Anda di halaman 1dari 34

MEMBANGUN LITERASI PADA ANAK MELALUI METODE READ

ALOUD (Action Research pada Kampung Berkualitas Cempaka 26)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyusun Skripsi pada Program
Studi Perpustakaan dan Sains Informasi

Diusulkan Oleh :

Rani Supartini
1906281

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN SAIN INFORMASI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Penelitian......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah Penelitian.................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................8
BAB II...............................................................................................................................9
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................9
2.1 Literasi...................................................................................................................9
2.2 Read Aloud..........................................................................................................11
2.3 Penelitian Terdahulu............................................................................................20
BAB III............................................................................................................................24
METODE PENELITIAN.................................................................................................24
3.1 Desain Penelitian..................................................................................................24
3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian.........................................................................25
3.3 Pengumpulan Data...............................................................................................26
3.4 Analisis Data........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................29
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Literasi anak harus menjadi perhatian khusus untuk dikembangkan
lebih baik, terlebih Indonesia memasuki peringkat terendah dalam aktivitas
literasi. Kita sebagai pegiat literasi harus memberi perhatian yang serius akan
topik ini, karena tidaklah mungkin suatu bangsa dapat menduduki peringkat
tinggi dalam dunia literasi selain dari kemampuan literasi SDM dari bangsa itu
sendiri. Berangkat dari fenomena tersebut, beberapa upaya dilakukan, salah
satunya adalah dengan membangun budaya liteasi pada anak-anak. Beberapa
upaya yang dilakukan untuk memupuk kecintaan membaca pada anak-anak
ialah dengan story telling, read aloud, Gerakan Literasi Sekolah (GLS),
Gerakan Literasi Keluarga (GLK), Taman Baca Masyarakat, dll. Pegiat literasi
harus menyadari bahwa dibutuhkan usaha untuk membuat kegiatan literasi
seolah-olah menjadi suatu aktivitas yang menyenangkan.
Sangatlah mendesak untuk menyebarkan virus gemar baca pada anak-
anak, karena masa pertumbuhan otak sangatlah pendek, dan salah satu cara
untuk menyebarkan virus tersebut adalah dengan membacakan buku pada
mereka. Namun kita tidak bisa sendirian, banyak pihak yang harus dilibatkan
dalam menyebarkan virus membaca seperti perpustakaan, penerbit, pendidik,
dan orangtua untuk menyuarakan bahwa membacakan buku secara nyaring
kepada anak sangatlah diperlukan untuk membuat anak gemar membaca.
Lebih dari itu, membaca buku bersama anak merupakan ungkapan cinta
kepada anak-anak dan aktivitas membaca yang menyenangkan untuk
menggali pengetahuan akan meningkatkan nilai-nilai moral yang didapatkan
oleh anak-anak.
Read aloud memang bukan aktivitas yang sangat asing di kalangan
masyarakat, namun melihat lingkungan sekitar tempat penulis tinggal,
aktivitas membaca bukan merupakan aktivitas yang biasa, itu adalah aktivitas
istimewa yang seringkali diabaikan dan dianggap tidak penting dimana tidak
banyak masyarakat yang konstan membiasakan aktivitas membaca terlebih
membacakan buku terhadap anak-anak. Read aloud tidak dijadikan sebagai
sebuah alternatif yang populer di kalangan masyarakat untuk membangun
literasi pada anak-anak, padahal menurut Jennings, membacakan buku untuk
anak-anak merupakan salah satu hal yang sangat berharga bagi anak. Manfaat
darinya bukan saja hanya menumbuhkan minat baca pada anak, namun lebih
dari itu membaca nyaring akan menciptakan hubungan cinta antara orangtua
dan anak, ungkapan cinta ini akan membentuk ikatan antara orang tua, anak,
dan buku. Menciptakan hubungan seperti itu akan menciptakan lingkungan
sehat yang ramah buku, sehingga sedikit banyak dapat menanggulangi
permasalahan literasi yang tergolong rendah di kalangan dunia. Salah satu
kutipan dari National Literacy Trust mengatakan “membacakan untuk anak
tak hanya membangun kekuatan hubungan antara anak dan orangtua, tapi juga
diyakini sebagai hal terpenting yang dapat dilakukan untuk membantu
kesuksesan anak” (Frankenberg, n.d.-b).
Hasil survei yang membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara
dengan tingkat literasi yang rendah bukan hanya sebuah cerita atau omong
kosong belaka, seperti yang sudah disebutkan yakni daerah peneliti sendiri,
buku bukanlah sebuah hal yang menarik, baik untuk anak-anak atau untuk
orang dewasa. Seringkali, membeli sebuah buku bacaan untuk kebutuhan
sekolah dianggap sebagai sebuah ‘beban’ dibandingkan dengan membeli baju
seragam untuk sekolah yang memang sudah menjadi kewajiban. Kampung
Cijaura yang terletak di sudut Bandung selatan adalah tempat peneliti tinggal.
Daerah tempat kami tinggal dipercaya untuk menyandang salah satu program
dari pemerintah, yakni Kampung Berkualitas (selanjutnya disingkat Kampung
KB) di pertengahan tahun 2023 ini, nama untuk Kampung KB sendiri kami
beri nama Cempaka 26. Menyiasati keadaan tersebut, peneliti tergerak untuk
membuat sebuah aktivitas read aloud pada anak-anak di kampung KB
Cempaka 26 dan berharap aktivitas ini menjadi sumbangsih peneliti dalam
meningkatkan kualitas SDM di daerah tersebut.
Sementara itu, read aloud merupakan aktivitas sederhana yang
dilakukan oleh pembaca dan pendengar, pembaca biasanya adalah orang tua,
pendidik, atau pengasuh. Aktivitas sederhana bernama read aloud ini
memungkinkan seseorang untuk menyisihkan sedikit waktunya untuk
membacakan cerita kepada anak secara rutin dan terus menerus yang
berdampak langsung kepada anak untuk terbiasa mendengar, membuatnya
mau membaca, dan akhirnya bisa membaca (Muhtar, 2020). Membuat anak
terbiasa dengan buku dan terbiasa dengan aktivitas membaca sama saja
dengan mengenalkan dunia yang ramah literasi pada anak, yang kemudian
diharapkan dapat membangun dunia literasi anak hingga ia dewasa nanti.
Literasi di Indonesia belakangan menjadi perbincangan hangat karena
pada era teknologi informasi seperti saat ini menuntut skill literasi bukan
hanya menguasai skill yang berhubungan dengan membaca saja, namun lebih
dari itu dibutuhkan skill literasi digital yang sangat dibutuhkan dalam
menghadapi ledakan informasi dalam dunia digital. Namun, data yang
dihasilkan dari survei World’s Most Literate National pada tahun 2016 yang
dikutip dari website Kementrian Komunikasi dan Informatika RI yang ditulis
oleh (Devega, 2017) menunjukkan tingkat literasi di Indonesia menduduki
peringkat 60 dari 62 negara. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia
memasuki 10 peringkat terendah negara dengan tingkat literasi 0,001% yang
jika dikalkulasikan, hanya 1 dari 1000 orang Indonesia dengan literasi yang
cukup atau gemar membaca. Dapat kita lihat pula hasil indeks Alibaca
(Aktivitas Literasi Membaca) Nasional, Indonesia masuk ke dalam aktivitas
literasi rendah, sedangkan pada indeks Alibaca provinsi sebanyak 9 provinsi
termasuk ke dalam kategori aktivitas literasi sedang, 24 provinsi termasuk ke
dalam kategori aktivitas literasi rendah, dan 1 provinsi termasuk ke dalam
kategori aktivitas literasi sangat rendah. Data-data yang ditunjukkan tersebut
menyiratkan bahwa baik secara nasional maupun provinsi tidak ada yang
menunjukkan aktivitas literasi tinggi (Kemendikbud RI, 2019):79.
Sedangkan yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara
dengan potensi sumber daya yang melimpah, namun rendahnya kualitas
sumber daya manusia membuat Indonesia tidak termasuk negara maju.
Kualitas sumber daya manusia dapat dihasilkan melalui peningkatan literasi,
karena menurut Hurlock, literasi merupakan kemampuan seseorang dalam
memahami informasi yang diterimanya yang berguna untuk mengembangkan
kecakapan hidupnya. Kemampuan literasi juga berpengaruh pada
perkembangan sosial, perkembangan kognitif juga perkembangan emosi,
karena kemampuan literasi bukan hanya sekedar belajar membaca dan menulis
saja, lebih dari itu literasi sangat berpengaruh khususnya untuk diri sendiri dan
umumnya pada kualitas sumber daya manusia suatu negara.
Meningkatkan literasi di sebuah negara tidak semudah membalikkan
telapak tangan, namun juga bukan sebuah hal yang tidak mungkin. Hanya
perlu mulai melakukan sebuah hal kecil yang kemudian dibiasakan lalu
terbiasa. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat
literasi penduduk sebuah negara adalah dimulai dengan membiasakan
membaca pada usia dini, karena pembisaan pada lingkungan yang dibentuk di
sekitar anak-anak akan berpengaruh pada pembiasaannya di masa yang akan
datang. Maka dari itu, membacakan buku secara nyaring kepada anak penting
untuk diteliti lebih dalam, karena dengannya kita akan mengetahui keajaiban
dibalik aktivitas read aloud.
Penelitian ini akan membahas lebih dalam mengenai upaya
membangun literasi anak melalui metode read aloud. Tujuan utama dalam
penelitian ini adalah untuk memahami proses pelaksanaan aktivitas read aloud
yang diterapkan kepada anak-anak dari mulai merencanakan, melaksanakan,
hingga evaluasi pelaksanaannya. Maka dari itu peneliti merumuskan judul
penelitian ini dengan “Membangun Literasi pada Anak menggunakan Metode
Read Aloud (Action Research pada Kampung Berkualitas Cempaka 26).
Menggunakan metode action research dengan model stringer (look think act)
memungkinkan penelitian ini untuk membuktikan aspek-aspek dalam read
aloud dapat menstimulasi anak dalam membangun kecintaan mereka pada
membaca dan dengan analisis kualitatif, penelitian ini akan menjelaskan hasil
penelitian tindakan yang dilakukan pada anak-anak di Kampung KB Cempaka
26.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditemukan, maka
ditetapkanlah rumusan masalah umum dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
“Bagaimana mengimplementasikan metode read aloud untuk membangun
budaya literasi pada anak-anak?”
Adapun dari rumusan masalah umum, ditetapkanlah rumusan masalah khusus
yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana merencanakan & merancang metode read aloud pada anak-
anak di kampung KB Cempaka 26?
2. Bagaimana melaksanakan metode read aloud pada anak-anak di kampung
KB Cempaka 26?
3. Bagaimana evaluasi dari metode read aloud yang dilaksanakan di
kampung KB Cempaka 26?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan beberapa masalah yang telah dirumuskan, maka terdapat
tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui
implementasi dari metode read aloud yang dilaksanakan pada anak-anak di
kampung KB Cempaka 26. Adapun berdasarkan tujuan umum, ada beberapa
tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui rancangan dan perencanaan dalam
mengimplementasikan metode read aloud pada anak-anak di kampung KB
Cempaka 26.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan metode read aloud pada anak-anak di
kampung KB Cempaka 26.
3. Untuk mengetahui evaluasi dari hasil pelaksanaan metode read aloud pada
anak-anak di kampung KB Cempaka 26.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini ditinjau dari beberapa aspek, yakni manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Adapun uraian dari dua aspek manfaat teoritis dan
manfaat praktis akan diuraikan dalam uraian berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah salah satu sumber pengetahuan bagi
beberapa pihak seperti mahasiswa, pendidik, orang tua, dan pegiat literasi
lainnya yang berhubungan dengan anak-anak. Pengetahuan berkaitan
dengan literasi anak dan pelaksanaan metode read aloud sebagai upaya
meningkatkannya ini akan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak yang
disebutkan jika kita semua aware terhadap isu literasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian yang bertema literasi pada anak ini diharapkan menjadi
pembelajaran yang sangat berharga bagi peneliti, baik sebagai dewasa
yang di lingkungan sekitar terdapat banyak sekali anak-anak, sebagai
pustakawan guru yang tentunya akan menghadapi berbagai karakter
anak-anak, maupun kelak sebagai orang tua yang akan mempunyai
anak, untuk kemudian dipraktikkan sesuai dengan hasil pembelajaran
dari penelitian ini.
b. Bagi Praktisi
Bagi pustakawan guru, librarian, pegiat literasi, dan orang tua,
tentunya topik literasi anak sudah tidak asing lagi, maka dari itu
penelitian ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan tambahan
terkait perkembangan literasi pada anak-anak melalui salah satu
metodenya, yaitu read aloud dan menjadi salah satu gambaran dalam
melaksanakan read aloud.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Literasi
2.1.1 Pengertian Literasi
Menurut kamus online Merriam-Webster, literasi berasal dari bahasa
latin dan bahasa inggris. Bahasa latin dari literasi yaitu “literature” dan
bahasa inggris dari literasi adalah “letter”. Ia menjelaskan bahwa literasi
merupakan kemampuan seseorang untuk melek huruf/aksara yang
didalamnya termasuk kemampuan membaca dan menulis. Selain
kemampuan membaca dan menulis, makna literasi lebih dari itu yakni
mencakup melek visual yang berarti juga kemampuan untuk mengenali
dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual, seperti adegan,
video, dan gambar.
Menurut UNESCO, pemahaman yang paling umum dari literasi
adalah seperangkat keterampilan nyata yang terkhusus pada keterampilan
kognitif membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana
keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperoleh keteramilan
tersebut. UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi dapat
memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, juga
masyarakat. Sifat “multiple effect” (memberikan efek untuk ranah yang
sangat luas) yang melekat pada literasi membuat kemampuan ini dapat
membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak,
pertumbuhan penduduk, menjamin pembangunan berkelanjutan, dan
terwujudnya perdamaian. Mereka menyebutkan bahwa buta huruf
merupakan hambatan untuk kualitas hidup yang lebih baik, maka dari itu
mereka menyebutkan jaminan-jaminan untuk kemampuan literasi
(Husna, N.S., et al 2019:63).
Sedangkan Sulbzy (1986) mengartikan litearsi secara sempit,
yakni literasi diartikan sebagai kemampan membaca dan menulis.
Kaplan (1992) dan Graff (2006) juga mengartikan hal yang serupa,
menurut mereka literacy merupakan kemampun membaca dan menulis
(able to read and write). Dalam Education Development Center (EDC)
literasi dijabarkan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan
potensi yang ia miliki (kemampuan tidak sebatas baca tulis saja)
(Sismulyasih, 2018).
Beberapa pengertian yang telah dipaparkan baik dari suatu institusi
maupun dari para ahli, semua pengertian mengerucut pada kemampuan
seseorang dalam mengembangkan potensinya, terkhusus dalam membaca
dan menulis. Lebih dari itu, literasi dikerucutkan pada arti bahwa seorang
individu harus bisa memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya sendiri.
2.1.2 Literasi Anak
Literasi melibatkan penguasaan sistem membaca dan menulis,
Enggelbetus (2016) berpendapat bahwa literasi anak merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan membaca, menulis, menyimak,
dan berbicara. Cahyani (2015) mengemukakan bahwa literasi awal
bukan berarti anak langsung diajari membaca langsung, namun
menjadikan anak mencintai kegiatan membaca dan membangun
fondasi untuk membaca itu yang lebih penting untuk dilakukan.
Susanto (2017) juga menambahkan bahwa literasi pada usia dini
termasuk juga dalam kemampuan membaca dan menulis.
Suryadi dalam (Marwiyati & Hidayatulloh, 2018) menyatakan
bahwa kemampuan literasi pada anak bisa diperkenalkan sedini
mungkin, bahkan bisa dimulai sejak anak masih berada dalam
kandungan, stimulasi perkembangan literasi pada anak dapat dilihat
pada uraian berikut :
1. Bayi
Sejak dalam kandungan, idealnya anak distimulasi pada berbagai
aktivitas yang memungkinkan untuk membuat kemampuan
literasinya bertambah, seperti sering membaca, baik buku, kitab
suci, atau media baca yang lainnya. Saat sudah lahir, anak dapat
dikenalkan secara perlahan kepada kegiatan membaca, sebagai
orang tua, kita bisa menyediakan buku di tempat-tempat yang bisa
dijangkau oleh anak, bahkan di tempat tidur sekalipun. Atau hal
lain yang bisa dilakukan adalah membacakan buku pada anak,
dengan begitu, mereka akan terstimulasi untuk mengenal kegiatan
membaca dan tidak asing saat mereka sudah berkembang nanti.
Namun perlu digarisbawahi, pada fase ini kita hanya bertugas
menstimulasi atau mengenalkan kegiatannya, bukan memaksa anak
harus melakukan kegiatan tersebut.
2. Toodlers
Pada dasarnya toodlers usia 2-3 tahun menyukai buku, pada masa-
masa usia ini anak-anak mulai membaca dan suka memberikan
nama-nama pada objek yang terdapat pada buku yang mereka lihat.
Seiring bertambahnya usia dan kosa kata mereka yang juga kian
ikut bertambah, pada masa ini tepat untuk mengenalkan kegiatan
membaca dengan menggunakan metode read aloud dan
menggunakan intonasi yang tepat, selain juga untuk menstimulasi
anak pada kemampuan membaca, metode tersebut juga
menstimulasi pendengaran anak.
3. Anak usia 3-6 tahun
Idealnya, pada masa ini minat anak pada buku cerita kian
meningkat tajam, anak-anak menyukai buku yang memuat gambar
lebih banyak daripada tulisan juga buku-buku dengan warna yang
cerah. Maka dari itu. Pengenalan literasi yang paling baik bagi anak
pada tahap ini adalah dengan membacakan ulang sebuah cerita
walaupun tidak selengkap cerita aslinya.

2.2 Read Aloud


Secara bahasa, read aloud adalah membaca dengan lantang atau dengam
suara keras. Sedangkan menurut Kementrian dan Kebudayaan (Kemendikbud)
RI dilansir dari laman Dispusip Yogyakarta, read aloud merupakan metode
mengajarkan membaca pada anak-anak yang paling efektif karena dengan
metode read aloud ini, kita dapat mengkondisikan otak anak untuk
mengasosiasikan membaca sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan. Selain
itu, beberapa manfaat dari metode read aloud adalah menciptakan pengetahuan
dasar bagi si anak, membangun koleksi kosakata (vocabulary) pada anak-anak
dan memberikan cara membaca yang baik (reading role model) (Dispusip
Yogyakarta, 2022).
Susan Frankerberg (Frankenberg, n.d.-b) dalam bukunya menuliskan bahwa
read aloud merupakan salah satu perangkat terbaik yang dapat membantu anak-
anak dalam membangun pondasi yang kokoh dalam bidang bahasa dan literatur.
Read Aloud memberikan rangkaian pemahaman dari huruf menjadi kata, dari
kata menjadi kalimat, dan dari kalimat membentuk cerita dan juga memberikan
pemahaman pada anak bagaimana cara menggunakan kosa kata yang baik.
Memacakan buku pada anak, walaupun tampak sederhana, namun memberikan
pengaruh yang luar biasa, setiap saat anak dibacakan sebuah buku, mereka akan
pada tokoh, tempat, situasi, objek, dan ide-ide baru yang kemudian akan
disimpan dalam ingatannya. Ia juga menuliskan 10 manfaat dari read aloud,
yaitu meningkatkan kesuksesan di sekolah, memberikan pengetahuan dasar,
mengembangkan kemampuan mendengarkan, memupuk kecintaan membaca,
mendorong rasa percaya diri, memperkaya kehidupan keluarga, menstimulasi
otak anak, memperkokoh nilai-nilai dalam keluarga, mempererat hubungan
antara orang tua & anak, dan memberikan teladan bagi generasi yang akan
datang (Frankenberg, n.d.-b)
2.2.1 Manfaat Read Aloud
Manfaat penting lainnya yang dikemukakan dalam artikel jurnal oleh
(Yumnah, 2017) antara lain sebagai berikut :
1. Menstimulasi think aloud
Saat kegiatan read aloud dilakukan, kita membacakan buku cerita
dengan tokoh-tokoh baru, dengan ide baru, dan dengan situasi-situasi
serta objek yang baru dikenali oleh anak. Dari buku yang dibacakan
juga terdapat pesan moral yang pasti dipelajari oleh anak, dan
kemudian nilai-nilai tersebut mendorong perkembangan otak anak
kualitas yang lebih baik, serta dapat berfikir kritis dan kreatif.
2. Mengenalkan literasi
Membacakan nyaring cerita pada anak membuat anak mengenal
kosakata lebih banyak, setiap dibacakan cerita, kosakata mereka akan
semakin bertambah banyak. Tidak hanya mengenal kosakata, anak
juga belajar untuk mengenal intonasi, kemampuan mendengar,
mengenal bunyi-bunyian, kemampuan berbicara yang kemudian akan
belajar kemampuan membaca dan menulis.
3. Membangun keakraban
Poin terpenting dari kegiatan read aloud adalah membangun
keakraban antara anak dan orang tua. Selain membangun kemampuan
literasi anak, read aloud sangat memungkinkan untuk membangun
bonding antara orang tua dan anak. National Literacy Trus mengatakan
“membacakan untuk anak tak hanya membangun kekuatan hubungan
antara anak dan orang tua, tapi juga diyakini sebagai hal terpenting
yang dapat anda lakukan untuk membantu kesuksesan anak”.
2.2.2 Dasar-dasar Read Aloud
Pada dasarnya, read aloud merupakan tahap pertama untuk anak-anak
mengenali suara saat orang berbicara, terutama orang tuanya. Anak-
anak akan meniru bagaiamana orang tuanya berbicara, maka dari itu
cobalah bacakan buku untuk anak bahkan saat bayi karena ternyata
mereka itu sangat menyukai buku. Berikut ini merupakan dasar-dasar
dalam read aloud yang ditulis oleh (Frankenberg, n.d.-a) dalam
bukunya;
1. Tips Membacakan buku untuk anak
a. Pastikan ada buku yang dapat dijangkaunya dengan mudah
b. Pajanglah buku di berbagai tempat di rumah
c. Jadikan waktu read aloud untuk menjadi saat yang tepat untuk
berkumpul bersama dengan penuh kehangatan dan kenyamanan
d. Saat membaca, jauhkan semua alat elektronik yang dapat
mengalihkan perhatian anak, seperti televisi dan ponsel
e. Biarkan anak-anak mendiskusikan buku bahkan ketika kita
tengah membacakan buku untuk mereka karena mereka pasti
ingin membicarakan imajinasi mereka dalam membayangkan
cerita yang tengah kita bacakan
f. Buatlah prakarya/craft/kegiatan lain yang sesuai dengan isi dari
buku yang kita bacakan
g. Temukan waktu yang pas untuk melakukan read aloud lalu
lakukanlah secara rutin di waktu tersebut
h. Jadilah pendongeng, bukan hanya sekedar membacakan buku
saja. Belajarlah setiap kali kita membacakan buku untuk anak-
anak, maka dari itu kemampuan kita pun akan semakin
bertambah begitu juga dengan anak-anak yang akan terus
belajar setiap kita membaca buku bersama
2. Read Aloud untuk Bayi
Ternyata para bayi sangat tertarik pada buku, isi kepala mereka
sangat cepat tenggelam diantara buku-buku yang dibacakan oleh orang
tuanya. Maka dari itu beberapa orang tua sudah memulai untuk
melaksanakan kegiatan read aloud bahkan ketika bayi mereka masih
dalam kandungan. Mereka juga meyakini konsep read aloud ini juga
manfaatnya, dan tak heran juga jika anak-anak sudah memiliki
kemampuan bahasa yang tinggi saat mereka masuk sekolah.
Buku-buku pemula untuk balita sebisa mungkin memiliki tempilan
yang sederhana, namun kaya akan warna dan pendek isinya serta
ukurannya sebisa mungkin untuk disesuaikan dengan tangan mereka
agar tangan mungil mereka dapat memegangnya. Pilih juga board
book dan buku-buku berbahan tebal agar tidak mudah sobek buku-
buku yang tahan air agar bisa dibawa saat mereka mandi.
Sediakan juga buku-buku dengan kriteria di atas dalam jangkauan
mereka saat mereka berada dalam arena bermain, karena mereka perlu
terbiasa untuk menyentuh buku dan memahami cara kerja dari buku itu
sendiri, banyak sekali buku-buku yang cocok untuk bayi dan
menstimulasi indera perasa mereka. Beberapa buku diantaranya adalah
Pat The Bunny, Manhattan Toy Flutter Soft Book, Manhattan Toy
Fairytale, dan Pop It Sensory Play Board.
Bayi sangat suka dengan buku yang isinya pendek dan mereka
sangat menikmati gaya bercerita seru dan menstimulasi. Beberapa gaya
membaca memang sering dilakukan oleh orang tua dengan cara yang
berbeda pula, ada yang hanya sekedar membaca dengan mebolak
balikan halaman saja, ada juga yang menjadikan buku sebagai
petualangan seru dengan nada suara yang sesuai.
3. Read Aloud untuk Balita
Balita sangat senang untuk menunjuk dan mengenali gambar-
gambar yang mereka sukai dari buku yang sudah dibacakan berulang
kali untuk mereka. Melihat kebanyakan cara pengasuhan balita, maka
polanya sama, yakni dibutuhkan banyak kesabaran ketika mereka
mulai menyukai satu buku dan meminta untuk membacakannya
berulang kali. Namun jangan khawatir ketika hal tersebut terjadi,
karena pengulangan ini mengajarkan anak-anak untuk memprediksi isi
cerita dan semakin mereka mengerti isi ceritanya maka perasaan
bangga pada kemampuan dirinya pun ikut berkembang.
Namun ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca buku
untuk balita, salah satunya adalah untuk berhati-hati memperkirakan
toleransi mereka akan rasa takut. Banyak sekali buku-buku untuk
balita yang menceritakan tentang salah satu tokoh yang menstimulasi
rasa takut seperti tokoh monster atau alur cerita yang menakutkan.
Sebagian balita memang bisa menerimanya, namun ada juga
toleransinya kecil terhadap cerita-cerita tertentu, maka dari itu hal
terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan membacanya terlebih
dahulu sebelum read aloud.
4. Read Aloud untuk anak yang sudah bisa membaca
Kebanyakan orang tua menghentikan sesi read aloud ketika
anaknya sudah bisa membaca, padahal read aloud tidak hanya
ditujukan kepada anak yang belum bisa membaca, tapi juga untuk
anak-anak yang sudah melek huruf dan angka, padahal jika dilihat lagi
pemahaman mereka terhadap alur dan karakter cerita sudah lebih
berkembang maka petualangan read aloud untuk anak sudah yang bisa
membaca baru saja dimulai.
Saat memulai read aloud dengan anak yang sudah menginjak usia
sekolah, buku pertama yang kita bacakan sangatlah menentukan.
Bagaimana kita harus bijak dalam memilih buku, usahakanlah memilih
buku yang mengandung “umpan”, bacalah halaman pertama untuk
menentukan bahwa buku itu menarik perhatian atau tidak. Cara
memilih buku-buku read aloud untuk anak-anak yang sudah bisa
membaca adalah dengan memilih buku-buku yang isinya di atas
kemampuan membaca anak tersebut. Misalnya, memilih buku yang
isinya untuk level keterbacaan anak kelas 3 SD untuk read aloud kelas
1 SD. Tujuannya adalah untuk meregangkan otak mereka agar dapat
menyerap jauh lebih banyak dari kemampuan membaca mereka pada
saat itu, maka dari itu pembendaharaan kata mereka akan lebih
meningkat.
5. “Menjual” Read aloud kepada anak-anak
Salah satu tugas orang tua adalah dengan menjual pemikiran
bahwa buku itu bernilai sangat tinggi. Jika kita sebagai orang tua
menginginkan anak untuk bersemangat dalam membaca dan selalu
penasaran dengan buku yang sedang kita pegang, maka kita sendiri
yang harus menanamkan pikiran itu. Manfaat yang dapat dirasakan
adalah saat anak memulai sekolah, mereka telah menyadari pentingnya
buku dan memandang sekolah secara prinsip, bukannya negatif atau
biasa-biasa saja.
Analogi sederhana yang bisa dipakai dalam konsep read aloud
beserta manfaatnya adalah dengan menemukan salah satu seleksi
sepakbola. Salah satu peserta sepak bola yang mendaftar adalah anak
yang telah dikenalkan dengan dunia sepak bola, betapa serunya
kegiatan olahraga tersebut, menonton pertandingan sepak bola,
memainkan kegiatan tersebut bersama, bahkan membiarkan anaknya
memakai seragam sepak bola bahkan sebelum anaknya melakukan
latihan di hari pertamanya. Sedangkan satu peserta lainnya mendaftar
dan melakukan tes seleksi tim tanpa diperkenalkan terlebih dahulu apa
dan bagaimana itu sepak bola, bagaimana keseruan sepak bola, bahkan
tidak pernah menonton secara langsung permainan sepak bola.
Jelas saja, peserta pertama akan sangat bersemangat untuk
melakukan permainan sepak bola sedangkan satu peserta lainnya tidak
akan mempunyai alasan untuk mengembangkan ketertarikan akan
sepak bola kecuali ia mampunyai tekad kuat untuk mempelajarinya.
Analogi ini bisa kita pakai dalam konsep read aloud, anak-anak akan
bersemangat dalam memahami buku jika terlebih dahulu dibekali dan
dikenalkan juga didekatkan dengan buku, ia juga akan percaya diri
ketika melangkahkan kaki ke sekolah untuk pertama kalinya.
Kenalkanlah kegiatan membaca dalam kerangka yang positif,
ajaklah mereka untuk melakukan apa yang kita lakukan, artinya, kita
juga harus membiasakan untuk membaca, penuhi rumah dengan buku
dan manfaatkan sebagai jaminan kesuksesan. Jadikan tempat tinggal
menjadi tempat tinggal yang ramah buku sehingga otomatis sedari
awal juga menjadi anak yang “pro-sekolah”. Janganlah memaksa
mereka untuk membaca dan mendikte mereka dengan paksaan mereka
“harus” melakukan itu dan jika tidak akan diberikan punishment
tertentu. Hal tersebut justru hanya akan menghasilkan sesuatu yang
buruk seperti traumatis pada anak.
6. Mendekati anak yang enggan membaca
Jika kita mempunyai anak yang enggan membaca, maka mereka
tetap akan bisa tertarik pada buku. Beberapa hal yang menyebabkan
anak enggan membaca yaitu :
a. Sejak masuk sekolah ia sudah kesulitan membaca
b. Ia tidak pernah membaca buku yang bagus dan menarik untuk
mereka
c. Ia tidak pernah diajak untuk menikmati sesi read aloud
d. Ia jarang membaca sehingga juga tidak terlalu sukses membaca
pelajaran di sekolah

Langkah pertama yang dapat dilakukan ketika akan menciptakan


suasana yang cocok untuk read aloud adalah rencanakan dengan
matang, baik dari segi pemilihan buku maupun dari gaya membacakan
buku. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menunjukkan perilaku positif yang otomatis akan menciptakan
atmosfir yang menyenangkan, tanyakanlah sesuatu kepada mereka
sehingga membuat mereka bisa mengeluarkan pendapat mereka dan
apa yang ada di pikiran mereka, beri mereka dorongan untuk beropini
dan dengarkan opini mereka dengan seksama, sampaikan manfaat-
manfaat read aloud kepada mereka, tunjukkan sikap bahwa kita
tertarik dan peduli kepada mereka, dan ceritakan tentang read aloud
pada saat kita mempunyai energi dan fokus akan hal itu lalu
dengarkan juga pendapat anak-anak, dan yang pasti berkreasilah
dengan metode-metode yang bisa dilakukan untuk merangkul calon-
calon pembaca.

7. Memilih waktu Read aloud


Memilih waktu yang tepat untuk dapat menjalani sesi read aloud
yang berkualitas adalah dengan memperhatikan beberapa hal terlebih
dahulu, hal pertama yang harus diperhatikan adalah pastikan perut
anak sudah terisi penuh dan pastikan menjalani sesi read aloud di
tempat yang nyaman. Posisi yang bisa dambil dalam sesi read aloud
bersama anak adalah dengan memangku mereka atau berpelukan
dengan tangan anak aktif mereka. Pilihlah posisi sebelah kanan anak
jika anak lebih aktif menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya,
duduklah sebelah kiri mereka jika anak lebih aktif menggunakan
tangan kirinya. Waktu untuk read aloud sebaiknya tidak terlalu lama
dan manfaatkan suara kita dalam melakukan read aloud agar
menjadikan kegiatan ini menjadi kegiatan yang menyenangkan.
Read aloud adalah momen yang berharga yang kita luangkan
bersama anak, maka dari itu pastikan mereka tahu bahwa kita
memprioritaskan kegiatan ini. Biarkan ia melihat bahwa kita menunda
kegiatan lain seperti mencuci piring atau menyimpan ponsel untuk
kegiatan read aloud. Di usia sekolah, mungkin anak-anak mempunyai
waktu luang yang berbeda-beda, maka dari itu lebih baik bila kita
melakukan kegiatan read aloud di pagi hari sebelum berangkat sekolah
karena waktu pulang sekolah adalah waktu yang paling tepat untuk
mereka bermain dan mengulang pelajaran di sekolah. Selain pagi hari,
waktu malam hari saat menjelang tidur adalah waktu yang tepat juga
untuk read aloud yang akan menjadi pengalaman yang menyenangkan
sebelum anak terlelap dalam mimpi.
8. Ritual Read aloud menjelang tidur
Bebereapa hal yang dapat menjadi alasan kuat untuk memulai
tradisi membacakan cerita pada anak menjelang waktu tidur, yakni :
a. Saat-saat menjelang tidur adalah waktu yang dapat dengan
mudah mudah ditebak anak untuk sesi read aloud
b. Siapapun akan merasa sangat nyaman untuk terlelap tidur saat
seseorang tengah membacakan cerita untuknya
c. Read aloud menjelang tidur membuat anak merasa rileks dan
membuatnya tidur lebih lelap
d. Read aloud menjelang tidur merupakan cara yang positif untuk
mengakhiri hari, baik untuk orang tua maupun untuk anak
9. Read aloud di dalam kelas
Salah satu aspek yang menentukan anak dalam upaya menguasai
bahasa adalah kemampuan untuk mendengarkan yang perlu dipelajari
lebih lanjut dan dilatih dengan giat. Sebagai guru, kita harus belajar
untuk mengajarkan bahwa kegiatan mendengarkan merupakan
kegiatan yang terasa menyenangkan. Read aloud merupakan salah satu
cara yang bisa digunakan untuk melatih kemampuan mendengarkan
anak muridnya, guru perlu membuat kegiatan membaca menjadi
sebuah kegiatan yang sangat menyenangkan untuk muridnya.
Jika memungkinkan, buatlah pojok baca atau area tertentu yang
digunakan untuk kegiatan membaca, buatlah pojok tersebut menjadi
tempat yang nyaman baik untuk sesi read aloud ataupun untuk anak
didik dapat membaca secara mandiri.
10. Tak ada kata terlambat untuk Read aloud
Idealnya, usia Sekolah Dasar sudah terbiasa untuk membaca dan
dikenalkan dengan kegiatan read aloud sehingga anak-anak sudah
dibekali untuk siap bersekolah. Namun jika sudah sampai usia SD
belum juga dibiasakan dengan sesi read aloud maka mulailah hari ini.
Mulailah dengan memperkenalkan read aloud itu sendiri dan seberapa
besar manfaatnya untuk mereka, jika anak balita mungkin tidak akan
terlalu peduli dengan hal itu, maka berbeda jika mereka sudah beranjak
semakin bertumbuh, ia harus diberikan pengetahuan terlebih dahulu
dalam melakukan sesuatu agar anak-anak juga tahu akan tujuan yang
ingin dicapai dalam melakukan kegiatan tersebut.
Berikut ini beberapa alasan yang dapat diberikan kepada anak-anak
usia SD saat akan memulai melakukan kegiatan read aloud:
a. Bersekolah akan menjadi lebih mudah
b. Nilai akademis akan meningkat
c. Kita dapat berbagi cerita bersama
d. Mengasyikkan!
e. Kamu penting untukku, dan aku ingin menghabiskan waktu
hanya berdua bersama kamu
f. Kamu sangat berharga untuk ini!

2.3 Penelitian Terdahulu


Lilis Sumaryati (2018) dalam penelitiannya yang berjudul
“Membudayakan Literasi pada Anak Usia Dini dengan metode
Mendongeng” membahas mengenai dongeng yang digunakan sebagai
upaya untuk menggerakkan budaya literasi pada generasi-generasi
selanjutnya. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa dongeng merupakan
salah satu bentuk budaya sastra dari nenek moyang kita yang tentunya
telah eksis dari zaman kuno dan diharapkan menjadi ‘penolong’ atau
menjadi pengantar orang-orang pada era modern untuk mengenal dan
terbiasa dengan budaya literasi. Pembahasan yang dihasilkan dari
penelitian ini mengerucut pada tiga aspek utama dalam membudayakan
literasi pada anak usia dini. Pertama, lingkungan pendukung budaya
literasi. Hal pertama ini berkaitan dengan keluarga, karena orang tua
merupakan guru pertama anak dan rumah adalah sekolah pertama anak.
Lingkungan sangat berpengaruh besar pada perkembangan literasi anak,
peran orang tua sangat penting disini untuk terus memberikan stimulus-
stimulus yang dapat mengembangkan bahasa pada anak. Kedua,
pentingnya budaya literasi sejak dini. Lilis mengemukakan bahwa budaya
literasi dapat ditumbuhkan sedini mungkin, bahkan saat masih dalam
kandungan. Sedangkan caranya adalah membiasakan para orang tua untuk
membacakan buku pada anak secara rutin dalam kehidupan sehari-hari dan
ketika mereka sudah bisa membaca tugas para orang tua adalah
menemaninya. Dan yang ketiga adalah penanaman budaya literasi dengan
metode dongeng. Dongeng merupakan salah satu alternatif yang dapat
digunakan untuk menumbuhkan budaya literasi pada anak, karena karya
sastra yang bersifat kreatif imajinatif seperti dongeng memiliki daya tarik
tersendiri bagi anak. Selain itu, dongeng dapat membentuk kepribadian
dan moralitas, sehingga berpengaruh positif dan membantu anak usia dini
mendapatkan kekuatan kebajikannya (Sumaryanti, 2018).
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Devi Meilasari dan Raden
Rachmy Diana (2022) yang berjudul “Peran Orang Tua dalam
Mengembangkan Literasi pada Anak Usia Dini” yang membahas tentang
upaya yang dapat dilakukan oleh lingkungan terdekat si anak untuk
mendapatkan hak belajar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan perbedaan antara beberapa anak dan beberapa anak lainnya
juga perbedaan dari orang tua mereka di Desa Sumberjaya, Sumsel ini.
Beberapa anak sudah bisa membaca dan menulis sedangkan beberapa anak
lainnya tidak, padahal umur mereka sama. Setelah diteliti lebih lanjut
ternyata peran orang tua mereka sangat penting dalam mengembangkan
literasi pada anak-anak mereka. Peran-peran orang tua diantaranya adalah
dengan membiasakan mereka sendiri untuk membaca, karena anak
merupakan peniru ulung, akan meniru orang-orang terdekatnya. Orang tua
juga bisa menyediakan fasilitas yang memadai seperti buku, permainan
edukasi, media digital yang memiliki nilai edukasi, namun dengan catatan
fasilitas-fasilitas tersebut disediakan dengan pendampingan orang tua
untuk mengontrol kegiatan literasi anak. Lingkungan belajar yang menarik
dan pemberian reward sebagai bentuk apresiasi kepada anak juga dapat
dilakukan untuk membuat anak merasa senang dan merasakan bahwa
kegiatan literasi bukan kegiatan yang membosankan (Meilasari & Diana,
2022).
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Imanda Fikri
Aulinda yang berjudul “Menanamkan Budaya Literasi pada Anak Usia
Dini di Era Digital”. Penelitian ini membahas tentang pesatnya
perkembangan teknologi di era digital ini yang memudahkan masyarakat
dan menyebabkan banyak terjadi degradasi wawasan dan pengetahuan
yang dikarenakan kurangnya budaya literasi sehingga budaya literasi harus
ditanamkan sejak dini karena pada usia dini, anak memasuki masa
perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat, maka diharapkan
dapat membawa kebiasaan baik hingga dewasa nanti. Beberapa metode
yanng dapat digunakan diantaranya menyediakan pojok untuk membaca
seperti yang ada di Dusun Demangan RT 10 RW 04. Desa Kadirejo. Kec.
Pabelan. Kab. Semarang, Jawa Tengah yang bernama Cakruk Baca
Bergerak. Metode dia tampan yang merupakan salah satu kegiatan
pembelajaram yang menyenangkan terutama untuk mengembangkan
kemampuan literasi bahasa dan permulaan membaca pada anak usia dini
juga menjadi salah satu metode yang ditemukan dalam penelitian ini.
Mendongeng juga merupakan salah satu jenis sastra yang sangat disukai
oleh anak-anak dan terdiri dari aspek perkembangan kejiwaan dan
merupakan sarana bagi anak untuk belajar tentang berbagai emosi,
perasaan dan nilai-nilai moral (Aulinda, 2020).
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Elwin Walimatul Fara, Rohinah,
dan Nai’mah yang berjudul “Interactive Read Aloud as An Effort to
Immprove Foreign Language Skillst at Early Age”. Menggunakan metode
Library research dan bertujuan untuk mengkaji metode interactive read
aloud sebagai upaya meningkatkan kemampuan berbahasa asing pasa anak
usia dini. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa interactive read aloud
merupakan teknik membaca nyaring yang memperhatikan intonasi, nada,
ritme, tempo dengan kegiatan tanya jawab yang menarik untuk menorong
siswa berpikir kritis, metode IRA ini adalah salah satu upaya untuk
menjadikan pembiasaan membaca sebagai bagian dari budaya Amerika,
yang dilaksanakan di sekolah dan keluarga. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa metode interactive read aloud memiliki kontribusi
yang kuat terhadap perkembangan bahasa anak, komunikasi anak, dan
kemampuan mengungkapkan pada anak serta kemampuan mendengar
anak. Semakin banyak buku yang dibacakan pada anak, maka akan
semakin luas juga kosa kata anak (Fara et al., 2023).
Penelitian selanjutnya berjudul “Read Aloud for Elementary
Student’s Vocabullary Depelopment” yang digagas oleh Rebecca M.
Giles dkk. Penelitian ini bermaksud untuk meneliti tentang penggunaan
read aloud dalam pengembangan vocabullary siswa SD. Dalam
penelitiannya, mereka memaparkan bahwa read aloud merupakan langkah
awal bagi seorang guru untuk merangkul dan mengajar siswa. Lebih dari
itu, read aloud mempunyai manfaat yang sangat beragam, seperti
mempererat ikatan di kelas, mempromosikan kecintaan dalam membaca,
meningkatkan kemampuan literasi, menyebarkan informasi, dan
menemukan metode membaca yang efektif. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk meneliti mengenai pengaruh dari membaca nyaring yang
mengandung elaborasi dari kosa kata untuk membuat siswa dapat
menceritakan kembali dan persepsi guru-guru tentang read aloud sebagai
salah satu strategi instruksional dibandingkan dengan read aloud secara
sederhana yang tidak ditujukan kepada aspek-aspek tertentu secara khusus.
Partisipan dari penelitian ini adalah siswa-siswi terpilih dan 3 guru SD
yang sedang menjalani sekolah pascasarjana di salah satu universitas
negeri. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan read aloud dengan elaborasi lebih berpengaruh pada target
kata-kata yang ditargetkan pada siswa dan pemahaman siswa terhadap
cerita yang dibacakan dan mereka dapat membacakan kembali cerita
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa read aloud dengan tujuan tertentu
seperti elaborasi kata-kata untuk meningkatkan kosa kata siswa memiliki
dampak yang positif terhadap perluasan kosa kata anak dan pemahaman
cerita (Giles et al., 2019).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan pola atau bentuk yang dirumuskan dalam
penelitian, berkenaan tentang cara mengumpulkan data, mengolah data yang
telah dihasilkan, lalu menganalisis data secara sistematis agar penelitian dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien agar sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui secara langsung
penggunaan metode read aloud dalam membangun literasi pada anak-anak.
Maka dari itu, penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode action
research (penelitian tindakan). Maurice Taylor (2005) menyatakan bahwa
“action research as a type of practice-based research”, maka tindakan yang
dilakukan telah dibuktikan melalui penelitian. Sedangkan Cresswell (2012)
dalam .. mengatakan :
“Action research has an applied focus. Similar to mixed methods
research, action research uses data collection based on either
quantitatve or qualitative methods or both. Thus action research design
are systematic procedured done by researcher to gather information
about, and subsequently improve”.

Seperti definisi yang dikemukakan oleh Cresswell bahwa penelitian


tindakan ini merupakan tindakan yang fokus pada tindakan tertentu dan
merupakan prosedur sistematis yang dilakukan oleh peneliti guna
mendapatkan informasi terkait tindakan dan akibat tindakan yang
dilaksanakan tersebut untuk memperbaiki kinerja sebuah organisasi.
Dikatakan juga oleh Narashima Reddy (2007) bahwa action research
merupakan sejenis eksperimen dalam situasi nyata yang dengan tindakan
tersebut ditujukan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi dari tindakan
tersebut.
Maka dari itu, penelitian ini dirancang menggunakan metode action
research guna mengetahui dampak dari penggunaan metode read aloud yang
dipraktikkan pada anak-anak di kampung KB Cempaka. Metode read aloud
dipercaya dapat menjadi sebuah jembatan untuk anak-anak dapat mencintai
dunia membaca, yakni dengan membuat aktivitas membaca menjadi suatu
aktivitas yang sangat menyenangkan. Maka dibutuhkan metode action
research untuk merealisasikan maksud dari penelitian “Membangun Literasi
pada Anak melalui metode Read Aloud” ini.
Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, maka peneliti sangat
membutuhkan keterlibatan dari beberapa pihak yang terkait, seperti ketua
kampung KB sebagai pemimpin yang mengetahui mengenai rancangan-
rancangan program dari kampung KB sendiri dan situasi serta kondisi dari
lingkungan dan masyarakat setempat juga perizinan dalam pelaksanaan
aktivitas tersebut, ketua divisi dari fungsi pendidikan kampung KB yang
keterlibatannya sangat dibutuhkan dalam perencanaan aktivitas read aloud
karena berkaitan dengan program divisinya, dan tentunya anak-anak yang
berada di kawasan kampung KB Cempaka 26 dengan usia tertentu untuk
memastikan terealisasinya aktivitas read aloud ini sesuai dengan sasaran dan
targetnya.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model stringer yang memiliki
kerangka dasar yang kuat, yakni ditandai dengan tiga kata ; look (melihat atau
memandang), think (berpikir), dan act (bertindak). Alasan peneliti
menggunakan model stringer adalah karena model ini sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan juga merupakan model yang cocok digunakan
dalam lingkup sosial.
Gambar 3.1 Siklus Action Research Model Interaktif Spiral
Sumber : Stringer, 2007
1. Melihat
Proses pertama yang dilakukan dalam siklus model interaktif spiral
dari model Stringer ialah look (melihat atau memandang), maksud dari
melihat atau memandang itu sendiri ialah mengumpulkan informasi
yang relevan (pengumpulan data), menggambarkan situasi
(menggambarkan dan mendefinisikan). Pada proses ini, peneliti akan
mengobservasi lingkungan di kampung KB Cempaka 26 terkhusus pada
anak-anak. Bagaimana anak-anak usia 6-10 tahun dalam berbagai aspek
keberagaman hidup dalam sosial masyarakat disana, bagaimana mereka
pergi bersekolah, bermain, dan mengaji. Peneliti beranggapan, dengan
menyelidiki kehidupan mereka, akan terlihat seperti apa mereka dalam
ketertarikan terhadap membaca dan kesenangan mereka ketika akan
pergi berangkat ke sekolah.
2. Memikirkan
Proses memikirkan ialah siklus berupa mengeksplorasi dan
menganalisis apa yang sedang terjadi lalu menginterpretasikan dan
menjelaskan atau berteori. Setelah mengobservasi kehidupan sosial
anak-anak di lingkungan kampung KB Cempaka 26, peneliti sudah
mengantongi beberapa gambaran terkait kebutuhan apa yang
dibutuhkan oleh anak-anak di kampung tersebut, untuk selanjutnya
diarahkan pada aktivitas kegiatan yang akan dilaksanakan, yakni read
aloud. Proses memikirkan ini semata-mata untuk memikirkan
bagaimana aktivitas read aloud akan disenangi oleh anak-anak di
kampung KB Cempaka, dengan menggunakan beberapa dukungan
lain agar proses dalam mengajak mereka untuk dapat berpartisipasi
semata-mata menjadi langkah yang lebih mudah.
3. Bertindak
Setelah mempunyai gambaran dan menganalisis gambaran tersebut,
bertindak dalam siklus model stringer adalah merencanakan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi.
Merancang/merencanakan, peneliti merancang pelaksanaan read
aloud sesuai dengan langkah-langkah membacakan buku pada anak
yang dipaparkan dalam buku Read Aloud Magic. Berikut adalah tabel
rancangan pelaksanaan Read Aloud :

Tabel 3.1
Rancangan pelaksanaan Read Aloud

Kelas/ Usia : 1-3 SD / 6-10 tahun

Jumlah :5

Deskripsi : Anak-anak dikumpulkan dalam suatu tempat yang


nyaman, duduk melingkar dan dijauhkan dari segala
jenis distraksi elektronik seperti ponsel dan televisi.

Pelaksanaan :
1 Persiapan read aloud
2 Perkenalan metode read aloud
3 Mempraktikkan kegiatan read aloud kepada anak-anak
4 Melakukan stimulasi bertanya pada anak-anak
5 Membuat prakarya
6 Evaluasi kegiatan read aloud

Bertindak, pada tahap ini peneliti mengimplementasikan rencana


pelaksanaan read aloud yang sudah dirancang sebelumnya. Berikut
tabel pelaksanaan kegiatan read aloud :

Tabel 3.2
Pelaksanaan Read Aloud

No Kegiatan Sub Kegiatan


1. Mempersiapkan buku yang akan
dibacakan
Mempersiapkan read
aloud
Mempersiapkan gaya dalam
membacakan cerita

Mempersiapkan anak-anak untuk


dikondisikan agar siap menerima
read aloud

Mempersiapkan bahan-bahan
untuk membuat prakarya

2. Perkenalan metode read Memperkenalkan read aloud


aloud pada anak-anak

Mengenalkan buku yang akan


dibacakan kepada anak-anak

3. Mempraktikkan kegiatan
Read aloud time !
read aloud

Mengajak anak-anak
mengeksplorasi buku yang
sedang dibacakan

4. Melakukan stimulasi pada Bertanya kepada anak terkait


anak buku yang dibacakan

Menstimulasi anak agar


mengemukakan pendapat mereka

Membuat prakarya sesuai dengan


5. Membuat prakarya
isi buku yang dibacakan

Mengajak anak untuk mengasah


kreativitas dengan membebaskan
“aksesoris” prakarya seperti apa
yang akan disampaikan

Evaluasi kegiatan read


6. Mengulas kembali cerita
aloud

Berdiskusi dengan anak-anak


terkait kegiatan yang dilakukan
serta keseruan yang melekat pada
ingatan anak-anak

Evaluasi, peneliti mengumpulkan data-data yang dihasilkan dari


pelaksanaan read aloud pada anak-anak yang ada di lingkungan
kampung kb Cempaka 26 lalu dianalisis. Analisis data berfokus pada
1. Ketertarikan anak-anak dengan buku yang dibacakan 2. Pendapat
anak-anak berkaitan dengan buku yang telah dibacakan 3. Kreativitas
anak dalam merangkai prakarya yang sesuai dengan isi bacaan yang
telah dibacakan, dan 4. Ekspresif.

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian


Partisipan merupakan subjek penelitian yang dibutuhkan dalam sebuah
penelitian kualitatif, peran mereka sangat penting untuk mendapatkan sebuah
informasi berkaitan dengan masalah yang diteliti. Partisipan dalam penelitian
ini adalah anak-anak di wilayah kampung KB Cempaka 26 yang dimulai dari
6-10 tahun atau usia SD kelas 1-3 sebagai sasaran dari pelaksanaan read
aloud berjumlah 5-8 anak, ketua dari kampung KB Cempaka 26 sebagai
informan terkait wilayah, dan ketua divisi fungsi pendidikan sebagai
informan, dan anak-anak yang ada di wilayah kampung KB Cempaka.
Penelitian ini dilakukan di kampung Cijaura RW 26 Desa Lebakmuncang
Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Adapun penyebutan
kampung KB Cempaka 26 adalah karena kampung kami diberi kesempatan
untuk mewakili satu desa dalam program pemerintah yakni Kampung
Berkualitas (KB), maka dari itu selanjutnya akan disebut Kampung KB
Cempaka 26.

3.3 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data untuk diolah dan dianalisis guna mencapai tujuan untuk
mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian yang telah diajukan
(Mulyadi, 2012). Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah observasi dan wawancara.
3.3.1 Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
utama dalam penelitian kualitatif, observasi dapat dilakukan dengan
secara terus terang pada informan dengan memberi tahu pada subjek
penelitian bahwa peneliti akan melakukan penelitian dengan
mengobservasi objek yang diteliti atau observasi yang dilakukan
secara tersamar, dengan secara tidak terus terang, observasi sangat
cocok untuk mengamati data kualitatif seperti aktivitas, perilaku, dan
rekaman lainnya.
Peneliti sendiri akan mengamati terkait perilaku-perilaku di
lingkungan masyarakat terkhusus anak-anak, hal-hal yang bisa
disiasati dalam pelaksanaan read aloud agar anak-anak tertarik, dan
beberapa diskusi yang akan dilakukan dengan warga masyarakat
kampung KB yang bersedia membantu proses penelitian ini.
3.3.2 Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui serangkaian percakapan terencana
yang diinisiasi melalui pertanyaan-pertanyaan oleh peneliti dan
jawaban yang didapat dari informan, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.
Dalam penelitian ini jenis wawancara yang dipakai adalah
wawancara semiterstruktur (Sugiyono, 2013) dimana wawancara
dilakukan dengan memakai instrumen sebagai pedoman wawancara
untuk mengetahui pelaksanaan metode read aloud dalam membangun
budaya literasi atau kecintaan membaca pada anak-anak. Wawancara
ini akan ditujukan kepada ketua kampung KB, ketua divisi fungsi
pendidikan, dan kepada anak-anak yang mengikuti read aloud.
3.3.3 Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data ini merupakan sebuah teknik berupa
mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi selama penelitian
berlangsung dari setiap proses penelitian, dari mulai perencanaan
hingga pelaksanaan penelitian. Dokumentasi yang digunakan
merupakan catatan lapangan dan potret selama kegiatan dan aktivitas
dilaksanakan serta selama penelitian ini berlangsung.

3.4 Analisis Data


Langkah selanjutnya setelah pengumpulan data adalah menganalisis data
yang telah dihasilkan. Menurut Patton (1980) analisis data merupakan proses
dalam penelitian yakni mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola dan kategori dalam urutan dasar. Karena penelitian Action
Research ini berbasis kualitatif maka analisis data yang digunakan adalah
analisis yang berbasis pada pengelompokkan simbol selain angka berupa
kata, frase, atau kalimat yang menunjukkan beberapa kategori, dimana
ootputnya adalah deskripsi verbal (Mulyadi, 2012).
Analisis data akan difokuskan pada komponen dengan interactive model.
Pertama, dilakukan reduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, serta mencari pola dan tema
dari fokus penelitian. Setelah dilakukan reduksi data maka selanjutnya adalah
menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bisa juga disajikan dengan
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Langkah ketiga
adalah menarik kesimpulan atau verifikasi, yakni kesimpulan kredibel berupa
kesimpulan awal yang bersifat sementara yang sudah didukung oleh data
yang valid untuk ditarik sebuah pola dari data tersebut atau sebuah temuan
baru yang belum pernah ada.
DAFTAR PUSTAKA

Aulinda, I. F. (2020). MENANAMKAN BUDAYA LITERASI PADA ANAK


USIA DINI. Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini,
6.

Devega, E. (2017). TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi


Cerewet di Medsos. Kementerian Komunikasi Dan Informatika RI.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-
indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media

Dispusip Yogyakarta. (2022). Diskusi Buku “The Book Of Read Aloud.” Dinas
Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Yogyakarta.
https://dpk.jogjakota.go.id/detail/index/23285

Fara, E. W., Rohinah, & Na’imah. (2023). Interactive Read Aloud as An Effort to
Improve Foreign Language Skills at Early Age. Al-Ishlah: Jurnal
Pendidikan, 15(2006), 603–610. https://doi.org/10.35445/alishlah.v15i1.2776

Frankenberg, S. (n.d.-a). Dasar-Dasar Read Aloud. In Read Aloud Magic : Hadiah


paling berharga untuk anak Anda! (pp. 22–39).

Frankenberg, S. (n.d.-b). Read Aloud Magic : Hadiah paling Berharga untuk Anak
Anda! Bakrie Telecom Tbk.

Giles, R. M., Morrison, K., Szatkowski, H. D., & Brannan, L. (2019). Read
Alouds for Elementary Students ’ Vocabulary Development.

Kemendikbud RI. (2019). Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34. In Pusat


Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Issue 2).

Marwiyati, S., & Hidayatulloh, M. A. (2018). Peran "Cakruk Baca Bergerak”


Dalam Pengembangan Literasi Anak Usia Dini. AWLADY : Jurnal
Pendidikan Anak, 4(2), 61. https://doi.org/10.24235/awlady.v4i2.3236

Meilasari, D., & Diana, R. R. (2022). Peran Orang Tua dalam Mengembangkan
Literasi pada Anak Usia Dini. JEA (JURNAL EDUKASI AUD)
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI, 8(1), 41–55.
https://doi.org/10.18592/jea.v8i1.6364

Muhtar, M. L. R. (2020). Read Alound (Membacakan Nyaring). Kementerian


Keuangan Republik Indonesia. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-
jakarta2/baca-artikel/13336/Read-Alound-Membacakan-
Nyaring.html#:~:text=Read aloud atau membacakan nyaring,membaca%2C
dan akhirnya bisa membaca.

Mulyadi, M. (2012). RISET DESAIN DALAM METODOLOGI PENELITIAN


Mohammad Mulyadi (. Studi, Jurnal Dan, Komunikasi, 16(1), 71–80.

Sismulyasih, N. (2018). PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN


MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BENGKEL
LITERASI PADA SISWA SD. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau, 7(April), 68–74.

Sugiyono, P. D. (2013). METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF,


DAN R&D.

Sumaryanti, L. (2018). Membudayakan Literasi Pada Anak Usia Dini Dengan


Metode Mendongeng. AL-ASASIYYA: Journal Of Basic Education, 3(1), 117.
https://doi.org/10.24269/ajbe.v3i1.1332

Yumnah, S. (2017). MEMBUDAYAKAN MEMBACA DENGAN METODE.


PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam, 12(1), 84–90.

Zakariah, M. A., Afriani, V., & Zakariah, K. . M. (2020). Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, Action Research Research and Depelovement (R and
D).

Anda mungkin juga menyukai