Tidak ada indikasi adanya kesalahan oleh Vietnam. Banyak bank sentral
melakukan intervensi secara teratur di pasar mata uang. Vietnam secara
konsisten mengatakan kebijakan mata uangnya bertujuan untuk menjaga
stabilitas dan mengendalikan inflasi, bukan mencari keuntungan perdagangan.
"Kami tidak memiliki informasi publik untuk dibagikan saat ini," kata seorang
pejabat Departemen Keuangan Vietnam ketika ditanya tentang praktik valuta
asing Vietnam.
Dua dari mereka mengatakan SBV telah menawarkan opsi serupa sebelumnya,
sekitar tahun 2015, meskipun kemudian SBV telah menjual dolar AS dengan
kontrak serah untuk mencoba dan mendukung penurunan nilai dong.
Karena SBV sebelumnya lebih suka menggunakan kontrak serah tiga bulan,
keenam sumber yang mengetahui transaksi tersebut mengatakan, peralihan ke
kerangka waktu yang lebih lama menunjukkan keinginan untuk menciptakan
waktu pembelian sebelum intervensi menarik perhatian atau tekanan AS.
Jika Dong naik lebih lanjut antara Januari dan Juni, itu akan meningkatkan
premi di atas harga spot untuk bank. Dan jika Dong melemah di bawah 23.125
per dolar AS, mereka kemudian dapat membatalkan kesepakatan dan menjual
Dolar AS di pasar spot.
Nilai mata uang di pasar gelap, tempat mata uang Vietnam sering
diperdagangkan dalam ekonomi riil, telah turun 1,1% karena para pedagang
mengatakan pasokan Dolar AS mungkin telah langka.
Dengan latar belakang itu, laju pertumbuhan PDB Vietnam sebesar 8,02%
tidak hanya merupakan pertumbuhan PDB tertinggi selama dekade ini, tetapi
ini juga diperkirakan menjadi salah satu laju pertumbuhan tertinggi di ASEAN
dan di kawasan Asia-Pasifik.
Di sisi pasar dan bisnis, jumlah badan usaha yang baru dibentuk dan beroperasi
kembali mencapai lebih dari 208.000 badan usaha, sepuluh kali lipat lebih
banyak daripada periode pertama usaha pembaruan, dan meningkat lebih dari
30% dibandingkan dengan waktu Undang-Undang mengenai Badan Usaha
mulai berlaku (Januari 2021), menunjukkan bahwa semangat berbisnis dari
badan-badan usaha dan warga semakin kuat. Yang patut diperhatikan ialah
investasi asing telah berubah arahnya, berfokus pada bidang teknologi tinggi,
membawa ekonomi Vietnam berpartisipasi secara mendalam dalam jaringan
pasokan global. Bersamaan dengan itu, total nilai ekspor mencapai rekor
sebesar 730 miliar USD, memasukkan Vientam ke dalam dua puluh besar
perekonomian dengan aktivitas perdagangan terbesar di dunia. Profesor dan
Doktor Ekonomi Vladimir Mazyrin, Direktur Pusat Penelitian Vietnam dan
ASEAN – Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, menilai:
Doktor Irina Korgun, Direktur Pusat Penelitian Strategi Rusia di Asia, menilai
bahwa pembangunan industri dan penciptaan teknologi tersendiri sedang
diusahakan Vietnam untuk mendorong pertumbuhan ekonomi:
Dari sudut pandang pakar penelitian manajemen badan usaha dan investasi,
Profesor Muda, Doktor Vu Thanh Hung, Dosen senior Universitas Manajemen
Paris (Prancis) mengatakan:
Pada 2023, pemerintah menargetkan PDB sebesar 6,5%. Menurut para pakar,
ini merupakan taraf pertumbuhan yang sangat menantang. Namun, dengan
sejumlah langkah yang dijalankan pemerintah, Vietnam siap menghadapi
semua tantangan ke depan untuk terus mengupayakan target pertumbuhan
ekonomi yang sudah ditetapkan.
2.8.1 Produk Demoestik Bruto (monika)
https://www.bareksa.com/berita/berita-ekonomi-terkini/2015-
12-28/pertumbuhan-ekonomi-vietnam-lebih-tinggi-dibanding-
indonesia-apa-penyebabnya
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kantor Urusan Statistik pada Sabtu lalu
(26/12) terungkap bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Vietnam pada kuartal
empat mencapai 7,01 persen, lebih tinggi dibanding periode kuartal III (akhir
September) sebesar 6,87 persen.
Bank sentral Vietnam telah melemahkan (devaluasi) mata uang Dong tiga kali
pada tahun ini untuk menggenjot ekspor ke China pasca depresiasi Yuan.
Ekspor Vietnam bertumbuh 8,1 persen mencapai US$ 162,4 miliar, meleset
dari target pemerintah sebesar 10 persen akibat penurunan harga komoditas di
pasar dunia. Sementara pada saat yang sama, impor bertumbuh 12 persen,
dengan defisit perdagangan mencapai US$300 juta dari sebelumnya US$263
juta pada November.
Di sisi lain, negara dengan jumlah penduduk paling sedikit di Asia Tenggara
adalah Brunei Darussalam. Jumlahnya hanya 437,47 ribu jiwa.