Biografi Dan Karya Intelektual Pemikiran Kalam Muhammad Abduh
Biografi Dan Karya Intelektual Pemikiran Kalam Muhammad Abduh
Makalah
Dosen
Disusun Oleh
1. Nashrudin : 2203020060
2. :
3. Ryan Nur Aripin : 2203020062
Kota Tangerang
2022
A. LATAR BELAKANG
Ilmu kalam adalah ilmu yang menjelaskan tentang segala hal yang
berhubungan dengan uluhiah, dan termasuk juga dengan pembahasan tentang
kalamullah. Ilmu kalam ini juga biasa disebut dengan Teologi Islam karena
sama-sama membahas tentang ketuhanan, perdebatan pemikiran Islam, dll.
Disiplin ilmu pemikiran Islam secara umum disebut dengan teologi atau bisa
disebut juga dengan ilmu tauhid.
Artikel ini akan membahas tentang salah satu tokoh yang amat berpengaruh
dalam dunia pemikiran keislaman yakni Muhammad Abduh yang merupakan
penggagas gerakan Islam modern pada kala itu. Corak pemikiran Muhammad
Abduh ini cenderung rasional namun tidak menyeleweng dari ajaran agama
sehingga, pemikirannya bisa diterima oleh masyarakat luas.
Pemikiran-pemikiran cemerlangnya mulai muncul ketika ia dikirim belajar
secara formal oleh ayahnya ke Perguruan di Masjid Ahmadi untuk mempelajari
Bahasa Arab, Nahwu, Shorof, dan lain-lain, yang terletak di desa Thanta, salah
satu desa di Mesir.
Namun, ia merasa bahwa apa yang dipelajarinya sangat monoton dan ia
tidak mengerti apa maksud dari ilmu yang ia dapatkan, karena ia hanya
menghafal pelajaran-pelajaran itu tanpa tahu apa substansinya. Ia tidak puas
dengan metode belajar yang ada, yang hanya mementingkan hafalan tanpa
memahami pengertian dari yang dipelajarinya itu.
Bahkan ia berpikir lebih baik tidak belajar dari pada menghabiskan waktu
hanya untuk menghafal istilah-istilah nahwu dan fikih yang tidak dipahaminya,
sehingga ia kembali ke kampungnya dan hidup sebagai petani serta
melangsungkan pernikahan dalam usia 16 tahun.
Dalam pemikiran muhammad ini sangat sekali membawa ke negatifan
untuk kaum muslim dan positif untukkaum muslim jadi kita sebagai kaum
muslim harus paham akan kehidupan karena kenapa, kehidupan itu sangat
penting agar kita bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Apalagi pemikiran modernisasi ini sudah menjadi pemikiran yang sangat
penting di dalam dunia islam. Islam merupakan suatu agama yang dimana
sistemnya memang harus maju dan maju, jadi maksudnya agama islam ini
memang harus maju dengan ketepannya akan tetapi tdak boleh merubah- rubah
peraturan yang sudah tertera di dalam kitab alquran, hadist dan perkataan
mushonif-mushonif besar.
Dan agama islam ini mengajarkan kita untuk selalu tidak berpaling kepada
sang pencipta Allah S.W.T karena Alaah adalah suatu zat yang menciptakan
segala gala nya di muka bumi ini, dan Allah lah yang sudah membuat scene yang
baik untuk kaum muslim.
B. METODE
Metode penelitian ini bersifat kualitatif, yang mengedepankan sumber-
sumber literatur, jurnal ilmiah, referensi buku-buku dari muhammad abduh,
internet serta sumber-sumber referensi lainnya. Pemikiran ini bersifat deskriptif
yang membahas tentang tokoh muhammad abduh ini.
C. PEMBAHASAN
1. Biografi muhammad abduh
Syaikh Muhammad Abduh memiliki nama lengkap Muhammad bin Abduh bin
Hasan Khairullah, lahir di d esa Mahallat Nashr Kabupaten Buhairah, Mesir, pada
tahun 1849 M. Muhammad Abduh dilahirkan dari keluarga sederhana dan hidup
dalam lingkungan petani. Selain itu, Abduh dilahirkan dalam kondisi yang penuh
kecemasan keprihatinan hidup. Ayahnya terkenal sebagai orang terhormat yang
suka memberi pertolongan. Kekerasan yang diterapkan Muhammad Ali sebagai
penguasa dalam memungut pajak menyebabkan penduduk berpindah pindah
tempat.
Pada Februari di tahun 1866 M, Abduh melanjutkan studi di al-Azhar. Dua tahun
setelah kedatangan Abduh tepatnya tahun 1871 M, Jamaludin al-Afghani datang
dan tinggal di Mesir. Abduh sebagai salah satu mahasiswa al-Azhar menyambut
kedatangannya, dan menjadi murid kesayangan al-Afghani. Hubungan ini
mengalihkan kecenderungan Muhammad Abduh memandang tasawuf dalam arti
yang sempit, sebagai bentuk cara berpakaian dan zikir, kepada tasawuf dalam arti
yang lain, yaitu perjuangan untuk melakukan perbaikan keadaan masyarakat,
membimbing mereka untuk maju dan membela ajaran-ajaran islam.
• Kedudukan akal
➢ Bagi Abduh akal merupakan sumber pengetahuan wahyu dan intuisi. Abduh
cenderung berada ditengah-tengah diantara kelompok yang menegasikan
peran akal dalam memahami teks-teks suci, sehingga cenderung tekstualis,
kaku, dan jumud, seperti kelompok Wahabi atau kalangan tekstualis (As-
Salafiyah al-Harfiyah), dan kelompok gaya berfikir ala materialisme Barat
(al-Madiyah al-Wad’iyyah al-Gharbiyah) yang cenderung memberikan
porsi yang besar kepada akal dan cenderung kebablasan.
➢ Akal bagi Abduh harus ditempatkan dalam posisi yang proposional,
sehingga ia menciptkan term baru, yaitu “Rasionalitas yang Islami”.
Baginya akal walaupun memiliki peran yang besar dalam menilai segala
macam persoalan, namun memiliki batas (asSulthan an-Niha’iyyah). Peran
akal sendiri ditegaskan oleh al-Qur’an untuk dipergunakan sebagai
devaluasi alam semesta.
➢ Manusia melalui akalnya, kata M.Abduh dapat mengetahui bahwa berterima
kasih kepada Tuhan adalah wajib, bahwa kebajikan adalah dasar
kebahagiaan dan kejahatan dasar kesengsaraan di akhirat.
• Fungsi wahyu
➢ wahyu mempunyai “dwi fungsi”, yaitu memberi konfirmasi dan informasi,
sehingga baginya wahyu itu sangat diperlukan untuk menyempurnakan
pengetahuan yang diperoleh melalui akal. Akal dan wahyu mempunyai
hubungan yang sangat erat, karena akal memerlukan wahyu, sementara
wahyu itu tidak mungkin berlawanan dengan akal. Jika nampak pada
lahirnya wahyu itu berlawanan dengan akal, maka Muhammad Abduh
memberi kebebasan pada akal untuk memberi interpretasi agar wahyu itu
sesuai dengan pendapat akal dan tidak berlawanan dengan akal. Dengan
demikian, hubungan antara wahyu dan akal dapat terjalin harmonis.
• wahyu menurut Abduh, mempunyai fungsi sebagai berikut:
➢ Wahyu menolong akal dalam mengatur masyarakat atas dasar prinsip-
prinsip umum yang dibawanya sebagai sumber ketenteraman hidup dalam
masyarakat.
➢ Wahyu menolong akal agar dapat mengetahui cara beribadah, dan
berterimakasih pada Allah.
➢ Wahyu mempunyai fungsi konfirmasi untuk menggunakan pendapat akal
melalui sifat kesucian dan kemutlakan yang terdapat dalam wahyu yang bisa
membuat orang manfaat.
• Kebebasan Manusia
➢ Manusia selain mempunyai daya berfikir, ia juga mempunyai kebebasan
memilih sebagai sifat dasar alami yang mesti ada dalam diri manusia. Dan
bila sifat dasar ini dihilangkan dari dirinya, niscaya dia bukan manusia lagi
melainkan makhluk lain entah malaikat atau hewan. Manusia dengan
akalnya dapat mempertimbangkan akibat perbuatan yang akan
dilakukannya, kemudian mengambil keputusan dengan kemauannya sendiri
dan selanjutnya mewujudkan perbuatan itu dengan daya yang ada dalam
dirinya.
• Pemikiran kalam
Menurut Abduh akal dapat mengetahui hal-hal berikut:
➢ Tuhan dan sifat-sifatnya
➢ Keberadaan hidup diakhirat
➢ Kebahagiaan jiwa diakhirat bergantung pada upaya mengenal tuhan
danberbuat baik, sedangkan kesengsaraanya bergantung pada sikap tidak
mengenal Tuhan dan melakukan perbuatan jahat.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Muhammad Abduh adalah seorang pelopor reformasi dan pembaharuan
dalam pemikiran Islam. Ide-idenya yang cemerlang, meninggalkan dampak yang
besar dalam tubuh pemikiran umat Islam. Beliaulah pendiri sekaligus peletak
dasar-dasar sekolah pemikiran pada zaman modern juga menyebarkannya kepada
manusia. Walau guru beliau Jamal Al-Afghani adalah sebagai orang pertama yang
mengobarkan percikan pemikiran dalam jiwanya, akan tetapi Imam Muhammad
Abduh sebagai mana diungkapkan Doktor. Mohammad Imarah, adalah seorang
arsitektur terbesar dalam gerakan pembaharuan dan reformasi atau sekolah
pemikiran modern. Melebihi guru beliu Jamaluddin Al-Afghani.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://123dok.com/article/karya-karya-muhammad-abduh-muhammad-
abduh.yrdvv7jq
Shihab, M.Quraish. 2006. Studi Kritis atas Tafsir al Manar. Jakarta: Lentera
Hati.
https://www.bacaanmadani.com/2018/01/biografi-muhammad-abduh-1849-
1905-m.html
https://afnifsgreat.blogspot.com/2016/03/makalah-muhammad-abduh.html