Anda di halaman 1dari 50

SKRIPSI

IDENTIFIKASI JENIS GASTROPODA DAN BIVALVIA YANG HIDUP


PADA HUTAN MANGROVE TAKKALALA DESA SANJAI
KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI

MUALLIFAH ANUGRAH
18.11.017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Muallifah Anugrah


NIM : 18 11 017
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Judul penelitian : Identifikasi Jenis Gastropoda dan Bivalvia yang Hidup Pada
Hutan Mangrove Takkalala Desa Sanjai Kecamatan Sinjai
Timur Kabupaten Sinjai.

Menyetujui ;

Komisi Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Mapparimeng, S.Pi., M.Si. Andi Tenriawaruwaty, S.Pi., M.Si.


NIDN. 0904047403 NIDN. 0914037302

Mengetahui ;

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Pertanian Manajemen Sumber Daya Perairan

Dr. Abdul Hakim Fattah S.Pt., M.Si. Andi Tenriawaruwaty, S.Pi., M.Si.
NIDN. 0909029201 NIDN. 0914037302

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawa ini :

Nama : Muallifah Anugrah


NIM : 18 11 017
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Judul penelitian : Identifikasi Jenis Gastropoda dan Bivalvia yang Hidup Pada
Hutan Mangrove Takkalala Desa Sanjai Kecamatan Sinjai
Timur Kabupaten Sinjai.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan plagiasi

atau duplikasi dari tulisan/karya orang lain yang Saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran Saya sendiri.

2. Seluruh bagian dari skripsi ini adalah karya sendiri selain kutipan yang

ditunjukkan sumbernya. Segala kekeliruan yang ada di dalamnya adalah

tanggung jawab Saya.

Demikian pernyataan ini dibuat sebagaimana mestinya. Bilamana dikemudian

hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka Saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Sinjai, 01 September2022

Muallifah Anugrah
NIM:1811017

iii
ABSTRAK

MUALLIFAH ANUGRAH. Identifikasi Jenis Gastropoda dan Bivalvia Yang


Hidup Pada Hutan Mangrove Takkalala Desa Sanjai Kecamatan Sinjai Timur
Kabupaten Sinjai. (dibimbing oleh Mapparimeng dan Andi Tenriawaruwaty).

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi jenis Gastropoda dan


Bivalvia yang hidup pada hutan mangrove Takkalala Desa Sanjai Kecamatan
Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni
2022, bertempat di Hutan Mangrove Takkalala, Desa Sanjai, Kecamatan Sinjai
Timur, Kabupaten Sinjai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive sampling dengan 3 stasiun dimana masing-masing stasiun dibuat 3 plot
berukuran 1x1 m. Gastropoda dan Bivalvia yang ditemukan pada tiap stasiun
kemudian diidentifikasi menggunakan buku identifikasi dan jurnal lainnya yang
memiliki kaitan dengan hal identifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan jenis Mollusca yang terdapat di hutan


mangrove Takkalala Desa Sanjai Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai yang
terdiri dari kelas Gastropoda dan Bivalvia ditemukan sebanyak 3 ordo untuk kelas
Gastropoda yaitu Mesogastropoda, Caenogastropoda Neogastropoda dan 5 spesies
gastropoda yaitu Telescopium telescopium, Cerithidea cingulata, Terebralia
sulcata, Nassarius olivaceus dan Faunus ater. Sedangkan untuk kelas Bivalvia
ditemukan sebanyak 3 ordo yaitu Arcoida, Veneroida, Venerida dan 3 spesies
Bivalvia yaitu Anadara granosa, Meretrix meretrix, dan Gafrarium pectinatum.

Kata kunci: gastropoda, bivalvia, hutan mangrove

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

iv
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN.........................................................................iii
ABSTRAK.........................................................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................v
DAFTAR ISI....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................ix
KATA PENGANTAR.....................................................................................x
I. PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan Penelitian...............................................................................3
D. Manfaat Penelitian.............................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
A. Ekosistem Mangrove.........................................................................4
B. Karakteristik Umum Mollusca...........................................................7
C. Habitat Mollusca................................................................................8
D. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Mollusca yang Terdapat Di
Ekosistem Mangrove ........................................................................9
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Mollusca.................13
III METODE PENELITIAN.........................................................................16
A. Waktu dan Tempat.............................................................................16
B. Alat dan Bahan...................................................................................16
C. Prosedur Penelitian............................................................................17
D. Teknik Pengambilan Sampel.............................................................18
E. Analisis Data......................................................................................18

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Spesies Gastropoda yang Ditemukan.................................................19
B. Deskripsi Tiap Spesies ......................................................................20

v
C. Spesies Bivalvia yang Ditemukan.....................................................25
D. Deskripsi Tiap Spesies.......................................................................26
E. Pengukuran Parameter Lingkungan di Lokasi Penelitian..................29
V PENUTUP....................................................................................................32
A. Kesimpulan.........................................................................................32
B. Saran...................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................33
BIODATA PENULIS......................................................................................38

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Jenis Gastropoda yang ditemukan selama masa
pengambilan sampel……………………………………. 19
2. Jenis Bivalvia yang ditemukan selama masa
pengambilan sampel……………………………………. 25
3. Hasil pengukuran parameter lingkungan disetiap
stasiun………………………………………………….. 29

vii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Contoh Hewan Mollusca……………………………….. 8
2. Struktur Tubuh Gastropoda……………………………... 9
3. Struktur Tubuh Bivalvia………………………………… 11
4. Lokasi Pengambilan Sampel Di Hutan Mangrove
Takkalala Desa Sanjai Kecamatan Sinjai Timur
Kabupaten Sinjai………………………………………... 16
5. Telescopiun telescopium………………………………… 20
6. Cerithidea cingulate…………………………………….. 21
7. Terebralia sulcata………………………………………. 22
8. Nassarius olivaceus……………………………………... 23
9. Faunus ater……………………………………………… 24
10. Anadara granosa………………………………………... 26
11. Meretrix meretrix……………………………………….. 27
12. Gafrarium pectinatum…………………………………... 28

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Pengambilan Sampel…………………………………… 36

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan maha

penyayang, penulis panjatkan puja dan puji karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah

kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Identifikasi Jenis Gastropoda dan Bivalvia Yang Hidup Pada Hutan Mangrove

Takkalala Desa Sanjai Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai”.

Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang

tua yaitu Ayahanda Soenaryo dan Ibunda Suryani serta keluarga yang senantiasa

memberikan dukungan, doa, materi serta semangatnya sehingga ananda bisa berada

tahap penyelesaian studi.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Abdul Hakim Fattah, S.Pt.,M.Si., Selaku Dekan Fakultas Pertanian

yang telah memimpin dan menyelenggarakan pendidikan, penelitian, pengabdian

masyarakat pada Fakultas Pertanian.

2. Ibu Tenriawaruwaty S.Pi., M.Si, Selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumber

Daya Perairan yang telah mengelola pendidikan, pengajaran, penelitian dan

pengabdian masyarakat pada cabang ilmu yang telah ditentukan sehingga saya

mampu menyelesaikan hingga akhir.

x
3. Bapak Mapparimeng, S.Pi., M.Si., Selaku pembimbing pertama dan Ibu Andi

Tenriawaruwaty, S.Pi., M.Si selaku pembimbing kedua.

4. Bapak Ridha Alamsyah S.Pi., M.Si, Ibu Ir. Nurlaelah Fattah, S.Pi., M.Si, dan Ibu

Nurul Eka Wijayanti Risa, S.Pi., M.Si., Selaku Penguji.

5. Saudara terbaik saya yang banyak memberikan doa, dukungan dan motivasi dalam

menyelesaikan skripsi penelitian ini.

6. Seluruh teman-teman MSP Angkatan 2018 yang telah membersamai selama 4

tahun, terima kasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih banyak kekurangannya,

untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membantu

untuk karya kedepan lebih baik demi kesempurnaan penulis dimasa yang akan

datang. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun yang akan

membaca nantinya.

Sinjai, 01 September 2022

Muallifah Anugrah

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Sinjai adalah salah satu wilayah yang dikenal sebagai daerah

pesisir di Sulawesi Selatan. Hal tersebut dapat dibenarkan seiring dengan adanya

bentangan pesisir pantai yang berada pada Kecamatan Sinjai Timur serta ikon

Kabupaten Sinjai itu sendiri yakni Kepulauan Sembilan. Desa Sanjai adalah salah

satu desa yang berada pada wilayah Kecamatan Sinjai Timur dan dikenal sebagai

wilayah yang memiliki hutan mangrove tepatnya di Dusun Takalala. Luas hutan

mangrove di Desa Sanjai mencapai 18,3 Ha (Yasin, 2022) yang dimana termasuk

dalam kondisi baik. Terdapat beberapa jenis mangrove yang ada di Dusun

Takkalala diantaranya Rhizopora mucronata, Rhizopora apiculata, Avicennia

marina, Sonneratia alba, dan Ceriops decandra. Vegetasi mangrove di Dusun

Takkalala didominasi oleh mangrove jenis Rhizopora Mucronata.

Hutan mangrove yang hidup dan tumbuh pada daerah ini sengaja di tanam

untuk menghindari abrasi pantai. Dalam peroses perjalanannya melibatkan banyak

unsur untuk melakukan penanaman mangrove disana baik dari kalangan

masyarakat, pemerintah setempat, kalangan pelajar hingga komunitas ikut ambil

bagian. Dari keinginan mewasapadai abrasi pantai kini hutan mangrove Takkalala

menjadi salah satu tempat yang paling sering dikunjungi untuk kegiatan rekreasi

maupun tempat untuk belajar dan penelitian dari berbagai elemen.

1
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa hutan mangrove

merupakan suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan yang

membentuk komunitas tersebut di daerah pasang surut. Hutan mangrove adalah

tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tergenang

pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat pasang rendah.

Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik dan

abiotik yang saling berinterkasi dalam suatu habitat mangrove (Kusmana, 2002).

Potensi ekosistem mangrove di daerah ini memiliki produktivitas yang

tinggi untuk mendukung keberadaan organisme biota laut. Salah satu dari

berbagai jenis organisme biota laut yang hidup pada ekosistem mangrove adalah

dari filum mollusca seperti kerang-kerangan dan siput. Mollusca termasuk dalam

hewan yang lunak baik dengan cangkang ataupun tanpa cangkang, seperti

berbagai jenis kerang-kerangan, siput, kiton, cumi-cumi dan sejenisnya (Sugiarti,

2005). Sehubungan dengan itu maka peneliti ingin melakukan identfikasi jenis

Gastropoda dan Bivalvia yang hidup pada hutan mangrove Takkalala Desa Sanjai

Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah jenis Gastropoda dan

Bivalvia apa saja yang hidup pada hutan mangrove Takkalala Desa Sanjai

Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

2
C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis Gastropoda dan

Bivalvia yang hidup pada hutan mangrove Takkalala Desa Sanjai Kecamatan

Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi

dan pemahaman lebih bagi dunia pendidikan dan masyarakat umum mengenai

jenis Gastropoda dan Bivalvia yang hidup pada hutan mangrove Takkalala Desa

Sanjai Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, serta sebagai bahan referensi

pendukung bagi peneliti-peneliti organisme biota laut selanjutnya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekosistem Mangrove

1. Pengertian Mangrove

Mangrove berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas suatu

tumbuhan, menggunakan kata mangrove untuk individu tumbuhan dan mangal

untuk komunitasnya. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang

tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi

istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa

pantai dengan reaksi tanah anaerob (Santoso, 2010). Secara umum hutan

mangrove dapat diartikan sebagai tipe hutan yang tumbuh pada daerah pasang

surut (terutama pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang

pada saat pasang dan bebas genangan pada saat surut dengan komunitas

tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Setiawan, 2013).

Mangrove merupakan ekosistem khas pesisir yang dipengaruhi oleh

pasang surut. Floranya terdiri dari perdu seperti perepat kecil (Aegiceras) sampai

pohon yang besar dan tinggi (hingga 40 m) seperti bakau (Rhizophora) dan

tanjang (Bruguiera). Setiap tipe mangrove yang terbentuk berkaitan erat dengan

faktor habitatnya, di antaranya tanah, genangan air pasang, salinitas, erosi,

penambahan lahan pesisir, fisiografi, kondisi sungai dan aktivitas manusia.

4
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki

produktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan dekomposisi bahan

organik yang tinggi dan menjadikannya sebagai mata rantai ekologis yang sangat

penting bagi kehidupan makhluk hidup yang berada di perairan sekitarnya (Imran,

2016).

Hutan mangrove merupakan hutan tumbuhan tingkat tinggi yang

beradaptasi dengan baik di wilayah intertidal maupun pada wilayah dengan tinggi

permukaan pasang surut rata-rata sampai pada wilayah dengan pasang tertinggi.

Hutan mangrove memiliki sumber daya alam tropis yang mempunyai manfaat

ganda, baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun ekologi. Berbeda dengan hutan

daratan, hutan mangrove memiliki habitat yang lebuh spesifik karena adanya

interaksi antara komponen penyusun ekosistem kompleks dan rumit. Air payau

merupakan campuran air yang berbentuk dari pertemuan air sungai dan air laut

serta mempunyai ciri khusus secara fisik kimia dan biologis (Rammiko, 2013).

2. Karakteristik Ekosistem Mangrove

Mangrove umumnya tumbuh pada daerah yang jenis tanahnya berlumpur,

berlempung atau berpasir. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap

hari maupun hanya tergenang pada pasang saat purnama. Frekuensi genangan

menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove, menerima pasokan air tawar

yang cukup dari darat melalui aliran air sungai, serta terlindung dari gelombang

besar dan arus pasang surut yang kuat. Mangrove merupakan suatu komunitas

vegetasi pantai wilayah tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang

khas atau semak- semak yang mampu tumbuh di perairan asin. Mangrove sebagai

5
suatu komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang didominasi oleh

beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang

surut pantai berlumpur (Wibisono, 2013).

3. Fungsi Ekosistem Mangrove

Menurut Riwayati (2014), fungsi mangrove terbagi menjadi 3 yaitu:

a. Fungsi Fisik

Fungsi fisik hutan mangrove menegaskan bahwa secara fisik, hutan

mangrove mempunyai fungsi yang sangat penting, diantaranya:

1. Menjaga garis pantai

2. Mempercepat pertumbuhan lahan baru

3. Pelindung terhadap gelombang dan angin

4. Mencegah intrusi air laut

5. Menahan sedimen.

b. Fungsi Biologi

1. Sumber makanan

2. Kawasan Nursey Ground, Spawning Ground, dan Feeding

Ground

3. Sumber plasma nutfah (pembawa sifat keturunan berupa organ

utuh atau bagian dari tumbuhan, hewan, maupun

mikroorganisme)

c. Fungsi Ekonomi

1. Penghasil kayu

2. Penghasil bahan baku mollusca

6
3. Tempat pariwisata

4. Tempat pendidikan dan penelitian.

B. Karakteristik Umum Mollusca

Hewan dari filum Mollusca memiliki tubuh lunak, tidak bersegmen, khas

dengan kepala anterior, kaki muskural ventral, dan massa visceral dorsal. Tubuh

mollusca dikelilingi oleh lapisan tipis berdaging atau mantel dan sebagian besar

memiliki sebuah cangkang luar berzat kapur. Bentuk umum tubuh berbeda-beda

pada beberapa kelas. Mollusca tersebar luas secara geografis dan geologis, hewan

ini terdiri dari lebih 40.000 spesies yang hidup saat ini dan spesies dalam bentuk

fosil dengan jumlah yang sama, banyak spesies yang diwakili oleh populasi yang

sangat banyak (Robert, 2002).

Kebanyakan mollusca dapat hidup sebagai hewan benthik. Kaki berotot dan

bagian telapak kaki mengandung banyak kelenjar lendir dan cilia. Gerakan kaki

dilakukan oleh otot kaki atau perpaduan cilia dengan lendir. Bagian tubuhnya

dibedakan menjadi bagian anterior adalah kepala, bagian ventral adalah kaki

muscural dan bagian dorsal adalah massa visceral. Saluran pencernaan makanan

mollusca lengkap. Respirasi dengan insang, paru-paru, dengan mantel atau

melalui epidermis. Organ ekskrei berupa nepridia dan sistem saraf dengan tiga

ganglia (Hartoni, 2013).

7
Gambar 1. Contoh Hewan Mollusca (Bitar, 2021)

C. Habitat Mollusca

Sebagian besar mollusca hidup di laut, hidup di sepanjang pantai dan

perairan dangkal, tetapi beberapa spesies menempati perairan yang sangat dalam

dan beberapa jenis lain hidup di laut terbuka. Banyak siput dan beberapa Bivalvia

menempati air tawar, tetapi siput yang lain dan slug hidup di darat. Mayoritas

Mollusca hidup bebas dan dapat merangkak dengan pelan, beberapa melekat ke

batu, cangkang atau kayu, beberapa mollusca yang bersembunyi, mengapung atau

berenang bebas seperti cumi-cumi.

Mollusca merupakan hewan lunak yang mempunyai cangkang. Mollusca juga

sangat banyak ditemukan di ekosistem mangrove, hidup di permukaan substrat

maupun di dalam substrat dan menempel pada pohon mangrove. Kebanyakan

mollusca yang hidup di ekosistem mangrove adalah dari spesies Gastropoda dan

Bivalvia (Hartoni, 2013).

8
D. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Mollusca yang Terdapat di Ekosistem
Mangrove
Berdasarkan bentuk morfologi, ciri, sifat-sifat alat gerak, ekoskeleton,

pallium, insang dan sistem nervosum kelas dari filum Mollusca yang terdapat di

ekosistem mangrove terbagi menjadi dua kelas diantaranya Gastropoda dan

Bivalvia.

1. Kelas Gastropoda

a. Deskripsi Gastropoda

Kelompok gastropoda merupakan hewan bercangkang satu dan bergerak

menggunakan kaki perut. Gastropoda memiliki alat gerak berupa otot yang

berkontraksi saat melakukan pergerakan. Tubuh Gastropoda secara umum terdiri

dari otot, meliputi otot pada bagian ventral tubuhnya, yang digunakan sebagai alat

gerak sehingga hewan ini disebut hewan yang berjalan dengan perut. Pergerakan

Gastropoda relatif sangat lambat, sehingga jangkauan perpindahan hewan ini

masih dalam jarak yang dekat (Rakhmanda, 2011).

Gambar 2. Struktur Tubuh Gastropoda (Tedi Mulyadi, 2021)

9
b. Kebiasaan Makan

Gastropoda juga merupakan organisme kunci dalam rantai makanan di

ekosistem perairan. Keberadaan Gastropoda di dalam ekosistem dapat

mempengaruhi kehidupan biota lain. Selain menjadi mangsa bagi biota lain,

dalam suatu rantai makanan Gastropoda juga berperan sebagai herbivora (grazer),

karnivora, scavenger, detritivor, deposit feeder, suspension feeder dan parasit.

Gastropoda yang hidup di perairan umumnya diemukan sebagai detritivor. Dalam

rantai makanan, detritivor berperan sebagai pengubah detritus yang memiliki

tingkat energi rendah menjadi trofik dengan tingkat energi yang lebih tinggi (Ira

dkk, 2015).

c. Habitat Gastropoda

Habitat Gastropoda di sepanjang pantai dan umumnya banyak dan

merangkak di atas permukaan tanah dan ditemukan pada perairan dangkal yang

memiliki dengan mempertimbangkan tekstur substrat awal, kandungan bahan

organik pada substrat dasar serta parameter oseanografi yang mendukung untuk

tumbuh kembangnya gastropoda itu sendiri dan Gastropoda sendiri memakan

organisme-organisme organik (Handayani, 2006).

2. Kelas Bivalvia

a. Deskripsi Bivalvia

Bivalvia atau kerang-kerangan merupakan Mollusca yang memiliki

cangkang sepasang, yang dapat membuka dan menutup. Kedua cangkang tersebut

disatukan oleh sendi elastis yang disebut hinge. Sebagian besar, hidup dengan

cara membenamkan diri ke dalam pasir atau lumpur (Kuncoro, 2004).

10
Bivalvia memiliki adaptasi khusus yang memungkinkan dapat bertahan

hidup pada daerah yang memperoleh tekanan fisik dan kimia seperti terjadi pada

daerah intertidal. Organisme juga ini memiliki adaptasi untuk bertahan terhadap

arus dan gelombang. Namun Bivalvia tidak memiliki kemampuan untuk

berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga menjadi organisme yang sangat

mudah untuk ditangkap (dipanen) (Setyono, 2006).

Gambar 3. Struktur tubuh Bivalvia (Nanang Ajim, 2016)

b. Kebiasaan Makan

Berdasarkan pada makanan dan kebiasaan makannya jenis-jenis kerang

dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pemakan suspensi dan pemakan

endapan. Kerang umumnya memperoleh makanannya dengan cara menyaring

partikel-partikel yang ada dalam air laut. Pada golongan pemakan endapan kerang

ini membenamkan diri dalam lumpur atau pasir yang mengandung sisa-sisa zat

organik dan fitoplankton yang hidup di dasar laut. Makanan tersebut dihisap dari

dasar perairan melalui siphon. Semakin dalam kerang membenamkan diri

syphonnya semakin panjang. Secara ekologi, filtrasi yang dilakukan oleh kerang

11
laut bertujuan untuk menghindari kompetisi makanan sesama spesies (Bachok

dkk, 2006).

c. Habitat Bivalvia

Ditinjau dari cara hidupnya, jenis-jenis kerang mempunyai habitat yang

berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu suku dan hidup dalam satu

ekosistem. Kerang pada umumnya hidup membenamkan dirinya dalam pasir atau

pasir berlumpur dan beberapa jenis diantaranya ada yang menempel pada benda-

benda keras dengan semacam yang dinamakan byssus. Habitat kerang biasanya

hidup pada tanah atau pasir yang menetap didasar laut dengan cara membenamkan

diri di dalam pasir atau lumpur bahkan pada karang-karang batu (Romimohtarto,

2001).

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Mollusca

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan Mollusca antara lain:

1. Suhu

Keberadaan Mollusca dan seluruh komunitas cenderung bervariasi dengan

berubahnya suhu. Suhu merupakan faktor pembatas bagi beberapa fungsi biologis

hewan air seperti migrasi, pemijahan, kecepatan renang, perkembangan embiro

dan kecepatan metabolisme. Secara umum Mollusca dapat mentolerir suhu antara

0°C- 48,6 °C dan aktif pada kisaran suhu 5° C- 38° C. Pengaruh suhu ini dapat

berakibat langsung maupun secara tidak langsung (Irma, 2004).

Suhu dapat membatasi sebaran hewan makrobenthos secara geografik dan suhu

yang baik untuk pertumbuhan makrobenthos berkisar antara 25 -31°C. Suhu

12
optimal beberapa jenis moluska adalah 20°C, apabila melampaui batas tersebut

akan mengakibatkan berkurang aktivitas kehidupannya (Heni, 2007).

2. Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatau perairan. Nilai

pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik umumnya antara 7-8,5. Kondisi

perairan yang sangat basa maupun sangat asam akan membahayakan

kelangsungan hidup organisme, karena akan menyebabkan terjadinya gangguan

metabolisme dan respirasi. pH yang mendukung kehidupan mollusca berkisar

antara 5,7-8,4. Bivalvia hidup pada batas kisaran pH 5,8-8,3. Nilai pH 9

menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kebanyakan organisme

makrobenthos (Sinaga, 2009).

3. Salinitas

Salinitas adalah derajat jumlah garam yang terkandung dalam satu kilogram

air laut. Di perairan Indonesia yang termasuk iklim tropis, salinitas meningkat dari

arah barat ke timur dengan kisaran antara 30-35 ppt. Perubahan salinitas sangat

rentan terhadap perilaku biota. Biota dengan kemampuan mentolerir fluktuatif

kadar garm akan sulit beradaptasi dengan lingkungan perairan disekitarnya

(Ilham, 2018).

Adanya perubahan salinitas secara mendadak dapat mempengaruhi distribusi,

lama hidup serta orientasi migrasi. Variasi salinitas jauh dari pantai relatif kecil

dibandingkan dengan variasi salinitas dekat pantai. Hal ini disebabkan adanya

pemasukan dari air sungai dan sifat kimia air laut akan berubah. Salinitas

mempengaruhi struktur dan fungsional biota termasuk bivalvia dalam beberapa

13
hal meliputi konsentrasi total osmostik, proporsi relatif cairan tubuh, koefisien

adsorpsi dan kejenuhan dari gas terlarut serta densitas dan viskositas

(Muhammad, 2013).

4. Substrat

Adanya substrat yang berbeda-beda yaitu pasir, batu dan lumpur menyebabkan

perbedaan fauna dan struktur komunitas dari daerah litoral. Semua substart yang

tersusun bahan beragam merupakan daerah paling padat makroorganisme dan

mempunyai keragaman terbesar untuk jenis hewan maupun tumbuhan. Bivalvia

umumnya hidup pada substrat berpasir, lumpur dan sebagian melekat pada benda

lain seperti batu karang. Gastropoda merupakan salah satu mollusca yang banyak

ditemukan di berbagai substrat, hal ini diduga karena Gastropoda memiliki

kemampuan adaptasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain

(Nella, 2017).

5. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) mempunyai peranan sangat

penting bagi kehidupan biota air sekaligus menjadi faktor pembatas bagi

kehidupan biota. Daya larut oksigen dapat berkurang disebabkan naiknya suhu air

dan meningkatnya salinitas. Konsentrasi oksigen terlarut dipengaruhi oleh proses

respirasi biota air dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba.

Kelarutan oksigen juga dipengaruhi oleh faktor suhu. Suhu tinggi kelarutan

oksigen rendah dan suhu rendah kelarutan oksigen tinggi. Gastropoda memiliki

kisaran toleransi tinggi sehingga penyebarannya luas, sedangkan spesies yang

14
kisaran toleransi rendah hanya ditemukan di tempat-tempat tertentu saja.

Berdasarkan kandungan oksigen terlarut dikelompokkan kualitas perairan menjadi

empat yaitu; tidak tercemar (>6,5 mg/l), tercemar ringan (4,5-6,5 mg/l), tercemar

sedang (2,0-4,4 mg/l) dan tercemar berat (<2,0 mg/l) (Nella, 2017).

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni Tahun

2022 di Hutan Mangrove Takkalala Desa Sanjai Kecamatan Sinjai Timur

Kabupaten Sinjai.

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel Di Hutan Mangrove Takkalala Desa


Sanjai Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kamera sebagai alat

dokumentasi, alat tulis sebagai alat untuk mencatat data yang diambil atau

ditemukan, buku identifikasi Mollusca, tali rafia berfungsi untuk membuat

16
petakan plot, patok kayu tempat mengikatkan tali rafia pada lokasi yang telah

ditentukan sebagai stasiun, ember atau kantong plastik berfungsi untuk

menyimpan Gastropoda dan Bivalvia yang di dapat, meteran untuk mengukur

luasan transek, termometer berfungsi mengukur suhu air di lokasi penelitian, pH

meter untuk mengukur pH pada lokasi penelitian, salinometer untuk mengukur

salinitas, DO meter untuk mengukur kadar oksigen dalam air. Sedangkan bahan

yang digunakan yaitu Gastropoda, Bivalvia dan pengawet (Alkohol).

B. Prosedur Penelitian

1. Observasi

Metode observasi merupakan pengamatan langsung terhadap objek, untuk

mengetahui kebenarannya situasi, kondisi, konteks, serta maknanya dalam upaya

pengumpulan data. Metode observasi tidak hanya melihat objek tetapi meliputi

semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian,

menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya.

2. Penentuan Lokasi Penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan penentuan lokasi yang digunakan dalam

pengambilan sampel yaitu di hutan mangrove Takalala Desa Sanjai Kecamatan

Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun Di

setiap stasiun dibuat 3 plot dengan masing-masing plot berukuran 1 x 1 m.

Dimana setiap stasiun memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

a. Pada stasiun 1 memiliki 4 jenis mangrove yaitu Rhizopora mucronata, Avicenia

marina, dan Sonneratia alba, Ceriops decandra.

b. Pada stasiun 2 memiliki 1 jenis mangrove yaitu Rhizopora mucronata.

17
c. Pada stasiun 3 dekat dengan bibir pantai.

3. Pengukuran Parameter Lingkungan

Pengukuran paramater lingkungan dilakukan untuk menggambarkan keadaan

lokasi penelitian tentu hal tersebut menjadi salah satu data penunjang. Pada

pengukuran paramater fisika-kimia perairan yang diamati yakni suhu, salinitas,

derajat keasaman (pH) dan oksigen terlarut (DO).

C. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Purposive sampilng

dengan 3 (tiga) stasiun dengan jumlah plot pengamatan sebanyak 9 (sembilan).

Dalam tiap stasiun ada 3 plot yang dipasang dengan jarak yang sudah ditentukan

yakni luas transek perstasiun yakni 1x1 m. Gastropoda dan Bivalvia yang didapat

dalam tiap stasiun kemudiaan di simpan pada alat penyimpanan yang di tentukan

pula seperti ember dan kantong plastik, setiap Gastropoda dan Bivalvia yang di

dapat dari stasiun yang berbeda dicatat pada alat tulis yang telah disediakan.

Selanjutnya seluruh Gastropoda, dan Bivalvia yang didapat kemudiaan

diidentifikasi menggunakan buku identifikasi dan jurnal lainnya yang memiliki

kaitan dengan hal identifikasi.

D. Analisis Data

Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar.

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Spesies Gastropoda yang Ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi jenis Gastropoda di

yang hidup pada hutan Mangrove Takkalala Desa Sanjai ditemukan sebanyak 5

spesies Gastropoda, seperti pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Jenis Gastropoda yang ditemukan selama masa pengambilan sampel


No. Stasiun Nama Spesies Jumlah yang Di Dapatkan
I a. Telescopium telescopium 7 ekor
1. b. Cerithidea cingulata 10 ekor
d. Faunus ater 2 ekor
2. II a. Telescopium telescopium 10 ekor
b. Cerithidea cingulata 14 ekor
c. Terebralia sulcata 8 ekor
d. Faunus ater 2 ekor
3. III a. Telescopium telescopium 14 ekor
b. Cerithidea cingulata 25 ekor
c. Nassairus olivaceus 5 ekor
d. Faunus ater 4 ekor

Jenis Gastropoda yang ditemukan pada Tabel 1. yaitu terdiri dari 5 spesies,

dimana jenis Cerithidea cingulata adalah jenis gastropoda yang paling banyak

ditemukan pada hutan mangrove Takkalala Desa Sanjai, yaitu sebanyak 49

individu dari seluruh stasiun penelitian. Sedangkan Nassarius olivaceus adalah

jenis gastropoda yang paling sedikit ditemukan yaitu sebanyak 5 individu.

19
B. Deskripsi Tiap Spesies

1. Telescopium telescopium
Gastropoda jenis Telescopium telescopium yang ditemukan seperti pada

gambar sebagai berikut:

Gambar 5. Telescopium telescopium


Klasifikasi Telescopium telescopium (Linnaeus,1758)

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Mesogastropoda

Familia : Potamididae

Genus : Telescopium

Spesies : Telescopium telescopium

Telescopium telescopium atau biasa disebut keong bakau memiliki ciri-ciri

dengan panjang maksimum 13 cm dan panjang umum biasanya 11 cm. ditemukan

pada aliran-aliran air berlumpur yang mengarah ke laut pada saat surut. Hal

ini sesuai pernyataan Astuti (2015) Telescopium lebih menyukai daerah yang

20
berlantai lumpur berair dengan genangan-genangan air di sekitarnya yang kaya

akan sisa-sisa bahan organik berupa detritus.

2. Cerithidea cingulata

Gastropoda jenis Cerithidea cingulata yang ditemukan seperti pada

gambar sebagai berikut:

Gambar 6. Cerithidea cingulata

Klasifikasi Cerithidea cingulata (Gmelin, 1791)

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Mesogastropoda

Familia : Potamididae

Genus : Cerithidea

Spesies : Cerithidea cingulata

21
Cherithidea cingulata berukuran 2-5 cm dengan tipe cangkang turbinate

atau berbentuk spiral. Permukaan cangkang kasar atau bergerigi membentuk alur

dan ujung cangkang yang runcing. Siput jenis ini berwarna coklat atau banyak

dijumpai coklat kehitaman, pengaruh substrat lingkungannya. Seringkali

ditemukan melimpah pada substrat lumpur di area mangrove.

3. Terebralia sulcata

Gastropoda jenis Terebralia sulcata yang ditemukan seperti pada gambar

sebagai berikut:

Gambar 7. Terebralia sulcata


Klasifikasi Terebralia sulcata (Born, 1778)

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Caenogastropoda

Familia : Potamididae

Genus : Terebralia

Spesies : Terebralia sulcata

22
Terebralia sulcata memiliki cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang

yang berukuran antara 4-5 cm. Permukaan cangkang yang kasar dan memiliki

garisdi seluruh permukaan cangkanya dan tonjolan yang sejajar dan sedikit

runcing. Habitat jenis gastropoda Telebralia sulcata sebagian besar berasosiasi di

ekosistem mangrove dengan menempel di akar dan di batang mangrove.

4. Nassarius olivaceus

Gastropoda jenis Nassarius olivaceus yang ditemukan seperti pada gambar

sebagai berikut:

Gambar 8. Nassarius olivaceus


Klasifikasi Nassarius olivaceus (Bruguiere 1789)

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Neogastropoda

Familia : Nassaridae

Genus : Nassarius

Spesies : Nassarius olivaceus

23
Nassarius olivaceus memilki cangkan bervariasi 3-5 cm. Cangkang

berbentuk bulat telur dan berbentuk kerucut, cangkanya yang sedikit kasar dan

memilki garis yang sejajar. Cangkang yang berwarna kemerahan memiliki

cangkang yang tebal, kuat dan runcing.

Habitat jenis Gastropada Nassarius olivaceus hidup di samudera hindia

tengah. Gastropada Nassarius olivaceus biasanya juga hidup di ekosistem

mangrove dengan menempel di akar dan di batang.

5. Faunus ater

Gastropoda jenis Faunus ater yang ditemukan seperti pada gambar

sebagai berikut:

Gambar 9. Faunus ater


Klasifikasi Faunus ater

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Caenogastropoda

Familia : Pachychilidae

24
Genus : Faunus

Spesies : Faunus ater

Faunus ater biasa disebut dengan siput air payau, tergolong herbivora

yang makanannya berupa tumbuhan alga, plankton, detritus dan lamun. Siput ini

berukuran 4-7 cm, memiliki bentuk cangkang dengan tipe turreted atau

menyerupai menara. Ujung cangkang runcing, berwarna hitam pekat dengan

permukaan cangkang halus serta beralur. Probosis Faunus ater berwarna hitam

dan keluar ketika berjalan. Faunus ater hidup di dasar perairan berpasir dan

lumpur.

C. Spesies Bivalvia yang Ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi jenis Bivalvia di yang

hidup pada hutan Mangrove Takkalala Desa Sanjai ditemukan sebanyak 3 spesies

Bivalvia, sepertipada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Jenis Bivalvia yang ditemukan selama masa pengambilan sampel

No. Stasiun Nama Spesies Jumlah yang Di Dapatkan


1. I a. Meretrix meretrix 4 ekor
b. Gafrarium pectinatum 2 ekor
2. II a. Anadara granosa 2 ekor
3. III a. Anadara granosa 1 ekor

Jenis Bivalvia yang ditemukan pada Tabel 2. yaitu terdiri dari 3 spesies,

dimana jenis Meretrix meretrix adalah jenis Bivalvia yang paling banyak

ditemukan pada hutan mangrove Takkalala Desa Sanjai, yaitu sebanyak 4 individu

dari seluruh stasiun penelitian. Sedangkan Gafrarium pectinatum adalah jenis

Bivalvia yang paling sedikit ditemukan yaitu sebanyak 2 individu.

25
D. Deskripsi Tiap Spesies

1. Anadara granosa

Bivalvia jenis Anadara granosa yang ditemukan seperti pada gambar

sebagai berikut:

Gambar 10. Anadara granosa


Klasifikasi Anadara granosa

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Bivalvia

Ordo : Arcoida

Familia : Arcidae

Genus : Anadara

Spesies : Anadara granosa

Anadara granosa atau sering disebut kerang darah berukuran 3-6 cm.

Anadara granosa adalah kerang dengan nilai ekonomis yang tinggi. Disebut

kerang darah karena menghasilkan hemoglobin dalam cairan merah yang

dihasilkannya. Memiliki dua keping cangkang berwarna putih dengan permukaan

26
bergerigi beralur. Kerang ini hidup dengan cara membenamkan diri pada substrat

pasir atau lumpur pasang surut.

2. Meretrix meretrix

Bivalvia jenis Meretrix meretrix yang ditemukan seperti pada gambar

sebagai berikut:

Gambar 11. Meretrix meretrix

Klasifikasi Meretrix meretrix (Linneaus, 1758)

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Bivalvia

Ordo : Veneroida

Familia : Veneridae

Genus : Meretrix

Spesies : Meretrix meretrix

27
Meretrix meretrix atau kerang keramik memiliki bentuk dan ukuran yang

sama dengan kerang keramik hitam yaitu 5-6 cm. Namun yang membedakan

kerang ini dengan kedua spesies tersebut adalah komposisi warna dari

cangkangnya. Kerang keramik ini memiliki cangkan berwarna putih dengan

sedikit lapisan tipis berwarna krem yang mudah mengelupas. Sehingga ketika

lapisan tersebut mengelupas maka cangkang akan terlihat kusam. Pada bagian

ujung dorsal cangkang (Lamarck, 1818).

3. Gafrarium pectinatum

Bivalvia jenis Gafrarium pectinatum yang ditemukan seperti pada gambar

sebagai berikut:

Gambar 12. Gafrarium pectinatum


Klasifikasi Gafrarium pectinatum

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Bivalvia

Ordo : Venerida

28
Familia : Veneridae

Genus : Gafrarium

Spesies : Gafrarium pectinatum

Gafrarium pectinatum memiliki ukuran cangkang maksimum mencapai 4

cm, namun ukuran rata-rata adalah 3 cm. habitatnya di pantai berpasir dan

berlumpur, di daerah intertidal dan sublitoral hingga kedalaman 30 meter.

E. Pengukuran Parameter Lingkungan di Lokasi Penelitian

Hasil pengukuran parameter lingkungan dapat dibaca pada pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengukuran parameter lingkungan disetiap stasiun

Stasiun Penelitian
Parameter
I II III
Suhu (°C) 28 - 29 27 – 28 28 – 29

6,7 6,7 – 6,8 6,7


pH
Salinitas (ppt) 24-25 24-25 24-25

DO 7,2 – 7,4 7,4 – 7,6 7,6 – 7,7


Pasir Pasir Pasir
Substrat berlumpur berlumpur berlumpur

1. Suhu

Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat pengukuran suhu masing-masing stasiun

diperoleh masing-masing kisaran 27°C - 29°C. Nilai suhu pada setiap stasiun

menunjukkan kondisi suhu masih sesuai dengan kehidupan Mollusca. Menurut

Irma Dewiyanti (2004), secara umum Mollusca dapat mentolerir suhu antara 0°C-

48,6°C dan aktif pada kisaran suhu 5°C-38°C.

29
2. Derajat Keasaman (pH)

Berdasarkan Tabel 3. pengukuran pH memiliki kisaran 6,7-6,8, nilai pH yang

diukur pada setiap stasiun merupakan pH yang masih dapat ditolerir oleh

kehidupan Mollusca. Menurut Sinaga (2009), pH yang mendukung kehidupan

Mollusca berkisar antara 5,7-8,4.

3. Salinitas

Berdasarkan Tabel 3. hasil pengukuran salinitas pada masing-masing stasiun

berkisar 24 ppt-25 ppt. Kisaran salinitas tersebut merupakan kisaran normal untuk

kehidupan dan pertumbuhna Mollusca. Menurut Hutabarat, (2008) kisaran

salinitas yang mampu mendukung kehidupan organisme perairan khususnya

mollusca adalah 15 ppt-35 ppt.

4. DO (Dissolved oxygen)

Berdasarkan Tabel 3. pengukuran DO (Dissolved oxygen) memiliki kisaran

7,2-7,7 mg/l. Dimana kisaran tersebut termasuk dalam kategori yang tinggi.

Menurut Nella (2017), kandungan oksigen terlarut dikelompokkan kualitas

perairan menjadi empat yaitu; tidak tercemar (>6,5 mg/l), tercemar ringan (4,5-6,5

mg/l), tercemar sedang (2,0-4,4 mg/l) dan tercemar berat (<2,0 mg/l) ( Nella,

2017). Tingginya nilai DO di hutan mangrove Takkalala Desa Sanjai dikarenakan

kondisi lingkungan yang belum tercemar oleh aktivitas penduduk sekitar.

5. Substrat

Faktor utama yang menyebabkan penyebaran Mollusca adalah substrat

dasar perairan. Berdasarkan Tabel 3. hasil pengamatan di hutan mangrove

Takkalala Desa Sanjai Kecamatan Sinjai Timur pada stasiun I, II dan III memiliki

30
jenis substrat pasir berlumpur. Substrat pasir berlumpur sangat disenangi oleh

mollusca untuk memperoleh nutrisi karena sifat Mollusca yang dapat langsung

memanfaatkan detritus yang berasal dari plankton atau tumbuhan yang mati,

bakteri dan bahan organik yang terakumulasi dalam sedimen atau terkubur di sela-

sela butiran pasir dan lumpur sebagai sumber makanan.

31
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa jenis Mollusca yang

terdapat di hutan mangrove Takkalala Desa Sanjai Kecamatan Sinjai Timur

Kabupaten Sinjai yang terdiri dari kelas Gastropoda dan Bivalvia ditemukan

sebanyak 3 ordo untuk kelas Gastropoda yaitu Mesogastropoda, Caenogastropoda

Neogastropoda dan 5 spesies gastropoda yaitu Telescopium telescopium,

Cerithidea cingulata, Terebralia sulcata, Nassarius olivaceus dan Faunus ater.

Sedangkan untuk kelas Bivalvia ditemukan sebanyak 3 ordo yaitu Arcoida,

Veneroida, Venerida dan 3 spesies Bivalvia yaitu Anadara granosa, Meretrix

meretrix, dan Gafrarium pectinatum.

B. Saran

1. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh subtrat pada

kelimpahan Gastropoda dan Bivalvia.

2. Saran kepada masyarakat agar menjaga lingkungan hutan mangrove agar

kelestarian Gastropoda dan Bivalvia tetap lestari.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ajim, N. (2016). Struktur dan Fungsi Tubuh Mollusca.


https://www.mikirbae.com/2016/02/struktur-dan-fungsi-tubuh-mollusca
Akbar. (2021). Analisis Keanekaragaman Gastropoda Di Ekosistem Mangrove
Pelabuhan Larea-Rea Kelurahan Lappa Kecamatan Sinjai Utara
Kabupaten Sinjai. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sinjai.
Bachok. (2006). Identifikasi Keanekaragaman Jenis Karang (Bivalvia) Daerah
Pasang Surut Di Perairan Pantai Pulau Gosong Sangkalan Aceh Barat
Daya. Skripsi. Universitas Teuku Umar. Meulaboh.
Bahri, N. (2021). Keanekaragaman Jenis Kekerangan (Bivalvia) Di Sepanjang
Pesisir Pantai Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sinjai.
Campbell. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan: Damaring Tyas
Wulandari. Jakarta: Erlangga.
Dwiyanti, I. (2004). Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia)
Serta Asosiasinya Pada Ekosistem Mangrove di Kawasan Pantai Ulee-
Lheu Banda Aceh NAD. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kuncoro, B, E. (2004). Akuarium Laut. Yogyakarta: Kanisius
Handayani, E, A. (2006). Keanekaragaman Jenis Gastropoda di Pantai
Randusanga Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi
Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Semarang. Semarang.
Hartoni. (2013). Komposisi dan Kelimpahan Mollusca (Gastropoda dan Bivalvia)
di Ekosistem Mangrove Muara Sungai Musi Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan. Maspari.
Heni, W, M. (2007). Kajian Kualitas Perairan Di Pantai Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Tesis. Universitas
Diponegoro. Yogyakarta .
Imran. (2016). Peran Ekosistem Hutan Mangrove Sebagai Habitat Untuk
Organisme Laut
Ira, S, H., Zamani, N.P. (2015). Keanekaragaman dan Kepadatan Gastropoda di
Perairan Desa Marindino Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara.
Islami, M, M. (2013). Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Bivalvia. ISSN
0216-1877. Vol. XXXVIII No. 2.

33
Krisselni. S, M. (2020). Identifikasi Keanekaragaman Jenis-Jenis Kerang
(Bivalvia) Daerah Pasang Surut Di Perairan Desa Teluk Bakau. Jurnal
Manajemen Riset dan Teknologi. Universitas Karimun.
Kusmana. (2002). Pengelolaan Ekosistem Mangrove Secara Berkelanjutan dan
Berbasis Masyarakat. Jakarta.
Novita, M. (2018). Keanekaragaman Mollusca Di Ekosistem Mangrove
Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Sebagai Referensi
Pendukung Materi Keanekaragaman Hayati di SMAN 1 Baitussalam.
Skripsi. Universitas Negeri Ar-Raniry Darussalam. Banda Aceh.
Oktaviani, D. (2021). Identifikasi Jenis-Jenis Gastropoda yang Terdapat di
Pesisir Pulau Harapan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sinjai.
Rakhmanda, A. (2011). Estimasi Populasi Gastropoda. Jurnal Ekologi Perairan.
Rammiko. (2013). Keanekaragaman Jenis Ikan Di Perairan Hutan Mangrove
Desa Muara Ujung Kabupaten Tanah Bambu. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Biologi. STKIP PGRI Banjarmasin.
Riwayati. (2014). Mangrove For Civil Engineering. Bandar Lampung.
Robert. (2002). Dasar-Dasar Zoologi. Tangerang: Binapura Aksara.
Romimohtarto. (2001). Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut.
Djambatan. Jakarta.
Santoso. (2010). Analisis Vegetasi Hutan Mangrove Di Desa Sriminosari
Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Universitas Negeri Radentan Ntan. Lampung.
Septiana, N. M. (2017). Keanekaragaman Moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di
Pantai Pasir Putih Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Biologi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Negeri
Raden Intan. Lampung.
Setiawan. (2013). Keragaman Jenis Burung Pada Kawasan Di Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea.
Setyono. (2006). Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan Laut. Jurnal
Oseana.
Sinaga, Tiorinse. (2009). Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Danau Toba.
Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Slamet, R. & Purnama, D. (2022). Identifikasi Jenis dan Kelimpahan Gastropoda
Di Pantai Teluk Sepang Kota Bengkulu. Jurnal Perikanan.

34
Suwignyo, Sugiarti. (2005). Avertebrata Air Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya.
Syahputra, I. (2018). Struktur Komunitas Moluska Di Estuari Desa Bagan Asahan
Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan. Skripsi. Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara.
Wibisono. (2013). Sebaran Spesies dan Status Kerapatan Ekosistem Mangrove Di
Pesisir Kabupaten Muna Barat Sulawesi Tenggara. Jurnal.
Yasin, A. (2022). Analisis Luasan Hutan Mangrove Kabupaten Sinjai Dengan
Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sinjai.

35
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengambilan Sampel

Pengambilan Sampel pada Stasiun 1

Pengambilan Sampel pada stasiun 2

36
Pengambilan Sampel pada stasiun 3

37
BIODATA PENULIS

Pada tanggal 08 November 2000 di Kelurahan Samataring,


Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi
Selatan, lahir anak kelima dari delapan bersaudara yang
bernama Muallifah Anugrah dari Pasangan Bapak Soenaryo
dan Ibu Suryani. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh
penulis, yaitu Sekolah Dasar di SD Negeri 129 Batulappa pada
tahun 2006 sampai 2012, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama
di SMP Negeri 4 Sinjai Timur yang sekarang berubah menjadi SMP Negeri 22
Sinjai Pada Tahun 2012 sampai 2015, kemudian dilanjutkan ke Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 10 Sinjai pada tahun 2015 sampai 2018. Setelah
itu, melanjutkan Pendidikan Strata satu (S1) di Universitas Muhammadiyah Sinjai
dan tercatat sebagai Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Pada Tahun 2018 dan selesai pada Tahun 2022 dengan
predikat kelulusan Dengan Pujian.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi intra kampus yaitu


Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (HIMASDAP). Pada
tahun 2018 sampai 2019 menjabat sebagai Anggota Bidang Keilmuan dan tahun
2019 sampai 2020 menjabat sebagai Koordinator Bidang Keilmuan. Selain itu
penulis juga aktif di Pimpinan Komisariart Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah
Fakultas Pertanian (PK. IMM FAPERTA). Pada tahun 2020 sampai 2021
menjabat sebagai Ketua Bidang IMMawati dan tahun 2021 sampai 2022 menjabat
sebagai Sekretaris Umum. Serta menjadi salah satu pengurus di organisasi
tertinggi di kampus, menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Keagamaan Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sinjai pada tahun 2021 sampai
2022.. Penulis mengikuti magang di Sentra Industri Hasil Perikanan Kabupaten
Sinjai pada Tahun 2021. Kemudian penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata
Muhammadiyah ‘Aisyiyah (KKNMas) di Desa Banyumulek Kabupaten Lombok
Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2021. Kemudian penulis menjadi

38
peserta pada Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) dan
Program Penumbuhan dan Pengembangan Wirausaha Desa (Program Wira Desa)
pada tahun 2021.

39

Anda mungkin juga menyukai