Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MEKATRONIKA

NAMA : DANDY HASIHOLAN LUBIS


No. BP : 1810912021
KELOMPOK :8
MODUL : M1-KOMPONEN ELEKTRONIKA
NAMA ASISTEN : ZULFAJRI ROSKHA
TANGGAL PRAKTIKUM : 6 DESEMBER 2020
TANGGAL PENYERAHAN : 10 DESEMBER 2020

LABORATORIUM MEKATRONIKA DAN OTOMASI PRODUKSI


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
LEMBAR PENGECEKAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dari tahun ketahun sangatlah pesat sehingga
pada saat ini masyarakat dengan sangat mudah mengakses berbagai informasi
yang dibutuhkan melalui berbagai media sosial yang dapat di akses dari
perangkat seperti smartphone, laptop, dan lain sebagainya. Namun, ada
beberapa kekurangan yang dapat dirasakan yaitu masyarakat saat ini mulai
tidak tertarik mencari berbagai bentuk informasi secara manual [1].
Pengetahuan dasar elektronika sangat dibutuhkan bagi masyarakat saat ini,
baik untuk dunia perkantoran, dunia pendidikan, dan lainnya. Hal ini
diperlukan karena kehidupan manusia saat ini tak lepas dari perangkat
elektronika yang biasa kita temukan di kantor, rumah sakit, dan tempat
lainnya. Dengan praktikum ini, kita bisa mendapatkan dasar dan fondasi
dalam memahami elektronika.nl;

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis komponen elektronika.
2. Untuk mengetahui prinsp kerja komponen dan alat ukur.
3. Untuk mengetahui kegunaan rangkaian penyearah.
4. Untuk mengetahui prinsip kerja thermocouple.

1.3 Manfaat
1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis komponen elektronika.
2. Praktikan dapat mengetahui prinsip kerja komponen elektronika dan alat
ukur.
3. Praktikan dapat mengatahui kegunaan rangkaian penyearah.
4. Praktikan dapat mengetahui prinsip kerja thermocouple.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Komponen Elektronika
Komponen atau bahan utama penyusun suatu alat elektronika yang memiliki
fungsi dan cara kerja yang berbeda dari masing-masing komponen tersebut
disebut juga dengan komponen elektronika. Pada umumnya, komponen
elektronika dibagi atas dua jenis, yaitu Komponen Pasif dan Komponen Aktif.
Perbedaan antara komponen pasif dan aktif ini dapat dilihat dari kebutuhan
komponen tersebut akan arus listrik untuk pengoperasiannya [2].

2.2 Jenis Komponen Elektronika


2.2.1 Komponen Pasif
Komponen pasif elektronika merupakan komponen-komponenn yang tidak
memerlukan arus listrik dari luar untuk pengoperasiannya. Diantaranya ada
resistor, kapasitor, transformator, relay, dan switch. Berikut penjelasan dari
masing-masing komponen elektronika pasif [2]:
A. Resistor
Resistor merupakan salah satu komponen elektronika yang berfungsi
menghambat dan mengatur arus listrik pada suatu rangkaian. Satuan dari
resistor itu sendiri adalah Ohm (Ω) Berdasarkan nilai resistansinya, resistor
dibagi menjadi dua jenis, yaitu Fixed Resistor dan Variable Resistor [3]. Pada
resistor terdapat 2 jenis rangkaian, yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel :

Gambar 2.1 Simbol Resistor [4]


Rangkaian Seri
Rangkaian seri resistor merupakan rangkaian yang terdiri dari 2 resistor
atau lebih, yang disusun seri atau sejajar. Untuk mengitung nilai resistansi
pengganti dari rangkaian seri resitor cukup menambahkan nilai resistansi dari
masing masing resistor. Contoh perhitungannya seperti,
Rtotal=R1+R2+R3+…+Rn [4].

Gambar 2.2 Rangkaian Seri Resistor [4]


Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel resistor merupakan rangkaian yang terdiri dari 2 atau
lebih resitor yang disusun secara paralel atau berderet. Pada rangkaian paralel
resistor, kita juga dapat menghitung hambatan penggantinya seperti pada
rangkaian seri, namun perhitungannya sedikit lebih rumit. Contoh
perhitungannya seperti 1/Rtotal=1/R1+1/R2+1/R3+…+1/Rn [4].

Gambar 2.3 Rangkaian Paralel Resistor [4]


Cara Menghitung Nilai Resistor Berdasarkan Gelang Warna
Pada umumnya, nilai resistor ditandai oleh warna-warna yang ada pada
badan resistor tersebut yang disebut dengan gelang warna. Umumnya terdapat
4 gelang warna pada satu badan resistor, namun juga ada yang memiliki 5
gelang warna. Untuk warna gelang emas, perak dan tak berwarna diletak
berjarak dengan 3 gelang pertama. Gelang ini menunjukkan nilai toleransi pada
resistor.

Tabel 2.1 Tabel Warna Gelang Resistor [5]

Gambar 2.4 Cara Menghitung Nilai Resistor dengan 4 Gelang Warna [5]

Gambar 2.5 Cara Menghitung Nilai Resistor dengan 5 Gelang Warna [5]
1. Fixed Resistor
Fixed resistor merupakan resistor yang memiliki nilai resistansi yang telah
ditetapkan. Artinya, nilai resistansi pada resistor jenis ini tidak dapat diubah
sesuai keinginan kita. Nilai resistansinya ditandai dengan kode warna pada
badan resistor tersebut [3].
a. Resistor Kawat
Merupakan resistor yang sering digunakan dalam rangkaian karena memiliki
resistansi yang tinggi dan tahan terhadap temperatur tinggi.

Gambar 2.6 Resistor Kawat [6]

b. Resistor Batang Karbon


Merupakan resistor yang terbuat dari bahan karbon kasar yang diberi lilitan
kawat dan memiliki kode warna. Resistor ini juga merupakan resistor generasi
awal setelah resistor kawat.

Gambar 2.7 Resistor Batang Karbon [6]


c. Resistor Keramik
Merupakan resitor yang terbuat dari keramik dan dilapisi dengan kaca tipis,
juga memiliki rating daya 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt dan 2 watt.
Gambar 2.8 Resistor Keramik [6]
d. Resisitor Film Karbon
Merupakan resistor yang terbuat dari bahan karbon dan dilapisi bahan film
yang melindungi resistor tersebut dari pengaruh eksternal. Nilai resistansi pada
resistor ini ditunjukkan dengan kode warna.

Gambar 2.9 Resistor Film Karbon [6]


e. Resistor Metal Film
Merupakan resistor yang terbuat dari metal film dan memiliki bentuk yang
menyerupai resistor film karbon. Resistor ini juga tahan terhadap perubahan
temperatur.

Gambar 2.10 Resistor Metal Film [6]


2. Variable Resistor
Merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah. Pengubahan nilai
resistansi pada variable resistor bertujuan untuk memvariasikan output yang
diinginkan. Variable resistor diantaranya adalah potensiometer, trimpot, dll [3].
a. Potensiometer
Merupakan resistor yang memiliki tiga terminal dan resistansinya dapat
diubah dengan menggeser atau memutar tuas pada resistor tersebut.
Gambar 2.11 Potensiometer [6]

Gambar 2.12 Simbol Potensiometer [6]

b. Trimpot
Merupakan jenis dari potensiometer yang nilai resistansinya dapat diubah
dengan metode trim menggunakan obeng trim.

Gambar 2.13 Trimpot [6]

Gambar 2.14 Simbol Trimpot [6]


c. Thermistor
Thermistor adalah salah satu jenis Resistor yang nilai resistansi atau nilai
hambatannya dipengaruhi oleh Suhu (Temperature). Thermistor merupakan
singkatan dari “Thermal Resistor” yang artinya adalah Tahanan (Resistor) yang
berkaitan dengan Panas (Thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu
Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC
(Positive Temperature Coefficient).
• PTC ( Positive Temperature Control )
Merupakan jenis thermistor yang nilai resistansinya dipengaruhi oleh suhu.
Ketika temperatur PTC dingin, maka resitansinya akan rendah, begitu pula
sebaliknya.

Gambar 2.15 PTC ( Positive Temperature Control ) [6]

Gambar 2.16 Simbol PTC ( Positive Temperature Control ) [6]

• NTC ( Negative Temperature Control )


Merupakan resistor yang memiliki sifat berlawanan dengan PTC, dimana
nilai resistansinya akan tinggi ketika temperature NCT tersebut rendah.

Gambar 2.17 NTC ( Negative Temperature Control ) [6]

Gambar 2.18 Simbol NTC ( Negative Temperature Control ) [6]


d. LDR ( Light Depending Resistor )
Merupakan resistor yang peka terhadap cahaya. Nilai resistansi LDR akan
turun jika terjadi penambahan intensitas cahaya yang mengenainya

Gambar 2.19 LDR ( Light Depending Resistor ) [6]

Gambar 2.20 Simbol LDR ( Light Depending Resistor ) [6]


e. VDR ( Voltage Dependent Resistor )
VDR merupakan resistor yang nilai resistansinya akan berubah tergantung
tegangan yang diterimanya.

Gambar 2.21 VDR ( Voltage Dependent Resistor ) [6]

Gambar 2.22 Simbol VDR ( Voltage Dependent Resistor ) [6]

B. Kapasitor
Kapasitor merupakan komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan
listrik untuk sementara waktu, dan memiliki nilai kapasitansi dengan satuan
Farad. Sama halnya dengan resistor, kapasitor juga memiliki dua jenis
rangkaian yaitu seri dan paralel. Berikut penjelasan rangkaian seri dan parallel
kapasitor. :

Gambar 2.23 Simbol Kapasitor [6]

1. Rangkaian Seri Kapasitor


Rangkaian ini terdiri dari 2 atau lebih kapasitor yang disusun secara seri
atau sejajar sama halnya seperti resistor. Berbeda dengan rangkaian resistor
seri, cara perhitungan kapasitansi pengganti pada rangkaian seri kapasitor
dilakukan dengan cara perhitungan yang digunakan pada rangkaian resistor
paralel. Contoh perhitungannya seperti 1/Ctotal=1/C1+1/C2+1/C3+…+1/Cn. [7]

Gambar 2.24 Rangkain Seri Kapasitor [7]

2. Rangkaian Paralel Kapasitor


Rangkaian ini terdiri dari 2 atau lebih kapasitor yang disusun secara paralel
atau berderet sama halnya seperti resistor. Berbeda dengan rangkaian resistor
paralel, cara perhitungan kapasitansi pengganti pada rangkaian paralel
kapasitor dilakukan dengan cara perhitungan yang digunakan pada rangkaian
resistor seri. Contoh perhitungannya seperti Ctotal=C1+C2+C3+…+Cn.
Gambar 2.25 Rangkaian Seri Kapasitor [7]

Berdasarkan bahan dan nilai kapasitansinya, kapasitor dibedakan menjadi


dua jenis, yaitu Fixed Capacitor dan Variable Capacitor [8].
1. Fixed Capacitor
Fixed capacitor adalah kapasitor yang memiliki nilai kapasitansi tetap dan
tidak berubah maupun diubah.
a. Kapasitor Keramik
Kapasitor keramik merupakan kapasitor yang memiliki isolator berbahan
dasar keramik dan berbentuk bulat tipis maupun persegi empat.

Gambar 2.26 Kapasitor Keramik


b. Kapasitor Polyester
Merupakan kapasitor yang berbahan dasar polyester dan dengan bentuk
persegi empat.
Gambar 2.27 Kapasitor Polyester
c. Kapasitor Kertas
Merupakan kapasitor dengan bahan isolator berupa kertas.

Gambar 2.28 Kapasitor Kertas


d. Kapasitor Mika
Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari
bahan Mika.

Gambar 2.29 Kapasitor Mika


e. Kapasitor Elektrolit
Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari
Elektrolit (Electrolyte) dan berbentuk Tabung.
Gambar 2.30 Kapasitor Elektrolit
2. Variable Capacitor
Merupakan jenis kapasitor yang nilai kapasitansinya dapat diubah-ubah.
a. VARCO ( Variable Condensator )
VARCO merupakan kapasitor dengan bentuk dan ukuran yang lebih
besar. Nilai kapasitansi VARCO berkisar antara 100 pF sampai 500 pF.

Gambar 2.31 Varco

Gambar 2.32 Simbol Varco


b. Trimmer
Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih
kecil sehingga memerlukan alat seperti obeng untuk dapat memutar Poros
pengaturnya.
Gambar 2.33 Trimmer

Gambar 2.34 Simbol Trimmer

C. Transformator

Gambar 2.35 Transformator

Gambar 2.35 Simbol Transformator


Transformator merupakan suatu komponen elektronika yang dapat
mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf lainnya. Transformator dapat
menurunkan tegangan maupun menaikkan tegangan, misalnya dalam
penurunan tegangan 220V AC ke 110V AC begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan level tegangan, trafo dibagi menjadi dua jenis, yaitu Trafo STEP
UP, dan Trafo STE DOWN [9].
1.Trafo STEP UP
Trafo step up merupakan jenis transformator yang berfungsi untuk
menaikkan tegangan dari taraf tegangan yang rendah menjadi tinggi. Pada
transformator step up, lilitan pada kumparan sekundernya lebih banyak
dibandingkan kumparan primernya [10].

Gambar 2.36 Trafo Step Up [10]


2.Trafo Step Down
Trafo step down merupakan kebalikan dari trafo step up, dimana lilitan
pada kumparan sekunder lebih sedikit dibandingkan lilitan primernya. Hal
ini bertujuan untuk menurunkan taraf tegangan yang masuk ke dalam trafo
dari tinggi ke rendah.

Gambar 2.37 Trafo Step Down [10]


Prinsip Kerja Transformator
Sebuah transformator terdiri dari dua buah lilitan kawat ( kumparan ) yaitu
kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada kebanyakan transformator
kawat melilit sebuah inti besi. Ketika kumparan diberi arus bolak balik ( AC )
maka akan menimbulkan fluks magnetik di sekitarnya. Fluks medan magnet
pada pada kumparan primer akan menginduksi GGL dalam kumparan sekunder
sehingga terjadi pelimpahan daya dari kumparan primer ke kumparan sekunder.
Dengan demikian terjadi perubahan taraf tegangan listrik baik dari rendah ke
tinggi maupun sebaliknya [9].

D. Relay
Saklar yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen yang
terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal
(seperangkat Kontak Saklar/Switch) disebut dengan Relay. Prinsip yang
digunakan oleh relay berupa prinsip elektromagnetik dimana kontak saklar
digerakkan dengan arus yang kecil dapat menghantarkan listrik dengan
tegangan yang lebih tinggi [11].

Gambar 2.38 Relay


Pada relay, terdapat bagian yang diberi nama contact point. Dimana, kontak
poin tersebut terdiri dari dua jenis yaitu Normally Close dan Normally Open.
Kedua jenis ini mempunyai kondisi awal yang berbeda, berikut perbedaannya
[11]:
• Normally Close (NC) : memiliki kondisi awal dalam posisi tertutup (closed)
sebelum diaktifkan.
• Normally Open (NO) : memiliki kondisi awal dalam posisi terbuka (Open)
sebelum diaktifkan.

Pengertian Pole dan Throw Pada Relay


a. Pole pada relay adalah banyaknya kontak yang dimiliki sebuah relay.
b. Throw pada relay adalah banyaknya kondisi yang bisa dimiliki sebuah kontak
relay.

Pada single throw relay hanya dapat mengontrol satu rangkaian yaitu OFF atau
ON, sedangkan pada double throw relay dapat mengontrol dua rangkaian yaitu
bergantian dari satu rangkaian ke rangkaian lain dengan membuka satu rangkaian
dan menutup yang lain selama kondisir switching (ON & OFF).
Klasifikasi relay berdasarkan pole dan throw dapat dibagi menjadi berbagai jenis
yaitu:
1. Relay SPST (Single pole single throw)
Relay SPST atau Relay Single Pole Single Throw adalah jenis relay yang hanya
memiliki satu input dan satu output. Relay SPST hanya menghubungkan atau
memutuskan hanya satu kontak ketika dioperasikan.
2. Relay SPDT (Single pole Double throw)
Relay SPDT atau Relay Single Pole Double Throw adalah jenis relay yang
memiliki satu input dan dua output. Relay SPDT memiliki 5 terminal dengan 3
terminal sebagai saklar dan 2 sebagai coil.

3. Relay DPST (Double pole single throw)


Relay DPST atau Relay Double Pole Single Through adalah jenis relay yang
memiliki dua input dan dua output. Setiap input memiliki satu output yang sesuai.
4. Relay DPDT (Double pole double throw)
Relay DPDT atau Double Pole Double Throw Relay adalah jenis relay yang
memiliki dua input dan empat output.

E. Switch
Switch (saklar) merupakan suatu komponen elektronika yang berfungsi
memutus maupun menghubungkan arus listrik.
Jenis-jenis Switch :
1. Push Button Switch (Saklar Tombol Dorong)
Merupakan jenis saklar dengan penggunaan dengan cara menekannya
untuk memutus maupun menghubungkan arus listrik.

Gambar 2.39 Push Button Switch

Gambar 2.40 simbol Push Button Switch


2. Toggle Switch (Saklar Pengalih)
Merupakan jenis saklar yang digerakkan oleh tuas untuk memutus
maupun menghubungkan arus listrik.

Gambar 2.41 Toggle Switch

3. Selector Switch (Saklar Pemilih)


Merupakan jenis saklar yang pengoperasiannya dilakukan dengan cara
memuar saklar untuk memilih posisi tertentu.

Gambar 2.423 Selector Switch

Gambar 2.44 Simbol Selector Switch

4. Limit Switch (Saklar Pembatas)


Merupakan jenis saklar yang biasa digunakan untuk keperluan otomasi
industri.

Gambar 2.45 Limit Switch

Gambar 2.46 Simbol Limit Switch

2.2.2 Komponen Aktif


Komponen Aktif elektronika merupakan komponen-komponen yang
memerlukan arus listrik dari luar untuk pengoperasiannya. Maksudnya, tanpa
dialiri arus listrik, komponen-komponen ini tidak akan dapat beroperasi.
Komponen-komponen aktif elektronika ini diantaranya adalah transistor, dan
dioda [1].
A. Transistor
Transistor merupakan komponen semikonduktor yang memiliki beberapa
fungsi seperti sebagai penguat, pengendali, penyearah, dan lainnya.

Transistor digolongkan menjadi dua, yaitu [13] :


1. Transistor Bipolar
Transistor Bipolar merupakan transistor yang struktur dan prinsip kerjanya
memerlukan perpindahan elektron di kutub negatif untuk mengisi kekurangan
elektron atau hole pada kutub positif.
Jenis transistor bipolar :
a. Transistor NPN : Merupakan transistor bipolar yang menggunakan
arus listrik kecil dan tegangan positif pada terminal Basis
digunakan untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang
lebih besar dari Kolektor ke Emitor.

Gambar 2.47 Transistor NPN [13]


b. Transistor PNP : Merupakan jenis Transistor yang menggunakan
listrik untuk mengendalikan konduktifitasnya.

Gambar 2.48 Transistor PNP [13]


2. Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)
Transistor FET ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :
a. JFET (Junction Field Effect Transistor) : Merupakan Transistor
yang menggunakan persimpangan p-n bisa terbalik sebagai isolator
antara Gerbang dan Kanalnya.

Gambar 2.49 JFET [13]


b. MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) :
Merupakan Transistor yang menggunakan Isolator diantara
Gerbang dan Kanalnya.

Gambar 2.50 MOSFET [13]


c. UJT (Uni Junction Transistor) : Merupakan jenis Transistor yang
pengoperasiannya juga menggunakan medan listrik atau tegangan
sebagai pengendalinya. UJT mememiliki dua terminal Basis (B1
dan B2) dan 1 terminal Emitor.

Gambar 2.51 UJT [13]

B. Dioda
Dioda merupakan komponen elektronika yang terbuat dari bahan semi
konduktor dan berfungsi sebagai penghantar arus listrik searah.

Gambar 2.52 Simbol Dioda


Berdasarkan fungsinya dioda terdiri dari :
1. Dioda Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan berfungsi
sebagai penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).
Gambar 2.53 Dioda Penyearah

Gambar 2.54 simbol Dioda Penyearah


2. Dioda Zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan
rangkaian setelah tegangan yang ditentukan oleh Dioda Zener yang
bersangkutan.

Gambar 2.55 Gambar Dioda Zener beserta symbol

3. LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu Dioda
yang dapat memancarkan cahaya monokrom.

Gambar 2.56 Gambar LED beserta symbol

4. Dioda Foto (Photo Diode) yaitu Dioda yang peka dengan cahaya
sehingga sering digunakan sebagai Sensor.

Gambar 2.57 Gambar Photo Diode beserta symbol


5. Dioda Varaktor, merupakan dioda yang memiliki sifat kapasitas
yangberubah-ubah sesuai dengan tegangan yang diberikan.

6.
Gambar 2.58 Gambar Dioda Varaktor beserta symbol
2.3 Rangkaian Penyearah (Rectifier)
Suatu bagian dari power supply yang berfungsi sebagai pengubah sinyal AC
menjadi sinyal DC disebut dengan penyearah gelombang (rectifier). Pada
dasarnya Rectifier dibagi menjadi dua jenis, yaitu Half Wave Rectifier (Penyearah
Setengah Gelombang) dan Full Wave Rectifier (Penyearah Gelombang Penuh).[14]
A. Half Wave Rectifier (Penyearah Setengah Gelombang).
Penyearah yang hanya menggunakan 1 buah Dioda untuk menghambat
sisi sinyal negatif dari gelombang AC dari power supply dan melewatkan sisi
sinyal Positif-nya disebut juga dengan penyearah setengah gelombang (Half
Wave Rectifier) .

Gambar 2.59 Penyearah Setengah Gelombang [14]

B. Full Wave Rectifier (Penyearah Gelombang Penuh).


Full Wave Rectifier merupakan penyearah yang menggunakan jumlah
dioda yang berbeda yaitu 2 buah dioda dan 4 buah dioda. Terdapat sedikit
perbedaan antara penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda dan 4 dioda,
dimana pada penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda harus
menggunakan Transformer CT, sedangkan pada 4 dioda tidak diperlukan.
Gambar 2.60 Penyearah Gelombang Penuh 2 dioda [14]

Gambar 2.61 Penyearah Gelombang Penuh 4 Dioda [14]


2.4 Thermocouple
Jenis sensor suhu yang berguna untuk mendeteksi maupun mengukur suhu
dari dua jenis logam konduktor berbeda yang diagbung ujung dari logam tersebut
disebut juga dengan Thermocouple.[15]

Gambar 2.62 Thermocouple [15]


Gambar 2.62 Simbol Thermocouple [15]

Prinsip kerja dari Thermocouple yaitu pada dasarnya Termokopel terdiri


dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan ujungnya.
Satu jenis logam konduktor berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan
sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu
panas. [15]

Gambar 2.63 Prinsip Kerja Thermocouple [15]


Terdapat beberapa jenis Thermocouple, diantaranya :
1. Termokopel Tipe E
Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : -200˚C – 900˚C

2. Termokopel Tipe J
Bahan Logam Konduktor Positif : Iron (Besi)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : 0˚C – 750˚C

3. Termokopel Tipe K
Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium
Bahan Logam Konduktor Negatif : Nickel-Aluminium
Rentang Suhu : -200˚C – 1250˚C

4. Termokopel Tipe N
Bahan Logam Konduktor Positif : Nicrosil
Bahan Logam Konduktor Negatif : Nisil
Rentang Suhu : 0˚C – 1250˚C

5. Termokopel Tipe T
Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : -200˚C – 350˚C

6. Termokopel Tipe U
Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Copper-Nickel
Rentang Suhu : 0˚C – 1450˚C
BAB III
METODOLOGI
3.1 Skema Alat

Gambar 3.1 Skema Alat 1


ALAT DAN BAHAN
1. LED 6. Switch
2. Potensiometer 7. Relay
3. Trafo 8. Multimeter
4. Dioda
5. Resistor

Gambar 3.2 Skema Alat 2


ALAT DAN BAHAN
1. LED 6. Potensiometer
2. Motor DC 7. Photodiode
3. Relay 8. Resistor
4. Switch 9. Thermocouple
5. Multimeter

3.2 Prosedur Percobaan


Prosedur Percobaan I :
Rangkaian catu daya
1. Siapkan rangkaian catu daya.
2. Hubungkan trafo ke sumber listrik.
3. Variasikan output dari trafo.
4. Amati dan analisa.
5. Ukur tegangan dari keluaran potensiometer.
6. Variasikan hambatan dari potensiometer.
7. Amati dan analisa.

Prosedur Percobaan II :
Fenomena Relay
1. Hubungkan rangkaian ke sumber tegangan.
2. Amati.
3. Tekan switch.
4. Amati dan analisa.
A. Fenomena Photodiode
1. Hubungkan rangkaian kesumber tegangan.
2. Tekan switch.
3. Amati.
4. Tutup antara LED dan photodiode.
5. Amati dan analisa.

B. Mengukur Hambatan Resistor


1. Ukur hambatan pada potensiometer dan variasikan.
2. Amati dan analisa.
3. Ukur hambatan pada resistor rangkaian seri dan parallel.
4. Amati dan analisa.
C. Thermocouple
1. Siapkan multimeter.
2. Bakar ujung thermocouple.
3. Ukur tegangan yang dihasilkan.
4. Variasikan waktu dan jarak pembakaran.
5. Amati dan analisa.

Anda mungkin juga menyukai