Anda di halaman 1dari 25

V.

TUGAS KHUSUS

5.1 Ketentuan Keselamatan Kesehatan Kerja Dan Lingkungan (K3L)

A. Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)

Kesehatan Kerja adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi setiap


orang yang berada di Tempat Kerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan
(PP RI, 2019).

Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk


mendukung Pekerjaan Konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan standar
keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan yang menjamin
keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja, keselamatan publik dan lingkungan (Permen PUPR No.21, 2019).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu pemberian perlindungan


kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan
dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi,
proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja (Permenaker, 2010).

Oleh karena itu, Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)


Konstruksi dapat diartikan dengan segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan
konstruksi.
72

B. Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)

Keselamatan kerja merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan


proyek konstruksi. Tujuan dari keselamatan kerja adalah untuk
mengadakan pencegahan agar setiap personil atau karyawan tidak
mendapatkan kecelakaan dan alat – alat produksi tidak mengalami
kerusakan ketika sedang melaksanakan pekerjaan (Lumban Gaol, 2022).

Undang – Undang Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


membahas secara lebih detail mengenai tujuan keselamatan kerja adalah
sebagai berikut :
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2) Memberi pertolongan pada kecelakaan
3) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
4) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
5) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
6) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya
7) menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

C. Dasar Hukum Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)

Penerapan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) harus


memiliki landasan hukum yang kuat, oleh karena itu berikut ini beberapa
dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan di Indonesia.
1. Undang–Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja.
73

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09 tahun 2008 tentang


Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Imigrasi Nomor 08 tahun 2010
tentang Alat Pelindung Diri.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21
tahun 2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 15 tahun
2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
8. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 193 tahun 2021 tentang
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori
Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan Kerja
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung.

D. Unsur – Unsur Penunjang Keamanan

a) Alat Pengaman Kerja


Alat Pengaman Kerja atau APK merupakan peralatan yang digunakan
di sekitar tempat kerja dengan tujuan untuk mengurangi risiko
kecelakaan kerja serta melindungi dari potensi bahaya di tempat kerja
(Nurhidayati, 2021). APK yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi
gedung (Menteri PUPR, 2021) antara lain :
1. Jaring pengaman (safety net)
2. Tali keselamatan (life line)
3. Penahan jatuh (safety deck)
4. Pagar pengaman (guard railing)
5. Pembatas area (restricted area)

b) Alat Pelindung Diri


Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
08 tahun 2010, Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang
74

mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dengan


mengisolasi Sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja. APD yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi gedung
(Menteri PUPR, 2021) antara lain :
1. Topi pelindung (safety helmet)
2. Pelindung mata (safety goggles)
3. Tameng muka (face shield)
4. Masker
5. Sarung tangan (safety gloves)
6. Sepatu keselamatan (safety shoes)
7. Penunjang seluruh tubuh (full body harness)
8. Rompi keselamatan (safety vest)
9. Pelindung jatuh (fall arrester)
10. Sabuk pengaman (safety belt)

c) Peralatan Terkait Pengendalian Risiko Keselamatan


Ada beberapa peralatan yang dibutuhkan oleh pekerjaan konstruksi
sebagai upaya pengendalian akan risiko keselamatan antara lain :
1. Peralatan P3K
2. Peralatan pengasapan (fogging)
3. Alat pemadam api ringan (APAR)
4. Bendera K3
5. Lampu darurat (emergency lamp)
6. CCTV

d) Rambu dan Perlengkapan Lalu Lintas


Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 10 tahun 2021 Pedoman
Sistem Manajemen dan Keselamatan Konstruksi, rambu – rambu
keselamatan kerja yang dibutuhkan pada pekerjaan konstruksi gedung
antara lain :
1. Rambu petunjuk
2. Rambu larangan
75

3. Rambu peringatan
4. Rambu kewajiban
5. Rambu informasi

5.2 Penerapan K3L pada Proyek

Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) menjadi unsur penting


dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Ketentuan dalam pelaksanaan K3L
disusun menjadi satu unit kompetensi pada “Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 193 tahun 2021 tentang Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Konstruksi Golongan
Pokok Konstruksi Gedung Pada Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan
Pekerjaan Gedung”. Berikut merupakan tabel unit kompetensi K3L pada
konstruksi gedung.

Tabel 4. Unit Kompetensi K3L


ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNTUK KERJA
1. Menyiapkan perlengkapan 1.1 Penjelasan K3L secara umum
K3L yang diperlukan untuk dilakukan kepada para pekerja
pelaksanaan pekerjaan. sebelum melakukan pekerjaan.
1.2 Alat Pelindung Diri (APD) dan
Alat Pengaman Kerja (APK) yang
ditentukan diidentifikasi sesuai
dengan ketentuan.
1.3 APD dan APK yang diperlukan
ditentukan sesuai dengan hasil
identifikasi.
1.4 APD, APK, dan perlengkapan
untuk penyehatan lingkungan
yang diperlukan dipersiapkan.

2. Menerapkan ketentuan K3L 2.1 Perlengkapan APD dan APK


76

di tempat kerja. digunakan sesuai prosedur.


2.2 Rambu-rambu keselamatan kerja
dipasang sesuai dengan prosedur.
2.3 Kotak pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) berikut isinya
disiapkan sesuai prosedur.

3. Menerapkan langkah – 3.1 Langkah antisipasi potensi


langkah antisipasi potensi bencana diidentifikasi dengan
bencana di satu lokasi atau mengacu pada peta bencana.
kawasan. 3.2 Rencana mitigasi bencana
diidentifikasi sesuai dengan
pedoman.
3.3 Langkah kontingensi dilakukan
sesuai dengan kondisi yang ada.
3.4 Penerapan antisipasi dampak
lingkungan disiapkan sesuai
ketentuan.

4. Membuat laporan penerapan 4.1 Daftar simak penerapan K3L


ketentuan K3L. disiapkan.
4.2 Data hasil penerapan K3L
dikumpulkan.
4.3 Laporan penerapan K3L disusun
untuk diserahkan kepada pihak
terkait.
Sumber : Permenaker 193/2021

Berdasarkan kompetensi yang telah dicantumkan, maka penerapan K3L pada


pelaksanaan proyek harus sesuai dengan ketentuan. Pembahasan tugas khusus
mengenai penerapan K3L pada Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan
77

Publik Satu Atap Bandar Lampung dibatasi hanya dengan pembahasan elemen
kompetensi nomor 2 beserta kriterianya.

Berikut ini penjelasan unit kriteria untuk kerja sebagai kompetensi dalam
penerapan K3L di Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan Publik Satu Atap
Bandar Lampung.

Tabel 5. Perbandingan Unit Kriteria untuk Kerja dengan Implementasi K3L di


Proyek.
KRITERIA UNTUK IMPLEMENTASI K3L
KERJA
Perlengkapan APD dan 1. APD yang dikenakan soleh pekerja
APK sesuai prosedur. yaitu topi pengaman (safety helm),
sarung tangan (safety gloves),
tameng muka (face shield), sepatu
keselamatan (safety shoes), dan
rompi keselamatan (safety vest).
2. Tidak tersedia APD seperti
pelindung mata (safety goggles),
masker, penunjang seluruh tubuh
(full body harness), pelindung jatuh
(fall arrester), dan sabuk pengaman
(safety belt).
3. APK di proyek hanya ada pagar
pembatas area.
4. Tidak tersedia beberapa APK
seperti jaring pengaman (safety net),
tali keselamatan (life line), serta
pengaman jatuh (safety deck).
Rambu – rambu Rambu – rambu keselamatan kerja sudah
keselamatan kerja dipasang dipasang sesuai prosedur, baik di gedung
sesuai prosedur. yang akan dibangun, juga di kawasan
78

proyek dan sekitarnya.

Kotak pertolongan pertama Kotak P3K tersedia di proyek, namun


pada kecelakaan (P3K) isinya hanya terdapat povidin iodin,
berikut isinya disiapkan kapas, plester, kasa steril, alkohol 70%,
sesuai prosedur. dan aquades. Isi kotak P3K ini belum
sesuai dengan aturan dari Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor 15 tahun 2008.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh pekerja pada Proyek


Pembangunan Gedung D Rumah Sakit Bumi Waras tidak memenuhin standar.
Penggunaan Alat Pelindung Diri hanya digunakan oleh mandor lapangan dan
sebagian kecil pekerja. APD yang tersedia banyak yang hanya ditempatkan di
gudang tanpa dipakai oleh pekerja. Pemakaian APD di proyek dapat dilihat
pada Gambar

Gambar 74. Pekerja menggunakan safety helm dan safety vest saat pemasanan
bekisting tangga.
79

Gambar 75. Pekerja mengenakan safety shoes saat memasang bekisting


kolom.

Gambar 76. Pekerja mengenakan sarung tangan saat perakitan tulangan


kolom.
80

Gambar 77. Pekerja tidak memakai APD pada saat pemotongan multipleks.

Gambar 78. Pekerja tidak memakai APD saat pengecoran kolom dan
pemasangan scaffholding.
Proyek Pembangunan Gedung D Rumah Sakit Bumi Waras hanya memasang
pagar pembatas area pada satu sisi saja, sementara sisi yang lainnya dibiarkan
terbuka. Pagar pembatas area yang seharusnya bertujuan untuk membatasi
area proyek dan area umum serta menjamin keamanan proyek, baik keamanan
bahan pekerja maupun alat-alat kerja yang ada di dalamnya, tidak dapat
bekerja maksimal sebagaimana dengan fungsinya. Visual area proyek yang
tertutup pagar dan area yang tidak tertutup pagar tersebut dapat dilihat pada
Gambar
81

Gambar 79. Pagar pembatas area proyek.

Pemasangan rambu – rambu K3L sangat penting untuk memberikan


peringatan bagi pekerja akan bahaya/risiko kecelakaan kerja selama berada di
proyek. Rambu – rambu ini juga mengingatkan pekerja agar menjaga
keselamatan saat bekerja (Ketut dkk, 2011). Sama halnya dengan APD, rambu
– rambu keselamatan, khususnya rambu peringatan, menjadi alat bantu untuk
mengetahui potensi bahaya di dalam proyek dan lingkungan sekitarnya.
Sayangnya pada proyek Pembangunan Gedung D Rumah Sakit Bumi Waras
tidak terdapatnya rambu- rambu K3L yang terpasang, menyebabkan tidak
adanya peringatan bahaya/risiko kecelakaan kerja di proyek.

Pertolongan pertama merupakan perawatan yang segera pada orang yang


cedera atau mendadak sakit yang bersifat bantuan sementara sampai
mendapatkan perawatan medis yang kompeten. Oleh karena itu, perusahaan
wajib memiliki P3K agar setiap kecelakaan kerja yang mengakibatkan cidera
dapat diberikan pertolongan pertama (Tambipi, 2020).

Pertolongan pertama pada kecelakaan dapat berguna apabila dapat bersikap


tenang dan tidak panik serta memahami dan memberikan pertolongan secara
cepat dan tepat. Pertolongan pertama juga hanya medis yang bersifat
sementara, oleh karena itu sebaiknya korban kecelakaan kerja segera dibawa
ke dokter, rumah sakit, atau unit layanan kesehatan lainnya. Berikut ini
82

ketentuan isi kotak P3K sebagai upaya bentuk pertolongan pertama pada
kecelakaan di tempat kerja.

Tabel 6. Ketentuan Isi Kotak P3K.

Sumber : Permenaker no. 15/2008

Kotak P3K yang tersedia di proyek disimpan di kantor proyek dengan visual
yang dapat dilihat pada Gambar 86.

Gambar 86. Kotak P3K di proyek.

5.3 Job Safety Analysis (JSA)


83

A. Definisi Job Safety Analysis (JSA)

Setiap pekerjaan memiliki risiko akan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja


yang terjadi akan berdampak pada kemajuan pelaksanaan proyek. Oleh
karena itu, dibutuhkan upaya pencegahan akan kecelakaan kerja. Job
Safety Analysis (JSA) merupakan upaya mempelajari serta pencatatan
urutan langkah-langkah kerja suatu pekerjaan, kemudian mengidentifikasi
bahaya-bahaya di dalamnya, juga memastikan usaha paling baik untuk
mengurangi atau mencegah bahaya-bahaya di pekerjaan tersebut.

Dengan adanya JSA dan disosialisasikan kepada para pekerja menjadi satu
langkah preventif untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja di tempat
kerja. JSA akan terlihat dengan jelas pada tahap persiapan, sebab JSA
dapat mengidentifikasi bahaya yang sebelumnya tidak terdeteksi dan
menambah pengetahuan tentang dampak bahaya dan cara kontrol yang
tepat. JSA ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pekerja akan
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.

B. Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)

Pembuatan Job Safety Analysis (JSA) pada proyek pembangunan telah


diatur dalam “Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 393 Tahun 2020
tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Kategori Aktivitas Profesional, Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok
Aktivitas Arsitektur dan Keinsinyuran; Analisis dan Uji Teknis
Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan
Ketinggian.” Kompetensi ini secara detail dibahas pada unit Analisis
Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis) dalam Pekerjaan Ketinggian
yang dijelaskan pada tabel 7.
84

Tabel 7. Unit Kompetensi Pembuatan Analisis Keselamatan Kerja (Job


Safety Analysis).
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNTUK KERJA
1. Merencanakan JSA 1.1 Karakteristik pekerjaan pada
dalam pekerjaan pada ketinggian dan langkah-langkah
ketinggian pelaksanaannya diidentifikasi sesuai
persyaratan.
1.2 Potensi bahaya yang terdapat pada
tiap langkah-langkah kerja
diidentifikasi sesuai karakteristik
tempat kerja.
1.3 Konsekuensi yang mungkin terjadi
ditentukan sesuai potensi bahaya
yang teridentifikasi.
1.4 Pengendalian ditentukan sesuai
besarnya kemungkinan risiko yang
terjadi pada pekerjaan di ketinggian.

2. Melaksanakan 2.1 Peralatan dan perlengkapan


pembuatan JSA dalam pembuatan JSA diidentifikasi sesuai
pekerjaan pada karakteristik tempat kerja.
ketinggian 2.2 Formulis JSA diisi dengan lengkap
sesuai dengan jenis pekerjaan pada
ketinggian.
2.3 Hasil JSA dikomunikasikan dengan
pihak yang berkepentingan.

3. Mengevaluasi JSA 3.1 Informasi perubahan potensi bahaya


dalam pekerjaan pada di lapangan diidentifikasi sesuai
ketinggian kebutuhan pekerjaan.
3.2 Tinjauan terhadap JSA dilakukan
sesuai informasi perubahan potensi
85

bahaya.
3.3 Hasil tinjauan JSA dilaporkan
kepada pihak-pihak yang berwenang.
Sumber : Permenaker no. 393/2020

Proses pembuatan Job Safety Analysis (JSA) terdiri atas komponen-


komponen penting seperti langkah kerja, identifikasi risiko bahaya, dan
pengendaliannya. Berikut ini langkah-langkah dalam pembuatan Job
Safety Analysis pada proyek.

1. Menentukan pekerjaan yang akan dianalisis


Pada umumnya, semua pekerjaan di proyek harus dilakukan JSA.
Namun, pekerjaan dengan data kecelakaan kerja yang paling kronis
menjadi prioritas utama untuk dianalisis keselamatannya. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam menentukan prioritas analisis JSA
(Marfiana et al., 2019) meliputi :
a. Frekuensi dan keparahan pekerjaan, yaitu pekerjaan yang sering
atau jarang mengakibatkan kecelakaan, tetapi mengalami cedera
serius.
b. Potensi cedera atau penyakit parah, yaitu akibat dari kecelakaan,
kondisi berbahaya, atau produk berbahaya berpotensi parah.
c. Pekerjaan yang baru didirikan, yaitu karena kurangnya pengalaman
dalam pekerjaan ini, maka bahaya mungkin tidak jelas sehingga
perlu diantisipasi.
d. Pekerjaan yang dimodifikasi, yaitu bahaya baru yang dapat
dikaitkan dengan perubahan pada prosedur pekerjaan.
e. Pekerjaan yang jarang dilakukan, yaitu pekerja mungkin
mengalami risiko yang lebih besar ketika melakukan pekerjaan
yang tidak rutin sehingga diperlukan sarana untuk meninjau
bahaya.

2. Membuat urutan langkah pekerjaan yang akan dianalisa.


86

Pekerjaan yang akan dianalisis memiliki langkah-langkah pekerjaan


sebagai bentuk progress pekerjaan. Langkah pekerjaan ini disusun
dengan melihat ada tidaknya risiko bahaya. Di sisi lain, jika terlalu
detail, maka akan terlalu banyak langkah. Praktisnya, sebagian besar
pekerjaan dapat dijelaskan dengan kurang dari sepuluh langkah.
Apabila telah selesai dibuat, uraian langkah kerja hendaknya
didiskusikan kepada semua elemen terkait, termasuk pekerja, untuk
memastikan bahwa semua langkah dasar telah dicatat dan berada
dalam urutan yang benar.

3. Mengidentifikasi potensi bahaya


Setiap urutan langkah pekerjaan yang telah disusun akan diidentifikasi
untuk dapat melihat potensi bahaya didalamnya. Hal ini dapat
dikerjakan berdasarkan pengamatan pekerjaan, pengetahuan tentang
kecelakaan dan cidera, dan pengalaman pribadi di lapangan.
Selanjutnya, daftar mengenai hal-hal yang bisa salah pada setiap
langkah dapat dibuat.
4. Menentukan langkah pencegahan
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengetahui cara untuk
menghilangkan atau mengendalikan bahaya yang telah diidentifikasi.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti :
a) Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan bahaya yaitu :
- Pilih proses yang berbeda
- Ubah proses yang ada
- Mengganti produk dengan yang kurang berbahaya
- Perbaiki lingkungan
- Ubah peralatan yang akan digunakan
b) Tutup bahaya
Jika bahaya tidak dapat dieliminasi/dihilangkan, kontak dapat
dicegah dengan menggunakan penutup, pelindung mesin, dan
lainnya.
c) Kurangi eksposur
87

Langkah ini menjadi langkah terakhir yang kurang efektif, namun


tetap dapat digunakan, yaitu salah satunya dengan mengurangi
paparan dengan menggunakan pelindung pribadi dan modifikasi
mesin sehingga meminimalisir perawatan alat.

C. Job Safety Analysis pada Proyek Kerja Praktik

Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan Publik Satu Atap Kota Bandar


Lampung pada tahap pertama berfokus pada penyelesaian pekerjaan
struktur pada 10 lantai gedung tersebut. Pekerjaan struktur yang dibahas
yaitu pekerjaan kolom, pekerjaan balok, pekerjaan pelat lantai, dan
pekerjaan tangga. Pekerjaan tersebut memerlukan JSA untuk mengetahui
potensi kecelakaan kerja yang terjadi sehingga pekerja dapat berupaya
menghilangkan atau meringankan bahaya yang mungkin terjadi di
lapangan. Berikut Job Safety Analysis yang disusun berdasarkan
kompetensi yang diatur pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan nomor
393 tahun 2020 pada tabel 8.
88

Tabel 8. Job Safety Analysis pada Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan Publik Satu Atap
No Jenis Pekerjaan Tahapan Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko Kerja Upaya Pengendalian Implementasi K3

1 Pekerjaan Kolom 1. Pemotongan besi a) kesalahan terjepit besi Pekerja harus profesional Pekerja hanya
dan perakitan penggunaan bar dan memiliki sertifikat, menggunakan sarung
tulangan bender penggunaan APD (face tangan.
shield, masker, safety
gloves)
b) tersengat aliran cedera / luka Pengecekan/perbaikan alat n/a
listrik bakar kerja
2. Pembuatan a) kaki tertimpa cedera / berdarah menggunakan safety Pekerja tidak
bekisting kolom alat, seperti palu, shoes, menyiapkan P3K menggunakan safety
bor, dll shoes, P3K tersedia di
kantor proyek
b) serbuk kayu iritasi pada mata / menggunakan safety Pekerja hanya
mengenai mata gangguan goggles dan masker menggunakan masker
dan hidung pernapasan
c) terkena terluka / menggunakan sarung Pekerja tidak
gergaji/gerinda terpotong tangan, menyiapkan P3K menggunakan APD, P3K
tersedia di kantor proyek
3. Pemasangan a) terpeleset/jatuh cedera / patah memasang rambu tanda Rambu tanda ketinggian
bekisting kolom dari ketinggian tulang / kematian ketinggian, memasang terpasang dari lantai 2 -
safety deck di lokasi 10, tidak disediakan
pekerjaan yang berada di safety deck di proyek
ketinggian
b) tertusuk cedera / luka / menggunakan safety shoes Pekerja menggunakan
material tajam iritasi dan sarung tangan, safety shoes dan sarung
89

menyiapkan P3K tangan, P3K tersedia di


kantor proyek
c) tertimpa cedera / luka / memberikan safety helm Hanya sebagian pekerja
material bekisting hilang kesadaran kepada setiap pekerja, yang menggunakan
menyiapkan P3K safety helm saat
memasang bekisting
kolom, P3K tersedia di
kantor proyek
d) terjepit cedera / luka Pekerja berpengalaman di n/a
bekisting bagian bekisting,
menyiapkan P3K
4. Pengecoran kolom a) terhirup debu gangguan menggunakan masker saat Pekerja tidak
semen pernapasan bekerja, menyiapkan menggunakan masker
tabung oksigen portabel di saat bekerja, P3K terbatas
kantor proyek dan tidak menyediakan
oksigen portabel
b) tertimpa cedera / luka menggunakan safety helm, Hanya sebagian pekerja
material beton dan ringan / hilang memasang rambu yang menggunakan
lainnya kesadaran keselamatan agar pekerja safety helm saat bekerja,
yang tidak berkepentingan tidak ada rambu
menghindar dari tempat keselamatan saat
pengecoran dilakukan pengecoran
c) terkena beton cedera / luka mengecek concrete pump n/a
ready mix dari sebelum digunakan,
concrete pump menyediakan P3K
5. Pembongkaran a) terpeleset / cedera / patah memasang rambu tanda Rambu tanda ketinggian
bekisting kolom jatuh dari tulang / kematian ketinggian, memasang terpasang di proyek, tidak
ketinggian safety deck di lokasi tersedia safety deck saat
pekerjaan yang berada di pekerja berada di
90

ketinggian ketinggian
b) serbuk kayu iritasi pada mata / menggunakan safety Pekerja tidak
mengganggu mata gangguan goggles, masker, menggunakan safety
dan pernapasan pernapasan menyediakan P3K goggles, P3K tersedia di
kantor proyek
c) tersayat kawat cedera / luka menggunakan sarung Pekerja tidak
tangan, menyiapkan P3K menggunakan sarung
tangan, P3K tersedia di
kantor proyek
d) tertimpa cedera / luka menggunakan safety helm, Hanya sebagian pekerja
material bekisting ringan / hilang memasang rambu yang menggunakan
kesadaran keselamatan agar pekerja safety helm, tidak
yang tidak berkepentingan terpasang rambu khusus
menghindar dari tempat saat melakukan
pembongkaran pembongkaran bekisting
2 Pekerjaan Balok dan 1. Pemasangan a) perakitan terjatuh / cedera / melakukan pengecekan Scaffolding yang
Pelat Lantai scaffolding scaffolding tidak luka sebelum scaffolding dipasang telah dicoba
tepat digunakan, menyiapkan kembali sebelum
P3K digunakan, P3K tersedia
di kantor proyek
b) tertusuk cedera / luka menggunakan sarung Pekerja menggunakan
material tajam tangan dan safety shoes, sarung tangan dan safety
menyiapkan P3K shoes, P3K tersedia di
kantor proyek
c) tertimpa cedera / luka menggunakan safety helm, Hanya sebagian pekerja
material ringan / hilang menyiapkan P3K yang menggunakan
scaffolding kesadaran safety helm, P3K tersedia
di kantor proyek
2. Pemasangan a) terpeleset / cedera / patah memasang rambu tanda Rambu tanda ketinggian
bekisting balok dan jatuh dari tulang / kematian ketinggian, memasang terpasang di proyek, tidak
91

pelat lantai ketinggian safety deck di lokasi tersedia safety deck saat
pekerjaan yang berada di pekerja berada di
ketinggian ketinggian
b) terjepit cedera / luka Pekerja berpengalaman di n/a
bekisting bagian bekisting,
menyiapkan P3K
c) tertusuk cedera / luka menggunakan sarung Pekerja hanya
material tajam tangan dan safety shoes, menggunakan sarung
menyiapkan P3K tangan, P3K tersedia di
kantor proyek
3. Perakitan tulangan a) terkena cedera / luka mengecek kondisi mesin Pekerja menggunakan
balok dan pelat lantai percikan api mesin bakar las sebelum digunakan, face shield dan safety
las menggunakan face shield goggles
dan safety goggles

b) tersengat aliran cedera / luka sterilisasi lokasi terhadap Tidak ada police line
listrik bakar arus listrik untuk sebagai pembatas area
mencegah konsleting tegangan listrik
listrik, pekerja
berpengalaman terhadap
pekerjaan pembesian.
c) terpeleset/jatuh cedera / patah memasang rambu tanda Rambu tanda ketinggian
dari ketinggian tulang / kematian ketinggian, memasang terpasang di proyek, tidak
safety deck di lokasi tersedia safety deck saat
pekerjaan yang berada di pekerja berada di
ketinggian ketinggian
d) tertusuk dan cedera / luka memasang rambu (police Tidak ada rambu (police
tersandung besi line) di daerah yang line) di daerah
banyak besi, menggunakan pembesian, hanya
sarung tangan dan safety sebagian pekerja yang
92

shoes, menyiapkan P3K menggunakan sarung


tangan dan safety shoes,
P3K tersedia di kantor
proyek
4. Pengecoran balok a) terhirup debu gangguan menggunakan masker saat Pekerja menggunakan
dan pelat lantai semen pernapasan bekerja, menyiapkan masker saat bekerja, P3K
tabung oksigen portabel di terbatas dan tidak
kantor proyek menyediakan oksigen
portabel
b) terkena cedera / luka mengecek concrete pump Pekerja menggunakan
tumpahan beton sebelum digunakan, safety shoes saat
ready mix dari menggunakan safety shoes meratakan beton ready
concrate pump saat meratakan beton mix, P3K tersedia di
ready mix pada tulangan kantor proyek
balok dan pelat lantai,
menyediakan P3K

5. Pembongkaran a) terpeleset / cedera / patah memasang rambu tanda Rambu tanda ketinggian
bekisting balok dan jatuh dari tulang / kematian ketinggian, memasang terpasang di proyek, tidak
pelat lantai ketinggian safety deck di lokasi tersedia safety deck saat
pekerjaan yang berada di pekerja berada di
ketinggian ketinggian
b) tersayat kawat cedera / luka menggunakan sarung Pekerja tidak
dan material tajam tangan dan safety shoes, menggunakan APD saat
menyiapkan P3K bekerja, P3K tersedia di
kantor proyek
c) tertimpa cedera / luka menggunakan safety helm, Hanya sebagian pekerja
material bekisting ringan / hilang menyiapkan P3K yang menggunakan
kesadaran safety helm, P3K tersedia
di kantor proyek
93

3 Pekerjaan Tangga 1. Pemasangan a) terpeleset / cedera / patah pekerja menggunakan tali Pekerja hanya
bekisting bordes atau jatuh dari tulang / kematian pelindung jatuh (fall menggunakan safety
badan tangga ketinggian arrester), menyiapkan shoes dan safety helm
P3K saat bekerja, P3K tersedia
di kantor proyek
b) terkena material cedera / luka/ menggunakan safety helm, Pekerja menggunakan
dari pekerjaan hilang kesadaran memasang rambu khusus safety helm, rambu
diatasnya di area kerja, menyiapkan khusus keselamatan
P3K terpasang di proyek, P3K
tersedia di kantor proyek

c) terkena material cedera / luka menggunakan sarung Pekerja menggunakan


tajam tangan, menyiapkan P3K sarung tangan, P3K
tersedia di kantor proyek
d) terkena serbuk iritasi pada mata menggunakan safety Pekerja tidak
kayu goggles, menyediakan menggunakan safety
P3K goggles, P3K tersedia di
kantor proyek
2. Pemasangan a) terpeleset / cedera / patah pekerja menggunakan tali Pekerja hanya
tulangan tangga jatuh dari tulang / kematian pelindung jatuh (fall menggunakan safety
ketinggian arrester), menyiapkan shoes dan safety helm
P3K saat bekerja, P3K tersedia
di kantor proyek
b) terjepit besi / cedera / luka menggunakan sarung Pekerja menggunakan
tersayat kawat tangan dan safety shoes, sarung tangan dan safety
menyiapkan P3K shoes, P3K tersedia di
kantor proyek
94

c) terkena material cedera / luka/ menggunakan safety helm Pekerja menggunakan


dari pekerjaan hilang kesadaran dan safety shoes, safety helm dan safety
diatasnya memasang rambu khusus shoes, memasang rambu
di area kerja, menyiapkan khusus di area kerja, P3K
P3K tersedia di kantor proyek

3. Pengecoran tangga a) terkena cedera / luka menggunakan safety helm Pekerja hanya
tumpahan adukan dan wearpak berlengan menggunakan safety
beton panjang, memasang rambu shoes saat melakukan
khusus di area kerja, pengecoran, P3K tersedia
menyiapkan P3K di kantor proyek
b) terhirup debu gangguan menggunakan masker saat Pekerja menggunakan
semen pernapasan bekerja, menyiapkan masker saat bekerja, P3K
tabung oksigen portabel di terbatas dan tidak
kantor proyek menyediakan oksigen
portabel
4. Pembongkaran a) tertusuk besi cedera / luka menggunakan sarung Pekerja hanya
bekisting tangga dan tersayat kawat tangan dan safety shoes, menggunakan sarung
menyiapkan P3K tangan, P3K tersedia di
kantor proyek
b) tertimpa cedera / luka/ menggunakan safety helm, Hanya sebagian pekerja
bekisting hilang kesadaran menyiapkan P3K yang menggunakan
safety helm, P3K tersedia
di kantor proyek
c) terjepit cedera / luka Pekerja berpengalaman di n/a
bekisting bagian bekisting,
menyiapkan P3K
95

5.4 Kesimpulan Tugas Khusus

Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi syarat – syarat tentang


keamanan, keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan pada lokasi proyek.
Hal ini bertujuan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja. Berdasarkan kompetensi K3L yang tertera pada Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 193 Tahun 2021, penerapan K3L di lokasi Proyek
Pembangunan Gedung Pelayanan Publik Satu Atap belum cukup baik. Hal
tersebut dikarenakan tidak tersedianya APD dan APK secara lengkap untuk
para pekerja, serta P3K yang belum memadai sehingga pertolongan pertama
apabila terjadi kecelakaan kerja tidak dapat dilakukan secara maksimal. Secara
lebih mendetail, kelengkapan K3L proyek telah dianalisis melalui metode Job
Safety Analysis (JSA) yang disesuaikan dengan ketentuan pada Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 393 Tahun 2020.

Penerapan K3L juga memiliki hambatan dari sisi pekerja, yang mana pekerja
lebih memikirkan kenyamanan dalam bekerja dengan tidak mengenakan APD
secara lengkap. Oleh karena kurangnya kesadaran pekerja terhadap
keselamatan kerja dan kurangnya fasilitas APD dan APK dari pihak
kontraktor pada proyek Pembangunan Gedung Pelayanan Publik Satu Atap
menyebabkan terjadinya kecelakaan saat masa pelaksanaan proyek, seperti
tersengat aliran listrik akibat kelalaian pada pengecekan alat sebelum
digunakan, kepala terbentur scaffolding akibat tidak mengenakan safety helm,
cedera luka luar pada tangan an kaki dakibat tidak mengenakan sarung tangan
dan safety shoes saat perakitan tulangan balok dan pelat lantai, serta iritasi
pada kulit akibat sering terkena campuran semen tanpa pelindung tangan dan
kaki (sarung tangan dan safety shoes). Dari beberapa kecelakaan yang terjadi,
hendaknya perlu ada perhatian dari pihak kontraktor, khususnya ahli K3,
terhadap kelengkapan APD dan APK untuk pekerja saat di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai