Anda di halaman 1dari 81

NILAI NASIONALISME PADA PERGURUAN PENCAK SILAT

MERPATI PUTIH TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA


NASIONAL UNTUK PERTAHANAN NEGARA BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2019

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar

Sarjana Hukum (S.H.) Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

ADITYO PUTRAMAHENDRA

NIM : 11190453000012

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2023 M / 1444 H
LEMBAR PERSETUJUAN

NILAI NASIONALISME PADA PERGURUAN PENCAK SILAT


MERPATI PUTIH TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA
NASIONAL UNTUK PERTAHANAN NEGARA BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

ADITYO PUTRA MAHENDRA


11190453000012

Dibawah Bimbingan

Drs. Atep Abdurrofiq, M. Si.


NIP. 197703172005011010

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023 M/1444 H

i
PENGESAHAN PANITIA U.JIAN

Skripsi bcrjudul “NILAI NASIONALISME PADA


PERGURUAN PENCAK SILAT MERPATI PUTIH
TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA NASIONAL
UNTUK PERTAHANAN NEGARA BERDASARKAN UU NO
23 TAHUN 2019" tclah diujikan dalam Sidang Munaqasyah
Fakültas Syariah dan Hukum Univcrsitas İslam Ncgcri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada harı senin tanggal 12 juni 2023 M 123
dzulqa'dah 1444 H. Skripsi ini tclah ditcrima sebagai salah satu syarat
mcmpcrolch gclar Sarjana Hükum (SH) pada Program Studi Hükum
Tata Ncgara (Siyasah).

23 Dzulqa'dah 1444 H

19780715 200312 1 007

iii
PAN'ITIA U.JIAN MUNAQASYAH

Kctua Sri Hidayati. NI,Ag


NIP. 19710215 199703 2 002
NIP. 19781230 2001 12 2 002
3. Pcmbimbing Dr.atep abdurrofiq M. Si
NIP. 197703172005011010

4. Pcnguji I ıpah Farihah M.H (

NIP. 195908191994032001

5. Penguji 2
Müfidah M.H
NIDN.2101018604

iv
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)
pada Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Adapun semua sumber yang saya gunakan sebagai referensi dan
rujukan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dan plagiaris dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Juni 2023

Adityo Putra Mahendra

NIM : 11190453000012

v
ABSTRAK

Adityo Putramahendra , NIM 11190453000012, "NILAI NASIONALISME


PADA PERGURUAN PENCAK SILAT MERPATI PUTIH
TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA NASIONAL UNTUK
PERTAHANAN NEGARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 23 TAHUN 2019” Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 1444 H/ 2023 M.
Masalah pertahanan di Indonesia saat ini tengah menghadapi
tantangan yang berat, di tengah situasi bangsa Indonesia yang akhir ini sering
kali terjadi adanya gerakan ekstrimisme, terorisme dan kudeta yang mencoba
merusak pertahanan negara. Pertahanan negara menjadi hak dan kewajiban
bersama sebagai warga negara Indonesia yang baik, sebagaimana tertulis
pada pasal 30 ayat (1) UUD 1945. Maka, nilai nasionalisme sangat
dibutuhkan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Melalui pemberdayaan sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskannilai nasionalisme pada perguruan merpati putih menurut UU No
23 tahun 2019 tentang pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan
negara yang diterapkan pada perguruan bela diri pencak silat Merpati putih,
dan Menganalisis undang-undang nomor 23 tahun 2019 tentang pengelolaan
sumber daya nasional untuk pertahanan negara dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi implementasi nilai nasionalisme dalam perguruan bela diri
pencak silat Merpati Putih.
Model penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan penelitian normatif-empiris melalui UU No. 23 Tahun 2019
tentang pengelolaan sumber daya nasional dan wawancara kepada pengurus
pencak silat Merpati Putih dan departemen pertahanan negara Indonesia, serta
penelitian disajikan dengan metode deskriptif analitis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perguruan Pencak Silat
Merpati Putih telah menerapkan nilai-nilai nasionalisme dengan baik.
Beberapa nilai nasionalisme yang diadopsi oleh perguruan ini, seperti cinta
tanah air, keberanian dan semangat juang, kebersamaan dan persaudaraan,
serta sikap bela negara, sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dalam Undang-
Undang No. 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional
untuk pertahanan Negara.

Kata kunci : nilai nasionalisme, perguruan merpati putih, UUD no. 23


tahun 2019 tentang pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan
negara.

Dosen Pembimbing : Atep Abdurofiq, M. SI.

Daftar Pustaka : 1945 s.d. 2019

v
KATA PENGANTAR
‫الرحِ ي ِْم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫ْــــــــــــــــــم للا‬
ِ ‫بِس‬

Segala puji serta syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang


berkat anugerah serta nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
besar Muhammad SAW yang telah memimpin umat Islam menuju jalan yang
penuh dengan keberkahan dan diridhai oleh Allah SWT. Dalam
menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan, dan
bimbingan dari berbagai pihak, sehingga sudah sepantasnya dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya dan
terima kasih banyak terutama kepada:

1. Bapak Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D., Rektor Universitas


Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Muhammad Maksum, M.A,
MDC., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sri Hidayati, M.Ag., Ketua Program Studi Hukum Tata Negara dan
juga kepada Dr. Hj. Masyrofah, S.Ag., M.Si., Sekertaris Program
Studi Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Atep Abdurofiq M. Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesebaran dalam
membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi
ini.
5. Dr. Ismail Hasani S.H., M.H. sebagai Dosen Pembimbing Akademik
yang tidak pernah lelah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
saya ajukan terkait akademik.
6. Seluruh Dosen dan Civitas Akademika Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu. Rasa terima kasih dan hormat atas segala ilmu,
pengalaman, bimbingan, dan arahan yang diberikan kepada penulis
selama menempuh pendidikan Strata Satu (S1)

v
7. Pimpinan dan seluruh Pengurus Perpustakaan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak memberi
kontribusi berupa literasi dan pustaka sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Orang tua tercinta, Swandoyo Tjatur Nugroho dan Ery Firnawatie
telah mendidik dan mendoakan penulis dalam setiap sujud dan
langkahnya yang insyaAllah selalu terkandung ridho untuk penulis
dengan diiringi dukungan, motivasi, saran, bantuan moral dan
material, serta kasih sayang yang tiada henti.
9. Pengurus Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati
Putih khususnya plt ketua umum Merpati Putih Marsyel Ririhena dan
Ahli Waris Nehemia Budi Setiawan yang telah beredia diwawancarai
guna melengkapi skripsi ini.
10. Kasubdit SDM dukungan pertahanan DITJEN POTHAN
Kementerian Pertahanan RI. Kolonel lek Dewa Gede Agung Putra
ST.,M.M.,(Han)yang telah bersedia diwawancarai guna melengkapi
penulisan skripsi ini
11. Shinta Pratiwi Wulansari dan Agil Pratama sebagai kaka dan abang
penulis yang sudah membiayai kuliah dari semester 1 hingga semester
8, terimakasih banyak atas dukungan nya selama ini hingga penulis
menyelesaikan perkuliahanya.
12. Dees Nabilla Ummu Habbibah sebagai support system penulis sejak
penulis masih berstatus sebagai mahasiswa baru hingga sekarang.
Terima kasih banyak untuk waktu, semua momen, dukungan, serta
masukan yang telah diberikan kepada penulis.
13. Keluarga Besar Prodi Hukum Tata Negara (siyasah) angkatan 2019
14. Dewan Guru Merpati Putih yang telah banyak memberikan masukan
kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini.
15. Christian lie sebagai teman diskusi dan teman latihan penulis sejak
2018 hingga sekarang.

vi
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak dengan kebaikan
yang setimpal. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat, dapat membuka jendela
khazanah pengetahuan yang baru, dan memperluas informasi, khususnya bagi
penulis dan pembaca
Jakarta, 6 juni 2023

Adityo Putra Mahendra


NIM. 11190453000012

vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
PANITIA UJIAN MUNAQOSYAH .......................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATAPENGANTAR..............................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................10
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah .............................................5
C. Rumusan Masalah..........................................................................................5
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .....................................................6
E. Metode Penelitian ........................................................................................12
F. Sistematika Penulisan ..................................................................................16
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
…………..…………………………........................................................................18
A.KERANGKA KONSEPTUAL.........................................................................22
1. Pengertian Nasionalisme .............................................................................24
2. Pengertian Sumber Daya Nasional ..............................................................28
3. UU No 23 tahun 2019 tentang pengelolaan sumber daya nasional untuk
pertahanan negara…...................................................................................30
B. LANDASAN TEORI…………………………………………......................................32
1. Teori pertahanan negara..............................................................................32
2. Konsep Hans Kohn .....................................................................................35
3. Kajian terdahulu…………………………………………………………………………………….36

BAB III IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME DALAM


PERGURUAN PENCAK SILAT MERPATI PUTIH.......................40
A. Profile Perguruan Pencak Silat Merpati Putih .............................................40
1. Sejarah Perguruan Merpati Putih ..............................................................40
2. Perkembangan Merpati Putih di Indonesia ...............................................42
B. Pengaruh Nilai Nasionalisme terhadap Perguruan Pencak Silat Merpati
Putih.............................................................................................................45
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM PENCAK
SILAT PERGURUAN MERPATI PUTIH BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2019........................................51

viii
A. Analisis Kesesuaian Penerapan Nilai-Nilai Nasionalisme dalam Perguruan
Pencak Silat Merpati Putih dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2019 ...51
B. Analisis Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Nilai-Nilai
Nasionalisme dalam Perguruan Pencak Silat Merpati Putih Berdasarkan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2019 ............................................................55
BAB V Penutup ....................................................................................... ...60
A. Kesimpulan .....................................................................................................60
B. Saran ...............................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 64
TRANSKIP WAWANCARA ...............................................................................68

ix
10

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa


Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang telah dirumuskan pada masa
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia pada Tahun 1945.
Dengan maksud dan tujuan untuk berpikir sebagai individu yang
berkualitas dan semakin cenderung lebih berkualitas ketika disertai
dengan nilai-nilai luhur etis Pancasila. 1
Undang-undang Dasar 1945 adalah konstitusi dasar negara
hukum di Indonesia, cabang produk hukum yang diproduksi berhulu
ke satu titik, yaitu UUD 1945. Melalui konstitusi ini, Indonesia
menjadi negara hukum yang berdaulat sebagaimana termaktub pada
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Berlandaskan negara hukum inilah,
Indonesia menjadi negara yang melindungi segala aktifitas warga
negaranya melalui kebebasan rakyatnya (Demokrasi).
Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras
dan agama yang dilindungi melalui nilai luhur Pancasila dan hukum
melalui konstitusi UUD 1945. Disisi lain, dari keanekaragaman
budaya yang dimiliki Indonesia, juga ada problematika yang beragam
pula, seperti isu pertahanan dari terorisme, ekstrimisme, dan kudeta. 2
Semestinya sebagai warga negara yang baik memiliki hak, tanggung
jawab dan ikut serta dalam keamanan dan pertahanan negara,
sebagaimana tertulis pada Pasal 30 ayat (1) UUD 1945:
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara”

Maka dibutuhkan jiwa nasionalisme yang kuat dalam upaya menjaga


keamanan dan pertahanan negara. Dengan pengelolaan dan

1 Basri & Hendrawati. Pendidikan Hukum Indonesia yang berorentasi pada nilai-
nilai pancasila dalam era Revolusi Industri 4,0. Pelita Bangsa Pelestari Pancasila (2019), h.
14
2
Yunita, “Penanaman nilai nasionalisme dalam pendidikan bela negara di
Universitas Sliwangi”, Universitas Islam Nusantara, (2020), h. 7
11

pemberdayaan sumber daya manusia yang baik, maka tidak sulit


mewujudkan jiwa tinggi akan nasionalisme terhadap Indonesia,
karena banyaknya tempat untuk meningkatkan jiwa nasionalisme
seperti, sekolah, pusat budaya, sanggar-sanggar ilmu dan tempat
perguruan bela diri.
Rasa nasionalisme sangat penting sekali bagi warga negara
dan khususnya generasi muda Indonesia untuk bisa menjadi bangsa
yang maju, bangsa yang modern, bangsa yang aman, dan damai, adil
dan sejahtera di tengah terpaan arus globalisasi yang semakin hari
semakin menantang dan mengikis pertahanan negara Indonesia.
Menjadi tugas dan kewajiban sebagai warga negara yang baik untuk
ikut bagian dalam mempemersatukan bangsa dengan jiwa
nasionalisme yang telah tertanam di dalam hati, sehingga untuk
menyikapi suatu perselisihan dapat melalui mediasi dengan berfikir
secara cermat dan berbuat secara bijak supaya tindakan yang
dilakukan tidak merugikan diri sendiri apa lagi tidak melakukan
tindakan yang melibatkan banyak masa untuk melakukan perbuatan
yang melanggar hukum, yang pada akhirnya menyebabkan rusaknya
persatuan dan kesatuan pada jiwa warga negara Indonesia secara
massive dan terkikisnya jiwa nasionalisme.
Hak dan kewajiban bela negara seperti halnya yang disebutkan
dalam definisi bela negara tersebut dengan tegas dimuat dalam
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUD
NKRI) Tahun 1945 pada Pasal 30 Ayat (1).3 Ketentuan mengenai
upaya bela negara tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, diatur
dalamPasal 9 Ayat (1) UU No 3 Tahun 2002 disebutkan bahwa “setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”.
Urgensi dari dua pasal tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa

3
Negara Republik and Indonesia Tahun, “UNDANG-UNDANG DASAR
Perubahan Ketiga,” no. 5 (2001), https://www.bphn.go.id/data/documents/uud_1945.pdf.
12

setiap warga negara baik pemerintah maupun masyarakat memiliki


hak dan kewajiban untuk turut serta dalam upaya bela negara.4
Secara Yuridis, Pasal mengenai pelibatan sumber daya
nasional telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002,
namun demikian hingga saat ini kesemestaan kontribusi masyarakat
dalam pertahanan negara belum berjalan secara efektif meskipun
secara normatif telah diakomodir melalui Peraturan Perundang-
undangan pasca diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan
Negara. Dalam Undang-Undang tersebut, kesemestaan sistem
pertahanan negara tercermin dengan terbentuknya komponen
cadangan dan komponen pendukung yang didahului dengan adanya
pembinaan kesadaran bela negara untuk membangun karakter
nasionalisme bangsa. Sistem tata kelola sumber daya nasional untuk
pertahanan negara merupakan langkah strategis agar sistem
pertahanan semesta dapat diaplikasikan serta terbangun daya saing
sebagai bangsa (nations competitiveness).
Dengan kehadiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara
tentunya Negara telah memiliki payung hukum untuk merekonstruksi
pengaturan pengelolaan sumber daya nasional dalam rangka
pertahanan negara dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang menjadi sangat penting dan strategis dengan tujuan
apabila negara membutuhkan sumber daya nasional untuk menunjang
kepentingan pertahanan negara maka telah tersedia koridor hukum
untuk penggunaan sumber daya nasional yang tetap berlandaskan
kepada demokrasi, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan
supremasi sipil.5

4
Yunita, “Penanaman nilai nasionalisme dalam Pendidikan”….,(2020) h. 10
5
Habullah Alimudin Hakim, “Politik Hukum Implementasi Kesadaran bela
negara sumber daya manusia dalam menjaga pertahanan dan keutuhan NKRI berdasarkan
UU No. 23 Tahun 2019 tentang pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan
negara”, Fairness and Justice: Jurnal Ilmu Hukum, (2020), Vol. 18 No. 2, h. 56
13

Pencak silat adalah wadah pembinaan karakter khusunya para


generasi muda, dimana pemuda adalah penerus estafet kepemimpinan
bangsa, maka pribadi excellence serta bermoral tinggi sangat
diperlukan, sejalan dengan inti ajarannya mendidik manusia untuk
dapat mengetahui kebenaran dan kesalahan dalam hidupnya, serta
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Untuk
mencapai tujuan luhur tersebut, maka diperlukan pembinaan yang
intensif bagi para anggota pencak silat khususnya anggota yang
berusia muda. Keberagaman pencak silat merupakan miniatur bangsa
indonesia, akan tetapi terkadang juga menimbulkan banyak tantangan
dan dinamika sosial yang menghasilkan Culture Animosity (interaksi
saling menolak) yang bersifat kompetitif.
Silat Merpati Putih adalah pencak silat yang didirikan secara
resmi pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta. Persebaran perguruan
bela diri ini sudah tersebar di dalam dan luar negeri, Korps Pasukan
Khusus (KOPASSUS), menjadikan pencak silat Merpati Putih
sebagai sarana pembentukan karakter Nasionalisme para anggotanya
sejak tahun 1980. Mengingat pentingnya pembentukan jiwa
Nasionalisme melalui budaya sendiri menjadi alat utama bagi
generasi muda dalam menghadapi gempuran-gempuran masalah era
globalisasi yang tak kunjung berujung. 6
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik
meneliti persoalan tersebut, dengan judul “NILAI
NASIONALISME PADA PERGURUAN PENCAK SILAT
MERPATI PUTIH TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER
DAYA NASIONAL UNTUK PERTAHANAN NEGARA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN
2019”

6Muhammad Wildan Khunaefi, “Pembentukan Karakter di Perguruan Pencak silat bela


diri tangan kosong Merpati Putih”, Jurnal Forum Ilmu Sosial, (2015), Vol. 42 No. 2, h.
208
14

B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi Masalah
1) Keterbatasan pemahaman dan implementasi nilai nasionalisme dalam
kegiatan bela diri pencak silat Merpati Putih.
2) Rendahnya peran perguruan bela diri pencak silat Merpati Putih
dalam mempromosikan dan menanamkan nilai nasionalisme pada
peserta latihan.
3) Kurangnya dukungan dan keterlibatan pemerintah dalam mengelola
sumber daya nasional untuk pertahanan negara melalui kegiatan bela
diri pencak silat Merpati Putih.
4) Belum adanya analisis dan evaluasi terhadap implementasi nilai
nasionalisme dalam peraturan perundang-undangan nomor 23 tahun
2019 tentang pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan
negara.

2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini pembahasannya lebih jelas dan terarah maka
penelitian ini hanya terbatas pada implementasi nilai nasionalisme
pada perguruan bela diri pencak silat Merpati Putih. Dan peneliti
membahas tentang analisis undang-undang nomor 23 tahun 2019
tentang pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara,
bukan undang-undang lain yang berkaitan dengan masalah ini.

C. Rumusan Masalah

1) Bagaimana implementasi nilai nasionalisme dalam perguruan bela


diri pencak silat Merpati Putih?
2) Bagaimana analisa undang-undang nomor 23 tahun 2019 tentang
pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara
mempengaruhi implementasi nilai nasionalisme pada perguruan
merpati putih?
15

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui implementasi nilai Nasionalisme dalam Perguruan
Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih
2) Menganalisis undang-undang nomor 23 tahun 2019 tentang
pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara dan
bagaimana hal tersebut mempengaruhi implementasi nilai
nasionalisme dalam perguruan bela diri pencak silat Merpati Putih.
2. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis : penelitian ini dapat menambah pengetahuan
tentang implementasi nilai Nasionalisme yang terkandung dalam
Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih, serta
mengidentifikasi nilai Nasionalisme yang terkandung dalam
perguruan tersebut.
2) Manfaat Praktis : penelitian ini memberikan masukan bagi perguruan
Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih di dalam
meningkatkan implementasi nilai Nasionalisme, serta memberikan
informasi bagi pemerintah tentang peran perguruan dalam
mengembangkan nilai-nilai tersebut pada masyarakat.
3) Manfaat Sosial : penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya nilai Nasionalisme dalam kehidupan
sehari-hari, serta meningkatkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme
masyarakat.
4) Manfaat Akademik : penelitian ini dijadikan sebagai salah satu
sumber referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti topik yang
sama.
16

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena peniliti
ingin mendeskripsikan suatu fenomena yang terjadi sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya dialami oleh subjek penelitian dan menyajikan data tersebut
dalam bentuk kata-kata.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor sekretariat Merpati Putih dan


departemen pertahanan republik indonesia. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan february sampai Mei tahun 2023.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yakni Pewaris Perguruan Merpati Putih (Nehemia


Budi Setiawan), Sekretariat Umum Perguruan Merpati Putih (Marsyel
Ririhena) dan Ditjen Pothan Departemen Pertahanan Nasional Republik
Indonesia.

4. Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian.


Dalam hal ini peneliti bertindak sendiri untuk melakukan pengamatan,
wawancara dan melakukan catatan lapangan.

Instrumen dalam penelitian ini disusun dan dikembangkan oleh peneliti


dengan bimbingan dosen pembimbing. Instrumen dikembangkan menjadi
beberapa indikator yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti
menggunakan tiga alat bantu (instrumen) dalam pengumpulan data sebagai
berikut.
17

a. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk membantu peneliti dalam


menelaah lebih mendalam tentang proses implementasi nilai nasionalisme
pada Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih (Analisa
UU No 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara).

b. Pedoman wawancara

Wawancara dalam penelitian bertujuan untuk memperoleh data yang


dilakukan melalui tanya jawab secara langsung dengan responden. Pedoman
wawancara dibutuhkan selama kegiatan pengumpulan data agar data yang
dibutuhkan tidak melenceng dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Pedoman wawancara dalam penelitian ini meliputi pedoman wawancara
untuk Pewaris Perguruan Merpati Putih (Nehemia Budi Setiawan),
Sekretariat Umum Perguruan Merpati Putih (Marsyel Ririhena), dan Ditjen
pothan Departemen Pertahanan Nasional Republik Indonesia

c. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan semua dokumen


yang berhubungan dengan implementasi nilai nasionalisme pada Perguruan
Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih (Analisa UU No 23
Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan
Negara)

1. Sumber Data

Sumber Data dalam Penelitian ini didapat dari :

a. Data primer, yakni yang diambil atau dihimpun langsung oleh


peneliti. Data yang didapat dari sumber khusus Pewaris Perguruan
Merpati Putih (Nehemia Budi Setiawan) Sekretariat Umum
18

Perguruan Merpati Putih (Marsyel Ririhena), dan Ditjen pothan


Departemen Pertahanan Nasional Republik Indonesia sebagai subjek
penelitian.
b. Data sekunder, diambil dari beberapa Beberapa buku dan beberapa
jurnal yang berkaitan dengan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara


sebagai berikut:
A. Observasi
Hal yang diobservasi adalah kantor sekretariat Merpati Putih yang
terletak di wisma 77 slipi, Jakarta Barat, dan Kementerian Pertahanan
Republik Indonesia yang beralamat di jl. Merdeka Barat Jakarta Pusat. untuk
memperoleh informasi tentang Implementasi nilai Nasionalisme yang
mengacu pada UU No 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara.
B. Wawancara
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui
wawancara kepada :
1 Pewaris Perguruan Merpati Putih untuk mendapatkan informasi
Tentang tujuan berdirinya Perguruan Pencak Silat Merpati Putih yang
awalnya beladiri ini hanya untuk keluarga kemudian diajarkan untuk
masyarakat umum karena untuk kepentingan Bangsa dan Negara.
2 Sekretariat Umum Merpati Putih untuk mendapatkan informasi
tentang nilai nasionalisme yang ada pada Perguruan Pencak Silat
Merpati Putih serta hambatan yang terjadi dalam penerapan nilai
nasionalisme pada Perguruan Pencak Silat Merpati Putih.
3 DITJEN POTHAN Depatemen Pertahanan Nasional Republik
Indonesia untuk mendapatkan informasi tentang Bela Negara serta
Sarana dan Prasarana Sebagai alat Penunjang untuk kepentingan
Pertahanan Negara dalam rangka mendukung kepentingan nasional.
C. Dokumentasi
Dokumentasi yang diambil Peneliti adalah setelah wawancara dengan
beberapa narasumber.
19

3. Teknik Analisis Data

Data-data yang terkumpul melalui teknik pengumpulan data


merupakan data mentah. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan
menggunakan teknik analisis data. Analisis data dalam penelitian kualitatif
pada hakikatnya adalah suatu proses. Jadi, analisis data dalam penelitian ini
dilakukan secara terus menerus dari awal hingga akhir penelitian. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model
analisis data menurut Miles dan Huberman. Miles dan Huberman
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Analisis data menurut Miles dan Huberman adalah
suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian


pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Pada tahap ini, peneliti
merangkum data-data yang diperoleh dari lapangan secara teliti dan rinci,
memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskannya pada hal-hal yang penting,
dan membuang hal-hal yang tidak berkaitan dengan fokus penelitian. Hal ini
memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
mengenai implementasi nilai nasionalisme.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah


mendisplaykan data. Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan teks yang bersifat naratif.
20

3. Penarikan Kesimpulan atau verifikasi

Langkah selanjutnya dalam analisis data yaitu membuat kesimpulan


akhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung.

5. Sistematika Penulisan

Penulis menyusun sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab,


dimana setiap babnya terdiri dari beberapa sub bab sesuai dengan
pembahasan dan materi yang akan diteliti. Adapun perinciannya sebagai
berikut :

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini membahas latar belakang masalah,


identifikasi masalah, pembatsan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL, TEORI PERTAHANAN


NEGARA, DAN TINJAUAN UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2019
TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA NASIONAL UNTUK
PERTAHANAN NEGARA. Pada bab ini akan menjelaskan beberapa teori
yang berkenaan dengan masalah terkait tinjauan teori tentang nasionalisme,
teori pertahanan negara, konsep hans kohn, Tinjauan tentang undang-undang
No. 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara

BAB III IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME DALAM


PERGURUAN PENCAK SILAT MERPATI PUTIH. Pada bab ini
membahas mengenai Profile Perguruan Pencak Silat Merpati Putih, Pengaruh
Nilai Nasionalisme terhadap Perguruan Pencak Silat Merpati Putih.

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI


NASIONALISME DALAM PERGURUAN PENCAK SILAT
MERPATI PUTIH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 23
TAHUN 2019.
21

Pada bab ini membahas tentang Analisis Kesesuaian Penerapan Nilai-Nilai


Nasionalisme dalam Perguruan Pencak Silat Merpati Putih dengan Undang-
Undang No. 23 Tahun 2019, dan Analisis Faktor-Faktor Pendukung dan
Penghambat Implementasi Nilai-Nilai Nasionalisme dalam Perguruan
Pencak Silat Merpati Putih Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2019

BAB V Penutup.

Pada bab ini merupakan bab penutup yang berisi Simpulan dan Saran
terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian skripsi ini.
22

BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL DAN LANDASAN TEORITIS

A. KERANGKA KONSEPTUAL

Dalam era globalisasi yang sedang berlangsung, teknologi


informasi yang semakin maju dapat menyebabkan hilangnya batas-batas antar
negara baik secara politik, ekonomi, maupun sosial. Namun, permasalahan
yang penting dihadapi oleh bangsa ini adalah hilangnya semangat
nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda. Akibatnya, banyak
permasalahan yang muncul, seperti generasi muda yang kehilangan arah dan
terlibat dalam kepentingan pribadi tanpa peduli pada perjuangan para pejuang
yang telah berjuang keras untuk memperoleh kemerdekaan. Di situasi seperti
ini, nasionalisme sangat penting untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Teknologi yang semakin berkembang dengan pesat di
era globalisasi ini memainkan peran penting dalam kehidupan manusia dan
terkait dengan perkembangan nasionalisme.

Semakin lama, Nasionalisme di Indonesia semakin menurun, yang


bertentangan dengan perkembangan teknologi yang terus berlanjut.
Meskipun pada pandangan awal tidak terlihat hubungan antara teknologi dan
nasionalisme, namun sebenarnya nasionalisme sangat bergantung pada
teknologi. Teknologi memiliki pengaruh yang positif dan negatif terhadap
nasionalisme, tergantung pada bagaimana teknologi digunakan. Dalam
sejarah perjuangan merebut kemerdekaan dari penjajah, para pemuda pada
masa kolonialisme mempertaruhkan nyawa mereka untuk membebaskan
negeri ini. Mereka melakukan itu dengan semangat nasionalisme dan
patriotisme yang tinggi, mencapai puncaknya pada Kongres Pemuda II yang

22
23

menghasilkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. 1Generasi


sebelumnya tidak hanya mewariskan pengetahuan tentang sejarah, tetapi juga
semangat nasionalisme yang berpengaruh pada perjalanan hidup dalam
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, hubungan emosional timbal-balik
harus terjalin antara generasi muda dan para pejuang dan pahlawan, untuk
memastikan bahwa generasi muda menghargai jasa-jasa mereka dan
menghormati mereka.2

Selama ini, pendidikan selalu menitik beratkan pada aspek kognitif


semata, sedangkan aspek afektif emosional dan kecerdasan spriritual kurang
diperhatikan dan seolah tidak menjadi garapan pendidikan. Masyarakat
menganggap bahwa orang yang cerdas ialah mereka yang mampu menghapal
banyak rumus, menguasai bahasa asing dengan fasih, dan mampu menjawab
soal pelajaran secara tepat dan cermat. Sehingga dunia pendidikan hanya
memproduksi orang yang mempunyai kecerdasan otak. Padahal, tujuan
pendidikan yang tertuang dalam UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Sementara yang impelmentasinya pendidikan hanya mencerdaskan
otak, bukan mencerdaskan kehidupan, sehingga selama ini pendidikan
banyak memproduksi intelektual yakni orang yang memiliki otak yang cerdas
dan cemerlang. Jika dihadapkan pada perkembangan di era globalisasi yang
merupakan suatu proses menjadikan sesuatu sebagai ciri dari setiap individu
di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Tetapi para globis pesimis
berpendapat bahawa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal
tersebut adalah bentuk penjajahan Barat (Amerika Serikat) yang memaksa
sejumlah budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu
yang benar dipermukaan. Seperti yang dicontohkan oleh (Hariana,
Irwan.2010) Pada saat upacara bendera, masih banyak pemuda yang tidak
memaknai arti dari upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk
menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang keras untuk
mengambilkemerdekaan dari tangan para penjajah. Para pemuda seakan
sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa mengikuti upacara dengan khidmad.

1 Irwan Hariana, “Nasionalisme Dan Patriotisme Di Indonesia” (2010).


2
Muhammad Ali, “Pahlawan Nasional,” jogjakarta:buku biru (2011).
24

Pada peringatan hari-hari besar nasional, seperti Sumpah Pemuda, hanya


dimaknai sebagai seremonial dan hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa
nasionalisme dan patriotisme dalam benak mereka.

Generasi muda saat ini hidup di era globalisasi yang dimulai sejak tahun
1980-an dan telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan manusia seperti
politik, sosial, ekonomi, agama, dan teknologi. Salah satu aspek kehidupan
yang juga terdampak oleh globalisasi adalah ketatanegaraan, termasuk di
dalamnya konsep nasionalisme. Namun, pengaruh globalisasi tersebut
berdampak pada perubahan pola pikir generasi muda, yang membuat mereka
cenderung apatis dan tidak peduli pada nilai-nilai nasionalisme. Berbeda
dengan generasi muda masa lalu yang secara alami memiliki rasa
nasionalisme. Oleh karena itu, pendidikan karakter menjadi penting dalam
membentuk dan menyempurnakan individu generasi muda agar memahami
jati diri mereka sendiri. Dengan memiliki jati diri yang kuat, generasi muda
akan lebih mudah tumbuh dengan rasa nasionalisme yang tinggi, dan era
globalisasi tidak akan dapat mengubah pola pikir mereka terhadap
nasionalisme. Tujuan utama dari pendidikan karakter adalah membentuk
individu yang mengerti dan memahami jati dirinya sendiri.3

1. Pengertian Nasionalisme

Jika ditinjau secara etimologis nasionalisme berasal dari bahasa latin


nation yang berarti bangsa yang dipersatukan. Menurut (Sunarso 2008:36)4
nasionalisme adalah sikap nasional untuk mempertahankan kemerdekaan dan
harga diri bangsa dan sekaligus menghormati bangsa lain. Istilah
nasionalisme pertama kali digunakan di Jerman pada abad ke-15 oleh
mahasiswa yang datang dari daerah yang sama atau berbahasa sama. Kata
tersebut untuk menunjukkan perasaan cinta mereka terhadap bangsa/suku asal
mereka (Ritter dalam Adisusilo, 2012:73). Dengan demikian, penggunaan
istilah nasionalisme adalah sebagai representasi perasaan cinta seseorang

3 Kaelan, “Pendidikan Pancasila,” yogyakarta:paradigma (2010).


4
Dkk Sunarso, “Pendidikan Kewarganegaraan,” Yogyakarta:UNY Press (2011).
25

(mahasiswa dari luar Jerman) terhadap bangsa, bahasa dan daerah asal
mereka.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 5, Nasionalisme didefinisikan


kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual
bersama-sama untuk mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan
identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu, yakni semangat
kebangsaan. Nasionalisme dapat dirumuskan sebagai satu paham yang
menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa
Inggris “nation”) dengan mewujudkan satu identitas yang dimiliki sebagai
ikatan barsama dalam satu kelompok.

Penggunaan istilah nasionalisme dalam perkembangannya mengalami


perubahan, dimana sejak revolusi Perancis meletus 1789. Sejak saat itu,
istilah nasionalisme menjadi label perjuangan di negara-negara Asia-Afrika
yang dijajah bangsa Barat. Keragaman makna itu dapat dilihat dari sejumlah
pendapat berikut. Smith (2012:11) memaknai nasionalisme sebagai suatu
gerakan ideologis untuk meraih dan memelihara otonomi, kesatuan dan
indentitas bagi satu kelompok sosial tertentu yang diakui oleh beberapa
anggotanya untuk membentuk suatu bangsa yang sesungguhnya atau bangsa
yang potensial.

Sementara itu, Anderson (2006:13) memahami nasionalisme sebagai


komunitas khayalan (imagined community) yang disatukan oleh sebuah
persahabatan yang mendalam di mana aggota-anggotanya diyakini
menciptakan sebuah kesatuan yang utuh dan kuat. menurut Anderson,
mengingat bahwa anggota-anggota dari nasion itu kebanyakan belum pernah
bertemu satu sama lain, tetapi pada saat yang sama di benak mereka hidup
suatu bayangan bahwa mereka berada dalam suatu kesatuan kelompok
bersama. Karena terutama hidup dalam bayangan (dalam arti positif) manusia
yang juga hidup dan berdinamika, nasionalisme di sini dimengerti sebagai
sesuatu yang hidup, yang terus secara dinamis mengalami proses pasang
surut, naik turun. Sedangkan menurut Rukiyati (2008:69) nasionalisme

5 Depdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia,” Jakarta: Balai Pustaka 648 (1997).
26

adalah perasaan satu sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang
ada dalam masyarakat. Karena kuatnya rasa yang dimiliki maka timbullah
rasa cinta bangsa dan tanah air.

Berdasarkan uraian di atas, nasionalisme dalam sejarahnya digunakan


untuk beberapa hal antara lain:

a. Untuk mewakili perasaan rasa cinta pada tanah air, ras, bahasa atau
budaya yang sama, maka dalam hal ini nasionalisme sama dengan
patriotisme.
b. Sebagai representasi suatu keinginan akan kemerdekaan politik,
keselamatan dan prestise bangsa.
c. Sebagai wujud kesediaan untuk menjadi bagian dari organisme sosial
yang kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai
bangsa
d. Sebagai dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk
bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.
e. Sebagai doktrin yang menyatakan bahwa bangsanya sendiri harus
dominan atau tertinggi di antara bangsa-bangsa lain dan harus
bertindak agresif.

Dalam konteks nasionalisme Indonesia, Anderson (2006:14) mengatakan


bahwa nasionalisme dalam pengertian tradisional masih sangat dibutuhkan.
Saat ini terdapat sinyalemen yang menunjukkan bahwa ada kecenderungan
terkikisnya nasionalisme atau semakin berkurangnya semangat nasional,
lebih-lebih di kalangan mereka yang kaya dan berpendidikan. Anderson
menganjurkan untuk menumbuhkan kembali semangat nasionalis
sebagaimana yang dulu hidup secara nyata di kalangan para pejuang
pergerakan dan revolusi. Ia mengusulkan dibinanya semangat “nasionalisme
kerakyatan” yang sifatnya bukan elitis melainkan memihak ke masyarakat
luas, khususnya rakyat yang lemah dan terpinggirkan. Salah satu ciri pokok
dari nasionalisme kerakyatan itu adalah semakin kuatnya rasa kebersamaan
senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa.
27

Sikap nasionalisme (nationhood) yang akan dituju dalam pendidikan


nasionalisme, pada dasarnya telah dimiliki oleh masyarakat dan bangsa
(nation) dan negara bangsa (nation state) yang diperoleh sehari-hari dari
pendidikan di sekolah dan pengalaman pergaulan kehidupan di lingkungan
keluarga dan masyarakat. Visi nasionalisme Indonesia pada masa pergerakan
nasional dan perjuangan kemerdekaan orientasinya mewujudkan
kemerdekaan sehingga ciri dan jiwa nasionalisme adalah anti kolonial.
Setelah bengsa Indonesia mengalami kemajuan dalam pendidikan dan
intelektualitas relevan dengan proses pembangunan maka visi nasionalisme
menuntut perubahan paradigma dan sikap kebangsaan yang baru, artinya
konsep nasionalisme pada masa kini perlu disesuaikan dengan tuntutan
perubahan (Muhammad Takdir Ilahi, 2012:17).

Adapun menurut Azyumardi Azra (dalam Lan dan Manan, 2012:21)


mengatakan bahwa nasionalisme Indonesia masih terus mengalami
perubahan sebagai hasil dialektika, baik dengan perubahan sosial, politik, dan
ekonomi dalam negeri maupun dengan perubahan-perubahan pada tingkat
global. Dalam kerangka itu, kita melihat setidaknya tiga tahap perkembangan
nasionalisme di Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya. Tahap
pertama adalah pertumbuhan awal dan kristalisasi gagasan nasionalisme.
Fase ini ditandai penyerapan gagasan nasionalisme yang selanjutnya diikuti
pembentukan organisasi-organisasi yang disebut. Kemunculan dan
pertumbuhan proto-nasionalisme, dalam banyak hal, merupakan konsekuensi
dari perubahan-perubahan cepat dan berdampak luas yang berlangsung di
Indonesia dan banyak negara lain umunmya pada dekade-dekade awal abad
20. Menurut Sunarso (2008) juga mengatakan nasionalisme bagi bangsa
indonesia merupakan suatu paham yang menyatukan pelbagai suku bangsa
dan pelbagai keturunan bangsa asing dalam wadah kesatuan negara Republik
Indonesia6.

Jadi pada intinya nasionalisme dapat diartikan sebagai sikap untuk


mempertahankan harga diri dan kehormatan bangsa, sehingga akan muncul

6
Sunarso, “Pendidikan Kewarganegaraan.”
28

perasaan satu sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada
dalam masyarakat. Dalam paradigma baru tentang nasionalisme,
nasionalisme harus diartikan sebagai bentuk orientasi pemikiran bangsa yang
memberikan wawasan dan bimbingan bangsa untuk secara terus menerus
mencapai kemajuan dan keberhasilan dalam berbagai bidang kebanggaan dan
kehormatan bangsa. Nasionalisme juga dapat diartikan sebagai suatu orientasi
pemikiran yang dapat dipakai untuk mempertahankan serta menanggulangi
segala tantangan dan kesulitan yang dihadapi bangsa pada saat ini atau masa
yang akan datang. Dengan demikian sikap kebangsaan yang harus dibangun
kembali pada saat ini perlu dilandasi dengan persepsi dan konsepsi
nasionalisme baru dan juga pemahaman terhadap konsep ikatan bangsa itu
sendiri yang berwawasan sosial, budaya, ekonomi, dan sains.

2. Pengertian Sumber Daya Nasional

Sumber daya nasional adalah segala sumber daya yang dimiliki oleh
suatu negara, baik sumber daya manusia, sumber daya alam, maupun sumber
daya lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kepentingan
nasional. Sumber daya nasional sangat penting dalam pembangunan suatu
negara, termasuk dalam bidang pertahanan dan keamanan. Pengelolaan
sumber daya nasional yang baik dapat memperkuat pertahanan negara dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengertian sumber daya manusia
(SDM) adalah individu yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik
institusi maupun perusahaan dan merupakan kunci yang menentukan
perkembangan perusahaan. Sedangkan pengertian sumber daya nasional
sendiri dapat ditemukan dalam berbagai peraturan, seperti Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air 7

Adapun pengertian sumber daya nasional sebagai berikut;

a. Sumber Daya Nasional adalah sumber daya manusia, sumber daya


alam, dan sumber daya buatan.

7Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Pasal 1, dan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, Pasal 1 ayat (1)
29

b. Sumber Daya Manusia adalah warga negara yang memberikan daya


dan usahanya untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Sumber Daya Alam adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air,
dan udara yang dalam wujud asalnya dapat didayagunakan untuk
kepentingan Pertahanan Negara.

d. Sumber Daya Buatan adalah Sumber Daya Alam yang telah


ditingkatkan daya gunanya untuk kepentingan Pertahanan Negara.

e. Sarana dan Prasarana Nasional adalah hasil budi daya manusia yang
dapat digunakan sebagai alat penunjang untuk kepentingan
Pertahanan Negara dalam rangka mendukung kepentingan nasional.

f. Komponen Utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap


digunakan untuk melaksanakan tugas pertahanan.

g. Komponen Cadangan adalah Sumber Daya Nasional yang telah


disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar
dan memperkuat kekuatan dan kemampuan Komponen Utama.

h. Komponen Pendukung adalah Sumber Daya Nasional yang dapat


digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan Komponen
Utama dan Komponen Cadangan.

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman. Pembinaan Kesadaran Bela
Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan dalam
rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada
warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta
menanamkan nilai dasar Bela Negara.
30

3. Undang-undang no 23 tahun 2019 tentang pengelolaan sumber


daya nasional untuk pertahanan negara

Terciptanya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 yang berisi tentang


pengelolaan Sumber daya Nasional telah berhasil menggantikan atau
mencabut Undang-undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 27
tahun 1997 berkaitan dengan mobilisasi dan demobilisasi, dan Undang-
Undang Nomor 56 tahun 1999 8. Hal ini bukan hanya semata pencabutan
Undang-Undang dan menggantikannya dengan pasal baru, melainkan melalui
beberapa pertimbangan atas kepentingan negara dan masyarakatnya.

Berikut beberapa hal yang menjadi pertimbangan dibentuknya Undang-


Undang Nomor 23 tahun 2019 :

a. Bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Bahwa sistem pertahanan negara bersifat semesta yang melibatkan
seluruh Sumber Daya Nasional yang dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan
berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan negara, menjaga
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman.
c. Bahwa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang pertahanan
negara mengamanatkan mengenai usaha bela negara, komponen
cadangan, dan komponen pendukung diatur dengan Undang-Undang.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, san huruf c, perlu membentuk Undang-Undang
tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional.
Pada hakikatnya pertahanan negara bersifat semesta, sehingga
pelaksanaannya harus atas dasar kesadaran untuk melakukan kewajiban dan

8Jogloabang, “UU 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk
Pertahanan NegaraNo Title,” jogloabang (2019),
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-23-2019-pengelolaan-sumber-daya-nasional-
pertahanan-negara.
31

demi mendapatkan hak sebagai Warga Negara. Yang mana hal tersebut tidak
lepas dari penyusunan prinsip hak asasi manusia, demokrasi, lingkungan
hidup, kesejahteraan umum, ketentuan hidup nasional, hukum internasional,
dan tabiat internasional.

a) Tujuan dan ruang lingkup Undang-undang Nomor 23 Tahun 2019

Pemerintah menciptakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019


dengan mengharapkan tercapainya tujuan yang menjunjung tinggi asas
Pertahanan Negara yang tidak lepas dari peran pengeolaan Sumber Daya
Nasional. Tujuan dari dibentuknya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019
adalah untuk mentransformasikan Sumber Daya Manusia, Sumber Daya
Alam, Sumber Daya Buatan dan Sarana Prasarana Nasional menjadi kekuatan
Pertahanan Negara yang siap digunakan untuk kepentingan Pertahanan
Negara.

Dalam perundang-undangan sangat diperlukan batasan dari subjek


permaslahan atau biasa disebut ruang lingkup. Begitu juga dengan Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2019 yang memiliki ruang lingkup, guna
pembahasan masalah pengelolaan Pertahanan Negara memiliki batasan yang
subjektif dan tidak ada pembahasan di luar topik.

Ruang lingkup dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tertera pada


pasal ke empat, yaitu :

a. Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara


dipersiapkan secara dini untuk menghadapi ancaman.
b. Ancaman sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1, terdiri atas :
1) Ancaman militer
2) Ancaman nonmiliter
3) Ancaman hibrida
c. Ancaman sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dapat berwujud
agresi, terorisme, komunisme, separatisme, pemberontakan senjata,
bencana alam, kerusakan lingkungan, pelanggaran wilayah
perbatasan, perompakan dan pencurian Sumber Daya Alam, wabah
32

penyakit, peredaran dan penyalahgunaan narkoba, serangan siber,


serangan nuklir, serangan biologi, serangan bahan kimia, atau wujud
dari ancaman yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan
segenap bangsa. 9

B. LANDASAN TEORI

1. Teori Pertahanan Negara


Pertahanan negara adalah segala usaha untuk menegakkan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
keselamatan segenap bangsa. Usaha pertahanan negara tersebut dilakukan
dengan mempertimbangkan adanya dinamika bentuk ancaman yang dihadapi.
Perkembangan lingkungan strategis senantiasa membawa perubahan
terhadap kompleksitas ancaman, baik ancaman militer maupun ancaman
nonmiliter. Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan
mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagai satu kesatuan pertahanan. Pertahanan negara diselenggarakan oleh
pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara
melalui membangun dan membina kemampuan dan daya tangkal negara dan
bangsa serta menanggulangi setiap ancaman.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) Segala usaha untuk


mencegah dan menangkis lawan, melindungi dan membela kepentingan
nasional terhadap segala macam paksaan dengan kekerasan dan serangan dari
pihak lain. Atau Kekuatan, kemampuan, daya tahan, dan keuletan yang
menjadi tujuan suatu bangsa untuk menghadapi tantangan, ancaman,
hambatan, dan gangguan yang datang dari luar ataupun dari dalam, yang

9Republik Indonesia, “UU No. 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional
Untuk Pertahanan Negara,” Sekretariat Negara. Jakarta, no. 009207 (2019).
33

secara langsung atau tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup


bangsa dan negara.10

Kebijakan umum pertahanan negara disusun sebagai satu kesatuan arah


kebijakan yang salah satunya adalah pertahanan yang terintegratif yaitu
kebijakan yang mengintegrasikan pertahanan militer dan pertahanan
nirmiliter. Makna integratif dari pertahanan negara adalah perwujudan
pengintegrasian dan penyinergian kebijakan pengelolaan dan
penyelenggaraan pertahanan negara dalam bentuk;

Pertama, pertahanan militer, diwujudkan dalam bentuk komponen utama


yaitu TNI yang bercirikan komando gabungan ketiga angkatan (AD, AL dan
AU), sehingga memperlihatkan satu kesatuan utuh, dengan diperkuat
komponen cadangan dan komponen pendukung yang bersumberkan dari
pertahan nirmiliter berdasarkan profesi yang diperlukan komponen utama.
Kedua, pertahanan nirmiliter diwujudkan dalam bentuk unsur utama oleh
kementerian terkait sebagaimana ancaman nonmiliter yang dihadapi, dan
didukung unsur-unsur lainnya dari komponen bangsa. Sedangkan makna
sinergitas pertahanan militer dalam memperkuat partahanan nirmiliter, yaitu
mendemobilisasi komponen cadangan dan komponen pendukung yang
terbentuk dalam pertahanan militer kembali ke institusi kementerian terkait,
sebagai unsur utama dan unsurunsur lainnya. Sedangkan komponen utama
(TNI) berperan sebagai unsur lain dalam memberikan bantuan kementerian
terkait melalui operasi militer selain perang.

Luasnya wilayah yurisdiksi nasional belum diimbangi dengan kekuatan


pertahanan yang senantiasa mengedepankan pengamanan dan pengawasan
yang memadai, sehingga berpotensi terjadinya berbagai gangguan keamanan
baik di darat, laut maupun wilayah udara nasional. Saat ini gelar kekuatan
komponen utama, komponen cadangan, dan komponen pendukung belum
sepenuhnya mampu mencakup seluruh wilayah yuridiksi nasional, sementara
itu dimensi ancaman tidak lagi bersifat tunggal namun multidimensional.
Karena itu sangat diperlukan pengintegrasian komponen pertahanan negara

10 Depdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia,” Jakarta: Balai Pustaka (1989).


34

baik yang ada pada pertahanan militer maupun pertahanan nirmiliter dari
pusat sampai di wilayah.

Dasar Hukum Penyelenggaraan pertahanan negara dilandasi oleh


berbagai peraturan perundangan mulai dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara, Rencana Pembangunan Jangka Panjang,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana Pembangunan
Jangka Pendek serta peraturan perundang-undangan lainnya terkait
pertahanan negara. Secara spesifik, pengintegrasian komponen pertahanan
negara merupakan implementasi dari Peraturan Presiden Nomor 41 Tahun
2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2010-2014 yang
mengamanatkan adanya pertahanan integratif yaitu mengintegrasikan dan
menyinergika semua potensi dan kekuatan pertahanan militer dan pertahanan
nirmiliter. Pada aspek pertahanan militer, diamanatkan adanya keterpaduan
dari unsur-unsur komponen utama yang perlu ditindaklanjuti dengan
implementasi dari Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi Tentara Nasional Indonesia, yang pada Pasal 12 dan Pasal 48
menjelaskan esensi pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan
(Kogabwilhan). Sedangkan pada aspek pertahanan nirmiliter, perlu
dirumuskan suatu doktrin yang mengintegrasikan dua bentuk pengabdian
profesi secara proporsional untuk kepentingan nasional.

Di sisi lain, pembentukan instansi vertikal Kementerian Pertahanan di


wilayah akan direalisasikan dalam wadah organisasi Kantor Pertahanan
(Kanhan), sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara yang menyebutkan bahwa
Kementerian Pertahanan terdiri dari beberapa unsur, antara lain pelaksana
tugas pokok di wilayah. Kanhan dan instansi terkait serta elemen masyarakat
lainnya mengadakan kerja sama lintas sektoral untuk menjembatani berbagai
kepentingan pertahanan negara di wilayah, termasuk melanjutkan dan lebih
35

mengintensifkan program kesadaran bela negara dalam rangka penyiapan


pertahanan negara sejak dini. 11

2. Konsep Hans Kohn

Secara etimologis, kata nasionalisme berasal dari kata nationalism dan


nation dalam bahasa Inggris, yang dalam studi semantik kata nation tersebut
berasal dari kata Latin natio yang berakar pada kata nascor yang
bermakna ’saya lahir’, atau dari kata natus sum, yang berarti ‘saya
dilahirkan’. Dalam perkembangannya kata nation merujuk pada bangsa atau
kelompok manusia yang menjadi penduduk resmi suatu negara.

Hans Kohn, memberikan terminologi yang sampai saat ini masih tetap
digunakan secara relevan yakni: “nationalism is a state of mind in which the
supreme loyalty of individual is felt to be due the nation state”. Bahwa
nasionalisme merupakan suatu faham yang memandang bahwa kesetiaan
tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. 12

Sedangkan dalam konsepsi politik, terminologi nasionalisme sebagai


ideologi yang mencakup prinsip kebebasan, kesatuan, kesamarataan, serta
kepribadian selaku orientasi nilai kehidupan kolektif suatu kelompok dalam
usahanya merealisasikan tujuan politik yakni pembentukan dan pelestarian
negara nasional

Dengan demikian pembahasan masalah nasionalisme pada awal


pergerakan Nasional dapat difokuskan pada masalah kesadaran identitas,
pembentukan solidaritas melalui proses integrasi dan mobilisasi lewat
organisasi

a. Hubungan antara nasionalisme dan nation state, sangat erat tidak


dipisahkan satu sama lain.

11 Sari, R. A. “Analisis Politik Hukum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang


Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara”. Jurnal Ilmu Hukum, 3(2),
1-12. https://e-journal.uajy.ac.id/27716/2/170512856-1.pdf (2012)
12 Kohn, H. 1969. The Idea of Nationalism, Toronto: Cillier Books. ---------- 1971.

Nasionalisme Arti dan Sejarahnya (terjemahan Sumantri Mertodipura), Djakarta: Pustaka


Sardjana
36

b. Nasionalisme merupakan semangat, kesadaran, dan kesetiaan bahwa


suatu bangsa itu adalah suatu keluarga dan atas dasar rasa sebagai suatu
keluarga bangsa, dan oleh karena itu dibentuklah negara.

c. Dalam konsepsi ini berarti negara merupakan nasionalisme yang


melembaga. Oleh karena itu pada dasarnya nasionalisme merupakan
dasar universal bagi setiap negara.

d. Bangsa lebih menunjuk pada penduduk suatu negeri yang dipersatukan


di bawah suatu pemerintahan tunggal yang disebut negara.

e. Sedang negara lebih menunjuk kepada suatu badan politik dari rakyat atau
atau bangsa yang menempati wilayah tertentu yang terorganisirsecara
politis di bawah suatu pemerintah yang berdaulat, dan atau tidak tunduk
kepada kekuasaan dari luar.

3. Kajian Terdahulu

Dalam proses penyusunan penelitian ini, penulis telah melakukan studi


terhadap kajian terdahulu, dimana dalam peninjauan ini penulis telah mendata
dan membaca buku, skripsi, jurnal, yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan sehingga tidak terjadi plagiasi terhadap karya tulis orang lain,
yaitu:
1. “KONSEP BELA NEGARA DALAM MENJAGA KEUTUHAN NKRI
DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH (Studi Terhadap Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara)” Oleh
Andrian Firdaus, Mahasiswa Fakultas Syari’ah Jurusan Hukum Tata
Negara Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019.
Skripsi ini menyimpulkan Konsep bela negara dalam Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dalam
penyelenggaraannya telah dijelaskan dalam pada pasal 1 ayat (2)
yang berbunyi, “Sistem Pertahanan Negara adalah sistem
pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga
negara, wilayah dan sumber daya manusia nasional lainnya, serta
dipersiapkan sejak dini oleh pemerintah yang diselenggarakan
secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap
bangsa dari ancaman. Dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analisis, yaitu suatu metode dalam penelitian yang
bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
37

hubungan antarfenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini


penulis menggunakan pendekatan strukturalisme untuk
menjelaskan bagaimana struktur organisasi perguruan pencak silat
Merpati Putih mempengaruhi penerapan nilai-nilai bela negara
dalam kegiatan beladiri. 13
2. “PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN BELA NEGARA
TERHADAP SIKAP CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS XI
SMA TARUNA NUSANTARA MAGELANG TAHUN PELAJARAN
2010/2011.” Oleh Wiji Widyastuti, Mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Univeritas Negeri
Semarang, 2011. Skripsi ini menyimpulkan Pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Bela Negara sebagai kurikulum khusus di
SMA Taruna Nusantara dilaksanakan secara terarah dan terprogram
sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Lembaga Perguruan
Taman Taruna Nusantara (LPTTN), dengan tujuan: memberikan
pendidikan dasar bela negara dan menumbuhkembangkan sikap
kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara
Indonesia, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai idiologi
negara, kerelaan untuk berkorban pada siswa SMA Taruna
Nusantara. Jenis penelitian ini menggunakan teknik deskriptif yaitu
mendeskripsikan sesuatu yang menjadi fokus penelitian, yaitu
mengenai pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Bela Negara
sebagai kurikulum khusus di SMA Taruna Nusantara, serta tingkat
kecintaan siswa terhadap tanah air yang dilihat dari setiap
indikator.14
3. “PENERAPAN KONSEP BELA NEGARA, NASIONALISME ATAU
MILITERISASI WARGA NEGARA” Oleh Sri Indriani Umra,
Mahasiswi Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta, 2019. Jurnal ini memiliki beberapa
kesimpulan yaitu pertama, secara filosofi, salah satu yang menjadi
tujuan nasional ialah mencerdaskan kehidupan bangsa, cerdas yang
dimaksud yakni cerdas dalam pemaknaan yang luas, bukan hanya
sekedar cerdas Intelektual, tetapi juga cerdas mengenai emosional
dan spiritual, yang di terapkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang didasari oleh Pancasila. Kedua,
pelaksanaan bela negara lebih menitikberatkan pada bela negara
nonfisik untuk membentuk karakter anak bangsa. Semestinya bukan

13 Andrian Firdaus, “konsep bela negara dalam menjaga keutuhan nkri dalam perspektif
fiqh siyasah” (http://repository.radenintan.ac.id/7936/1/SKRIPSI.pdf) di akses pada tanggal
10 January 2023, Pukul 09:42 WIB
14 Wiji Widyastuti, “pengaruh hasil belajar pendidikan bela negara terhadap sikap cinta

tanah air pada siswa kelas xi sma taruna nusantara magelang tahun pelajaran 2010/2011”
(http://lib.unnes.ac.id/7521/1/10443.pdf) di akses pada tanggal 10 january 2023, Pukul
09:50 WIB
38

hanya menjadi tanggung jawab kementrian pertahanan saja, akan


tetapi juga menjadi tanggung jawab kementrian pendidikan. Dengan
merubah beberapa program dengan kurikulum terhadap wawasan
kebangsaan sebagai rambu-rambu dalam perjuangan mengisi
kemerdekaan untuk tetap menjaga serta membina persatuan dan
kesatuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa dan negara dalam
mencapai tujuan dan cita-cita bangsa agar nantinya pandangan
masyarakat terkait penerapan bela negara bukanlah wajib militer,
bukan militerisme, bukan militerisasi dan bukan pula sebuah usaha
pembelaan atau pertahanan negara secara fisik dalam menghadapi
ancaman militer. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang
mengacu pada peraturan-peraturan tertulis atau bahan-bahan hukum
yang lain.3 Jenis pendekatan perundang-undangan (statute
approach), pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan
konseptual Pendekatan perundang-undangan dimaksudkan bahwa
peneliti menggunakan peraturan perundang sebagai dasar awal
melakukan analisis. Jenis penulisan yang digunakan adalah
penelitian hukum normatif, Sedangkan pendekatan kasus adalah
beberapa kasus yang ditelaah untuk dipergunakan sebagai referensi
dasar untuk menggagas pengaturan yang akan dating, yaitu
pendekatan yang menggunakan pandangan- pandangan dan doktrin-
doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum yang berkaitan dengan
penelitian ini.15

4. “PERAN PADEPOKAN PENCAK SILAT DALAM


MENGEMBANGKAN KARAKTER GENERASI MUDA” (Studi
Kasus Padepokan Pencak Silat Merpati Putih Buah Batu Kota
Bandung) Oleh Ulfi Sayyidil Fikri Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Pasundan
bandung, 2019. Skripsi ini membahas tentang Peran Padepokan
Pencak Silat Dalam Mengembangkan Karakter Generasi Muda
(Studi Kasus Padepokan Pencak Silat Merpati Putih Buah Batu
Bandung). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode studi kasus kualitatif. Yang melalui tahap Observasi,
Wawancara, dan Dokumentasi. Objek penelitian ini adalah Ketua
padepokan, Ketua pengurus padepokan, dan Murid padepokan di
lingkungan Padepokan Pencak Silat Merpati Putih Buah Batu
Bandung. Dengan hasil penelitian bahwa peran padepokan dalam

15Sri Indriani Umra, “penerapan konsep bela negara, nasionalisme atau militerisasi warga
negara” Jurnal lex renaissance No. 1 VOL. 4 JANUARI 2019: H. 164 – 178. di akses pada
tanggal 10 January 2023, Pukul 09:55 WIB
39

mengembangkan karakter generasi muda, sebagai berikut. 1)


Padepokan pencak silat merpati putih Buah Batu Bandung
merupakan tempat salah satu padepokan yang ada di kota Bandung
dengan memiliki hal unik didalamnya sehingga peran padepokan ini
bisa menjadikan tempat untuk para generasi muda yang kurangnya
karakter yang baik dan benar. 2) Di padepokan pencak silat merpati
putih ini tidak hanya melakukan kegiatan latihan pencak silat akan
tetapi didalamnya terdapat mentoring tentang bagaimana cara
memiliki karakter yang baik. 3) Nilai-nilai karakter yang ada di
padepokan pencak silat merpati putih buah batu bandung ini
terdapat beberapa yaitu jujur, bertanggung jawab, disiplin, mandiri,
percaya diri, kerja keras, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
4) padepokan pencak silat merpati putih ini menggunakan interaksi
yang baik sehingga setiap permasalahan yang ada di padepokan
selalu didiskusikan dengan baik dan cara penyelesaiannya dengan
baik selalu ada masukan dari setiap pengurus sampai kepada murid-
murid padepokan, bagaimana menyelesaikan masalah tersebut
sehingga terjalinnya hubungan baik 16
Dari kajian terdahulu yang telah penulis sebutkan diatas penulis
sendiri belum menemukan hasil karya yang meneliti persoalan implementasi
nilai nasionalisme dalam perguruan Pencak Silat Merpati Putih dari sudut
pandang yang penulis maksudkan dalam penelitian ini yaitu membahas
implementasi nilai nasionalisme dalam perguruan Pencak Silat Merpati Putih
berdasarkan UU No 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara. Dalam penelitian sebelumnya hanya
membahas tentang konsep bela negara, serta peran perguruan Merpati Putih
dalam mengembangkan karakter generasi muda. Oleh karena itu, hal tersebut
yang menjadi pembeda antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
Pada penelitian ini penulis memfokuskan tentang implementasi nilai
nasionalisme dalam perguruan pencak silat Merpati Putih berdasarkan UU No
23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan
Negara.

16Ulfi Sayyidil Fikri, “peran padepokan pencak silat dalam mengembangkan karakter
generasi muda” (http://repository.unpas.ac.id/46581/7/00%20COVER.pdf) diakses pada
tanggal 10 januari 2023 Pukul 12:00 WIB
40

BAB III
IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME DALAM PERGURUAN
PENCAK SILAT MERPATI PUTIH

A. PROFILE PERGURUAN PENCAK SILAT MERPATI PUTIH

1. Sejarah Perguruan Merpati Putih

Seni Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih yang organisasinya


terbentuk pada tanggal 2 april 1963 di Yogyakarta, merupakan nilai
budaya bangsa Indonesia yang diturunkan oleh Sang Guru Saring Hadi
Purnomo kepada kedua putranya yaitu Poerwoto Hadi Purnomo dan Budi
Santoso Hadi Purnomo (Alm).

Dalam rangka pengembangannya, seni beladiri ini didasarkan atas


empat sikap, watak dan perilaku sebagaimana yang diamanatkan oleh
Sang Guru yaitu : welas asih, percaya diri sendiri, keserasian dan
keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan yang terakhir menghayati
dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Mahaesa, dan kesemuanya itu dilengkapi dengan falsafah dari
perguruan yaitu MERsudi PAtitising TIndak PUsakane TItising Hening
(Mencari sampai mendapatkan tindakan yang benar dengan ketenangan)
yang kemudian disingkat menjadi MERPATI PUTIH.

Gambaran awal dari perjalanan dari keilmuan dan perkembangan


perguruan berasal dari Keraton Mataram lama di Kartosuro yang berasal
dari seorang wanita bangsawan yaitu Nyi Ageng Joyorejoso yang
kemudian mempunyai tiga orang putra yaitu Gagak Handoko, Gagak
Samudero, dan Gagak Seto masuk dalam Grat IV.

Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang


Jumeneng Ing Kartosuro.

Grat I : BPH Adiwidjojo

Grat II : PH Singosari: BPH Adiwidjojo

40
41

Grat III : RA Djojorejoso – Ing Wadas

Grat IV : RM Rekso Widjojo – Ing Baledono

Grat V : R Bongso Permono – Ing Ngulakan Wates

Grat VI : RM Wongso Widjojo – Ing Ngulakan Wates

Grat VII : R Saring Siswo Hardjono – Ing Ngulakan

Grat I, mempunyai saudara BP Amangkurat Amral

Grat III, membuat jalan Margoyoso, dalam legenda menjadi Demang


Margoyoso

Grat IV, mendirikan perguruan yang pelaksanaannya dikembangkan oleh


3 orang puteranya atau keturunannya yaitu :

1. Gagak Handoko, mendirikan perguruan di gunug Jeruk (Pegunungan


Manoreh).

2. Gagak Samudero, mendirikan perguruan di daerah Bagelan, yang


akhirnya pindah ke daerah utara Pulau Jawa.

3. Gagak Seto, mendirikan perguruan di daerah Magelang (Pulau Jawa


Bagian Tengah).

Gagak Handoko mengembara ke dareh timur Pulau Jawa melalui pantai


selatan sehingga sampai di daerah gunung Kelud dengan tujuan
mempelajari dan mengetahui keadaan daerah itu, disamping sambil
mencari dua saudaranya yang terpisah. Di dalam pengembaraannya beliau
menyamar sebagai Ki Bagus Kerto. Sebelum beliau mengembara,
perguruan Gagak Handoko yang didirikan di Gunung Jeruk telah
berkembang dengan cepat.

Beliau sadar akan usianya yang semakin tua. Beliau memberi mandat
penuh dan amanat pada keturunannya yang pada silsilah termasuk dalam
Grat V, yaitu R Bongso Permono Ing Ngulakan Wates. Setelah Gagak
Handoko menyerahkan tampuk kepemimpinan perguruan, beliau lalu
42

menyepi (bertapa) mencari kesempurnaan hingga sampai meninggalnya


di Gunung Jeruk.

Dari R. Bongso Permono kemudian diturunkan ilmunya kepada


keturunannya yaitu RM. Wongso Widjojo. Beliau lalu mengikuti jejak
ayahnya mencari kesempurnaan.

Pada masa kepemimpinan RM. Wongso Widjojo, oleh karena beliau


tidak mempunyai keturunan, maka beliau mengambil murid yang
kebetulan dalam keluarga masih ada hubungan cucu, yang atara R.
Sarengat Siswo Hardjono (Sarengat Hadi Poenomo), yang termasuk
dalam garis keturunan VII (Grat VII). Perlu diketahui bahwa ajaran
tersebut belum lengkap, maka beliau tidak segera mengembangkan
/mengajarkan pada keturunannya, akan tetapi berusaha keras menelaah
dan menjabarkan ilmu tersebut menuangkan dalam gerak silat dan tenaga
yang tersimpan yang ada di naluri suci. Tidak berhenti disitu saja, beliau
juga mencari kelengkapannya, yaitu dari ajaran Gagak Samudero dan
Gagak Seto. Akan tetapi beliau belum berhasil juga menemukan
langsung, hanya naluri beliau, bahwa dua aliran yang mempunyai materi
yang sama tersebut mengembangkan ilmu di daerah pantai utara Pulau
Jawa. Hasil dari pengembangan ilmunya itu lalu diturunkan kepada kedua
putranya (2 orang kakak beradik) yang atara Poerwoto Hadi Poernomo
(Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Poernomo (Mas Bud). Sekitar tahun
1960 R Sarengat Hadi Poernomo aktif membina putranya untuk
menguasai beladiri atara mini yang dinamakan Merpati Putih. 1

2. Perkembangan Merpati Putih di Indonesia

Pada tahun 1962 kedua putera R. Sarengat Hadi Poernomo mendapat


amanat dari Sang Guru, yang sekaligus ayahnya, agar ilmu beladiri yang
sebelumnya milik keluarga tersebut disebarluaskan kepada umum demi
kepentingan bangsa. Sejak saat itu beladiri Mataram yang kita kenal dengan
Merpati Putih dikenal oleh Masyarakat berkat usaha keras dan tekun dari

1“Sejarah Merpati Putih,” Academix research Group (n.d.),


https://merpatiputih.ukm.ugm.ac.id/merpati-putih/sejarah.
43

kedua putera Sang Guru. Dalam menyampaikan latihan Sang Guru tidak
segan-segasn turun langsung dan memberi wejangan yang pada dasarnya
untuk membangkitkan gairah dan perkembangan Merpati Putih.

Tahun 1968 kedua putera Sang Guru sebagai pucuk pimpinan menjadi
motor untuk mengembangkan sayapnya, yaitu dengan dibukanya cabang
pertama di Madiun, Jawa Timur. Selanjutnya pihak militer juga ditembus.
Dari hasil peragaannya, Merpati Putih mendapat kehormatan untuk melatih
anggota Seksi I Korem 072 dan Anggota Batalyon 403/Diponegoro di
Yogyakarta.

Tahun 1973 melalui perkenalan-perkenalan sebelumnya dengan pihak


AKABRI, Merpati Putih mendapat undangan untuk diadakan penelitian dari
segi-segi yang menyangkut metode latihan. Penelitian di bagian AKABRI
Udara ini ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dari Fakultas Kedokteran UGM,
antara lain Prof. Dr. Achmad Muhammad. Hasilnya menggembirakan, dan
ini mendorong pengembangan wawasan yang lebih luas bagi Merpati Putih.

Di Jakarta tahun 1976, setelah berhasil melakukan pendekatan, Merpati


Putih mendapat kehormatan untuk melatih para Anggota Pasukan Pengawal
Presiden. Tahun 1977 Komisariat Jakarta dibentuk, dan pada tahun ini pula
Merpati Putih mendapat peluang untuk melatih pasukan Koppasandha
(RPKAD) di Cijantung sampai mereka sanggup memperagakan keahlian
mereka pada acara peringatan HUT ABRI 5 Oktober 1978.

Pada awal hijrahnya Mas Poeng dan Mas Bud ke Jakarta sejak Maret
1976, dengan membina Pasukan Pengawal Presiden dan Koppasandha, maka
secara mendadak pula membina pelajar/mahasiswa di Jakarta. Dengan
kondisi tersebut perguruan merasa kedodoran, terutama dalam menyiapkan
kader pelatih dan masalah keorganisasian serta metode pendidikan dan
latihan. Oleh sebab itu sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 1985,
perguruan melakukan pembinaan secara terus menerus ke dalam, guna
persiapan menghadapi perkembangan perguruan yang animo dan keinginan
masyarakat begitu besar terhadap Merpati Putih.
44

Persiapan tidak hanya diarahkan pada penyedian kader pelatih saja,


namun kesiapan metode dan program yang teruji pun menjadi garapan
perguruan. Sejak tahun 1973, penelitian dengan nama SETA (Sehat dan
Tangkas) yang dilakukan bekerjasama dengan AKABRI Bagian Udara dan
UGM. Uji coba dan penelitian terus dilakukan pada kegiatan-kegiatan sejenis,
seperti kerjasama perguruan dengan Kobangdiklat/Pusjasmil TNI AD di
Cimahi tahun 1984, kerjasama dengan rumah sakit Pertamina di Jakarta tahun
1984, bekerjasama dengan YON II 203/Arya Kemuning tahun 1985,
bekerjasama dengan UPT Lab Uji Konstruksi BPPT Serpong Tangerang
tahun 1986. Dengan persiapan perguruan, baik dari segi organisasi maupun
keilmuan, maka selanjutnya dari tahun ke tahun Beladiri Tangan Kosong
Merpati Putih berkembang keseluruh pelosok tanah air. Data terakhir yang
diperoleh telah terbentuk 122 cabang dalam negeri setiap cabang minimal
kolat (kelompok Latihan) yang ada 5 sampai 8 kolat percabang dan 10 cabang
diantarannya di Amerika serikat, Japan, Spanyol, Korea Selatan, Australia,
Kaledonia Baru, Malaysia, filiphina, Thailand, Belanda.2

Kendati perkembangan perguruan meliputi aspek beladiri dan olahraga


berkembang cukup pesat, namun perguruan tetap mencoba menyentuh aspek
sosial, yakni melalui Yayasan Merpati Putih Abadi membuat dan
melaksanakan suatu program pembinaan bagi tuna netra sejak tahun 1989.
Program ini mendapat simpati dari pihak pemerintah dan masyarakat luas,
sehingga dalam perkembangannya sudah dibentuk beberapa pusat/sentral
pembinaan Merpati Putih di beberapa cabangnya. Tidak dapat disangkal lagi
bahwa Perguruan Pencak Silat Bela Diri Tangan Kosong Merpati Putih
mendapat tempat diberbagai kalangan sebagai salah satu aset kebudayaan
bangsa yang patut dibanggakan dengan tidak menghilanglan jatidirinya
sebagai perguruan pencak silat dengan bernaung dibawah bendera IPSI.

2Randy Wirayudha, “Pencak Silat Warisan Mataram Menembus Zaman,” Historia Masa
Lampau Selalu Aktual (2018), https://historia.id/olahraga/articles/pencak-silat-warisan-
mataram-menembus-zaman-DWe54/page/1.
45

B. Pengaruh Nilai Nasionalisme terhadap Perguruan Pencak Silat


Merpati Putih

Pencak silat Merpati Putih merupakan salah satu seni bela diri
tradisional Indonesia yang dikenal dengan gerakan-gerakan elegan dan
berkesan. Sebagai suatu perguruan, Merpati Putih tidak hanya mengajarkan
teknik-teknik bela diri semata, tetapi juga nilai-nilai nasionalisme yang erat
kaitannya dengan budaya Indonesia.
Pendidikan nilai nasionalisme adalah salah satu hal penting dalam
pendidikan karakter di Indonesia. Nilai-nilai nasionalisme seperti cinta tanah
air, gotong royong, keberanian, dan kemandirian merupakan nilai-nilai yang
diajarkan dan diterapkan dalam pendidikan Merpati Putih.
Pertama, nilai cinta tanah air diwujudkan dengan cara memberikan
penekanan pada pentingnya rasa kecintaan dan tanggung jawab terhadap
negara. Salah satu contohnya adalah dengan memberikan pendidikan dan
kesadaran tentang sejarah bangsa Indonesia, seperti perjuangan untuk meraih
kemerdekaan. Hal ini membantu anggota Merpati Putih untuk memahami dan
menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan
negara Indonesia, kemudian cinta tanah air berada di dalam Janji anggota
Merpati Putih yang kedua yaitu Mengabdi dan Berbakti kepada Nusa Bangsa
Negara Republik Indonesia.
Kedua, nilai gotong royong diajarkan dalam Merpati Putih sebagai
bagian dari kerja sama tim yang solid dan saling membantu. Dalam Merpati
Putih, anggota diajarkan untuk saling membantu satu sama lain dalam Latihan
apabila ada salah satu anggota yang kurang mengerti Teknik atau Gerakan
ketika latihan, dan juga menumbuhkan rasa solidaritas di antara anggota. Hal
ini penting dalam membangun rasa persatuan dan kesatuan, yang merupakan
nilai yang sangat penting dalam kehidupan sosial dan budaya Indonesia.
Ketiga, nilai keberanian dan kemandirian juga diajarkan dalam
Merpati Putih. anggota diajarkan untuk memiliki rasa percaya diri yang kuat
dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan. Missal Ketika ujian
kenaikan tingkat, anggota Merpati Putih diharuskan mematahkan Beton Cor
sesuai tingkatan masing-masing anggota, kekerasan Beton Cor untuk dasar 1
46

saja cukup keras yaitu Beton A, dan untuk tingkatan kombinasi keatas yaitu
Batu Kali dan Besi Rel, kemudian ujian tata gerak dilakukan secara sendiri
tidak berkelompok karena dilarang mencontek Ketika ujian. Nilai yang sangat
penting untuk mengembangkan kemandirian dan keterampilan
kepemimpinan. Pendidikan nilai nasionalisme di Merpati Putih didukung
oleh beberapa referensi penelitian.
Menurut Marsyel Ririhena (2023), nilai-nilai nasionalisme yang
terkandung dalam Perguruan Merpati Putih diantaranya terdapat di dalam
Janji anggota Merpati Putih. Yaitu, pertama taat dan percaya kepada tuhan
yang Maha Esa, kedua Mengabdi dan Berbakti kepada Nusa Bangsa Negara
Republik Indonesia, ketiga Setia dan Taat pada Perguruan. yang dimana nilai
nasionalisme terkandung di dalam janji anggota yang kedua. Kemudian nilai
nasionalisme terkandung dalam baju Latihan Merpati Putih, terdapat lubang
3 pasang di dekat leher. Warna putih dengan leher warna merah berbentuk
segi lima dengan garis – garis jahitan berjumlah 5 buah pada bagian setiap
ujung lengan. Artinya: Warna putih menunjukkan kesucian, ketulusan hati,
kepasrahan, keterbukaan hati serta menjunjung tinggi arti perdamaian. Leher
berbentuk segi lima menggambarkan Pancasila, terdapat juga jumlah jahitan
pada leher tersebut. Ini berarti anggota Merpati Putih menjunjung tinggi dasar
negara Indonesia yaitu Pancasila.
Lubang tali kancing mengingatkan kita agar selalu ingat bahwa di
dalam hidup ini terdapat : Tuhan Yang Maha Esa (sang pencipta), ALAM
(sumber hidup), DUNIA (kehidupan). Selain itu juga menggambarkan jumlah
janji anggota Merpati Putih yang sering disebut TRI PRASETYA.
Celana, berwarna hitam menggambarkan ciri khas Pencak Silat
indonesia dan merupakan pakaian khas masyarakat (petani). Warna hitam
juga melambangkan keteguhan hati.
Sabuk, berwarna merah dengan jumlah jahitan 5 jalur menggambarkan
Pancasila. Dalam menggunakan seragam yang telah dilengkapi dengan
menggunakan sabuk merah berarti telah siap sebagai anggota Merpati Putih
yang mengerti makna baik dan buruk serta bertanggung jawab dalam
melaksanakan dan mengamalkan ajaran perguruan yaitu MERSUDI
47

PATITISING TINDAK PUSAKANE TITISING HENING.3 Yang artinya


Mencari sampai Mendapatkan Tindakan atau suatu sikap yang benar, dengan
Keheningan atau Mata Hati.

Menurut Nehemia Budi Setiawan (2023), Nilai nasionalisme pada


perguruan pencak silat Merpati Putih sangatlah tinggi. Hal ini tercermin dari
berbagai aspek dalam praktik pencak silat, seperti selalu memulai Latihan
dengan janji anggota yang didalamnya memiliki nilai nasionalisme yaitu
mengabdi dan berbakti kepada Nusa, Bangsa. Negara Republik Indonesia.
Penekanan pada pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai
kebangsaan, dan penggunaan simbol-simbol nasional dalam pakaian dan
atribut yang dipakai oleh para Anggota MP yaitu seragam berwarna Merah
Putih. Kemudian Nilai nasionalisme yang ditanamkan pada anggota pencak
silat Merpati Putih mempengaruhi cara para praktisi mengembangkan diri
dalam pencak silat. Para praktisi ditekankan untuk mempertahankan dan
mengembangkan kebudayaan Indonesia, serta menunjukkan sikap
nasionalisme dan cinta tanah air. Hal ini tercermin dalam sikap para anggota
MP saat bertanding atau memperagakan gerakan pencak silat, di mana
mereka selalu menunjukkan sikap hormat dan menghargai di pertandingan
maupun diluar pertandingan. Merpati Putih merupakan warisan budaya
Indonesia yaitu Awalnya aliran ini dimiliki oleh Sampeyan Dalem Inkang
Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng
Ing Kartosuro kemudian ke BPH Adiwidjojo (Grat I). Lalu setelah Grat ke
tiga, R.Ay. Djojoredjoso ilmu yang diturunkan dipecah menurut
spesialisasinya sendiri-sendiri, seni beladiri ini mempunyai dua saudara
lainnya. yaitu bergelar Gagak Samudro dan Gagak Seto. Gagak Samudro
diwariskan ilmu pengobatan, sedangkan Gagak Seto ilmu sastra. Dan untuk
seni beladiri diturunkan kepada Gagak Handoko (Grat IV). Dari Gagak
Handoko inilah akhirnya turun temurun ke Mas Saring lalu Mas Poeng dan
Mas Budi menjadi PPS Betako Merpati Putih. Adapun perguruan Merpati

3
Marsyel Ririhena,”sekretariat umum perguruan merpati putih”, interviewed pribadi,
(bertempat: kantor sekretariat Merpati Putih di wisma 77 Jakarta Barat) 10 februari 2023
pukul 13:30 wib
48

Putih merupakan beladiri wajib untuk KOPASUS (Komando Pasukan


Khusus) Kopasus merupakan salah satu pasukan elit yang diwajibkan untuk
menguasai beladiri Merpati Putih yang dikenal dengan Ilmu Getaran nya.
Getaran merupakan salah satu cabang keilmuan yang ada di PPS BETAKO
MERPATI PUTIH. Getaran sendiri mempunyai arti mendeteksi suatu benda
(benda mati/hidup) dengan cara mengenali/merasakan energi yang
ditimbulkan oleh benda itu atau mengenali bentuk, warna, tekstur, arah,
kecepatan, volume, dan komposisi berbagai objek tanpa menyentuhnya dan
dalam keadaan mata tertutup. 4

Menurut dewa gede agung putra (2023) UU No. 23 Tahun 2019


merupakan undang-undang yang sangat penting dalam memastikan
pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara. Dalam konteks
perguruan pencak silat Merpati Putih, undang-undang ini dapat mendukung
implementasi nilai nasionalisme melalui beberapa cara. Pertama, UU No. 23
Tahun 2019 menegaskan pentingnya pengembangan kekuatan nasional yang
tangguh. Pencak silat Merpati Putih, sebagai seni bela diri tradisional
Indonesia, secara inheren mencerminkan nilai-nilai nasionalisme. Melalui
latihan dan pembelajaran dalam perguruan ini, para anggota akan
menginternalisasi nilai-nilai seperti cinta tanah air, semangat kebangsaan, dan
kepedulian terhadap kesatuan dan persatuan bangsa. Kedua, UU tersebut juga
mendorong pembangunan industri pertahanan dalam negeri. Perguruan
pencak silat Merpati Putih dapat berperan dalam mendukung industri
pertahanan melalui pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas dalam bidang pertahanan dan keamanan. Hal ini akan membantu
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kemandirian pertahanan negara,
dan pada gilirannya memperkuat rasa nasionalisme. Perguruan pencak silat
Merpati Putih memiliki peran dalam mengimplementasikan nilai
nasionalisme di Indonesia.

4Nehemia Budi Setiawan,”ahli waris perguruan merpati putih”, interviewed pribadi,


(bertempat: gunung putri, bogor) 15 februari 2023 pukul 13:00 wib
49

Pencak silat Merpati Putih bukan hanya sebuah seni bela diri, tetapi
juga mewakili warisan budaya Indonesia yang kaya dan mengandung nilai-
nilai nasionalisme yang tinggi. Melalui latihan dan pembelajaran di perguruan
pencak silat Merpati Putih, para anggota diajarkan tentang pentingnya cinta
tanah air, semangat kebangsaan, dan kepedulian terhadap persatuan bangsa.
Mereka dilatih untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap keutuhan dan
kedaulatan negara serta kesiapan dalam menjaga keamanan dan pertahanan
nasional. Selain itu, perguruan ini juga mengajarkan etika dan nilai-nilai
moral yang kuat kepada para anggotanya. Mereka diajarkan tentang
kejujuran, disiplin, keberanian, dan penghormatan terhadap sesama manusia.
Semua nilai-nilai ini merupakan fondasi yang kuat dalam membangun
karakter yang mencerminkan sikap nasionalis.

Harapan saya terhadap perguruan pencak silat Merpati Putih adalah


dapat terus menjadi garda terdepan dalam membangun dan memperkuat jiwa
nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia. Saya berharap perguruan ini
dapat terus menjaga dan memperkuat nilai-nilai nasionalisme yang ada di
dalamnya, serta terus menginspirasi anggotanya dan masyarakat luas untuk
mencintai tanah air dan memiliki semangat kebangsaan yang tinggi. Pertama-
tama, saya berharap perguruan ini dapat terus mengembangkan program-
program yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
anggota tentang nilai-nilai nasionalisme. Program-program seperti
pengajaran sejarah Indonesia, budaya lokal, dan nilai-nilai kebangsaan yang
terkait dengan seni bela diri, dapat menjadi landasan kuat dalam membangun
rasa cinta tanah air yang mendalam. Selanjutnya, saya berharap perguruan ini
dapat menjalin kerjasama yang erat dengan pemerintah dan lembaga terkait
dalam upaya memperluas pengaruh dan dampak positifnya. Melalui
kerjasama dengan institusi pendidikan, organisasi kemasyarakatan, dan
lembaga pertahanan, perguruan pencak silat Merpati Putih dapat mencapai
lebih banyak generasi muda dan menyebarkan nilai-nilai nasionalisme kepada
mereka. Saya juga berharap perguruan ini dapat aktif dalam melibatkan diri
dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan pembangunan bangsa. Dengan
mengorganisir kegiatan-kegiatan sosial seperti aksi pengabdian kepada
50

masyarakat, kegiatan bakti sosial, dan pengembangan komunitas, perguruan


ini dapat memperlihatkan peran nyata dalam mendukung upaya membangun
jiwa nasionalisme dan memperkuat ikatan sosial di kalangan masyarakat. 5

5 Dewa gede agung putra Kasubdit sdm ditjen pothan Kementerian Pertahanan”,
interviewed pribadi, (bertempat: di kantor ditjen pothan kementerian pertahanan di tanah
abang) 16 mei 2023 pukul 13:00 wib
BAB IV
ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI NASIONALISME
DALAM PERGURUAN PENCAK SILAT MERPATI PUTIH
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2019
A. Analisis Kesesuaian Penerapan Nilai-Nilai Nasionalisme dalam
Perguruan Pencak Silat Merpati Putih dengan Undang-Undang No. 23
Tahun 2019

Undang-Undang No. 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber


Daya Nasional untuk pertahanan Negara memuat nilai-nilai nasionalisme
yang harus diterapkan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat, termasuk
dalam dunia olahraga seperti pencak silat. Oleh karena itu, penting untuk
menganalisis kesesuaian penerapan nilai-nilai nasionalisme dalam perguruan
pencak silat Merpati Putih dengan undang-undang tersebut. Pencak silat
Merpati Putih adalah salah satu aliran pencak silat yang berasal dari Indonesia
dan memiliki nilai-nilai nasionalisme yang sangat kuat. Beberapa nilai
nasionalisme yang dapat diterapkan dalam perguruan Merpati Putih antara
lain:

1. Cinta Tanah Air

Perguruan Merpati Putih mengajarkan para siswanya untuk


mencintai tanah air Indonesia dan mempertahankan keutuhan negara. Hal ini
tercermin dalam seragam Perguruan Meprpati Putih yaitu baju berwarna
Merah dan Putih sesuai dengan bendera Negara Republik Indonesia,
kemudian terdapat lubang 3 pasang di dekat leher. Warna putih dengan leher
warna merah berbentuk segi lima dengan garis – garis jahitan berjumlah 5
buah pada bagian setiap ujung lengan. Artinya: Warna putih menunjukkan
kesucian, ketulusan hati, kepasrahan, keterbukaan hati serta menjunjung
tinggi arti perdamaian. Leher berbentuk segi lima menggambarkan Pancasila,
terdapat juga jumlah jahitan pada leher tersebut. Ini berarti anggota Merpati
Putih menjunjung tinggi dasar negara Indonesia yaitu Pancasila.

51
52

Lubang tali kancing mengingatkan kita agar selalu ingat bahwa di


dalam hidup ini terdapat : Tuhan Yang Maha Esa (sang pencipta), ALAM
(sumber hidup), DUNIA (kehidupan). Selain itu juga menggambarkan jumlah
janji anggota Merpati Putih yang sering disebut TRI PRASETYA.

Celana, berwarna hitam menggambarkan ciri khas Pencak Silat


indonesia dan merupakan pakaian khas masyarakat (petani). Warna hitam
juga melambangkan keteguhan hati. Sabuk, berwarna merah dengan jumlah
jahitan 5 jalur menggambarkan Pancasila.

Hal ini serupa dengan hasil wawancara peneliti dengan marsyel ririhena.
Marsyel ririhena mengungkapkan bahwa nilai nasionalisme merpati putih
salah satunya tercermin dalam atribut perguruan merpati putih. 1

2. Keberanian dan Semangat Juang

Perguruan Merpati Putih juga mengajarkan nilai keberanian dan semangat


juang yang tinggi kepada para siswanya. Hal ini tercermin dalam latihan-
latihan yang dilakukan, di mana siswa diajarkan untuk mengatasi rasa takut
dan menghadapi tantangan dengan semangat yang tinggi. Yaitu salah satunya
ialah Ketika melaksanakan Ujian Kenaikan Tingkat yaitu dengan menguji
fisik,dan pengetahuan terkait sejarah perguruan. ujian fisik nya dilakukan
selama semalaman yaitu awalnya dimulai dengan ujian Tata gerak beladiri
Merpati Putih, kemudian lari sejauh kurang lebih 10-20 km, dan setelah lari
wajib menjawab pertanyaan di setiap pos ujian seputar sejarah Perguruan
Merpati Putih. Kemudian Melakukan sesi pematahan Benda Keras yaitu
untuk Dasar 1 Beton cor A, dan yang terkeras ialah Beton cor D untuk
menguji sejauh mana kemampuan setiap anggota apakah mereka selama ini
berlatih dengan sungguh-sungguh atau tidak akan terlihat Ketika Ujian
Kenaikan Tingkat.

1Marsyel Ririhena,”sekretariat umum perguruan merpati putih”, interviewed pribadi,


(bertempat: kantor sekretariat Merpati Putih di wisma 77 Jakarta Barat) 10 februari 2023
pukul 13:30 wib
53

3. Kebersamaan dan Persaudaraan

Selain itu, perguruan Merpati Putih juga menekankan nilai


kebersamaan dan persaudaraan yang terdapat pada BAB II Bagian ke satu
pasal 2 UU No 23 Tahun 2019 tentang pengelolaan sumber daya nasional
untuk pertahanan negara. Para siswa diajarkan untuk saling membantu dan
mendukung satu sama lain, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan
dan persaudaraan. Dari nilai-nilai nasionalisme yang diadopsi oleh perguruan
Merpati Putih, dapat dilihat bahwa nilai-nilai tersebut sangat sesuai dengan
nilai-nilai nasionalisme yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 23
Tahun 2019. Oleh karena itu, penerapan nilai-nilai nasionalisme dalam
perguruan Merpati Putih sudah sejalan dengan undang-undang tersebut.

Namun, penting juga untuk memastikan bahwa nilai-nilai


nasionalisme tersebut diterapkan dengan konsisten dan terus-menerus dalam
setiap aspek kegiatan di perguruan Merpati Putih. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan evaluasi secara berkala terhadap implementasi nilai-nilai
nasionalisme tersebut, serta melakukan perbaikan dan perubahan jika
diperlukan. Selain itu, perguruan Merpati Putih juga dapat bekerja sama
dengan pemerintah dalam mempromosikan nilai-nilai nasionalisme kepada
masyarakat luas, sebagai bagian dari upaya meningkatkan rasa cinta tanah air
dan semangat kebangsaan.

Pada dasarnya, nilai-nilai nasionalisme mencakup kecintaan terhadap


tanah air, menghargai dan melestarikan warisan budaya, serta berjuang untuk
kemajuan bangsa dan negara. Pencak Silat Merpati Putih sebagai bagian dari
budaya Indonesia harus mampu mencerminkan nilai-nilai nasionalisme ini
dalam prakteknya.

Dalam hal ini, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
menilai kesesuaian penerapan nilai-nilai nasionalisme dalam Pencak Silat
Merpati Putih dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2019. Pertama, aspek
historis dan filosofis, di mana perguruan Pencak Silat Merpati Putih harus
memiliki pemahaman yang kuat tentang sejarah dan asal-usul seni beladiri ini
serta filosofinya sebagai bagian dari budaya Indonesia.
54

Kedua, aspek teknis dan estetika, di mana perguruan Pencak Silat


Merpati Putih harus mampu menunjukkan keahlian dan keindahan gerakan
yang merupakan hasil dari warisan budaya Indonesia. Dalam hal ini,
perguruan harus mampu mengembangkan teknik-teknik yang sesuai dengan
prinsip-prinsip nasionalisme dan memberikan contoh sikap patriotisme

4. Sikap Bela Negara

Pengertian bela negara menurut UU No 23 tahun 2019 tentang


pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara ada di dalam Bab
1 ketentuan umum pasal 1 ayat (11) yaitu, Bela Negara adalah tekad, sikap,
dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun
kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.

Sikap bela negara di dalam perguruan merpati putih salah satunya


ialah mengajarkan orang tuna Netra dengan ilmu getaran sehingga mampu
mempermudah dalam menjalankan kehidupanya tanpa bantuan orang lain.
Ilmu getaran merpati putih selain untuk tuna netra juga diajarkan untuk
anggota KOPASSUS, anggota KOPASSUS dilatih ilmu getaran merpati
putih untuk penunjang mereka dalam bertugas misalnya Ketika sedang
bertugas di malam hari Ketika di hutan, mereka dapat mendeteksi benda atau
orang tanpa perlu bantuan alat murni dengan indra mereka yang diasah
melalui olah nafas merpati putih atau ilmu getaran Merpati Putih.

Selain itu ilmu getaran digunakan untuk pencarian korban longsor


yang dilakukan oleh salah satu anggota KOPASSUS Bernama Praka Pujiono
dari Yon 14 Grup 1 kopassus. Ketika mencari korban longsor di daerah
cijeruk pada bulan februari 2018 silam. Praka Pujiono berhasil mendeteksi
keberadaan korban berjarak 50 meter dari titik longsor yang telah teruruk
55

sedalam 3 meter. 3 korban meninggal dunia yaitu nani nuraeni (35), aldi (8,5),
dan aurel (1,5).

Ilmu getaran merpati putih juga diujicobakan pada Badan Tenaga


Atom Nasional (BATAN) untuk mendeteksi radiasi nuklir, hasilnya getaran
Merpati Putih dapat lebih cepat digunakan untuk mendeteksi radiasi nuklir
dibanding alat yang digunakan oleh BATAN.

Hal ini serupa dengan hasil wawancara peneliti dengan nehemia budi
setiawan. Nehemia budi setiawan mengungkapkan bahwa implementasi nilai
nasionalisme pada perguruan merpati putih ialah, ilmu getaran merpati putih
diajarkan pada institusi negara. Serta untuk pemulihan pasien yang terkena
covid-19.2

B. Analisis Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi


Nilai-Nilai Nasionalisme dalam Perguruan Pencak Silat Merpati Putih
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2019

Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan mengenai hasil penelitian


yang meliputi analisis faktor-faktor pendukung dan penghambat
implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam Perguruan Pencak Silat
Merpati Putih berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2019. Adapun
faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:

A. Faktor-Faktor Pendukung

1. Kepemimpinan Organisasi

Kepemimpinan organisasi yang kuat dan memiliki visi yang jelas dapat
menjadi faktor pendukung implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam
Perguruan Pencak Silat Merpati Putih. Kepemimpinan yang baik dapat
memberikan arahan dan motivasi kepada anggota untuk
mengimplementasikan nilai-nilai nasionalisme dalam setiap kegiatan
yang dilakukan.

2Nehemia Budi Setiawan,”ahli waris perguruan merpati putih”, interviewed pribadi,


(bertempat: gunung putri, bogor) 15 februari 2023 pukul 13:00 wib
56

2. Pembinaan Karakter

Pembinaan karakter menjadi faktor penting dalam implementasi nilai-


nilai nasionalisme dalam Perguruan Pencak Silat Merpati Putih. Dalam
pembinaan karakter, anggota Perguruan Pencak Silat Merpati Putih
diajarkan untuk mengembangkan sikap dan perilaku yang mencerminkan
rasa cinta tanah air dan kebangsaan. pembinaan karakter yang diterapkan
di perguruan Pencak Silat Merpati Putih harus berfokus pada
pengembangan sikap dan perilaku yang mencerminkan sikap cinta tanah
air dan bangsa, seperti menghargai dan mencintai budaya serta warisan
nenek moyang, memiliki rasa tanggung jawab terhadap keberlangsungan
dan keutuhan negara, serta memiliki semangat patriotisme dalam
berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara. Dalam hal ini, perguruan
Merpati Putih dapat mengadopsi nilai-nilai nasionalisme ke dalam
program pembinaan karakter dan pelatihan, seperti menekankan
pentingnya rasa cinta tanah air, mengajarkan sejarah dan budaya nasional,
serta membangkitkan semangat kebangsaan melalui kegiatan-kegiatan
yang relevan dengan nilai-nilai tersebut. Pembinaan karakter terdapat
dalam amanat sang guru, seorang Anggota Merpati putih haruslah
mengemban amanat Sang Guru yaitu: Memiliki rasa jujur dan welas
asih. Percaya pada diri sendiri. Keserasian dan keselarasan dalam
kehdupan sehari-hari.

3. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dapat menjadi faktor


pendukung implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam Perguruan
Pencak Silat Merpati Putih. Dalam pendidikan dan pelatihan, anggota
diajarkan untuk memahami sejarah, budaya, dan nilai-nilai bangsa,
sehingga dapat memahami pentingnya mempertahankan dan
mengembangkan nilai-nilai tersebut. Dan harus adanya komitmen dari
pengurus dan anggota perguruan
57

B. Faktor-Faktor Penghambat

1. Kurangnya Pemahaman tentang Nilai-Nilai Nasionalisme

Kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai nasionalisme dapat


menjadi faktor penghambat implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam
Perguruan Pencak Silat Merpati Putih. Hal ini dapat terjadi karena
anggota belum memahami nilai-nilai nasionalisme secara utuh dan belum
mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam setiap kegiatan yang
dilakukan. Karena Sebagian anggota belum sepenuhnya memahami janji
anggota

2. Kurangnya Dukungan dari Masyarakat dan Pemerintah

Kurangnya dukungan dari masyarakat dan pemerintah dapat


menjadi faktor penghambat implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam
Perguruan Pencak Silat Merpati Putih. Dukungan dari masyarakat dan
pemerintah sangat penting dalam mempertahankan dan mengembangkan
nilai-nilai nasionalisme, sehingga jika kurang mendapat dukungan,
implementasi nilai-nilai tersebut akan sulit terwujud.

Pemerintah belum memberikan dukungan yang memadai untuk


perguruan Merpati Putih dalam bentuk bantuan dana dan fasilitas yang
dibutuhkan untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pelatihan.
Pemerintah belum memberikan perhatian yang cukup terhadap perguruan
pencak silat Merpati Putih sebagai warisan budaya dan tradisi bangsa
yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Kurangnya dukungan dari
pemerintah membuat perguruan Merpati Putih kesulitan dalam
mempromosikan keberadaannya dan memperluas jangkauannya ke
masyarakat yang lebih luas.

3. Persaingan antar Perguruan Pencak Silat

Persaingan antar perguruan pencak silat yang intens dapat menjadi


penghambat utama dalam implementasi nilai nasionalisme. Meskipun
58

pencak silat merupakan seni bela diri tradisional Indonesia yang


seharusnya memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan, persaingan yang
berlebihan antara perguruan-perguruan pencak silat sering kali mengarah
pada kecenderungan yang merugikan nilai-nilai nasionalisme.

Pertama, persaingan yang terlalu sengit antara perguruan pencak


silat dapat memicu rivalitas yang berlebihan di antara para praktisi dan
penggemar. Setiap perguruan ingin membuktikan keunggulannya sendiri
dan menjadi yang terbaik dalam komunitas pencak silat. Hal ini seringkali
mengarah pada pemikiran yang egois, di mana perguruan-perguruan lebih
fokus pada promosi diri sendiri daripada memperkuat persatuan dan
solidaritas di antara praktisi pencak silat. Persaingan yang berlebihan juga
dapat memicu konflik antar perguruan. Ketika setiap perguruan berusaha
untuk mendapatkan reputasi yang lebih tinggi, persaingan menjadi
semakin sengit dan terkadang melibatkan tindakan-tindakan yang tidak
etis. Perkelahian dan perdebatan seringkali terjadi, baik di dalam maupun
di luar lingkungan perguruan pencak silat. Hal ini menciptakan iklim yang
tidak kondusif untuk mengembangkan rasa persatuan dan semangat
kebangsaan yang seharusnya menjadi bagian integral dari praktik pencak
silat.

Kedua, persaingan antar perguruan pencak silat yang terlalu


intens juga dapat memengaruhi perkembangan pencak silat sebagai
warisan budaya nasional. Fokus yang terlalu kuat pada persaingan dan
pencapaian individu dapat mengabaikan pentingnya menjaga dan
melestarikan aspek-aspek budaya dan tradisi dalam pencak silat. Para
praktisi lebih mementingkan kemenangan dan prestasi pribadi daripada
mempelajari dan mempraktikkan nilai-nilai budaya yang melekat dalam
seni bela diri ini. Akibatnya, nilai-nilai nasionalisme yang seharusnya
dipromosikan oleh pencak silat sebagai simbol identitas bangsa dapat
terabaikan dan terpinggirkan.

Selain itu, persaingan yang berlebihan antar perguruan pencak


silat juga berpotensi menghasilkan divisivitas di antara para praktisi.
59

Ketika perguruan-perguruan saling bersaing untuk mendapatkan


pengakuan dan popularitas, terdapat kemungkinan adanya konflik dan
perpecahan di antara mereka. Ini dapat menyebabkan terpecahnya
komunitas pencak silat menjadi kelompok-kelompok yang saling
bersaing dan tidak mendukung satu sama lain. Kurangnya rasa persatuan
dan kerjasama di dalam komunitas pencak silat ini secara langsung
bertentangan dengan nilai-nilai nasionalisme yang mengedepankan
persatuan dan kesatuan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah pembahasan di atas berdasarkan fakta yang ada, maka penulis


dapat memberikan kesimpulan :

1. Pendidikan akan nilai nasionalisme adalah hal yang penting dalam


pendidikan karakter setiap Warga Negara Indonesia. Begitu juga
dengan beladiri Merpati Putih menerapkan nilai-nilai nasionalisme
sebagai berikut :

a. Nilai cinta tanah air yang diterapkan dengan memberi


penekanan akan pentingnya rasa kecintaan serta tanggung
jawab pada negara. Salah satunya dengan memberi
pengetahuan dan kesadaran tentang sejarah kemerdekaan
Indonesia.
b. Nilai gotong royong yang diterapkan ketika latihan. Anggota
dianjurkan saling membantu satu sama lain ketika ada anggota
yang kesusahan dalam teknik dan gerakan. Hal ini penting
untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan karena
didorong dengan kesolidaritasan dalam kehidupan sosial dan
budaya.
c. Nilai keberanian dan kemandirian juga diterapkan dalam
Merpati Putih. Anggota dilatih untuk memiliki rasa percaya
diri, keberanian dan tidak mudah menyerah. Salah satu
penerapannya adalah ketika Ujian Kenaikan Tingkat, anggota
diharuskan untuk mematahkan beton cor yang tingkat
kesulitannya disesuaikan dengan tingkatan kemampuan
masing-masing anggota.

60
61

2. Terdapat kesesuaian antara penerapan nilai-nilai nasionalisme dalam


perguruan Merpati Putih dengan Undang-Undang no. 23 tahun 2019
yang berisi tentang pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
pertahanan negara. Berikut merupakan nilai-nilai nasionalisme yang
sesuai dengan Undang-undang no. 23 tahun 2019 :

a. Cinta tanah air, hal ini terlambang dalam seragam perguruan


Merpati Putih.

b. Keberanian dan semangat juang yang diajarkan kepada para


anggotanya untuk melawan rasa takut dan menghadapi
tantangan dengan semangat yang tinggi. Salah satunya
diterapkan ketika Ujian Kenaikan Tingkat dengan menguji
fisik dan pengetahuan tentang perguruan Merpati Putih.

c. Kebersamaan dan persaudaraan. Anggota Merpati Putih


sangat menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan persaudaraan
karena dianjurkan untuk saling membantu satu sama lain.

d. Sikap bela negara. Pengertian dari bela negara terdapat pada


Undang-Undang no. 23 tahun 2019 tentang pengelolaan
sumber daya nasional untuk pertahanan negara ada pada bab 1
ketentuan umum pasal 1 ayat 11 yaitu bela negara adalah
tekad, sikap dan perilaku serta tindakan warga negara baik
secara perorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa dan negara
yang dijiwai kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan
pancasila dan UUD Negara Republik indonesia tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan
negara dari berbagai ancaman. Penerapan sikap bela negara
pada Merpati Putih adalah dengan mengajarkan orang
tunanetra dengan ilmu getaran sehingga mempermudah
tunanetra tersebut dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
62

Ada hal yang tidak kalah penting yang harus diperhatikan, yaitu
memastikan penerapan nilai-nilai nasionalisme harus diterapkan secara
konsisten dan terus-menerus dalam setiap aspek kegiatan pada perguruan
Merpati Putih. Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan evaluasi secara
berkala untuk mengimplementasi nilai-nilai nasionalisme tersebut, serta
melakukan perbaikan dan perubahan jika diperlukan.

3. Dalam setiap tujuan pasti ada faktor pendukung dan penghambat.


Begitu juga dalam tujuan mengimplementasikan nilai-nilai
nasionalisme dalam perguruan Merpati Putih. Berikut adanya
kesimpulan yang dapat diambil dari faktor-faktor pendukung dan
penghambatnya:

No Faktor Pendukung Faktor Penghambat


Kurangnya pemahaman tentang
1. Kepemimpinan dalam berorganisasi
nilai-nilai nasionalisme
Kurangnya dukungan dari
2. Pembinaan karakter
masyarakat dan pemerintah
Persaingan antar perguruan Pencak
3. Pendidikan dan pelatihan
silat

B. Saran

1. Untuk perguruan pencak silat beladiri tangan kosong Merpati Putih agar
lebih mengoptimalkan peran mereka dalam pembentukan karakter nasionalis
dan cinta tanah air yang kuat, seperti dengan memperdalam pengajaran tidak
hanya fisik saja tetapi intelektual dan spiritual juga harus diperdalam agar
setiap anggota merpati putih tidak hanya kuat secara fisik saja tetapi bisa
berguna bagi bangsa dan negara, supaya bisa memilih dan memilah dari
dampak negatif globalisasi serta menjadi sumber daya nasional apabila suatu
saat terdapat ancaman di negara kesatuan republik Indonesia.

2. Memperluas jaringan kerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk


meningkatkan kontribusi mereka dalam membangun pertahanan negara.
Dengan mengadakan Kerjasama dengan BRIN (badan riset dan inovasi
nasional) untuk meneliti secara sains ilmu getaran merpati putih, supaya
bermanfaat untuk bangsa dan negara. Karena sejauh ini baru meneliti terkait
adanya unsur senyawa ATP (adenosine triphosphate) adalah suatu nukleotida
63

yang dalam biokimia dikenal sebagai "satuan molekular" pertukaran energi


intraselular; artinya, ATP dapat digunakan untuk menyimpan dan
mentranspor energi kimia dalam sel. ATP juga berperan penting dalam
sintesis asam nukleat. Molekul ATP juga digunakan untuk menyimpan energi
yang dihasilkan tumbuhan dalam respirasi seluler. ATP yang berada di luar
sitoplasma atau di luar sel dapat berfungsi sebagai agen signaling yang
memengaruhi pertumbuhan dan respon terhadap perubahan lingkungan.
Karena masih banyak keilmuan di dalam Merpati Putih yang belum dilakukan
penelitian missal seperti melihat tanpa mata dan lain-lain.

3. Pemerintah harus memberikan dukungan yang lebih besar bagi perguruan


Merpati Putih, seperti bantuan dana dan fasilitas yang memadai, untuk
meningkatkan kualitas pelatihan dan pengembangan anggota perguruan.
Dukungan dari pemerintah sangat penting untuk membantu perguruan
Merpati Putih mengatasi tantangan yang dihadapinya, seperti kesulitan dalam
mendapatkan sponsor atau kekurangan fasilitas. Pemerintah perlu
memberikan perhatian khusus terhadap perguruan pencak silat Merpati Putih
sebagai bagian dari kekayaan budaya dan tradisi bangsa yang harus
dilestarikan dan dikembangkan.
64

DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Ali, Muhammad. “Pahlawan Nasional.” jogjakarta:buku biru (2011).

Depdikbud. “Kamus Besar Bahasa Indonesia.” Jakarta: Balai Pustaka 648


(1997).

Hariana, Irwan. “Nasionalisme Dan Patriotisme Di Indonesia” (2010).

Kaelan. “Pendidikan Pancasila.” yogyakarta:paradigma (2010).

Sunarso, Dkk. “Pendidikan Kewarganegaraan.” Yogyakarta:UNY Press


(2011).

B,Anderson. Imagined Communities: "Reflections on the Origin and Spread


of Nationalism". Verso. Halaman 13. (2006).

Adisusilo, J.R.. "Pendidikan Kewarganegaraan: Konsep, Implementasi, dan


Pengembangan". Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 73 (2012).

Rukiyati. "Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Rineka Cipta". Halaman


69 (2008).

B, Anderson. "Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread


of Nationalism". Verso. Halaman 14 (2006).

Muhammad Takdir Ilahi. "Pendidikan Kewarganegaraan: Konsep, Strategi,


dan Implementasi" Jakarta: Rajawali Pers. Halaman 17 (2012).

Sunarso, "Modul 10 Nasionalisme" yang diterbitkan oleh Pusdiklat


Kepemimpinan Aparatur Nasional (2008).

Depdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia,” Jakarta: Balai Pustaka


(1989).

JURNAL

Harahap, Irawan. “Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan


Negara (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019).” Yuridis.id (2020).

Sunarso, Dkk. “Pendidikan Kewarganegaraan.” Yogyakarta:UNY Press


65

(2011).

Republik Indonesia. “UU No. 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber


Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara.” Sekretariat Negara.
Jakarta, no. 009207 (2019).

Republik, Negara, and Indonesia Tahun. “UNDANG-UNDANG DASAR


Perubahan Ketiga,” no. 5 (2001).
https://www.bphn.go.id/data/documents/uud_1945.pdf.

Sari, R. A. “Analisis Politik Hukum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019


tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara”.
Jurnal Ilmu Hukum, 3(2), 1-12. https://e-
journal.uajy.ac.id/27716/2/170512856-1.pdf (2012)

Hans kohn, ”The Idea of Nationalism, Toronto: Cillier Books”. ----------


1971. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya (terjemahan Sumantri
Mertodipura), Djakarta: Pustaka Sardjana (1971)

Ulfi Sayyidil Fikri, “peran padepokan pencak silat dalam mengembangkan


karakter generasi muda”
(http://repository.unpas.ac.id/46581/7/00%20COVER.pdf) (2019).

Andrian Firdaus, “konsep bela negara dalam menjaga keutuhan nkri dalam
perspektif fiqh siyasah”
(http://repository.radenintan.ac.id/7936/1/SKRIPSI.pdf) (2019).

Wiji Widyastuti, “pengaruh hasil belajar pendidikan bela negara terhadap


sikap cinta tanah air pada siswa kelas xi sma taruna nusantara
magelang tahun pelajaran 2010/2011”
(http://lib.unnes.ac.id/7521/1/10443.pdf) (2011).

Sri Indriani Umra, “penerapan konsep bela negara, nasionalisme atau


militerisasi warga negara” Jurnal lex renaissance No. 1 VOL. 4
JANUARI 2019: H. 164 – 178 (2019).
66

ARTIKEL

Jogloabang. “UU 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya


Nasional Untuk Pertahanan Negara.” jogloabang (2019).
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-23-2019-pengelolaan-sumber-
daya-nasional-pertahanan-negara.

Jogloabang. “UU 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya


Nasional Untuk Pertahanan Negara.” jogloabang (2019).
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-23-2019-pengelolaan-sumber-
daya-nasional-pertahanan-negara.

———. “UU 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional


Untuk Pertahanan NegaraNo Title.” jogloabang (2019).
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-23-2019-pengelolaan-sumber-
daya-nasional-pertahanan-negara.

News, Tim Sindo. “Gunakan Teknik Getaran Merpati Putih, Kopasus


Temukan 3 Korban Longsor.” SindoNews.com (2018).

Pertahanan, Direktorat Jendral Potensi. “Pengelolaan Sumber Daya


Nasional.” Kementrian Pertahanan Republik Indonesia (2019).
https://www.kemhan.go.id/pothan/2019/08/01/pengelolaan-sumber-
daya-nasional.html.

Wicaksono, Bayu Adi. “Menguak Ilmu Getar Kopassus Temukan Mayat Dan
Radiasi Nuklir.” Portal Pemilu (2018).
https://www.viva.co.id/berita/metro/1004867-menguak-ilmu-getar-
kopassus-temukan-mayat-dan-radiasi-nuklir?page=4.

Wirayudha, Randy. “Pencak Silat Warisan Mataram Menembus Zaman.”


Historia Masa Lampau Selalu Aktual (2018).
https://historia.id/olahraga/articles/pencak-silat-warisan-mataram-
menembus-zaman-DWe54/page/1.

“Sejarah Merpati Putih.” Academix research Group (n.d.).


67

https://merpatiputih.ukm.ugm.ac.id/merpati-putih/sejarah.

WAWANCARA

Marsyel Ririhena. 2023. “Sekertariat Umum Perguruan Merpati Putih”.

Hasil wawancara pribadi: 10 Februari 2023. Kantor sekertariat


Merpati Putih, Wisma 77 Jakarta Barat.

Nehemia Budi Setiawan. 2023. “Ahli Waris Perguruan Merpati Putih”.

Hasil Wawancara Pribadi: 15 Februari 2023. Bogor.

Dewa gede agung putra Kasubdit SDM DITJEN POTHAN Kementerian


Pertahanan”,

interviewed pribadi, (bertempat: di kantor ditjen pothan kementerian

pertahanan di tanah abang) 16 mei 2023


68

TRANSKIP WAWANCARA
IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME PADA PERGURUAN
BELA DIRI PENCAK SILAT MERPATI PUTIH (ANALISA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2019 TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA NASIONAL UNTUK
PERTAHANAN NEGARA)

Nama : Marsyel Ririhena

Jabatan : plt ketua umum Perguruan PPS BETAKO Merpati Putih

Hari/Tanggal : Jum’at 10 february 2023

Waktu : 13.30 WIB.

Tempat : Wisma 77 Slipi Jakarta Barat

Pewawancara (P)

Narasumber (N)

P : Selamat siang, Mas Marsyel Ririhena. Terima kasih telah berkenan


untuk saya wawancarai. Saya ingin membahas nilai nasionalisme yang
terkandung dalam Perguruan Merpati Putih. Apa saja nilai-nilai
nasionalisme yang tercermin dalam prinsip dan ajaran perguruan
tersebut?

N : Cinta Tanah Air, Salah satu nilai utama dalam Perguruan Merpati Putih
adalah cinta tanah air. Para anggota perguruan diajarkan untuk mencintai dan
menghormati Indonesia sebagai tanah kelahiran mereka. Mereka dipupuk
dengan rasa kebanggaan terhadap sejarah, budaya, dan kekayaan alam
Indonesia. kemudian, Bhinneka Tunggal Ika Konsep "Bhinneka Tunggal Ika"
yang merupakan moto bermasyarakat di Indonesia, juga tercermin dalam
ajaran Merpati Putih. Perguruan ini menghargai keberagaman dalam
masyarakat dan mengutamakan persatuan di antara anggotanya. Mereka
diajarkan untuk melihat perbedaan sebagai kekayaan dan membangun
69

kerjasama yang harmonis tanpa memandang suku, agama, ras, atau budaya.
Agama dan suku apapun boleh berlatih di perguruan Merpati Putih.

P : Apakah ada contoh implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam


perguruan pencak silat Merpati Putih?

N : nilai-nilai nasionalisme yang terkandung dalam Perguruan Merpati Putih


diantaranya terdapat di dalam Janji anggota Merpati Putih. Yaitu, pertama
taat dan percaya kepada tuhan yang Maha Esa, kedua Mengabdi dan Berbakti
kepada Nusa Bangsa Negara Republik Indonesia, ketiga Setia dan Taat pada
Perguruan. yang dimana nilai nasionalisme terkandung di dalam janji anggota
yang kedua. Kemudian nilai nasionalisme terkandung dalam baju Latihan
Merpati Putih, terdapat lubang 3 pasang di dekat leher. Warna putih dengan
leher warna merah berbentuk segi lima dengan garis – garis jahitan berjumlah
5 buah pada bagian setiap ujung lengan. Artinya: Warna putih menunjukkan
kesucian, ketulusan hati, kepasrahan, keterbukaan hati serta menjunjung
tinggi arti perdamaian. Leher berbentuk segi lima menggambarkan Pancasila,
terdapat juga jumlah jahitan pada leher tersebut. Ini berarti anggota Merpati
Putih menjunjung tinggi dasar negara Indonesia yaitu Pancasila.
Lubang tali kancing mengingatkan kita agar selalu ingat bahwa di dalam
hidup ini terdapat : Tuhan Yang Maha Esa (sang pencipta), ALAM (sumber
hidup), DUNIA (kehidupan). Selain itu juga menggambarkan jumlah janji
anggota Merpati Putih yang sering disebut TRI PRASETYA.
Celana, berwarna hitam menggambarkan ciri khas Pencak Silat indonesia dan
merupakan pakaian khas masyarakat (petani). Warna hitam juga
melambangkan keteguhan hati.
Sabuk, berwarna merah dengan jumlah jahitan 5 jalur menggambarkan
Pancasila. Dalam menggunakan seragam yang telah dilengkapi dengan
menggunakan sabuk merah berarti telah siap sebagai anggota Merpati Putih
yang mengerti makna baik dan buruk serta bertanggung jawab dalam
melaksanakan dan mengamalkan ajaran perguruan yaitu MERSUDI
PATITISING TINDAK PUSAKANE TITISING HENING. Yang artinya
Mencari sampai Mendapatkan Tindakan atau suatu sikap yang benar, dengan
Keheningan atau Mata Hati.
70

P : apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi nilai


nasionalisme dalam perguruan pencak silat Merpati Putih mas?

N : Pertama, Kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai nasionalisme dapat


menjadi faktor penghambat implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam
Perguruan Pencak Silat Merpati Putih. Hal ini dapat terjadi karena anggota
belum memahami nilai-nilai nasionalisme secara utuh dan belum
mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam setiap kegiatan yang
dilakukan. Karena Sebagian anggota belum sepenuhnya memahami janji
anggota

Kedua, Kurangnya dukungan dari masyarakat dan pemerintah dapat menjadi


faktor penghambat implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam Perguruan
Pencak Silat Merpati Putih. Dukungan dari masyarakat dan pemerintah sangat
penting dalam mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai
nasionalisme, sehingga jika kurang mendapat dukungan, implementasi nilai-
nilai tersebut akan sulit terwujud. Pemerintah belum memberikan dukungan
yang memadai untuk perguruan Merpati Putih dalam bentuk bantuan dana
dan fasilitas yang dibutuhkan untuk pengembangan dan peningkatan kualitas
pelatihan. Pemerintah belum memberikan perhatian yang cukup terhadap
perguruan pencak silat Merpati Putih sebagai warisan budaya dan tradisi
bangsa yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Kurangnya dukungan dari
pemerintah membuat perguruan Merpati Putih kesulitan dalam
mempromosikan keberadaannya dan memperluas jangkauannya ke
masyarakat yang lebih luas.

Ketiga, Persaingan antar perguruan pencak silat yang intens dapat menjadi
penghambat utama dalam implementasi nilai nasionalisme. Meskipun pencak
silat merupakan seni bela diri tradisional Indonesia yang seharusnya
memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan, persaingan yang berlebihan
antara perguruan-perguruan pencak silat sering kali mengarah pada
kecenderungan yang merugikan nilai-nilai nasionalisme.
71

persaingan yang terlalu sengit antara perguruan pencak silat dapat memicu
rivalitas yang berlebihan di antara para praktisi dan penggemar. Setiap
perguruan ingin membuktikan keunggulannya sendiri dan menjadi yang
terbaik dalam komunitas pencak silat. Hal ini seringkali mengarah pada
pemikiran yang egois, di mana perguruan-perguruan lebih fokus pada
promosi diri sendiri daripada memperkuat persatuan dan solidaritas di antara
praktisi pencak silat. Persaingan yang berlebihan juga dapat memicu konflik
antar perguruan. Ketika setiap perguruan berusaha untuk mendapatkan
reputasi yang lebih tinggi, persaingan menjadi semakin sengit dan terkadang
melibatkan tindakan-tindakan yang tidak etis. Perkelahian dan perdebatan
seringkali terjadi, baik di dalam maupun di luar lingkungan perguruan pencak
silat. Hal ini menciptakan iklim yang tidak kondusif untuk mengembangkan
rasa persatuan dan semangat kebangsaan yang seharusnya menjadi bagian
integral dari praktik pencak silat.

persaingan antar perguruan pencak silat yang terlalu intens juga dapat
memengaruhi perkembangan pencak silat sebagai warisan budaya nasional.
Fokus yang terlalu kuat pada persaingan dan pencapaian individu dapat
mengabaikan pentingnya menjaga dan melestarikan aspek-aspek budaya dan
tradisi dalam pencak silat. Para praktisi lebih mementingkan kemenangan dan
prestasi pribadi daripada mempelajari dan mempraktikkan nilai-nilai budaya
yang melekat dalam seni bela diri ini. Akibatnya, nilai-nilai nasionalisme
yang seharusnya dipromosikan oleh pencak silat sebagai simbol identitas
bangsa dapat terabaikan dan terpinggirkan.
72

TRANSKIP WAWANCARA

IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME PADA PERGURUAN


BELA DIRI PENCAK SILAT MERPATI PUTIH (ANALISA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2019 TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA NASIONAL UNTUK
PERTAHANAN NEGARA)

Nama : Nehemia Budi Setiawan

Jabatan : Ahli Waris Perguruan PPS BETAKO Merpati Putih

Hari/Tanggal : rabu 15 february 2023

Waktu : 13.00 WIB.

Tempat : gunung putri, Bogor

P : Selamat siang, Mas Hemy. Terima kasih telah berkenan untuk saya
wawancarai. Izin bertanya mas mengenai nilai nasionalisme yang
tercermin dalam pelatihan pada perguruan Merpati Putih?

N : Nilai nasionalisme pada perguruan pencak silat Merpati Putih sangatlah


tinggi. Hal ini tercermin dari berbagai aspek dalam praktik pencak silat,
seperti selalu memulai Latihan dengan janji anggota yang didalamnya
memiliki nilai nasionalisme yaitu mengabdi dan berbakti kepada Nusa,
Bangsa. Negara Republik Indonesia. Penekanan pada pengembangan
karakter yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan, dan penggunaan simbol-
simbol nasional dalam pakaian dan atribut yang dipakai oleh para Anggota
MP yaitu seragam berwarna Merah Putih. Kemudian Nilai nasionalisme yang
ditanamkan pada anggota pencak silat Merpati Putih mempengaruhi cara para
praktisi mengembangkan diri dalam pencak silat. Para praktisi ditekankan
untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan Indonesia, serta
menunjukkan sikap nasionalisme dan cinta tanah air. Hal ini tercermin dalam
73

sikap para anggota MP saat bertanding atau memperagakan gerakan pencak


silat, di mana mereka selalu menunjukkan sikap hormat dan menghargai di
pertandingan maupun diluar pertandingan.

P : bagaimana Sejarah awal berdirinya Perguruan Pencak Silat Merpati


Putih dan apa saja kontribus nya untuk bangsa dan negara ini mas?

N : Merpati Putih merupakan warisan budaya Indonesia yaitu Awalnya aliran


ini dimiliki oleh Sampeyan Dalem Inkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan
Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro kemudian ke
BPH Adiwidjojo (Grat I). Lalu setelah Grat ke tiga, R.Ay. Djojoredjoso ilmu
yang diturunkan dipecah menurut spesialisasinya sendiri-sendiri, seni beladiri
ini mempunyai dua saudara lainnya. yaitu bergelar Gagak Samudro dan
Gagak Seto. Gagak Samudro diwariskan ilmu pengobatan, sedangkan Gagak
Seto ilmu sastra. Dan untuk seni beladiri diturunkan kepada Gagak Handoko
(Grat IV). Dari Gagak Handoko inilah akhirnya turun temurun ke Mas Saring
lalu Mas Poeng dan Mas Budi menjadi PPS Betako Merpati Putih.

Adapun kontribusi perguruan Merpati Putih, Merpati Putih merupakan


beladiri wajib untuk KOPASSUS (Komando Pasukan Khusus) Kopasus
merupakan salah satu pasukan elit yang diwajibkan untuk menguasai beladiri
Merpati Putih yang dikenal dengan Ilmu Getaran nya. Getaran merupakan
salah satu cabang keilmuan yang ada di PPS BETAKO MERPATI PUTIH.

Selain itu Merpati Putih juga Mengajarkan Ilmu Getaran untuk tuna Netra,
dan Ketika awal awal covid banyak instruktur perguruan Merpati Putih yang
menjadi relawan covid 19, ilmu pernapasan Merpati Putih juga diajarkan
kepada para pasien yang terkena covid 19.

P : izin bertanya mas mengenai ilmu getaran, apa itu ilmu getaran dan
manfaatnya untuk orang banyak?

N : Getaran sendiri mempunyai arti mendeteksi suatu benda (benda


mati/hidup) dengan cara mengenali/merasakan energi yang ditimbulkan oleh
benda itu atau mengenali bentuk, warna, tekstur, arah, kecepatan, volume,
dan komposisi berbagai objek tanpa menyentuhnya dan dalam keadaan mata
74

tertutup. Karena setiap benda itu memiliki energi / atom yang terkandung
didalam setiap benda, rasa di dalam itulah yang kita latih / kita olah melalui
Latihan pernapasan di Merpati Putih.

Salah satu manfaatnya Ketika salah satu anggota KOPASSUS Bernama Praka
Pujiono dari Yon 14 Grup 1. mencari korban longsor di daerah cijeruk pada
bulan februari 2018 silam. Praka Pujiono berhasil mendeteksi keberadaan
korban berjarak 50 meter dari titik longsor yang telah teruruk sedalam 3
meter. 3 korban meninggal dunia yaitu nani nuraeni (35), aldi (8,5), dan aurel
(1,5)

Kemudian Ilmu getaran merpati putih juga diujicobakan pada Badan Tenaga
Atom Nasional (BATAN) untuk mendeteksi radiasi nuklir, hasilnya getaran
Merpati Putih dapat lebih cepat digunakan untuk mendeteksi radiasi nuklir
dibanding alat yang digunakan oleh BATAN. Getaran merpati putih juga
diajarkan kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung yaitu tuna
Netra, mereka diajarkan ilmu getaran Merpati Putih supaya dapat
mempermudah kegiatan mereka dalam menjalani aktifitas sehari-hari.

Ilmu pernafasan Merpati Putih juga dapat menyembuhkan orang yang terkena
covid 19, dengan melakukan olah pernafasan dapat membantu otot-otot paru
dan jantung menjadi kuat sehingga mampu memompa oksigen lebih banyak.
karena virus corona menyerang sistem pernafasan, jadi yang harus dilakukan
adalah memaksimalkan oksigen yang masuk ke paru-paru, jantung, otak dan
semua organ tubuh lainnya dengan olah nafas. Transfer oksigen melalui pipa
kapiler harus didorong dengan cepat melalui olah nafas.
75

TRANSKIP WAWANCARA

IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME PADA PERGURUAN


BELA DIRI PENCAK SILAT MERPATI PUTIH (ANALISA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2019 TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA NASIONAL UNTUK
PERTAHANAN NEGARA)

Nama : Kolonel lek Dewa Gede Agung Putra ST.,M.M.,(Han)

Jabatan : Kasubdit SDM dukungan pertahanan DITJEN POTHAN

Kementerian Pertahanan RI

Hari/Tanggal : Selasa 16 mei 2023

Waktu : 13.00 WIB.

Tempat : Jl. Tanah Abang Timur No.8, RT.3/RW.3, Gambir,

Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus

Ibukota Jakarta 10110

P : Selamat siang pak, Terima kasih telah berkenan untuk melakukan


wawancara ini. saya ingin membahas tentang UU No. 23 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara
dan bagaimana undang-undang tersebut mendukung atau mendorong
implementasi nilai nasionalisme dalam perguruan pencak silat Merpati
Putih. bagaimana menurut bapak UU No. 23 Tahun 2019 mendukung
implementasi nilai nasionalisme?

N : UU No. 23 Tahun 2019 merupakan undang-undang yang sangat penting


dalam memastikan pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan
negara. Dalam konteks perguruan pencak silat Merpati Putih, undang-undang
ini dapat mendukung implementasi nilai nasionalisme melalui beberapa cara.
Pertama, UU No. 23 Tahun 2019 menegaskan pentingnya pengembangan
kekuatan nasional yang tangguh. Pencak silat Merpati Putih, sebagai seni bela
76

diri tradisional Indonesia, secara inheren mencerminkan nilai-nilai


nasionalisme. Melalui latihan dan pembelajaran dalam perguruan ini, para
anggota akan menginternalisasi nilai-nilai seperti cinta tanah air, semangat
kebangsaan, dan kepedulian terhadap kesatuan dan persatuan bangsa. Kedua,
UU tersebut juga mendorong pembangunan industri pertahanan dalam negeri.
Perguruan pencak silat Merpati Putih dapat berperan dalam mendukung
industri pertahanan melalui pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia yang berkualitas dalam bidang pertahanan dan keamanan. Hal ini
akan membantu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kemandirian
pertahanan negara, dan pada gilirannya memperkuat rasa nasionalisme.

P : bagaimana menurut bapak peran perguruan pencak silat Merpati


Putih dalam mengimplementasikan nilai nasionalisme?

N : Perguruan pencak silat Merpati Putih memiliki peran penting dalam


mengimplementasikan nilai nasionalisme di Indonesia. Pencak silat Merpati
Putih bukan hanya sebuah seni bela diri, tetapi juga mewakili warisan budaya
Indonesia yang kaya dan mengandung nilai-nilai nasionalisme yang tinggi.
Melalui latihan dan pembelajaran di perguruan pencak silat Merpati Putih,
para anggota diajarkan tentang pentingnya cinta tanah air, semangat
kebangsaan, dan kepedulian terhadap persatuan bangsa. Mereka dilatih untuk
memiliki rasa tanggung jawab terhadap keutuhan dan kedaulatan negara serta
kesiapan dalam menjaga keamanan dan pertahanan nasional. Selain itu,
perguruan ini juga mengajarkan etika dan nilai-nilai moral yang kuat kepada
para anggotanya. Mereka diajarkan tentang kejujuran, disiplin, keberanian,
dan penghormatan terhadap sesama manusia. Semua nilai-nilai ini merupakan
fondasi yang kuat dalam membangun karakter yang mencerminkan sikap
nasionalis.

P : Apa harapan bapak terhadap perguruan pencak silat Merpati Putih


dalam mendukung upaya membangun dan memperkuat jiwa
nasionalisme di kalangan masyarakat dan generasi muda di Indonesia?

N : Harapan saya terhadap perguruan pencak silat Merpati Putih adalah dapat
terus menjadi garda terdepan dalam membangun dan memperkuat jiwa
77

nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia. Saya berharap perguruan ini


dapat terus menjaga dan memperkuat nilai-nilai nasionalisme yang ada di
dalamnya, serta terus menginspirasi anggotanya dan masyarakat luas untuk
mencintai tanah air dan memiliki semangat kebangsaan yang tinggi. Pertama-
tama, saya berharap perguruan ini dapat terus mengembangkan program-
program yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
anggota tentang nilai-nilai nasionalisme. Program-program seperti
pengajaran sejarah Indonesia, budaya lokal, dan nilai-nilai kebangsaan yang
terkait dengan seni bela diri, dapat menjadi landasan kuat dalam membangun
rasa cinta tanah air yang mendalam. Selanjutnya, saya berharap perguruan ini
dapat menjalin kerjasama yang erat dengan pemerintah dan lembaga terkait
dalam upaya memperluas pengaruh dan dampak positifnya. Melalui
kerjasama dengan institusi pendidikan, organisasi kemasyarakatan, dan
lembaga pertahanan, perguruan pencak silat Merpati Putih dapat mencapai
lebih banyak generasi muda dan menyebarkan nilai-nilai nasionalisme kepada
mereka. Saya juga berharap perguruan ini dapat aktif dalam melibatkan diri
dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan pembangunan bangsa. Dengan
mengorganisir kegiatan-kegiatan sosial seperti aksi pengabdian kepada
masyarakat, kegiatan bakti sosial, dan pengembangan komunitas, perguruan
ini dapat memperlihatkan peran nyata dalam mendukung upaya membangun
jiwa nasionalisme dan memperkuat ikatan sosial di kalangan masyarakat.
78

DOKUMENTASI PELAKSANAAN WAWANCARA

1.1 wawancara bersama plt ketua umum Merpati Putih Marsyel


Ririhena

1.2 wawancara bersama ahli waris perguruan Merpati Putih


Nehemia Budi Setiawan
79

1.3 wawancara dengan Kolonel lek Dewa Gede Agung Putra


ST.,M.M.,(Han) Kasubdit SDM dukungan pertahanan DITJEN
POTHAN kementerian pertahanan republik indonesia.

Anda mungkin juga menyukai