Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Dosen Pengampu :

Dian Eka Pratiwi S.H.,M.H

Nama Anggota :

• Jami Ahmad Maqi 221010201211


• Najwa Faila Asifa 221010202007
• Risfa Okta Rahmadini 221010201187
• Shofura Kamila Ramadhina 221010200296
• Sinta Bela 221010201206

ILMU HUKUM

UNIVERSITAS PAMULANG

Jl Puspitek, Buaran, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15310


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “UU No.39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia”.

Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas dari Ibu karya tulis ini diharapkan dapat menjadi
penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis sendiri.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Diana Eka Prastiwi, pada mata kuliah Hak Asasi
Manusia. yang sudah mempercayakan tugas ini kepada penulis, sehingga sangat membantu
penulis untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang sedang ditekuni.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi pengetahuannya
kepada penulis, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari
makalah ini.

Tangerang, 14 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2

A. Pengertian HAM menurut UU No.39 Tahun 1999 ....................................... 2


B. Prinsip-Prinsip HAM .................................................................................... 2
C. Hak – Hak yang dicakup dalam UU No. 39 Tahun 1999.............................. 3
D. Jenis-jenis Pelanggaran HAM ...................................................................... 4
E. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran HAM ............................ 5
F. Sanksi/Hukuman Pelanggaran HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999 ....... 6
G. Contoh – contoh Kasus HAM di Indonesia .................................................. 7
H. Cara Penyelesaian Kasus HAM menurut UU No.39 Tahun 1999 ................ 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 11

A. Kesimpulan .................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu-gugat oleh
siapapun. Setiap warga memiliki kewajiban untuk menjunjung tinggi nilai hak asasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan dan lain
sebagainya. Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak,
kita tidak memperhatikan hak orang lain, maka yang terjadi adalah benturan hak atau
kepentingan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana berlakunya UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM di Indonesia?
2. Bagaimana Prinsip HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999?
3. Hak-hak apa saja yang di cakup dalam UU No. 39 Tahun 1999?
4. Bagaimana cara menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berdasarkan UU No. 39
Tahun 1999?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang Hak Asasi Manusia berdasakan UU No. 39 Tahun 1999
2. Mengetahui peranan berlakunya UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM di Indonesia
3. Mengetahui Prinsip HAM menurut UU No.39 Tahun 1999
4. Dapat mengetahui Hak-hak apa saja yang kita miliki sebagai manusia berdasarkan
UU No. 39 Tahun 1999
5. Memahami bagaimana proses penyelesaian kasus pelanggaran HAM sesuai UU
No.39 Tahun 1999

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM menurut UU No.39 Tahun 1999


UU No. 39 Tahun 1999 adalah Undang-Undang Republik Indonesia tentang
Hak Asasi Manusia. UU ini menjelaskan berbagai hak yang dimiliki setiap individu dan
perlindungan dari negara terhadap hak-hak tersebut.

Beberapa poin penting dari UU No. 39 Tahun 1999 meliputi:

Definisi Hak Asasi Manusia (HAM): Merupakan serangkaian hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. UU ini diadopsi sebagai bagian dari upaya Indonesia
untuk meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di negaranya,
terutama setelah periode reformasi yang dimulai pada tahun 1998.

Dalam UU ini, prinsip-prinsip dasar HAM dijelaskan, termasuk hak untuk


hidup, hak untuk tidak disiksa, hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta
hak atas keadilan. Selain itu, UU ini juga mendirikan Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) sebagai lembaga independen yang bertugas mengawasi
pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia.

B. Prinsip-Prinsip HAM
Prinsip-Prinsip Umum HAM: Seperti universalitas, kesetaraan, non-
diskriminatif, tidak dapat dicabut lagi, serta bersifat integral dan interdependen, Dan
inilah beberapa contoh prinsip-prinsip beserta artinya, yaitu sebagai berikut:
a. Universalitas

Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia dan merupakan
anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

2
b. Kesatuan

Hak Asasi Manusia merupakan kesatuan yang utuh dan tidak dapat di pisah-
pisahkan.

c. Perlindungan, Penghormatan, dan Pemajuan

Negara menjamin, melindungi, menghormati, dan memajukan hak asasi manusia


sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan kewajiban negara dalam hukum
internasional yang telah diratifikasi.

d. Tidak Dapat Dicabut Lagi (Non-Derogable)

Hak Asasi Manusia tidak dapat dicabut kembali oleh siapapun.

e. Tidak Diskriminatif

Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan. perlindungan, dan perlakuan hukum
yang adil serta mendapat kepastian hukum yang sama di hadapan hukum.

f. Perlindungan terhadap Kelompok Rentan

UU ini menekankan pentingnya perlindungan khusus bagi kelompok-kelompok


rentan, termasuk anak-anak, perempuan, dan kelompok minoritas.

C. Hak – Hak yang dicakup dalam UU No. 39 Tahun 1999


Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM), Hak Asasi
Manusia dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, yaitu:
1. Hak Sipil dan Politik (Civil and Political Rights):
a. Hak atas kehidupan
b. Hak untuk tidak disiksa
c. Hak kebebasan dari perbudakan
d. Hak atas kebebasan berpikir, berpendapat, dan beragama
e. Hak atas keadilan dan perlakuan yang sama di hadapan hukum
f. Hak untuk tidak ditahan atau diasingkan secara semena-mena
g. Hak atas privasi, keluarga, rumah, dan surat-surat pribadi
h. Hak untuk mendapatkan kewarganegaraan
i. Hak untuk menikah dan mendirikan keluarga

3
j. Hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan
Dan lain-lain.

2. Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (Economic, Social, and Cultural Rights):
a. Hak atas pekerjaan
b. Hak atas kondisi kerja yang adil dan layak
c. Hak untuk beristirahat dan mendapatkan liburan
d. Hak atas standar hidup yang layak
e. Hak atas kesehatan
f. Hak atas pendidikan
g. Hak untuk mengambil bagian dalam kehidupan budaya
Dan lain-lain.
3. Hak Kolektif (Collective Rights):
Hak ini terkait dengan hak-hak kelompok atau masyarakat tertentu, seperti hak
masyarakat adat, hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta hak atas
pembangunan.
Dari ketiga kategori tersebut, UU No. 39 Tahun 1999 mengatur berbagai hak
spesifik yang termasuk dalam setiap kategori dan bagaimana negara wajib
memberikan perlindungan serta pemajuan bagi hak-hak tersebut.

D. Jenis-jenis Pelanggaran HAM


UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia mengatur mengenai
perlindungan HAM dan sanksi bagi pelanggaran terhadap hak-hak tersebut. Namun,
untuk pelanggaran HAM yang bersifat berat, seperti genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan, sanksi hukumnya lebih lanjut diatur dalam UU lain, yaitu UU No. 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

Dalam konteks UU No. 39 Tahun 1999 itu sendiri:

• Setiap pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana dimaksud dalam undang-


undang ini menjadi tanggung jawab negara dan/atau pribadi.
• Setiap tindakan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh aparat negara
dan/atau pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditindak sesuai dengan
hukum yang berlaku.

4
• Setiap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pejabat negara dianggap
sebagai pelanggaran berat dan dikenakan sanksi pidana dan/atau sanksi
administratif.
• Setiap korban pelanggaran hak asasi manusia berhak mendapatkan ganti rugi
dan/atau rehabilitasi.

Namun, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, untuk sanksi-sanksi khusus terkait
pelanggaran HAM berat, Anda perlu merujuk ke UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia yang menjelaskan secara detail mengenai jenis-jenis
kejahatan HAM berat dan sanksi hukumnya.

E. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran HAM


Pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dapat terjadi karena berbagai faktor
kompleks. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM di
Indonesia meliputi:
• Kurangnya Kesadaran HAM: Pemahaman yang kurang atau rendah tentang HAM
di kalangan masyarakat, aparat penegak hukum, dan pejabat pemerintah dapat
menyebabkan pelanggaran HAM.
• Konflik Sosial dan Politik: Konflik bersenjata, perselisihan politik, atau konflik
sosial dapat menciptakan situasi di mana HAM sering kali diabaikan atau
dilanggar.
• Korupsi dan Ketidakadilan: Korupsi dalam sistem peradilan, pelayanan publik, dan
sektor lainnya dapat mengakibatkan ketidakadilan, yang pada gilirannya dapat
mengakibatkan pelanggaran HAM.
• Tindakan Diskriminatif: Diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, atau gender
dapat menyebabkan pelanggaran HAM, seperti diskriminasi terhadap minoritas
agama atau suku bangsa.
• Kekerasan oleh Aparat Keamanan: Penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat
keamanan, termasuk polisi dan militer, dapat menyebabkan pelanggaran HAM,
seperti penangkapan ilegal, penyiksaan, atau eksekusi tanpa proses hukum yang
adil.
• Ketidakstabilan Regional: Konflik di daerah tertentu, seperti Papua atau Aceh,
telah menyebabkan pelanggaran HAM dalam beberapa kasus.

5
• Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi: Ketidaksetaraan ekonomi dan sosial dapat
memicu ketegangan dan ketidakpuasan di masyarakat, yang dapat berkontribusi
pada pelanggaran HAM.
• Ketidaktaatan Hukum: Ketidakpatuhan terhadap hukum, baik oleh individu
maupun kelompok, dapat mengakibatkan pelanggaran HAM, seperti tindakan
terorisme atau tindakan kekerasan oleh kelompok bersenjata.

F. Sanksi/Hukuman Pelanggaran HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999


Pelanggaran HAM sering kali memiliki konsekuensi hukum yang serius. Sanksi
yang diberlakukan tergantung pada tingkat pelanggaran dan yurisdiksi tempat kejadian.
Beberapa sanksi yang umumnya diterapkan dalam kasus pelanggaran HAM meliputi:
1. Hukuman Penjara: Individu atau pejabat yang terbukti terlibat dalam pelanggaran
HAM serius dapat dijatuhi hukuman penjara. Ini dapat berlangsung selama
beberapa tahun atau bahkan seumur hidup, tergantung pada tingkat kejahatan yang
dilakukan.
2. Denda: Selain hukuman penjara, denda juga bisa dikenakan sebagai sanksi
tambahan. Denda ini dapat mencapai jumlah yang sangat besar untuk menghukum
pelanggaran HAM yang serius.
3. Penghapusan Jabatan atau Diskualifikasi: Pejabat pemerintah atau militer yang
terlibat dalam pelanggaran HAM sering kali akan dipecat dari jabatannya atau
dilarang menjabat di masa depan.
4. Sanksi Internasional: Dalam beberapa kasus, pelanggaran HAM dapat
mengakibatkan sanksi dari komunitas internasional. Ini bisa berupa embargo
ekonomi, pembekuan aset, atau isolasi politik.
5. Pengadilan Internasional: Kasus pelanggaran HAM serius dapat dirujuk ke
pengadilan internasional seperti Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk
pengadilan lebih lanjut.

6
G. Contoh – contoh Kasus HAM di Indonesia
Kasus hak asasi manusia (HAM) sering kali mencakup pelanggaran terhadap
hak-hak dasar individu atau kelompok. Berikut adalah beberapa contoh kasus HAM :
1. Genosida di Rwanda: Pada tahun 1994, konflik etnis antara Hutu dan Tutsi di
Rwanda mengakibatkan genosida yang mengerikan. Lebih dari 800.000 orang
tewas dalam waktu singkat, banyak yang menjadi korban pembantaian etnis.
2. Pelanggaran HAM di Suriah: Konflik di Suriah yang dimulai pada tahun 2011 telah
menyebabkan berbagai pelanggaran HAM, termasuk serangan terhadap warga
sipil, penggunaan senjata kimia, dan penahanan ilegal.
3. Kasus Guantanamo Bay: Pusat Penahanan Guantanamo Bay di Kuba telah menjadi
sumber kontroversi internasional karena pelanggaran HAM yang diduga terjadi di
dalamnya. Banyak tahanan di Guantanamo telah ditahan tanpa dakwaan resmi atau
pengadilan.
4. Kekejaman Darfur: Konflik di Darfur, wilayah di Sudan, telah menyaksikan
kekejaman serius, termasuk pembunuhan massal, pemerkosaan, dan pengusiran
paksa penduduk.
5. Diskriminasi rasial di Amerika Serikat: Diskriminasi rasial dan kekerasan polisi
terhadap komunitas kulit hitam di Amerika Serikat telah menjadi isu HAM yang
signifikan. Kasus-kasus seperti penembakan terhadap warga kulit hitam seperti
Trayvon Martin, Michael Brown, dan George Floyd telah memicu protes dan
perdebatan tentang hak-hak sipil.
6. Pelanggaran HAM di Korea Utara: Regim Kim di Korea Utara telah dituduh
melakukan pelanggaran HAM yang serius, termasuk penganiayaan politik,
penahanan ilegal, dan pembunuhan terhadap warga sipil.
7. Konflik Israel-Palestina: Konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina telah
menciptakan banyak kasus pelanggaran HAM, termasuk pembunuhan warga sipil,
pengusiran penduduk, dan pembangunan pemukiman ilegal.
8. Penindasan di Venezuela: Pemerintahan Nicolas Maduro di Venezuela telah
dikecam karena pelanggaran HAM, termasuk penahanan politik, kekerasan
terhadap demonstran, dan krisis kemanusiaan yang serius.
9. Kasus Rohingya di Myanmar: Kelompok etnis Rohingya di Myanmar telah
mengalami penganiayaan yang serius, termasuk pembunuhan massal dan
pengusiran paksa dari negara mereka.

7
10. Kebebasan beragama di beberapa negara: Beberapa negara membatasi kebebasan
beragama dan memperlakukan minoritas agama dengan tidak adil, yang merupakan
contoh pelanggaran HAM.

Kasus-kasus tersebut mencerminkan berbagai aspek pelanggaran HAM di


berbagai belahan dunia. Hak asasi manusia adalah isu global yang terus mendapat
perhatian dan perjuangan untuk perlindungannya.

H. Cara Penyelesaian Kasus HAM menurut UU No.39 Tahun 1999


Penyelesaian kasus hak asasi manusia (HAM) di Indonesia melibatkan berbagai
langkah dan proses hukum yang kompleks. Berikut adalah langkah-langkah umum
dalam penyelesaian kasus HAM di Indonesia:
1. Pelaporan Kasus:
- Kasus HAM biasanya pertama kali dilaporkan oleh individu atau kelompok
yang merasa hak-hak asasi mereka telah dilanggar. Pelaporan dapat dilakukan
ke lembaga yang berwenang, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM).
2. Penyelidikan Awal:
- Setelah menerima laporan, lembaga yang berwenang akan melakukan
penyelidikan awal untuk menilai keabsahan laporan dan keparahannya.
3. Penyelidikan Mendalam:
- Jika ditemukan bukti yang kuat, kasus HAM dapat ditingkatkan ke
penyelidikan lebih mendalam. Proses ini melibatkan penyelidik independen
yang bekerja untuk mengumpulkan bukti, mendengarkan saksi, dan
mengidentifikasi pelaku.
4. Penuntutan:
- Jika penyelidikan menghasilkan bukti yang cukup, kasus HAM dapat diajukan
ke pengadilan atau mekanisme peradilan khusus yang menangani pelanggaran
HAM.
5. Pengadilan:
- Kasus HAM akan disidangkan di pengadilan. Pihak yang didakwa dan korban
memiliki kesempatan untuk mengajukan argumen mereka. Pengadilan harus
adil, independen, dan transparan.

8
6. Hukuman atau Sanksi:
- Jika terdakwa dinyatakan bersalah, pengadilan akan memberikan hukuman
atau sanksi yang sesuai dengan pelanggaran HAM yang terjadi. Sanksi ini bisa
berupa hukuman penjara, denda, atau tindakan lain yang sesuai.
7. Pemulihan dan Kompensasi:
- Kasus HAM sering kali melibatkan korban yang memerlukan pemulihan fisik
dan psikologis. Pihak yang bersalah juga dapat diwajibkan untuk memberikan
kompensasi kepada korban.
8. Rekomendasi dan Reformasi:
- Terkadang, proses penyelesaian kasus HAM juga melibatkan rekomendasi
untuk mencegah terjadinya pelanggaran serupa di masa depan. Ini dapat
mencakup perubahan dalam kebijakan dan praktik pemerintah.
9. Pengawasan dan Pelaporan:
- Proses penyelesaian kasus HAM sering kali berlangsung dalam pengawasan
masyarakat dan internasional. Laporan dan evaluasi oleh organisasi hak asasi
manusia dapat membantu memastikan transparansi dan keadilan dalam
penyelesaian kasus.

Penting untuk diingat bahwa penyelesaian kasus HAM sering kali memakan
waktu yang lama dan dapat sangat kompleks. Terkadang, kasus HAM bisa menjadi
perdebatan politik yang panjang dan kontroversial. Selain itu, isu-isu HAM juga sering
kali melibatkan dimensi internasional, dan tekanan dari masyarakat internasional dapat
mempengaruhi penyelesaian kasus tersebut di Indonesia.

• Masalah Lingkungan: Pelanggaran HAM juga dapat terjadi dalam konteks masalah
lingkungan, seperti pengeksploitasian sumber daya alam yang merugikan
masyarakat setempat.
• Kurangnya Pengawasan dan Akuntabilitas: Sistem hukum dan peradilan yang tidak
efektif, serta kurangnya akuntabilitas bagi pelaku pelanggaran HAM, dapat
menjadi faktor utama yang memungkinkan pelanggaran HAM terus terjadi.

Untuk mencegah pelanggaran HAM, penting untuk meningkatkan pemahaman


tentang HAM, memperkuat lembaga-lembaga penegak hukum dan peradilan, serta
bekerja untuk mengatasi ketidaksetaraan sosial dan ekonomi di seluruh masyarakat.

9
Upaya kolaboratif dari pemerintah, masyarakat sipil, dan lembaga internasional juga
penting dalam mempromosikan HAM dan menghentikan pelanggarannya.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat pada diri manusia
yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus
dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara. Secara
universal pembagian hak asasi manusia adalah:
a. Hak-hak asasi pribadi
b. Hak-hak asasi ekonomi
c. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan
d. Hak-hak asasi politik
e. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan
f. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan.

B. Saran
Sebagai mahluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati
dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM, dan
jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan diinjak injak oleh orang lain. Jadi dalam
menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita
dengan HAM orang lain.

11

Anda mungkin juga menyukai