mayoritas

pasien syok. Responsivitas cairan dapat dinilai dengan meninggikan ekstremitas

bawah yang berfungsi untuk mencegah penumpukan cairan di vena distal dan

meningkatkan aliran balik darah menuju jantung. Hal ini sesuai dengan

algoritma terapi cairan pada orang dewasa dengan syok hipovolemik yang

dikeluarkan oleh National Institute For Health and Care Excellent (NICE)

(2013) dalam Monnet and Teboul (2015), sebelum dilakukan resusitasi cairan

harus dilakukan teknik Passive Leg Raising (PLR) 45˚ untuk menilai

responsivitas cairan. Teknik tersebut dapat memprediksi apakah curah jantung

dapat meningkat dengan ekspansi volume. Hasil penelitian dari 24 responden,

sebanyak 17 responden dikategorikan responsif dan sebanyak 7 responden

dikategorikan kedalam kelompok non responsif. Didapatkan hubungan yang

signifikan antara PLR dan parameter hemodinamik tekanan darah sistolik,

tekanan darah diastolik, Mean Arterial Pressure (MAP), denyut jantung dan

tekanan nadi.

Berdasarkan studi pendahuluan kasus di atas penulis tertarik untuk mengetahui

“pengaruh posisi pemberian passive leg raising terhadap peningkatan

hemodinamik pada pasien dengan syok hipovolemik”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengangkat rumusan masalah

“Bagaimanakah pengaruh posisi passive leg raising terhadap peningkatan

hemodinamik pada pasien dengan syok hipovolemik di Intensive care unit

RSU PROVINSI BANTEN?”.

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh posisi passive leg raising terhadap peningkatan
hemodinamik pada pasien dengan syok hipovolemik di Intensive care unit RSU
PROVINSI BANTEN.
BAB II
ANALISIS JURNAL
2.1 Tinjauan Teoritis
A. Konsep Dasar Passive Leg Raising

1. Pengertian

Posisi passive leg raising (PLR) didefenisikan sebagai posisi

terlentang dengan kedua kaki dalam keadaan ekstensi diangkat keatas

secara pasif dengan sudut 10 sampai 900 (Geerts et al., 2012). PLR

merupakan manuver untuk menilai pemuatan cairan yang reversibel,

dimana posisi ini berpotensial untuk meningkatkan volume darah

intrathoraks, preload jantung, dan selanjutnya curah jantung, dengan

mengubah aliran darah vena dari kaki ke rongga thoraks. Sehingga PLR

sejak dulu disarankan untuk digunakan pada pasien dalam keadaan

hemodinamik yang tidak stabil yang dengan atau tanpa alat bantu

pernapasan untuk menilai respon cairan dan untuk menentukan jumlah

cairan yang dibutuhkan (Caille et al., 2008).

2. Efek hemodinamik posisi passive leg raising

Metode dalam pemberian posisi PLR yaitu kondisi pasien terlentang

dan perawat mengangkat kaki pasien hingga 450 untuk meningkatkan

tekanan sistemik dimana akan meningkatkan aliran balik vena, dan di

jantung yang masih bergantung dengan preload, sehingga menyebabkan

terjadinya peningkatan cardiac output (CO) yang terlihat dari perubahan

denyut nadi atau kolaps pembuluh darah (Simmons and Ventetuolo,

2017). Menurut Monnet et al. (2016) pemberian posisi PLR ini dapat

meningkatkan CO sampai 10 hingga 30% pada pasien yang responsif


terhadap cairan. Sedangkan menurut X Monnet et al. (2012) volume

darah yang dapat berpindah saat diberikan posisi PLR yaitu 150 ml. PLR

juga dapat meningkatkan pengisian darah di ventrikel kanan. Peningkatan

preload pada ventrikel kanan, juga cukup untuk meningkatkan output

pada ventrikel kanan. Sehingga peningkatan ventrikel kiri juga

meningkat. Dalam hal ini, PLR mampu dalam meningkatkan tekanan

oklusi arteri pulmonary (PAOP) dan juga volume akhir diastol ventrikel

kiri (LVEDV) dalam berbagai kondisi hemodinamik.

Pemberian posisi PLR juga dapat memberikan keuntungan berupa

efek perubahan hemodinamik yang cepat dan juga dapat mengembalikan

hemodinamik kembali secara lengkap. Adapun penelitian pada pasien

kritis dengan mengukur aliran darah pada aorta thhoracalis dengan cara

esophageal Doppler monitor selama maneuver PLR. Hasil yang

didapatkan terdapat perubahan aliran darah aorta yang diperkirakan CO

terjadi dalam 30 detik pertama pada 71 pasien. Lalu, ketika kaki pasien

diturunkan, CO kembali ke nilai awal dalam beberapa detik. Dengan

demikian, PLR dapat dianggap sebagai tindakan mandiri yang dapat

mengembalikan volume darah tanpa adanya penambahan cairan

(Monnet, Marik and Teboul, 2016).

Pemberian posisi PLR pada pasien syok hypovolemia juga terbukti

adanya pengaruh dalam meningkatkan hemodinamik. Hal ini dibuktikan

dari penelitian yang dilakukan oleh Hutabarat (2017), dimana terdapat

setelah diberikan posisi PLR 450 selama 2 menit terjadi perubahan

denyut nadi dan tekanan arteri rata-rata pada kelompok pasien yang
responsif terhadap cairan. Penelitian ini berakar pada logika fisiologis

sedehana bahwa PLR dapat memfasilitasi rapid fluid loading (RFL) dan

meningkatkan aliran balik vena, stroke volume, dan curah jantung yang

dapat diamati dari perubahan hemodinamik selama implementasi yang

dilakukan.

3. Penerapan passive leg raising

Keuntungan utama dalam melakukan manuver PLR yaitu mudah

untuk dilakukan serta tidak menimbulkan rasa ketidaknyamanan saat

penerapan PLR (Monnet, Richard, & Teboul, Passive Leg Raising,

2012).Dalam penerapannya, pasien disarankan untuk tidur terlentang

dengan kaki yang ditinggikan hingga 450 selama 2 menit Dalam

mengelevasi kaki dilakukan oleh bantuan orang lain (perawat) untuk

menilai efek hemodinamik penuh (X Monnet et al., 2012).


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Argumen Riset I

Geerts et al (2012)
Judul : “efek posisi trendelenberg dan posisi passive leg raising terhadap
peningkatan status hemodinamik

Tujuan : Untuk mengidentifikasi posisi modifikasi Trendelenburg yaitu passive leg


raising mempunyai efek yang lebih konsisten dalam meningkatkan curah
jantung dibandingkan dengan posisi Trendelenburg
Hasil : Setelah dilakukan penelitian Systematic review ini menganalisa hasil
penelitian tentang efek posisi trendelenberg dan posisi passive leg raising
terhadap peningkatan status hemodinamik yang dipublikasikan antara tahun
1960 sampai 2010. Hasil systematic review ini menunjukkan bahwa posisi
Trendelenburg meningkatkan cardiac output sebanyak 9% dalam waktu 1
menit , tetapi dalam waktu antara 2 sampai 10 menit kemudian cardiac output
menuruan sebanyak 4%. Smentara itu posisi passive leg raising meningkatkan
cardiac output sebanyak 6% dalam waktu 1 menit dan tetap meningkat sebanyak 6%
setelahnya. Karena itu Geerts et al (2012) menyimpulkan bahwa Pemberian posisi
passive leg raising lebih efektif untuk meningkatkan curah jantung dari pada posisi
Trendelenbereg pada pasien dengan hipovolumia. hal ini disebabkan karena pada posisi
trendelenberg rongga abdomen yang lebih tinggi akan menekan rongga thorax dan
meningkatkan tekanan intrathorax yang akan menurunkan aliran darah balik vena ke
jantung dan menurunkan cardiac output.
Argumen Riset II

Jabot,j,teboul (2008),
Judul : “Passive Leg Raising for predict fluid responsiveness: importance of
postural change”,

Tujuan : Untuk mengidentifikasi meningkatkan cardiac pre –load sebanyak 15%


Hasil : judul “Passive Leg Raising for predict fluid responsiveness: importance
of postural change”, mengatakan bahwa posisi PLR dengan meninggikan
ektremitas bawah 45 derajat mentransfer darah kejantung, sehingga akan
meningkatkan cardiac pre –load sebanyak 15%. Ini menunjukan bahwa dengan
meningkatnya cardiac output dan pre-load akan meningkatkan Hemodinamik
(MAP). Hal ini telah dibuktikan dari 35 pasien dilakukan PLR didapat 15 orang
non-respon terhadap PLR, sedangkan 25 orang lainya respon terhadap PLR
dengan adanya kenaikan MAP yaitu sebelum PLR 86 mmhg menjadi 96 mmhg.

Anda mungkin juga menyukai