Anda di halaman 1dari 28

MANAJEMEN OPERASIONAL II

STUDI KASUS DESAIN PRODUK KEMASAN INDOMIE


PT Indofood CBP Sukser Makmur

Dosen Pengampu : Dr. La Hatani, SE.,MM.

NAMA KELOMPOK 1:

 ADELI PUTRI CAHYANI ( B1B120196 )


 ANISA NUR ANJANI ( B1B121007 )
 HELEN ( B1B121026 )
 ICI ZULKAIDAH ( BIBI21030 )

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan kemudahan kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Studi Kasus Desain Produk Kemasan Indome ” dengan
tepat waktu.Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr.
La Hatani, SE.,MM. pada mata kuliah Manajemen Operasional II. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagi para
pembaca dan juga penulis.
Kami juga sangat berterima kasih kepada Bapak Dr. La Hatani, SE.,MM. selaku
dosen yang Manajemen Operasional II senantiasa membimbing kami dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas. Berkat bimbingan beliau kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
selaku penulis mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat
kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap pembaca makalah ini
dapat memberi kritik dan saran kepada kami agar bisa membuat makalah yang lebih
baik lagi nantinya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..........................................................................................5
C. Rumusan Masalah..............................................................................................5
D. Batasan Masalah................................................................................................5
E. Metode Penelitian..............................................................................................6
F. Tujuan Penelitian...............................................................................................7
G. Manfaat Penelitian.............................................................................................7
H. Bagan/Kerangka Berpikir Penelitian.................................................................7
BAB II PEMBAHASAN
A. Desain Kemasan................................................................................................9
1. Pengertian Desain Kemasan..........................................................................9
2. Media Komunikasi pada Desain Kemasan....................................................9
B. Profil Perusahaan.............................................................................................10
C. Elemen Visual Desain Kemasan Indomie.......................................................12
1. Warna.....................................................................................................12
2. Logo/Merek............................................................................................13
3. Unsur Desain Kemasan..........................................................................16
a. Warna...............................................................................................16
b. Merek Atau Logo.............................................................................17
c. Tipografi...........................................................................................17
4. Kemasan makanan..................................................................................17
5. Food Photography..................................................................................19

BAB III : PENUTUP


A. kesimpulan..........................................................................................................20
B. saran..................................................................................................................20
iii
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemasan merupakan bagian dari suatu produk yang memiliki fungsi utama untuk
melindungi. Seperti yang dikatakan oleh Underwood, Klein, & Burke, (dikutip
Cindyramitha, 2012) disamping memiliki fungsi primer melindungi produk, kemasan
juga memiliki fungsi sekunder sebagai pemberi informasi kepada konsumen melalui
desain kemasan. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya ilmu desain,
menjadikan semakin bervariasi pula desain kemasan produk di pasaran. Suatu kemasan
dengan desain menarik cenderung lebih menonjol dibandingkan produk lain.

Selain menarik, desain kemasan juga harus dapat mengkomunikasikan produk


secara estetik kepada konsumen dengan berbagai macam latar belakang, persepsi, minat,
pengalaman, psikologi sosial, etnis, bahasa, dan sebagainya (Klimchuk dan Krasovec,
2006). Kesesuaian latar belakang target audiens ini sangat penting untuk
dipertimbangkan sehingga dihasilkan desain produk seperti apa yang cocok baik dari
segi visual sebagai estetik maupun visual sebagai media komunikasi antara produk dan
konsumen.

Ada banyak sekali produk dari perusahaan besar di Indonesia yang telah diketahui
masyarakat luas, salah satunya yaitu Indomie. Selain itu, eksistensi produk Indomie
yang panjang dan cenderung stabil menjadikan produk ini sangat dikenal masyarakat
luas dibandingkan produk mi lainnya. Produk ini sudah banyak tersebar di Indonesia
maupun luar negeri. Di Indonesia pun Indomie sangat mudah didapatkan hampir di
seluruh toko atau supermarket diseluruh penjuru kota. Hal ini menjadikan kesadaran
konsumen akan produk Indomie pun semakin besar. Adapun beberapa kota dengan
tingkat kesadaran yang tinggi terhadap produk Indomie ini yang telah diringkas dalam
grafik sebagai berikut:

1
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Jakarta BandungSemarangSurabaya MedanMakassar Banjarmasin

Indomie Mi Sarimi
Sedap

Gambar I.1 Grafik Awareness Indomie Berdasarkan Kota Tahun 2015


Sumber: http://www.marsindonesia.com/newsletter/adu-kuat-brand-awareness-
indomie- vs-mie-sedaap-selama-5-tahun-terakhir-2011-2015 (Diakses 7 Oktober 2016).
Disederhanakan oleh penulis

Grafik diatas merupakan ringkasan dari data hasil riset MARS Indonesia tahun
2015. Dalam grafik tersebut, kota dengan persentase kesadaran tertinggi terhadap
produk Indomie yaitu Jakarta, Bandung, dan Makassar (Zumar, 2016).

Indomie sendiri merupakan produk mi instan dari PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk yang masih menguasai pasar penjualan mi di Indonesia hingga saat ini. Produk
Indomie pertama kali muncul pada tahun 1970 dengan varian kaldu ayam dan udang.
Produk Indomie semakin dikenal setelah munculnya varian baru rasa Mi Goreng sekitar
tahun 90-an. Sejak pertama kali muncul hingga saat ini, Indomie varian Mi Goreng
masih menjadi favorit konsumen di Indonesia dan telah merambah ke mancanegara.
Sebagai produk yang berhasil bertahan selama hampir 47 tahun, Indomie melakukan
berbagai upaya untuk menjaga kestabilan penjualannya. Salah satu upaya yang
dilakukan perusahaan Indofood ini yaitu melakukan perancangan ulang kemasannya.

2
Indomie varian Mi Goreng sendiri telah melakukan perancangan ulang pada
kemasannya sebanyak dua kali. Sejak pertama kali muncul hingga saat ini, Indomie
varian Mi Goreng masih mempertahankan teknik fotografi dalam mengilustrasikan
produknya. Menururt Surianto Rustan (2008), fotografi memiliki kekuatan besar dengan
memberi kesan aktual dan dapat dipercaya. Hal inilah yang berusaha dipertahankan oleh
pengiklan yaitu memberikan janji nyata produk terhadap konsumen dengan
memperlihatkan produk melalui gambar foto yang real. Selain itu, gambar foto juga
lebih dapat menggugah selera dibandingkan ilustrasi teknik drawing karena hasil
gambar yang sesuai aslinya. Walaupun masih mempertahankan teknik fotografi,
perubahan foto pada kemasan Indomie secara visual dapat terlihat dengan jelas.
Perubahan visual pada foto tersebut tentu disebabkan oleh adanya berbagai macam
unsur fotografi, khususnya fotografi makanan yang berubah. Hal ini juga berpengaruh
dalam mempersuasi konsumen, salah satunya dengan lebih menggugah selera makan
konsumen melalui perubahan foto pada kemasan Indomie tersebut.

Gambar I.2 Indomie Mi Goreng 2000


Sumber: http://sibukforever.blogspot.co.id (Diakses 7 Oktober 2016)

Gambar I.3 Indomie Mi Goreng 2006


Sumber: Analisa Elemen Grafis Desain Kemasan Indomie Goreng (2007)
Disederhanakan oleh penulis

3
Gambar I.4 Indomie Mi Goreng
2010 Sumber: Dokumentasi
pribadi

Perubahan visual melalui foto yang paling signifikan pada kemasan Indomie
varian Mi Goreng terjadi antara tahun 2006 dan 2010. Apabila diperhatikan secara
sekilas, terdapat adanya beberapa tambahan objek serta terjadinya perubahan posisi baik
dari segi penataan atau segi lainnya antara kemasan tahun 2006 dan 2010. Setiap elemen
desain dalam kemasan Indomie tentu memiliki kesan yang ingin disampaikan kepada
target pasar khususnya kesan yang dapat menggugah selera. Perubahan ini tentu tidak
hanya mempengaruhi pada visual saja tetapi juga persepsi terhadap unsur visual
tersebut.

Persepsi visual sendiri dapat dibagi menjadi dua sudut pandang, yaitu persepsi
visual berdasarkan keilmuan desain dan berdasarkan persepsi masyarakat. Hubungan
antara kedua sudut pandang persepsi tersebut berbanding lurus dengan tingkat
keberhasilan ilustrasi teknik foto pada kemasan visual Indomie dalam menggugah selera
konsumen. Oleh karena itu, persepsi tersebut dapat dikaji lebih dalam dengan mengurai
setiap unsur-unsur food photography yang ada pada kemasan Indomie. Kemasan
Indomie pada tahun 2010 merupakan perubahan paling akhir yang dilakukan PT.
Indofood sehingga perubahan tersebut paling relevan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan di masyarakat saat ini.

4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka berikut
permasalahan yang diambil:
1. Kemasan Indomie Mi Goreng mengalami perubahan yang cukup signifikan
terhadap ilustrasi teknik fotografi pada makanan antara tahun 2006 dan 2010 agar
lebih dapat menggugah selera konsumen.
2. Perubahan foto pada visual kemasan Indomie diindikasi mempengaruhi persepsi
pada dua sudut pandang, yaitu persepsi berdasarkan keilmuan desain dan
persepsi masyarakat. Suatu desain harus berhasil menyelaraskan kedua sudut
pandang tersebut dalam persepsi yang serupa. Namun tiap individu masyarakat
cenderung memiliki pemikiran yang berbeda sehingga menghasilkan persepsi
yang beragam terhadap stimulus yang diterimanya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Perubahan apa saja yang terjadi pada unsur fotografi kemasan Indomie varian Mi
Goreng pada tahun 2006 dan 2010?

2. Bagaimanakah perubahan unsur pada foto makanan (food photography) tersebut


apabila dianalisis berdasarkan keilmuan fotografi serta kemasan manakah yang
paling menimbulkan kesan menggugah selera?

3. Setelah dikaji, apakah persepsi masyarakat terhadap foto makanan (food


photography) pada kemasan menghasilkan kesimpulan yang serupa dengan hasil
analisis dengan menggunakan ilmu fotografi?
D. Batasan Masalah
Ruang lingkup yang ada pada ilustrasi teknik fotografi pada kemasan Indomie
tahun 2006 dan 2010 ini dipusatkan dengan membatasi masalah sebagai berikut:

Penelitian dikhususkan pada salah satu varian produk Indomie yaitu ‘Mi Goreng’
karena varian ini merupakan varian yang paling banyak diminati oleh konsumen.
Selain itu, Indomie varian Mi Goreng juga merupakan varian yang mewakilkan
produk Indomie (iconic) karena aroma dan rasanya yang khas. Indomie banyak
bekerjasama dengan produk lain salah satunya yaitu Chitato yang mengeluarkan
produk dengan rasa Indomie goreng.

5
1. Penelitian ini dibatasi pada perubahan desain kemasan Indomie goreng tahun
2006 dan 2010 saja.
2. Batasan secara visual dari kemasan Indomie varian ‘Mi Goreng’ tahun 2006 dan
2010 yaitu pada bagian ilustrasi jenis fotografinya saja karena elemen inilah yang
perbedaannya paling terlihat signifikan dibanding elemen lain pada kemasan.
3. Indomie merupakan produk yang telah beredar secara nasional dan internasional.
Penelitian ini hanya dilakukan di Indonesia khususnya kota Bandung sebagai kota
yang masuk tiga besar dalam daftar awareness produk Indomie. Adapun salah
satu tempat spesifik dalam pengambilan sampel untuk data persepsi masyarakat
yaitu di sekitar Jalan Tubagus Ismail, Bandung.
4. Penelitian ini dilakukan dari mulai Oktober 2016 hingga Juli 2017.

E. Metode Penelitian
Metodologi penelitian pada objek ini adalah analisis fotografi dengan
menggunakan teori dari Lou Manna yang lebih khusus pada fotografi tentang makanan.
Kemudian pendekatan yang akan digunakan pada penelitian desain kemasan Indomie
ini yaitu metode kualitatif. Metode kualitatif ini bersifat abstrak (tidak terpola),
berubah-ubah dan juga berkenaan dengan interpretasi seorang individu terhadap data
yang ditemukan di lapangan.

Metode kualitatif yang akan digunakan yaitu metode kualitatif dengan analisis
deskriptif-komparatif. Analisis deskriptif-komparatif yaitu adalah melakukan analisis
kemudian setiap data temuan dipaparkan dalam suatu paragraf. Pemaparan tiap kalimat
atau paragraph ini mengarah pada perbandingan dari kedua objek kemasan Indomie
varian ‘Mi Goreng’ yang merupakan objek penelitian. Penelitian ini termasuk
penelitian komparatif karena memang ada unsur perbedaan yang dapat dibandingkan
dari kedua objek yang merupakan objek yang mirip atau memiliki variable yang sama.
5.
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk meninjau dan mendeskripsikan perubahan unsur fotografi pada produk


Indomie varian Mi Goreng antara tahun 2006 dan 2010 sehingga diketahui
kesan apa yang timbul dari perubahan unsur tersebut.

6
2. Kemudian untuk meneliti antara kesan pada perubahan unsur fotografi
dengan persepsi masyarakat agar diperoleh saran atau rujukan bagi desainer
dalam membuat suatu foto makanan yang sesuai dengan persepsi masyarakat.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Sebagai referensi dalam pembuatan desain visual pada kemasan yang relevan
dengan persepsi masyarakat.
2. Dapat menambah wawasan dan referensi bagi keilmuan desain komunikasi
visual terutama desain kemasan.
3. Sebagai referensi untuk kajian pada produk yang berbeda atau dijadikan
acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
H. Bagan/Kerangka Berpikir Penelitian
Kerangka berpikir yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu melakukan
analisis visual terhadap ilustrasi foto yang ada pada kemasan indomie varian Mi
Goreng tahun 2006 dan 2010. Adapun elemen-elemen visual yang dianalisis yaitu
menggunakan teori food photography dari Lou Manna berdasarkan food styling, prop
styling, komposisi, ukuran gambar, dan pencahayaan. Setelah dianalisis maka hasil
tersebut akan menghasilkan kesan yang ditimbulkan di masing-masing unsur.
Kemudian dilakukan kuesioner terhadap masyarakat Bandung tentang persepsi pada
ilustrasi foto desain kemasan Indomie varian Mi Goreng tahun 2006 dan 2010. Setelah
itu dilakukan perbandingan kedua hasil yaitu hasil analisis visual pada foto kemasan
tahun 2006 dan 2010. Kemudian dilakukan penyandingan dengan hasil kuesioner
hingga menjadi suatu kesimpulan yang menghasilkan rujukan atau saran dalam ilmu
desain grafis khususnya pada keilmuan fotografi makanan. Adapun tabel kerangka
pemikiran sebagai berikut:

7
Tabel I.1 Kerangka Pemikiran

8
BAB II
PEMBAHASAN
A. Desain Kemasan
1. Pengertian Desain Kemasan
Menurut Jervis (Tahani, 2016) kata desain berasal dari kata “designo” (Itali)
yang secara gramatikal berarti gambar. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008) desain yaitu kerangka bentuk atau rancangan. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa desain kemasan yaitu adalah sebuah
kerangka bentuk atau rancangan sebagai pelindung produk yang memiliki gambar
atau visual tentang informasi produk. Desain kemasan adalah suatu kegiatan
bisnis kreatif yang berkaitan dengan penggabungan bentuk, struktur, material,
warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk
sehingga dapat dipasarkan (Klimchuk dan Krasovec, 2006: h.33). Sebuah desain
kemasan harus dapat menginformasikan isi produk serta mempersuasi konsumen.
Hal ini bertujuan agar konsumen dapat memiliki gambaran dan mengetahui isi
produk tanpa harus membuka kemasannya sehingga produk tidak rusak.

2. Media Komunikasi pada Desain Kemasan


Pentingnya mengkomunikasikan isi produk melalui desain kemasan
menjadikan adanya beberapa hal yang harus diperhatikan. Sebuah desain kemasan
memiliki elemen-elemen yang berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan
komunikator pada komunikan agar pesan dapat diterima. Sehubungan dengan
teori periklanan, menurut Hurlburt dalam The Design Concept (1981) mengatakan
bahwa ada tiga hal penting dalam iklan, diantaranya:
 Informasi
Suatu komunikasi dalam pemasaran iklan baik berupa kemasan maupun
media lainnya harus memuat penjelasan-penjelasan tentang produk yang
dipasarkan.
 Identifikasi
Pada tahap ini, identifikasi harus selalu terlihat dan tertangkap oleh konsumen
untuk dapat mengenal merek atau logo produk tersebut. Setiap produk

9
diharapkan mampu memberikan peneguhan tentang produk yang dipasarkan
kepada konsumen.
 Persuasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) persuasi yaitu ajakan kepada
seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang
meyakinkannya atau bujukan secara halus. Persuasi pada desain kemasan
berfungsi untuk mempengaruhi konsumen agar membeli produk tersebut.
Persuasi ini biasanya dapat diaplikasikan melalui ilustrasi produk. Contohnya
pada produk Indomie yang menggunakan ilustrasi teknik fotografi pada
kemasannya sebagai penggugah selera sehingga dapat mempersuasi
konsumen.
B. Profil Perusahaan

Gbr. III.1 Logo Indomie


Sumber:
www.Indomie.com

Perusahaan Indofood CBP megeluarkan Indomie yang merupakan produk mi


instan pertama kali kepada masyarakat Indonesia di sekitar tahun 1970-an. Banyak yang
meragukan bahwa mi instan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pangan pokok.
Tetapi mi instan yang merupakan produk dari Indomie ini terus berkembang pesat
karena masyarakat Indonesia mulai dapat menerima makanan instan ini. Masyarakat
Indonesia menyadari akan harga produk yang sangat terjangkan, cepat dan mudah
disajikan, serta tahan dalam waktu yang cukup lama. Perusahaan Indofood ini pertama
kali meluncurkan produk Indomie pada tahun 1970 dengan varian rasa Kaldu Ayam dan
Udang yang sesuai dengan selera masyarakat di Indonesia pada zaman itu. Karena
banyaknya keunggulan yang dimiliki produk Indomie, produk ini terus berkembang dan
10
semakin dikenal oleh banyak penduduk Indonesia terutama saat dikeluarkannya Indomie
varian Mi Goreng di tahun 1980-an.

Melihat besarnya peluang Indomie dari kesuksesan varian Mi Goreng, Indomie


membuat inovasi lagi terhadap rasa Mi Goreng dengan meluncurkan varian Goreng
Kriuuk Ayam, Goreng Kriuuk Bawang, dan Goreng Kriuuk Pedas. Beberapa tahun
kemudian, tepatnya pada bulan Januari 2010, perusahaan Indofood ini mengembangkan
produknya dengan merancang ulang kemasan

produk Indomie semua variannya. Bulan Agustus 2010 kembali diluncurkan varian baru
Indomie yaitu Indomie Keriting yang hadir dengan tiga rasa baru yaitu Goreng Rasa
Ayam, Goreng Rasa Kornet dan Rasa Laksa Spesial. Pada akhir 2011 diluncurkan juga
Indomie Goreng Rendang.

Selanjutnya bulan Desember 2012 diluncurkan varian baru Indomie Goreng Cabe
Ijo, dengan serpihan cabe hijau asli dan minyak bumbu cabe hijau.. Setahun kemudian,
yaitu pada bulan November 2013 diluncurkan lagi varian baru Indomie dengan tema
Taste of Asia yang berisi varian dengan rasa Asia seperti Tom Yum, Laksa, dan Bulgogi.
Pada bulan Januari 2014 diluncurkan varian baru Indomie Goreng Iga Penyet, dengan
bumbu iga penyet. Tahun 2014 ini merupakan tahun dimana produk Indomie sering
meluncurkan varian rasa Kuliner Indonesia seperti varian Mi Goreng Dendeng Balado
dan Soto Lamongan.

Inovasi produk Indomie semakin bervariasi dengan diluncurkannya varian baru


Indomie My Noodlez pada bulan September 2015, mi instan My Noodlez ini adalah
Indomie varian Mi Goreng yang ditargetkan untuk konsumen anak-anak karena lebih
sehat dengan dibuat dari rumput laut dan wortel. Sebelumnya varian Indomie My
Noodlez sudah ada atau pernah diproduksi di era tahun 2000-an. Pada tahun 2016
diluncurkan varian baru Mie Goreng Rasa Kuah, yaitu Mi Goreng Rasa Soto dan Mi
Goreng Rasa Ayam Bawang, serta diluncurkan varian baru Indomie Real Meat, yaitu Mi
Goreng Ayam Jamur dan Mi Goreng Rendang. Kesuksesan yang diraih Indomie setiap
mengeluarkan varian atau rasa baru mendorong perusahaan Indofood ini untuk terus
berinovasi dengan diluncurkannya makanan ringan dari Indomie yang berbentuk bulat
dengan varian rasa BBQ Pizza, Udang Tempura dan Rumput Laut.

11
C. Elemen Visual Desain Kemasan Indomie
Sebuah desain kemasan produk terdiri dari gabungan beberapa elemen visual.
Pada kemasan Indomie Mi Goreng juga terdapat beberapa elemen desain, yaitu:

1. Warna
Warna merupakan salah satu elemen pada desain kemasan. Warna ini bisa
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu warna hangat/panas seperti warna merah,
oranye, atau kuning dan warna dingin seperti warna biru. Kemudian adapun jenis
warna netral seperti warna hitam dan putih.
 Tahun 2006
Warna yang mendominasi pada kemasan ini yaitu merah, oranye, dan kuning.

Gbr. III.2 Warna 2006


Sumber: Analisa Elemen Grafis Desain Kemasan Indomie Goreng (2007)
disederhanakan oleh Penulis

 Tahun 2010
Sedangkan pada kemasan Indomie Mi Goreng tahun 2010 warna yang
mendominasi adalah merah dan putih.

12
Gbr. III.3 Warna 2010
Sumber: Dokumentasi
pribadi.

2. Logo/Merek
Merek atau logo pada sebuah kemasan digunakan sebagai identitas dan agar
mudah dikenali serta dapat dibedakan dari produk lain yang serupa oleh
masyarakat. Merek atau logo kemasan Indomie pada tahun 2006 hingga 2010 juga
tidak mengalami perubahan yang signifikan. Berikut adalah gambar logo yang ada
pada kemasan Indomie Mi Goreng:
 Tahun 2006

Gbr. III.4 Logo 2006


Sumber: Analisa Elemen Grafis Desain Kemasan Indomie Goreng (2007)
disederhanakan oleh Penulis

 Tahun 2010-sekarang

Gbr. III.5 Logo 2010


Sumber: Dokumentasi pribadi

13
Kemasan produk Indomie varian Mi Goreng memanfaatkan elemen ini untuk
dapat mempersuasi konsumen dengan cara menggugah selera. Ilustrasi produk

yang digunakan pada kemasan Indomie varian Mi Goreng tahun 2006 dan 2010
menggunakan teknik fotografi.
 Tahun 2006
Pada gambar, terlihat mi instan yang disajikan lengkap dengan telur mata sapi
serta udang dan sayuran disekitar hidangan. Pada tahun ini ilustrasi foto
memenuhi seluruh background desain visual kemasan.

Gbr. III.6 Ilustrasi 2006


Sumber: Analisa Elemen Grafis Desain Kemasan Indomie Goreng (2007)
disederhanakan oleh Penulis

 Tahun 2010
Pada gambar, terlihat mi instan yang disajikan lengkap dengan telur mata sapi
serta udang dan sayuran disekitar hidangan. Pada tahun ini ilustrasi foto tidak
penuh seperti kemasan tahun 2006. Foto ilustrasi lebih memuat keseluruhan
hidangan mi beserta piring dan alat makan lainnya.

14
Bentuk huruf yang terdapat pada kemasan Indomie varian Mi Goreng tahun 2006
dan 2010 masih sama. Namun terdapat perubahan pada posisi penulisan kata ‘Mi
Goreng’ antara tahun 2006 dan 2010 tersebut.
 Tahun 2006
Tipografi nama produk ‘Mi Goreng’ pada tahun 2006 ditulis memanjang
kesamping.

Gbr. III.8 Tipografi 2006


Sumber: Analisa Elemen Grafis Desain Kemasan Indomie Goreng (2007)
disederhanakan oleh Penulis

 Tahun 2010
Sedangkan pada tahun 2010 penyusunan kata menjadi terbagi dua ke bawah
antara kata ‘Mi’ dan ‘Goreng’ serta tulisan terlihat lebih menanjak dari
sebelumnya.

Gbr. III.9 Ilustrasi 2010


Sumber: Dokumentasi
pribadi

15
3. Unsur Desain Kemasan
Pada desain kemasan, terdapat unsur yang mendukung untuk menarik perhatian
konsumen. Menururt Herbert M. (Cindyramitha, 2012) Unsur-unsur desain
kemasan dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
a. Warna
Pada sebuah desain, warna yang dominan menjadi salah satu faktor terbangunnya
kesan dengan lebih cepat. Hal ini disebabkan karena ketika konsumen melihat
suatu warna tertentu akan lebih cepat masuk ke dalam stimulus di otak
dibandingkan sebuah gambar. Warna juga cenderung lebih mudah dikenali dari
jarak jauh dibandingkan dengan gambar, logo, tagline dan sebagainya.

Paula Hickey (Cindyramitha, 2012) mengatakan bahwa warna itu dapat dibagi ke
dalam beberapa kategori serta dapat melambangkan makna yang kontras pada
setiap budaya yang berbeda. Contohnya seperti perbedaan warna merah dalam
budaya Cina yang diartikan sebagai warna yang dapat membawa keberuntungan
sedangkan di Indonesia sendiri merah dapat diartikan sebagai warna yang berani.
Setiap spektrum warna yang dihasilkan memaparkan makna-makna yang ada
didalamnya. Warna disini memiliki peran penting dalam membentuk suasana atau
efek yang mempengaruhi konsumen secara emosional. Oleh karena itu,

penggunaan warna merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam
membuat desain kemasan sehingga dapat menimbulkan kolerasi produk dengan
kesan yang ingin disampaikan.

Gambar II.7 Warna


Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-ZHKUcJa7Vg0/UoexZrby0QI/AAAAAAAAAvY/r9
Wju9wrhaM/s1600/KodeWarna.png (Diakses 2 April 2017)

16
b. Merek atau Logo
Merek atau logo sangat diperlukan dalam sebuah desain kemasan karena elemen
ini berperan penting dalam membedakan produk satu dengan yang lain. Selain itu,
merek atau logo ini memudahkan konsumen dalam mengenali dan membedakan
identitas suatu produk satu dengan yang lainnya.


Gambar II.8 Contoh Logo
Sumber: http://cendanaprint.blogspot.co.id (Diakses 10 Oktober 2016)

c. Tipografi
Tipografi menurut David Crystal (Anggraini & Nathalia, 2014) memiliki
pengertian “kajian tentang fitur-fitur grafis dari lembar halaman”. Tipografi
merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan
penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan
tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan
membaca

semaksimal mungkin (Sihombing, 2007). Dari kedua pengertian tersebut dapat


disimpulkan bahwa tipografi merupakan sebuah ilmu desain yang memang dapat
dikaji secara mendalam berdasarkan startegi penataan huruf yang akan atau telah
digunakan.

4. Kemasan Makanan
Kemasan makanan merupakan segala sesuatu yang melindungi produk makanan
agar produk sampai kepada konsumen dengan aman, bersih, dan tidak mudah
rusak/basi. Menurut Riadi (2016) kemasan berdasarkan fungsinya, dibagi lagi
menjadi 3 jenis, yaitu:
 Kemasan primer

17
Kemasan primer ini merupakan dimana ketika kemasan langsung
berhubungan atau berinteraksi dengan isi produknya. Contoh dari kemasan
primer yaitu kemasan Indomie yang akan dibahas lebih lanjut pada penelitian
ini.
 Kemasan sekunder
Kemasan sekunder yaitu adalah kemasan yang berfungsi mengemas kembali
kemasan primer. Biasanya isi dari kemasan sekunder adalah kumpulan dari
beberapa kemasan primer. Contoh dari kemasan sekunder yaitu kardus dari
produk Indomie yang berisi kemasan satuan.
 Kemasan tersier
Kemasan ini merupakan kemasan yang biasanya digunakan untuk keperluan
transportasi. Kemasan ini mengemas kumpulan kemasan sekunder sehingga
barang dengan jumlah banyak lebih mudah dibawa dan tetap aman.
Selain itu, ada beberapa material yang biasanya digunakan dalam membuat suatu
kemasan makanan, yaitu (Fauzy, 2015):
 Kain blancu
Material ini biasanya digunakan untuk mengemas bahan-bahan pangan
seperti tepung terigu yang memiliki bobot yang berat karena bahan ini
cenderung kuat.
 Kertas
Bahan kemasan yang sering digunakan lainnya yaitu bahan kertas yang
biasanya digunakan untuk melindungi produk kopi, mentega, dan lain-lain.
 Gelas
Material ini memiliki daya tahan yang cukup kuat sehingga tidak mudah
rusak dan tahan lama.

 Metal/Logam
Material metal atau logam biasanya digunakan untuk mengemas makanan-
makanan pada kaleng sehingga makanan lebih dapat bertahan lama.
 Plastik
Jenis material ini juga merupakan salah satu bahan kemasan yang sering
digunakan dalam mengemas suatu produk makanan. Objek penelitian yang
dikaji pada penelititan ini juga merupakan kemasan yang menggunakan
plastik sebagai material kemasannya.
18
Kemasan suatu makanan pada umumnya sering memperlihatkan gambar ilustrasi
isi produknya pada desainnya. Ilustrasi yang digunakan bisa dengan teknik
gambar tangan, fotografi, vektor, dan sebagainya. Namun, kebanyakan visual
kemasan makanan lebih sering menggunakan ilustrasi dengan teknik fotografi
atau memperlihatkan gambar produk secara nyata. Ilustrasi sebagai elemen visual
tersebut sangat berperan penting dalam mempersuasi konsumen terutama sebagai
penggugah selera.

5. Food Photography (Fotografi Makanan)


Fotografi makanan merupakan salah satu cabang dari fotografi yang berfokus
pada objek makanan. Sebuah foto yang menggambarkan suatu makanan harus
dapat terkesan senyata mungkin dan dapat menggugah selera konsumen. Foto
sebuah makanan harus dapat merepresentasikan objeknya seolah-olah audiens
dapat mencium dan membayangkan kesegaran atau kelezatan makanan tersebut.
Menurut Manna dalam buku Digital Food Photography (2005) mengatakan
bahwa sebuah foto makanan harus berhasil menghasilkan feel dari objek makanan

yang difoto seperti hangat, segar, mengingatkan suasana pada momen-momen


tertentu atau bisa juga hanya untuk membuat audiens merasa lapar.

Agar berhasil membuat sebuah foto makanan yang menggugah selera maka harus
memperhatikan berbagai macam unsur yang mempengaruhinya. Fotografi
makanan pada abad ke-20 ini lebih sering disajikan secara sederhana, bersih, rapi,
segar, natural, dan ditata dengan ketidaksempuranaannya sehingga semakin
menimbulkan kesan nyata. Penataan objek makanan diiringi dengan pemilihan
fokus yang benar, pengambilan gambar, sudut pandang, properti, dan unsur-unsur
fotografi lainnya kini sering dijadikan standar industri. Food Photography juga
sering digunakan oleh banyak industri dalam periklanan, kemasan, sampul
maupun internet (Manna, 2005: h.1).

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data terhadap ilustrasi teknik fotografi kemasan
Indomie varian Mi Goreng tahun 2006 dan 2010, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Setelah dianalisis, perubahan yang terjadi terhadap unsur food photography
kemasan Indomie varian Mi Goreng tahun 2006 dan 2010 ada pada cara penataan
objek hiasan, porsi hidangan yang digunakan, properti yang dipakai, komposisi,
dan pencahayaan.
2. Berdasarkan analisis food photography, apabila dikaji hanya pada objek
makanannya saja, foto pada kemasan tahun 2006 dapat dikatakan lebih
menggugah selera. Hal tersebut karena foto tahun 2006 lebih memperlihatkan
detail dari setiap objek makanan sehingga audiens langsung tergugah dan
terpancing untuk berimajinasi terhadap rasa makanan yang ada pada foto. Namun
apabila dibahas berdasarkan dimana foto tersebut diaplikasikan maka foto pada
desain kemasan tahun 2010 yang lebih menarik dan menggugah selera. Karena
foto lebih terlihat secara keseluruhan dan memiliki ruang kosong yang menjadikan
desain kemasan tersebut lebih nyaman dipandang. Sedangkan foto pada desain
kemasan tahun 2006 yang awalnya lebih menggugah selera menjadi berkurang
karena bidang pada media kemasannya yang sempit sehingga banyak elemen lain
yang bertumpuk. Secara keseluruhan hasil analisis, desain kemasan yang paling
menarik dan menggugah selera adalah kemasan tahun 2010.

B. Saran
Setelah melakukan penelitian terhadap kemasan Indomie varian Mi Goreng tahun
2006 dan 2010, diperoleh beberapa saran bagi desainer yang ingin membuat foto
makanan untuk suatu kemasan, sebagai berikut:

20
1. Perhatikanlah penataan hidangan makanan yang akan dijadikan objek foto dan
properti yang akan digunakan. Untuk melakukan penataan makanan dan properti
dapat menggunakan jasa seseorang yang lebih ahli seperti food stylist dan prop
stylist sehingga foto yang dihasilkan lebih maksimal. Latar dan properti yang akan
digunakan pun disarankan menggunakan warna-warna netral sehingga objek
utama dapat lebih menonjol.
2. Warna atau pencahayaan yang digunakan ketika akan membuat karya foto
makanan sebagai ilustrasi produk pada kemasan disarankan untuk menggunakan
warna-warna hangat karena warna hangat lebih dapat menggugah selera audiens.
3. Pemberian ruang kosong pada sebuah foto terutama foto yang akan diaplikasikan
pada media kemasan sangat diperlukan. Ruang kosong ini memberikan
kenyamanan pada audiens dalam melihat keseluruhan elemen visual pada
kemasan. Audiens akan lebih nyaman ketika melihat foto yang menggambarkan
sajian produk makanan dengan rapi dan bersih dibandingkan foto makanan yang
bertumpukkan dengan elemen visual kemasan itu sendiri.
4. Memperhatikan aspek-aspek psikologi target audiens juga harus dilakukan
sebelum membuat suatu karya fotografi makanan. Aspek psikologi khususnya
psikologi persepsi ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat karya foto
makanan. Apabila sebuah foto pada desain visual kemasan melibatkan aspek
psikologi agar audiens seleranya akan tergugah maka kemungkinan keberhasilan
mempersuasi audiens akan lebih besar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adams, Ansel. (1994). Photographs of the Southwest: New York: New York
Graphic Society.
Anggraini S., Lia., & Nathalia, K. (2014). Desain Komunikasi Visual: Dasar-
Dasar Panduan untuk Pemula. Bandung: Nuansa Cendekia.
Boggs, Joseph M. dan Petrie, Dennis W. (2008). The Art of Watching Films. New
York: McGraw-Hill.
Creswell, John W. (2011). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Frankel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate research in
education. New York: McGraw-Hill Inc.
Harsanto, Prayanto Widyo. (2016). Retorika Visual Fotografi Pada Iklan.
Yogyakarta: PT Kanisius.
Hurlburt, Allen. (1981). The Design Concept. New York: Watson-Guptill
Publications.
Klimchuk, M. R., & Krasovec, S. A. (2006). Packaging Design: Successful
Product Branding from Concept to Shelf. New Jersey: John Wiley & Sons,
Inc.
Kotler, Philip. (1997). Marketing Management: Analysis, Planning,
Implementation, and Control. New Jersey: Prentice Hall.
Kusmiati R., A., Padjiastuti, S., & Sutandar, Pamudji. (1999) Teori Dasar Desain
Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan.
Manna, Lou., & Moss, Bill. (2005). Digital Food Photography. Boston: Thomson
Course Technology.
Rustan, S., (2008). Layout: Dasar & Penerapannya. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sardiman, A.M. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Bandung:

22
Rajawali Pers.
Sarwono, J., Lubis, H. (2007). Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

23
Sekaran, Uma. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Semedhi, Bambang. (2011). Sinematografi-Videografi. Bogor: Ghalia Indonesia
Sihombing, D. (2007). Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia
Slamto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
ineka Cipta.
Sugiyno. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
lfabeta.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Walgito, B.


2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.

23

Anda mungkin juga menyukai