Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKONOMI ISLAM MIKRO

KONSEP TADLIS DAN TAGHRIR

Dosen pengampu : Abd. Mubaraq, S.E., Sy. M.A.

Disusun oleh :

Sholeman (B1061221024)

Abdun Nashir Azzam (B1061221029)

Aqmal Maulana (B1061221038)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِآاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن َتَر اٍض ِّم ْنُك ْم ۗ َو اَل َتْقُتُلْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبُك ْم‬
‫َر ِح ْيًم ا‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu”. (An-Nisa : 29)

Pertama-tama marilah kita ucapkan puja serta puji syukur kehadirat Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Karena tanpa rahmat dan ridho-Nya. Kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Abd. Mubaraq , S.E., Sy. M.A.
selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Islam Mikro yang membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan
makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Tadlis dan Taghrir dalam konteks
ekonomi Islam.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi
tercapainya makalah yang sempurna.

Pontianak, 30 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3. Tujuan..........................................................................................................................5
1.4. Manfaat........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1. Tadlis...............................................................................................................................6
A. Pengertian Tadlis.........................................................................................................6
B. Dalil-dalil larangan Tadlis...........................................................................................7
C. Jenis-jenis Tadlis..........................................................................................................8
2.2. Taghrir.............................................................................................................................9
A. Pengertian Taghrir.........................................................................................................9
B. Dalil-dali Larangan Taghrir.........................................................................................10
C. Jenis-jenis Taghrir.......................................................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................14
3.2. Saran..............................................................................................................................14
DARTAR PUSTAKA...............................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jual beli merupakan aktivitas ekonomi yang fundamental dan esensial dalam
kehidupan manusia. Melalui jual beli, kebutuhan hidup terpenuhi, kesejahteraan
meningkat, dan peradaban pun berkembang. Namun, di tengah dinamika transaksi jual
beli, tak jarang muncul praktik-praktik curang yang menciderai prinsip-prinsip keadilan
dan kejujuran. Praktik-praktik ini dikenal dengan istilah tadlis dan taghrir.
Tadlis adalah tindakan curang yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam transaksi
jual beli dengan menyembunyikan cacat atau kekurangan pada barang atau jasa yang
diperjualbelikan. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan yang tidak semestinya
dengan mengorbankan pihak lain. Tadlis dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
menyembunyikan cacat produk, mengubah tampilan produk, atau memberikan informasi
yang tidak benar tentang produk. Taghrir, di sisi lain, merupakan tindakan curang yang
dilakukan dengan memberikan informasi yang tidak benar atau menyesatkan tentang
barang atau jasa yang diperjualbelikan. Tujuannya pun sama, yakni meraih keuntungan
dengan mengelabui pihak lain. Taghrir dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
membesar-besarkan keuntungan produk, meremehkan kekurangan produk, atau
memberikan informasi palsu tentang produk.
Memahami konsep tadlis dan taghrir sangat penting bagi umat Islam untuk
menjalankan aktivitas jual beli sesuai dengan syariat Islam. Dengan memahami konsep
ini, umat Islam dapat menghindari praktik-praktik curang yang merugikan orang lain dan
menodai nilai-nilai Islam. Selain itu, pemahaman tentang tadlis dan taghrir juga dapat
meningkatkan kesadaran konsumen dalam memilih produk dan melakukan transaksi jual
beli yang amanah.
Oleh karena itu, umat Islam harus menghindari praktik-praktik tadlis dan taghrir
dalam jual beli. Umat Islam harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, amanah, dan
keadilan dalam setiap transaksi jual beli. Dengan demikian, jual beli dapat menjadi sarana
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
1.2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari tadlis dan taghrir dalam konteks transaksi ekonomi syariah?
b. Apa saja dalil-dalil yang menjadi landasan hukum dalam Islam mengenai tadlis
dan taghrir?
c. Bagaimana jenis-jenis dari tadlis dan taghrir dalam praktik transaksi?

1.3. Tujuan

a. Memahami definisi dan konsep dari tadlis dan taghrir dalam ekonomi syariah.
b. Mengetahui dalil-dalil yang menjadi landasan hukum tadlis dan taghrir dalam
Islam.
c. Mengidentifikasi berbagai jenis tadlis dan taghrir dalam konteks transaksi.

1.4. Manfaat

a. Meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip etika dalam transaksi ekonomi


syariah, khususnya terkait tadlis dan taghrir.
b. Membantu individu dalam membuat keputusan transaksi yang sesuai dengan
prinsip syariah.
c. Mendorong praktik bisnis yang lebih adil dan transparan dengan memahami dan
menghindari praktik tadlis dan taghrir.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tadlis

A. Pengertian Tadlis

Tadlis berasal dari kata dallasa–yudallisu–tadlîs[an] terkandung makna: tidak


menjelaskan sesuatu, menutupinya dan penipuan. Di dalam Lisân al-‘Arab (Ibn
Manzhur) mengatakan bahwa dallasa di dalam jual-beli dan dalam hal apa saja adalah
tidak menjelaskan aib (cacat)-nya. Menurut Muhammad Rawas Qal’ah Ji, tadlîs
artinya al-khidâ’ wa alibhâm wa at-tamwiyah (penipuan, kecurangan, penyamaran,
penutupan).
Para fukaha mengartikan tadlîs di dalam jual-beli adalah menutupi aib barang.
Hanya saja, dari deskripsi nash yang ada, tadlis tidak selalu dalam bentuk ditutupinya
atau tidak dijelaskannya aib atau cacat barang. Tadlis juga terjadi ketika barang (baik
barang yang dijual atau kompensasinya baik berupa uang atau barang lain) ternyata
tidak sesuai dengan yang dideskripsikan atau yang ditampakkan, meski tidak ada
cacat.
Tadlis adalah kondisi di mana satu pihak tidak mengetahui kondisi yang
sebenarnya (unknown to one party) sehingga pihak yang mengetahui informasi
memanfaatkan kondisi tersebut untuk mendapatkan keuntungan dengan menipu pihak
yang tidak tahu. Kondisi ini disebabkan karena adanya incomplete information.Tadlis
bisa terjadi dari segi kualitas, kuantitas, harga dan waktu penyerahan. Tadlis ini terjadi
karena adanya ketidakjujuran di antara pihak yang melakukan transaksi.
Sistem Ekonomi Islam melarang hal ini (ketimpangan informasi tentang
barang yang akan diperjualbelikan) karena dengan adanya informasi yang tidak sama
antara kedua belah pihak, maka unsur‚‘an tarâdh minkum‛ (kerelaan bersama)
dilanggar. Untuk menghindari penipuan, masing-masing pihak harus mempelajar
istrategi pihak lain. Dalam ekonomi konvensional, hal ini dikenal dengan zero
somegame theory.
Tadlis dalam ajaran Islam jelas-jelas dilarang, dan siapa saja melakukannya
berdosa. Sebab tadlis merupakan bagian dari penipuan. Dengan demikian, tadlis
merupakan cara memperoleh harta yang tidak dibenarkan dalam Islam, jadi siapa saja
yang melakukannya maka hukumnya haram, dan Allah SWT akan mencabut
keberkahan dari harta yang diperoleh dengan tadlis. Tadlis dalam jual-beli dapat
dilakukan oleh penjual maupun pembeli. Penjual dalam hal barang yang dia jual,
sedangkan pembeli dalam hal harga yang ia bayarkan baik berupa uang atau barang.

B. Dalil-dalil larangan Tadlis

Al-Qur’an :
a. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َو اَل َتْلِبُسوا اْلَح ـَّق ِبا ْلَبا ِط ِل َو َتْك ُتُم وا اْلَح ـَّق َو َا ْنُتْم َتْع َلُم ْو َن‬

“Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan


(janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 42).

b. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َو ْيٌل ِّلْلُم َطِّفِفيَن اَّلِذ يَن ِإَذ ا اْك َتاُلوا َع َلى الَّناِس َيْسَتْو ُفون َو ِإَذ ا َك اُلوُهْم َأو َّو َز ُنوُهم ُي‬
‫ْخ ِس ُروَن‬

“Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang,


(Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka
minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk
orang lain), mereka mengurangi.”
(QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 1-3).
Hadist :
a.

‫َلْيَس ِم َّنا َم ْن َغَّش‬...


“Bukan dari golongan kami orang yang menipu.”(H.R. Muslim dan Abu
Daud)
b.

‫َع ْن َأِبي َذ ٍّر‬


‫َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َثاَل َثٌة اَل َيْنُظُر ُهَّللا ِإَلْيِهْم َيْو َم اْلِقَياَم ِة َو اَل ُيَز ِّك ي‬
‫ِهْم َو َلُهْم َع َذ اٌب َأِليٌم اَّلِذ ي اَل ُيْع ِط ي َشْيًئا ِإاَّل َم َّنُه َو اْلُم ْس ِبُل ِإَزاَر ُه َو اْلُم َنِّفُق ِس ْلَع َتُه ِب‬
‫اْلَك ِذِب‬

dari Abu Dzar dari Nabi ‫ﷺ‬, beliau bersabda: Tiga orang yang tidak akan
diajak bicara Allah pada Hari Kiamat dan Allah tidak akan melihatnya serta
mensucikannya dan mereka mendapatkan adzab yang pedih yaitu; orang yang
tidak memberi sesuatu melainkan ia mengungkitnya, orang yang
memanjangkan kainnya hingga melebihi mata kaki, dan orang yang menjual
barangnya dengan sumpah palsu.”(H.R. Nasa'i No. 4383)

C. Jenis-jenis Tadlis

a. Tadlis dalam kuantitas.


Tadlis dalam kuantitas terjadi ketika salah satu pihak yang bertransaksi
menyembunyikan informasi tentang kuantitas suatu produk yang
ditransaksikan seperti menjual barang dengan kuantitas sedikit dengan harga
barang kuantitas banyak. Contohnya Seorang penjual beras menyembunyikan
beras yang berkualitas rendah di bawah tumpukan beras yang berkualitas
tinggi, sehingga pembeli mengira semua beras tersebut berkualitas tinggi.
b. Tadlis dalam kualitas.
Tadlis dalam kualitas terjadi ketika salah satu pihak yang bertransaksi
menyembunyikan informasi mengenai kualitas produk yang ditransaksikan
seperti menyembunyikan cacat atau kualitas barang yang buruk yang tidak
sesuai dengan kesepakatan pihak-pihak yang melakukan transaksi. Dalam
fiqih tindakan tersebut disebut dengan ghisy. Contohnya Seorang penjual
kosmetik menjual produk palsu atau tiruan dan mengklaim bahwa produk
tersebut asli dan berkualitas tinggi.
c. Tadlis dalam harga.
Tadlis dalam harga terjadi ketika suatu produk dijual dengan harga
yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari harga pasar karena salah satu
pihak yang melakukan transaksi memanfaatkan ketidaktahuan pihak lain
terhadap harga yang berlaku di pasar. Dalam fiqih tindakan tersebut disebut
dengan ghaban. Misalnya Seorang penjual mengklaim bahwa harga yang
ditawarkan adalah harga khusus atau promosi, padahal itu adalah harga
normal.
d. Tadlis waktu penyerahan.
Tadlis dalam waktu penyerahan terjadi ketika salah satu pihak yang
bertransaksi menjanjikan untuk melakukan penyerahan, baik barang maupun
uang, padahal ia yakin tidak dapat menyerahkan pada waktu yang dijanjikan.
Misalnya Seorang penjual furniture berjanji akan mengirimkan pesanan dalam
waktu 2 minggu, tetapi sebenarnya membutuhkan waktu 1 bulan untuk
pengiriman.

2.2. Taghrir

A. Pengertian Taghrir

Taghrir berasal dari bahasa Arab gharar, yang berarti akibat, bencana, bahaya,
risiko, dan ketidakpastian. Dalam istilah fiqih mu’amalah, taghrir berarti melakukan
sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi atau mengambil
risiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung risiko tanpa mengetahui dengan
persis apa akibatnya atau tanpa memikirkan konsekuensinya. Menurut Ibn Taimiyah,
taghrir terjadi bila seseorang tidak tahu apa yang tersimpan bagi dirinya pada akhir
suatu kegiatan jual beli.
Taghrir berbeda dengan tadlis, taghrir yaitu tidak lengkapnya informasi
(incomplete information) yang dialami oleh dua pihak (pembeli dan penjual),
sedangkan tadlis yaitu tidak lengkapnya informasi (incomplete information) yang
dialami oleh satu pihak saja (unknown to one party, misalnya pembeli saja, atau
penjual saja), oleh karena itu, kasus taghrir terjadi bila ada unsur ketidak pastian yang
melibatkan kedua belah pihak. Dalam ilmu ekonomi Taghrir ini disebut uncertainty
(ketidak pastian) atau resiko. Dalam situasi ketidakpastian ada lebih dari satu hasil
atau kejadian yang akan muncul dengan probabilitas yang berbeda-beda. Kitab suci
al-Qur’an dengan tegas telah melarang semua transaksi bisnis yang mengandung
unsur penipuan dalam segala bentuk terhadap pihak lain dan memerintahkan untuk
berlaku adil.
Dalam sistem ekonomi Islam masalah ketimpangan informasi tentang barang
yang diperjualbelikan sangat dilarang. Karena dengan adanya informasi yang tidak
sama antara kedua belah pihak, maka unsur “an taradin minkum” (ridha sama ridha)
telah dilanggar. Taghrir dalam prakteknya dapat terjadi pada harga barang, jumlah
barang, kualitas barang dan waktu penyerahan barang.
Sebagaimana tadlis, jual beli gharar juga terjadi pada empat hal, yaitu:
kualitas, kuantitas, harga dan waktu. Gharar terdapat dalam:
1). Barang yang diperdagangkan belum ada;
2). Penjual tidak dapat menyerahkan barang;
3). Penjualan barang dilakukan dengan cara penipuan untuk menarik minat pembeli
supaya tertarik untuk melakukan transaksi;
4). Kontrak tidak jelas sehingga menggiring pembeli kepada praktek penipuan dari
segi kualitas, kuantitas dan harga.
ketidakpastian dalam akad gharar meliputi pembeli dan penjual, harga, objek
yang ditransaksikan, waktu penyerahan dan kualitasnya. Ketidakpastian dalam hal-hal
di atas akan menimbulkan kezaliman kepada salah satu pihak dengan perolehan
keuntungan yang tidak dibenarkan, rusaknya akad dan menimbulkan perselisihan di
antara kedua belah pihak.
pelarangan unsur gharar juga disebabkan karena menimbulkan perolehan yang
tidak adil di antara pihak yang tidak terlibat. Oleh karena itu sebelum melakukan
suatu akad, harus jelas unsur di atas sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan di
kemudian hari.

B. Dalil-dali Larangan Taghrir

Al-Qur’an :
a. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ٰۤي ـَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْۤو ا َاْم َو ا َلـُك ْم َبْيَنُك ْم ِبا ْلَبا ِط ِل ِاۤاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج ا َر ًة َع ْن َتَر ا ٍض ِّم ْنُك ْم ۗ  َو اَل َتْقُتُلْۤو ا َاْنـُف‬
‫َس ُك ْم ۗ  ِاَّن َهّٰللا َك ا َن ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan
yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.”
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 29)
b. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َو اَل َتْقُف َم ا َلـْيَس َلـَك ِبٖه ِع ْلٌم ۗ  ِاَّن الَّس ْمَع َو ا ْلَبَصَر َو ا ْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُاوٰٓلِئَك َك ا َن َع ْنُه َم ْس ُئْو اًل‬

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.”
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 36)

Hadist :
a.
‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة‬

‫َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َنَهى َع ْن َبْيِع اْلَغ َر ِر‬
‫َز اَد ُع ْثَم اُن َو اْلَحَص اِة‬

“dari Abu Hurairah bahwa Nabi ‫ ﷺ‬melarang menjual secara gharar


(transaksi jual beli yang mengandung unsur ketidakjelasan, penipuan,
pertaruhan, dan hal-hal yang merugikan), sedang Utsman menambahkan dan
hashah (transaksi jual beli yang dilakukan oleh dua orang tetapi barangnya
belum jelas, kemudian untuk menentukannya salah satu dari mereka
melempar hashat (kerikil), maka barang yang terkena kerikil itulah yang
dijual).”
(H.R. Abu Daud No. 2932).

b.
‫َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َم ْسُعوٍد َقاَل‬
‫َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اَل َتْش َتُروا الَّسَم َك ِفي اْلَم اِء َفِإَّنُه َغ َر ٌر‬
dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata; Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Janganlah
kalian membeli ikan dalam air sebab itu termasuk penipuan.”
(H.R. Ahmad No. 3494).

C. Jenis-jenis Taghrir

a. Taghrir kuantitas.
Yaitu di mana pada saat melakukan transaksi kuantitas barang yang
sedang ditransaksikan masih belum jelas, atau dalam isitlah lain disebut
dengan sistem ijon. Contoh taghrir dalam kuantitas adalah sistem ijon,
misalnya petani sepakat untuk menjual hasil panennya (beras dengan kualitas
A) kepada tengkulak dengan harga Rp. 2 juta pada hal pada saat kesepakatan
dilakukan, sawah si petani sebenarnya belum dapat dipanen. Dengan
demikian, kesepakatan jual beli dilakukan tanpa menyebutkan spesifikasi
mengenai beberapa kuantitas yang dijual (berapa ton, berapa kuintal) padahal
harga sudah ditetapkan. Dengan demikian, terjadi ketidakpastian menyangkut
kuantitas barang yang ditransaksikan.
b. Taghrir kualitas.
Yaitu mentransaksikan suatu barang yang belum jelas kualitasnya,
seperti jual beli anak sapi yang masih di dalam kandungan di mana masih
belum jelas kualitas anak sapi tersebut, apakah akan terlahir sehat atau tidak.
Contoh taghrir dalam kualitas adalah menjual anak sapi yang masih dalam
kandungan induknya. Penjual sepakat untuk menyerahkan anak sapi tersebut
segera setelah anak sapi itu lahir, seharga Rp. 3 juta. Dalam hal ini, baik
penjual maupun si pembeli tidak dapat memastikan kondisi fisik anak sapi
tersebut bila nanti sudah lahir. Apakah akan lahir normal, atau cacat, atau lahir
dalam keadaan mati. Dengan demikian terjadi ketidakpastian menyangkut
kualitas barang yang ditransaksikan.
c. Taghrir harga.
Yaitu taghrir yang terjadi ketika terdapat dua harga di dalam satu akad,
di mana dua harga tersebut berlaku pada barang dengan kuantitas dan kualitas
yang sama. Tagrir dalam harga terjadi ketika misalnya seorang penjual
menyatakan bahwa ia akan menjual satu unit Sepeda Motor seharga Rp. 13
Juta bila dibayar tunai, atau Rp. 21 Juta., bila dibayar kredit selama lima
bulan, kemudian si pembeli menjawab “setuju”. Ketidak pastian muncul
karena ada dua harga dalam satu akad. Tidak jelas harga mana yang berlaku,
yang Rp. 13 juta atau yang Rp. 21 Juta. Dalam kasus ini walaupun kualitas
dan kuantitas barang sudah ditentukan, tetapi terjadi ketidak pastian dalam
harga barang karena si penjual dan si pembeli tidak mensepakati satu harga
dalam satu akad.
d. Taghrir waktu penyerahan.
Yaitu taghrir yang terjadi ketika barang yang sedang ditransaksikan
tidak diketahui keberadaannya sehingga baik pembeli maupun penjual tidak
dapat memastikan kapan barang tersebut akan diserahkan dan berpindah hak
milik. Misalkan A kehilangan mobil Avanza-nya. B kebetulan sudah lama
ingin memiliki mobil Avanza seperti yang dimiliki oleh B, dan karena itu ia
ingin membelinya. Akhirnya A dan B membuat kesepakatan. A menjual mobil
Avanza-nya yang hilang dengan harga Rp.100 juta kepada B. Harga pasar
avanza adalah Rp. 170 juta. Mobil akan diserahkan segera setelah ditemukan.
Dalam hal ini terjadi ketidak pastian menyangkut waktu penyerahan barang,
karena barang yang dijual tidak diketahui keberadaannya. Mungkin mobil
tersebut tidak akan ditemukan sama sekali.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam fiqh Islam, Tadlis dan Taghrir adalah dua praktik ekonomi yang dilarang
karena keduanya melibatkan penipuan, terdapat unsur ketidakpastian, dan tidak sesuai dengan
syari’at yang telah diatur Islam. Tadlis adalah kondisi di mana satu pihak tidak mengetahui
kondisi yang sebenarnya (unknown to one party) sehingga pihak yang mengetahui informasi
memanfaatkan kondisi tersebut untuk mendapatkan keuntungan dengan menipu pihak yang
tidak tahu. Taghrir berbeda dengan tadlis, taghrir yaitu tidak lengkapnya informasi
(incomplete information) yang dialami oleh dua pihak (pembeli dan penjual), sedangkan
tadlis yaitu tidak lengkapnya informasi (incomplete information) yang dialami oleh satu
pihak saja (unknown to one party, misalnya pembeli saja, atau penjual saja), oleh karena itu,
kasus taghrir terjadi bila ada unsur ketidak pastian yang melibatkan kedua belah pihak.

Pentingnya memahami dan menghindari praktik-praktik ini dalam ekonomi Islam


sangat penting. Sebagai umat Islam, kita diingatkan untuk berpegang teguh pada aturan-
aturan Syari’at dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam aktivitas ekonomi. Kita harus
memastikan bahwa setiap transaksi yang kita lakukan adalah jujur, transparan, dan tentunya
adil.

3.2. Saran

Sebagai pribadi muslim yang baik dan mahasiswa Ekonomi Islam, kita harus
menghindari praktik Tadlis dan Taghrir dalam ekonomi sebagai tindakan penting dalam
membangun ekonomi yang berlandaskan pada etika, nilai-nilai serta syari’at Islam. Dengan
melakukan ini, kita dapat menciptakan pasar yang lebih adil, aman, dan berkelanjutan, yang
sesuai dengan aturan Islam dan memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Beberapa saran dari kami adalah :

1. Meningkatkan kesadaran etika Islam dalam bisnis, bahwasannya praktek Tadlis dan
Taghrir adalah dilarang dalam Islam serta tidak hanya membuat mudharat kepada
orang lain, tetapi juga kepada diri sendiri.
2. Memperkuat pengawasan dan penegakan hukum untuk mencegah praktik Tadlis dan
Taghrir ditengah masyarakat muslim khususnya.

3. Melibatkan ulama, cendekiawan muslim, dan masyarakat dalam pengembangan


pedoman etika ekonomi khususnya dalam masalah Tadlis dan Taghrir dalam jual beli
sehari-hari.

4. Mensosialisasikan nilai-nilai Islam dalam bisnis melalui media sosial dan seminar
tentang bahaya praktek Tadlis dan Taghrir.

5. Sebagai seorang mahasiswa salah satunya dengan melakukan penelitian lanjutan


untuk mendokumentasikan dan menganalisis praktik Tadlis dan Taghrir.
DARTAR PUSTAKA

Hakim, L. (2017). Distorsi pasar dalam pandangan ekonomi Islam. Ekomadania: Journal of
Islamic Economic and Social, 1(1), 1-15.

Karim, Adiwarman A. (2018). Ekonomi Mikro Islam. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Manzhur–al, Ibnu, tt. Lisanul Arabi III, Mesir: Daarul Ma’arif

Nasution, Y. S. J. (2018). Mekanisme Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islam. AT-


TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi Islam, 3(1), 1-22.

Sopiandi, E., Hafidhuddin, D., & Tanjung, H. (2017). Analisis Distorsi Pasar Dalam
Perspektif Ekonomi Islam. Kasaba: Jurnal Ekonomi Islam, 10(1), 113-130.

Sutjipto, T. S., & Cahyono, E. F. (2020). Tadlis dan Taghrir dalam Transaksi pada E-
marketplace. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, 7(5), 874-885.

Anda mungkin juga menyukai