Anda di halaman 1dari 20

lOMoARcPSD|26132946

MAKALAH POLIO
MATA KULIAH PATOFISIOLOGI PENYAKIT INFEKSI DAN DEFISIASI

Disusun oleh :

Kelompok : II (Dua)

Kelas :B

Al Andika
Murti Maimunah
Anjani Sukmayanti
Niatun Rahman
Ahmad Supriadi
Nining Srianti

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB

2023/2024

KATA PENGANTAR
lOMoARcPSD|26132946

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Biostatistik dengan judul “POLIO”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini mohon maaf yang sebesar- besarnya.

DAFTAR ISI
lOMoARcPSD|26132946

COVER.............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan Makalah ................................................................................................................3
D. Manfaat ................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Medis.......................................................................................................................4
a. Definisi..................................................................................................................5
b. Klasifikasi.............................................................................................................5
c. Epidemiologi.........................................................................................................6
d. Etiologi..................................................................................................................7
e. Patofisiologi..........................................................................................................9
f. Manifestasi Klinis.................................................................................................10
g. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................11
h. Penatalaksanaan....................................................................................................13
i. Komplikasi............................................................................................................14
j. Prognosis...............................................................................................................16
k. Penularan...............................................................................................................17
l. Pencegahan............................................................................................................18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................................19

B. Saran......................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................20
lOMoARcPSD|26132946

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.Polio
menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalamhitungan jam. Virus
ini memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam usus. Gejala awal adalah
demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan.
Satu dari 200 infeksimenyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara
mereka yanglumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan mereka lumpuh. Di
Indonesia banyak dijumpai penyakit polio terlebih pada anak-anak halini disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang. Disamping asupan gizi juga dapatdipengaruhi oleh faktor keturunan
dari orang tua, apalagi dengan kondisi di negeriini yang masih banyak dijumpai keluarga
kurang mampu sehingga kebutuhan gizianaknya kurang mendapat perhatian.Peran serta
pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu dalam menangani masalah gizi buruk yang
masih banyak ditemui khususnya di daerah terpencil atau yang jauh dari fasilitas pemerintah,
sehingga sulit terjangkau oleh masyarakat pinggiran.Kalau hal ini tidak mendapat perhatian,
maka akan lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang menderita penyakit polio.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kelompok angkat dalam makalah ini,antara lain :
1.Bagaimana konsep Poliomyelitis?
2.Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
1.Menjelaskan konsep Poliomyelitis.
2.Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis.

b. Tujuan Khusus
1.Menjelaskan definisi Poliomyelitis.
2. Menjelaskan etiologi Poliomyelitis
3. Menjelaskan manifestasi klinis Poliomyelitis.
lOMoARcPSD|26132946

4.Menjelaskan patofisiologi Poliomyelitis.


5.Menjelaskan penatalaksanaan Poliomyelitis.
6.Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis.

D. Manfaat
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang konsep teori dan asuhankeperawatan
pada anak dengan Poliomyelitis.
lOMoARcPSD|26132946

BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI MEDIS
a. Definisi
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak sistem
saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di bawah
umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai panas, muntah dan
sakit otot. Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun sering kali
sebagian tubuh menjadi lemah danlumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi
pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil
dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain. Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut
disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang
belakang dan intimotorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut
akanterjadi kelumpuhan serta autropi otot. Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis
atau lumpuh yangdisebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus
ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

b. Klasifikasi
1.Polio non-paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut,
lesu, dansensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika
disentuh.
2.Polio Paralisis Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio berkembang
menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan demam.
Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda- tanda lain, seperti: sakit
kepala, kram otot leher dan punggung, sembelit/konstipasi, sensitif terhadap rasa raba.
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya,yaitu:
1) Polio SpinalStrain
Polio SpinalStrain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel
tanduk anterior yang mengontrol pergerakan padabatang tubuh dan otot tungkai.
lOMoARcPSD|26132946

Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita
dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan
terjadipada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap olehkapiler darah
pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang
belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik.
Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak
memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh
bagian batang saraf tulang belakang dan batangotak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem
saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus
dalamsistem saraf pusat, virus akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak
memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi
terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas. Kondisi inidisebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem
saraf pusatdapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut,
disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita
kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkenaorang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi
pada kedua lengan dantungkai.
2) Bulbar Polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak
ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf
otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf
trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot
muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu
proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf
yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur
pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga
sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan
mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf
otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban
dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi
perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam
paru-paru.
lOMoARcPSD|26132946

Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-
paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan
mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan
mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian
udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat
menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar

c. Epidemologi
Selama 3 dekade pertama di abad ke 20-,80-90% penderita polio adalah anak
balita,kebanyakan dibawah umur 2 tahun. Tahun 1955,di Massachusett Amerika Serikat
pernah terjadi wabah polio sebanyak 2.771 kasus dan tahun 1959 menurun menjadi 139
kasus.Hasil penelitian WHO tahun 1972-1982,di Afrika dan Asia Tenggara terdapat 4.214
dan 17.785 kasus. Dinegara musim dingin,sering terjadi epidemic dibulan Mei-Oktober,tetapi
kasus sporadic tetap terjadi setiap saat .Di Indonesia ,sebelum perang dunia II, penyakit polio
merupakan penyakit yang sporadic-endemis,epidemi pernah terjadi di berbagai daerah seperti
Bliton sampai ke banda, Balikpapan, bandung Surabaya,Semarangdan Medan Epidemi
terakhir terjadi pada tahun 1976/1977 di Bali Selatan. Kebanyakan infeksi virus polio tanpa
gejala atau timbul panas yang tidak spesifik. Perbandingan asimtomatik dan ringan
sampaiterjadi paralisis adalah 100:1 dan 1000:1.

Terjadinya wabah polio biasanya akibat:


a.Sanitasi yang jelek
b.Padatnya jumlah penduduk
c.Tingginya pencemaran lingkungan oleh tinja
d.Pengadaan air ber`sih yang kurang

Penularan dapat melalui:


a. Inhalasi
b. MakanandanMinuman
c. Bermacamseranggasepertilipasdanlalat.

Penyebaran dipercepat bila ada wabah atau pada saat yang bersamaan dilakukan pula
tindakan bedah seperti tonsilektomi ,ekstraksi gigi dan penyuntikan.
lOMoARcPSD|26132946

Walaupun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang harus segera
dilaporkan ,Namun data epidemiologi yang sukar didapat.Dalam salah satu symposium
imunisasi dijakarta(1979) dilaporkan bahwa:
1. Jumlahanakberumur 0-4 tahun yang tripel negative makinbertambah (10%)
2. Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk.
3. Paralytic rate padagolongan 0-14tahun dansetiaptahunbertambahdengan 9.000
kasus.Namun,10 tahunterakhirterjadipenurunan drastic penyakitiniakibatgencarnya program
imunisasidiseluruhduniamaupun Indonesia.
Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik ,disebabkan oleh komplikasi
berupa kegagalan nafas ,sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan adanya
kematian.Walaupun kebanyakan poliomyelitis tidak jelas /inapparent (90-95%);hanya 5-10%
yang memberikan gejala poliomyelitis.

d. Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa
inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus

Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:


· Tipe I Brunhilde
· Tipe II Lansing dan
· Tipe III Leoninya
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe II kadang-kadang
menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III menyebabkan epidemic ringan.
Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan III dan virus
ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Penularan virus terjadimelalui
lOMoARcPSD|26132946

1. Secaralangsungdari orang ke orang


2. Melaluitinjapenderita
3. Melaluipercikanludahpenderita

Virus
masukmelaluimulutdanhidung,berkembangbiakdidalamtenggorokandansaluranpencernaan,lal
udiserapdandisebarkanmelalui system pembuluhdarahdangetahbening
Resikoterjadinya Polio:
a) Belummendapatkanimunisasi
b) Berpergiankedaerah yang masihseringditemukan polio
c) Usiasangatmudadanusialanjut
d) Stresataykelehahanfisik yang luarbiasa(karena stress emosidanfisikdapatmelemahkan
system kekebalantubuh).

e. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron
yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringansekali dapat terjadi penyembuhan fungsi
neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbulgejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis
ialah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial sertaformasio retikularis yang
mengandung pusat vital
3. Sereblum terutama inti-inti virmis
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan
kadang-kadang nucleus rubra
5. Talamus dan hipotalamus
6. Palidum, dan
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik

f. Manifestasi Klinis
Poliomyelitis terbagi menjadi empat bagian yaitu:
a).Poliomyelitis asimtomatis
lOMoARcPSD|26132946

Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya
tahan tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.

b).Poliomyelitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat C,sakit
tenggorokkan,sakit kepala, mual, muntah, malaise, dan faring terlihat hiperemi. Dan gejala
ini berlangsung beberapa hari.

c)Poliomyelitis non paralitik


Gejala klinis: hamper sama dengan polio myelitis abortif, gejala ini timbul beberapa
hari kadang-kadang diikuti masa penyembuhan sementara untuk kemudian masuk dalam fase
kedua dengan demam, nyeri otot.

Khas
daribentukiniadalahadanyanyeridankakuototbelakangleher,tulangtubuhdananggotagerak.Dan
gejalainiberlangsungdari 2-10 hari.
Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
1. demam sedang
2. sakit kepala
3. kaku kuduk
4. muntah
5. diare
6. kelelahan yang luar biasa
7. rewel
8. nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
9. kejang dan nyeri otot
10. nyeri leher
11. nyeri leher bagian depan
12. kaku kuduk
13. nyeri punggung
14. nyeri tungkai (otot betis)
lOMoARcPSD|26132946

15. ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri


16. kekakuan otot.
d).Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti polio myelitis non paralitik. Awalnya berupa gejala
abortif diikuti dengan membaiknya keadaan selama 1-7 hari. Kemudian disusun dengan
timbulnya gejala lebih berat disertai dengan tanda-tanda gangguan saraf yang terjadi pada
ekstremitas inferior yang terdapat pada femoris, tibialisanterior, peronius. Sedangkan pada
ekstermitas atas biasanya pada bisepsdantriseps.
Poliomielitis paralitik
1. demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
2. sakit kepala
3. kaku kuduk dan punggung
4. kelemahan otot asimetrik
5. onsetnya cepat
6. segera berkembang menjadi kelumpuhan
7. lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
8. perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
9. peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
10. sulit untuk memulai proses berkemih
11. sembelit
12. perut kembung
13. gangguan menelan
14. nyeri otot
15. kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
16. ngiler
17. gangguan pernafasan
18. rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
19. refleks Babinski positif.
g. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah, cairanserebrospinal dan isolasi
virus polio.
lOMoARcPSD|26132946

Pemeriksaan Lab lainnya :


a. Pemeriksaan darah
b. Cairan serebrospinal
c. Isolasi virus polio
2. Pemeriksaan radiologi
Penatalaksanaan Medis
1. Poliomielitis aboratif
a. Diberikan analgetik dan sedative
b. Diet adekuat

c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang
berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
a. Sama seperti aborif
b. Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama
15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
a. Perawatan dirumah sakit
b. Istirahat total
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
d. Fisioterapi
e. Akupuntur
f. Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi dengan
istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi. Poliomielitis
paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu
pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut :
a. Analgetik untuk rasa nyeri otot.
b. Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak
kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai.
lOMoARcPSD|26132946

c. Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan terganggu sehingga dapat
timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan
dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut :
a. Kontraktur atropi dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan
setelah 2 hari demam hilang.

Diagnostik Medis
Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :
1. Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit
polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang
mendapatkan hasil yang akurat.
Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut
harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk
menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.

2. Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada
darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio
adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada
saat pasien tersebut sakit.

3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)


CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatanjumlah sel darah
putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein
sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).

h. Penatalaksanaan
Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani lagikarena
ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika yangbiasanya digunakan
untuk membunuh virus juga tidak mampu berbuat banyak.Rasa sakit dapat diatasi dengan
memberikan aspirin atau acetaminophen, dan mengompres dengan air hangat pada otot-otot
yang sakit.
lOMoARcPSD|26132946

1. Poliomielitis abortif
1) Diberikan analgesic dan sedative
2) Diet adekuat

3) Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya dicegahaktivitas


yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksaneuroskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
1) Sama seperti abortif
2) Selain diberi analgesic dan sedative dapat dikombinasikan dengankompres hangat selama
15-30 menit, setiap 2 – 4 jam.

3)Poliomielitis paralitik
1) Perawatan dirumah sakit
2) Istirahat total
3) Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
4) Fisioterafi
5) Akupuntur
6) Interferon

Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi dengan


istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktivitas dapatdimulai lagi. Poliomielitis
paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu
pengawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.

Fase akut :
a. Analgetik untuk rasa nyeri otot.
b.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papanpenahan pada telapak kaki)
agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai.
c.Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggusehingga dapat
timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepalaanak harus ditekan lebih rendah dan
dimiringkan kesalah satu sisi.

Sesudah fase akut :


lOMoARcPSD|26132946

Kontraktur, atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan inidilakukan setelah
2 hari demam hilang.

i. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita poliomielitis antara lain :
a. Melena cukup berat sehingga memerlukan transfusi, yang mungkin diakibatkan erosi
usus superfisial.
b. Dilatasi lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut atau konvalesen
(dalam keadaan pemulihan kesehatan/ stadium menuju kesembuhan setelah serangan
penyakit/ masa penyembuhan), menyebabkan gangguan respirasi lebih lanjut.
c. Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu , biasanya pada
stdium akut, mungkin akibat lesi pusat vasoregulator dalam medula.
d. Ulkus dekubitus dan emboli paru, dapat terjadi akibat berbaring yang lama di tempat
tidur, sehingga terjadi pembususkan pada daerah yang tidak ada pergerakan (atrofi otot)
sehingga terjadi kematian sel dan jaringan)
e. Hiperkalsuria, yaitu terjadinya dekalsifikasi ( kehilangan zat kapur dari tulang/ gigi)
akibat penderita tidak dapat bergerak.
f. Kontraktur sendi,yang sering terkena kontraktur antara lain sendi paha, lutut, dan
pergelangan kaki.
g. Pemendekan anggota gerak bawah,biasanya akan tampak salah satu tungkai lebih pendek
dibandingkan tungkai yang lainnya, disebabkan karena tungkai yang pendek mengalami
antropi otot.
h. Skoliosis,tulang belakang melengkung ke salah satu sisi, disebabkan kelumpuhan
sebagian otot punggung dan juga kebiasaan duduk atau berdiri yang salah.

i. Kelainan telapak kaki, dapat berupa kaki membengkok ke luar atau ke dalam.

j. Prognosis
Pasien dengan penyakit minor dan jenis nonparalitik dapat sembuh total,dan
kebanyakan orang dengan penyakit mayor yang lumpuh juga dapat kembali sembuh total. Kurang dari
25 % dari orang-orang dengan polio yang hidup cacat.Meskipun Anda dapat sembuh
sepenuhnya dari gejala polio, polio meninggalkan beberapa kerusakan.
lOMoARcPSD|26132946

Seiring pertambahan usia, sistem saraf Andamungkin menjadi kurang mampu


mengkompensasi kerusakan yang disebabkanpolio, sehingga gejala secara bertahap dapat muncul
kembali. Hal ini dapat terjadi15 atau 30 tahun setelah infeksi polio aktif. Gejala berulang dari
polio yangdisebut post-polio syndrome.

k. Penularan
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan
saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh
darah dan pembuluh getah bening.

Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:


* fekal-oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja
penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
* oral-oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada keadaan
beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan
virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan adanya
mikroba lain. Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat
sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari
penderita yang terinfeksi, namun virus ini sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas..
secara ringkas, Cara penularannya dapat melalui :
a. Inhalasi
b. Makanan dan minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese beberapa
minggu.
lOMoARcPSD|26132946

l. Pencegahan
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1. Imunisasi
2. jangan masuk daerah endemis
3. jangan melakukan tindakan endemis
Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak lainnya. Ibu harus
mencuci tangan setiap kali menyentuhnya. Perlindungan terbaik terhadap polio ialah dengan
memberikan vaksin polio/pemberian kekebalan.
Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan bergizi dan melakukan gerak
badan untuk memperkuat otot-ototnya. Selama tahun pertama, sebagian kekuatan dapat pulih
kembali
lOMoARcPSD|26132946

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.Polio
menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalamhitungan jam. Virus
ini memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam usus. Gejala awal adalah
demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan.
Satu dari 200 infeksimenyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara
mereka yanglumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan mereka lumpuh.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kita menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
lOMoARcPSD|26132946

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai