Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)

CIDERA KEPALA
(ICD X : S06.9))
1. Pengertian (Definisi) Trauma yang mengenai calvaria dan atau basis crania serta organ-organ di
dalamnya, dimana kerusakan tersebut bersifat nondegeneratif / non-
kongenital, yang disebabkan oleh gaya mekanik dari luar sehingga timbul
gangguan fisik, kognitif maupun sosial serta berhubungan dengan atau tanpa
penurunan tingkat kesadaran.
2. Anamnesis a. Sifat kecelakaan.
b. Saat terjadinya, beberapa jam/hari sebelum dibawa ke rumah sakit.
c. Ada tidaknya benturan kepala langsung.
d. Keadaan penderita saat kecelakaan dan perubahan kesadaran sampai
saat diperiksa.
e. Bila pasien dapat diajak berbicara, tanyakan urutan peristiwanya
sejak sebelum terjadinya kecelakaan, sampai saat tiba di rumah sakit
untuk mengetahui kemungkinan adanya amnesia retrograd.
f. Ada atau tidak adanya muntah
g. Pasien tidak selalu dalam keadaan pingsan (hilang / turun
kesadarannya), tapi dapat kelihatan bingung / disorientasi (kesadaran
berubah)
3. Pemeriksaan Fisik a. Status fungsi vital
 Airway (jalan napas)
 Breathing (pernapasan)
 Circulation (nadi dan tekanan darah)
b. Status kesadaran
 Pemeriksaan GCS
c. Status neurologis
 Anisokor
 Paresis/paralisis
 Refleks patologis
d. Trauma di tempat lain
e. Pemeriksaan orientasi, amnesia, dan fungsi luhur

4. Pemeriksaan a. Foto Rontgen tengkorak (AP Lateral)


Penunjang b. CT Scan kepala

5. Kriteria Diagnosis Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan imaging (CT Scan atau
minimal Rontgen tengkorak)
6. Diagnosis Kerja Cidera kepala
7. Diagnosis Banding Stroke
8. Penatalaksanaan Resusitasi dan Penilaian Awal:
a. Menilai Airway: bersihkan jalan napas dari debris dan muntahan,
lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal, pasang guedel bila
dapat ditolerir. Jika cedera orofasial mengganggu jalan napas, maka
harus diintubasi.
b. Menilai Breathing: jika pernapasan tidak spontan beri oksigen
melalui masker oksigen. Jika pernapasan spontan, selidiki dan atasi
cedera dada berat.
c. Menilai sirkulasi: hentikan semua perdarahan dengan menekan
arterinya. Perhatikan adanya cedera intraabdominal atau dada. Ukur
dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, pasang alat
pemantau dan EKG. Pasang jalur intravena yang besar, ambil darah
vena untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum, elektrolit,
glukosa, dan analisis gas darah arteri. Berikan larutan koloid.
d. Obati kejang: mula-mula berikan diazepam 10 mg iv perlahan-lahan
dan dapat diulangi sampai 3 kali bila masih kejang. Bila tidak
berhasil dapat diberikan fenitoin 15 mg/KgBB iv perlahan-lahan
dengan kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit.
e. Menilai tingkat keparahan cedera kepala

Pedoman Umum dan Obat-obatan


a. Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher, lakukan foto
tulang belakang servikal, kolar servikal baru dilepas setelah
dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1-C7 normal.
b. Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan
prosedur:
 Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal (NaCl
0,9%) atau larutan Ringer Laktat
 Lakukan pemeriksaan hematokrit, periksa darah perifer
lengkap, trombosit, kimia darah, masa protrombin/masa
tromboplastin parsial, skrining toksikologi dan kadar alkohol
bila perlu.
c. Mengurangi edema otak: hiperventilasi, cairan hiperosmolar
(manitol; 0,5 - 1 g/KgBB dalam 10-3 menit), kortikosteroid,
barbiturat, pembatasan cairan pada 24-48 jam pertama, yaitu 1500-
2000 ml/24 jam.
d. Obat-obat neurprotektor: piritinol, piracetam, citicholine
e. Perawatan luka dan pencegahan dekubitus sejak dini
f. Hemostatik tidak rutin digunakan
g. Antikonvulsan diberikan bila pasien mengalami kejang atau pada
trauma tembus kepala dan fraktur impresi. Fenitoin diberikan dengan
dosis awal 1250 mg iv dalam waktu 10 menit diikuti dengan 250-500
mg per infuse selama 4 jam. Setelah itu diberikan 3x100 mg/hari per
oral atau iv. Diazepam diberikan bila terjadi kejang.
9. Edukasi a. Penjelasan sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan,
prosedur, masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen
nyeri, risiko dan komplikasi).
b. Penjelasan mengenai cedera kepala, risiko dan komplikasi selama
perawatan.
c. Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan rekurensi
d. Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning)
e. Penjelasan mengenai gejala cedera kepala, dan apa yang harus
dilakukan sebelum dibawa ke RS.
10. Prognosis Dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens : II : Berdasarkan PPK Fakultas
(II/III/IV) III : Berdasarkan Keilmuan Dokter
IV : Kesepakatan di RS
12. Tingkat B : Direkomendasi dari Fakultas
Rekomendasi : (B/C/D) C : Direkomendasi oleh Dokter
D : Direkomendasi oleh RS
11. Penelaah Kritis Nama Dokter (yang terlibat) :
Dokter Spesialis Neurologi
Tim Mutu / Tim C.P
12. Kepustakaan Panduan Praktek Klinis Neurologi PERDOSSI 2016.

Anda mungkin juga menyukai