Anda di halaman 1dari 75

PENELITIAN / KEPERAWATAN

LAPORAN AKHIR

PENGARUH PERAWATAN METODE KANGGURU PADA


BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
TERHADAP FREKUENSI APNEU

Lilis Sulistiya N. S.Kep., M.Ked.Trop

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
STIKes WIDYA CIPTA HUSADA
KEPANJEN MALANG
SEPTEMBER 2020
LEMBAR P ENGESAHAN
USULAN P ENELITIAN

1. Judul Penelitian : Penga ruh Perawatan Metode Kangguru Pada Bayi


Dengan Berat badan Lahir Rendah Terh adap Frekuensi Apneu
2. Bidang Ilmu : Keper awatan - Kesehatan
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Lilis S ulistiya N. S.Kep., M.Ked.Trop
b. Jenis Kelamin : Perem puan
c. Golongan/Pangkat/NRP 106161 205013
d. Jabatan Fungsional :-
e. Jabatan Struktural : Dosen
f. Fakultas/Program Studi : S1 Kep erawatan
g. Pusat Penelitian : LPPM STIKes Widya Cipta Husada
4. Alamat Ketua Peneliti
a. Alamat Kantor/telp/fax/E-mail: Jl. Sidotopo NO.11 Kepanjen Malang/
Stikes.wch@gmail.com
b. Alamat Rumah/Telp/fax/E-mail: Wi run, RT 03 RW 02 Kec.Kutoarjo Kab.
Purworejo Jawa Tengah
5. Lokasi Penelitian/Abdimas : RS Wava Husada Kepanjen
6. Lama Penelitian : 3 Bula n
7. Biaya yang diajukan
a. Sumber dari Universitas : Rp. 6. 000.000,-
c. Jumlah : Rp. 6. 000.000,-

Malang, 11 Desember 2020


Ketua Peneliti

(Lilis Sulistiya N, S.Kep,.M.Ked.Trop)


Mengetahui, Menyetujui,
Ka. Prodi Profesi Ners Ketua LPPM
STIKes Widya Cipta Husada STIKes Widya Cipta Husada

(Wyysie Ika Sari, S.Kep., Ns., M.Kep) (Alifia Candra Puriastuti, S.Keb., Bd., M.Kes)

Meng etahui,
Ketua STIKes Wi dya Cipta Husada

(Dr. Tayubi Harianto,S.E, MM)


DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

RINGKASAN....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................12

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................68

BAB VI BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN...........................................70

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................72

LAMPIRAN.......................................................................................................76
Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir
Rendah Terhadap Frekuensi Apneu

Lilis Sulistiya N. S.Kep., M.Ked.Trop

Ringkasan

Bayi dengan kelahiran berat badan rendah rentan terjadi apneu, apneu merupakan
berhentinya napas yang patologis yang menyebabkan perubahan fisiologis, (seperti
penurunan rangsang sentral, perfusi perifer, siaosis, bradikardia, hipotonia) dan memerlukan
penanganan. Untuk mencegah terjadinya apneu diperlukan terapi salahsatunya perawatan
metode kangguru. Tujuan penelitian mengetahui frekuensi apneu pada bblr sebelum dan
sesudah diberikan PMK, mengetahui pengaruh PMK pada bblr terhadap frekuensi apneu di
Instalasi Perinatologi RS Wava Husada Kepanjen, desain penelitian dalam penelitian ini
adalah Pra Experiment dengan rancangan penelitian One Group Pre Test - Post Test, sampel
dalam penelitian ini adalah bayi dengan berat badan <2500 gr dengan tidak memakai
ventilasi mekanik, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling,lokasi
penelitian ini di Instalasi Perinatologi RS Wava Husada Malang. Variabel dalam penelitian
iniadalah periode apneu pada bblr dengan uji normalitas data menggunakan uji sophiro wilk
dimana nilai probability bernila 0,186 >0,05 yangberarti berkontribusinormal. Instrument
yang digunakan adalah lembar pelaksanaan PMK dan alat oxymetri. Analisa bivariat
menggunakan uji statistic spearman rho dengan SPSS 25didapatkan nilai signifikasi p value
0,001<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh PMK terhadap frekuensi apneu
pada bblr. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh positif PMK terhadap
frekuensi apneu pada bblr. Saran dalam penelitian ini agar menjadikan PMK sebagai metode
yang rutin dilakukan pada perawatan bblr.

Kata Kunci: Metode Kangguru,Frekuensi Apneu,BBLR


Laporan Hasil Penelitian

Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Pada Bayi Dengan Berat Badan


Lahir Rendah Terhadap Frekuensi Apneu

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Neonatus merupakan masa pertama di luar rahim sampai dengan usia

28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar di dalam rahim sampai

di luar rahim (Potter & Perry, 2005). Neonatus beresiko terhadap kelahiran

dengan berat badan lahir rendah. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

merupakan bayi baru lahir yang berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram

tanpa memandang masa kehamilan. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang

bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth

restriction). (Proverawati, 2010)

Data World Health Organization (WHO) memperlihatkan sekitar 20

juta bayi berat lahir rendah (BBLR) lahir setiap tahunnya yang dapat

disebabkan oleh kelahiran sebelum waktunya (prematur) maupun

perkembangan janin terhambat saat dalam kandungan (SUPAS, 2015). Di

indonesia bayi dengan berat lahir rendah merupakan penyumbang tertinggi

angka kematian neonatal (AKN). Sekitar 4 juta kematian neonatal, prematur

dan BBLR menyumbang lebih dari seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar

sebagai negara dengan urutan ke-8 berdasarkan jumlah kematian neonatal per

tahun menurut data WHO (Manuaba, 2011). Prevalensi BBLR di Indonesia

berkisar antara 2% hingga 17,2% dan menyumbang 29,2% AKN. Data badan

pusat statistik Provinsi Jawa Timur tahun 2018, di Kota Malang jumlah
kelahiran sebanyak 38.526 dengan 1.261 di antaranya berat lahir rendah

(Jatim.bps.2019). Di RS Wava Husada sendiri, dalam jangka waktu 1 bulan

sekitar 26% angka kelahiran BBLR dari 186 angka kelahiran.

Penyebab BBLR terjadi karena beberapa faktor, faktor ibu, faktor

janin, faktor sosial ekonomi dan faktor lingkungan. Bayi dengan BBLR

mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan ekstra uterin,

akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung,

ginjal, hati dan sistem pencernaan, penggunaan alat serta prosedur dapat

menimbulkan stress dan nyeri. Dampak jika bayi stress adalah perubahan

fungsi fisiologis seperti, hipotermi, deyut jantung meningkat, frekuensi

pernafasan menurun yang akan menyebabkan kejadian apneu atau henti nafas

berulang.Apnea neonatus didefinisikan sebagai pola nafas abnormal dengan

episode henti nafas selama lebih dari 20 detik atau kurang dari 10 detik,

disertai desaturasi atau bradikardi. Apneu menjadi komplikasi tersering pada

bayi prematur dengan prevalensi mencapai 25-50% dan kejadiannya

meningkat seiring dengan berkurangnya usia gestasi. (Sari, 2004). Apnea of

prematurity (AOP) terjadi pada lebih dari 50% bayi dengan berat lahir <1500

g dan 80% pada bayi dengan berat lahir <1000 g. beberapa teori penyebab

apnea dikaitkan dengan tipe apnea diantaranya tipe sentral, tipe obstruktif dan

tipe campuran (Theobald, 2000).

Penanganan untuk mengatasi kejadian apnea berulang pada bayi baru

lahir antara lain dengan terapi obat-obatan, oksigen atau bantuan nafas.

Sedangkan untuk mencegah atau mengurangi apnea berulang serta

memberikan kenyamanan pada bayi BBLR adalah dengan dilakukan

2
perawatan metode kangguru, perawatan metode kanguru (PMK) merupakan

solusi tepat guna, efektif dan efisien untuk perawatan bayi BBLR. Pada

penelitian sebelumnya (Endhah,2016) Kangaroo Mother Care (KMC) atau

Perawatan Metode Kanguru (PMK) mempunyai pengaruh yang bermakna

terhadap peningkatan suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, dan saturasi

oksigen ke arah normal.

Penelitian tentang perawatan metode kanguru di RS Wava Husada

Kepanjen antara lain thesis “Perilaku Bayi Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) dengan Metode Kanguru” yang dilakukan oleh Ayuningsih, Eka

Ratna tahun 2014. Penelitian lain yakni tentang “Upaya peningkatan produksi

ASI (Air Susu Ibu ) pada ibu post section ceasarea primipara anastesi spinal

Dengan metode kanguru” oleh Nurnahalia tahun 2014. berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti di Instalasi Perinatologi RS Wava

Husada Kepanjen pada tanggal 7-14 Desember 2021 terdapat jumlah

kelahiran BBLR sebanyak 15 bayi dengan rata rata berat lahir 1800-2300g, 8

bayi lahir pada masa gestasi cukup bulan dan 7 bayi lahir dengan prematur

dan mengalami asfiksia. Berdasarkan data tersebut, perlu adanya pencegahan

agar bayi tidak mengalami apnea berulang salah satunya dengan cara

perawatan metode kanguru, oleh karena itu peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang “Gambaran Frekuensi Apnea Pada Bayi dengan Berat

Badan Lahir Rendah terhadap Perawatan Metode Kanguru di Instalasi

Perinatologi Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran perawatan metode kanguru terhadap frekuensi

3
apnea pada bayi dengan berat badan lahir rendah di RS Wava Husada

Kepanjen?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh perawatan metode kanguru pada bayi dengan

berat badan lahir rendah terhadap frekuensi apnea di Instalasi Perinatologi RS

Wava Husada Kepanjen.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui frekuensi apnea pada bayi dengan berat lahir rendah sebelum

diberikan perawatan metode kangguru

2. Mengetahui frekuensi apnea pada bayi dengan berat lahir rendah setelah

diberikan perawatan metode kangguru.

3. Menganalisis pengaruh perawatan metode kangguru pada bayi dengan

berat badan lahir rendah terhadap frekuensi apnea di Instalasi Perinatologi

RS Wava Husada Kepanjen.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Perawatan metode kangguru dapat diterapkan dalam melaksanakan

asuhan bayi dengan berat lahir rendah, sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup bayi BBLR serta bermanfaat dalam pengembangankeilmuan

Neonatologi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi perawat

Perawat dapat mengoptimalkan perawatan metode kangguru

4
terhadap bayi BBLR dalam rutinitas sehari – hari.

Bagi Manajemen rumah sakit 2. Formatted: Line spacing: Double


Dapat memberikan konstribusi dalam pemberian layanan terhadap bayi BBLR di Instalasi Perinatologi RS Wava Husada Kepanjen.
Bagi pasien dan keluarga Formatted: Font: 18,5 pt
Dapat menjadi sarana edukasi dan bekal pengetahuan dalam perawatan bayi Formatted:
BBLR di Listrumah, serta sebagai ofusaha
Paragraph;UGEX'Z;Body text;Listmenekan
Paragraph1k

opname kembali (readmisi) dengan keluhan yang sama

4. Bagi Institusi

Dapat menjadi tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan kesehatan dan penelitian khususnya tentang perawatan

metode kanguru serta membantu pelaksanaan dalam proses pembelajaran

terutama dalam pengembangan pencegahan kejadian apnea pada bayi

dengan BBLR.

5
Tabel 1.1 Luaran yang ditargetkan dan lamanya penelitian yang akan dilakukan

No Jenis Luaran Indikator Capaian


Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS1) TS+1 TS+2
1. Artikel Ilmiah2) Internasional - - - - -
Nasional V - V - -
terakreditasi
Nasional - - - - -
tidak
terakreditasi
2. Artikel ilmiah Internasional - - - - -
dimuat di Terindeks
prosiding3) Nasional - - - - -
3. Invited speaker Internasional - - - - -
dalam temu Nasional - - - - -
ilmiah4)
4. Visiting International - - - - -
Lecturer5)
5. Hak Kekayaan Paten - - - - -
Intelektual Paten - - - - -
(HKI)6) sederhana
Hak Cipta - - - - -
Merek - - - - -
Dagang
Rahasia - - - - -
dagang
Desain - - - - -
produk
industri

6
6. Teknologi tepat - - - - - -
guna7)
7. Model/ - - - - - -
Desain/Karya
Seni/Rekayasa8)
8. Buku Ajar9) - - - - -
9. Tingkat - - - - - -
Kesiapan
Teknologi

1) TS = Tahun sekarang (tahun pertama penelitian)


2) Isi dengan tidak ada, draf, submitted, reviewed, accepted, atau published
3) Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau sudah dilaksanakan
4) Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau sudah dilaksanakan
5) Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau sudah dilaksanakan
6) Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau granted
7) Isi dengan tidak ada, draf, produk, atau penerapan
8) Isi dengan tidak ada, draf, produk, atau penerapan
9) Isi dengan tidak ada, draf, atau proses editing, atau sudah terbit

7
3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi BBLR

2.1.1 Pengertian

Menurut Adelle Pilliteri tahun 1986 bayi BBLR adalah bayi dengan

berat lahir kurang dari 2500 gram. Menurut Manuaba tahun 1998

menyatakan bahwa istilah prematuritas diganti dengan berat badan lahir

rendah (BBLR) karena ada dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan

berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu berat badan lebih rendah dari yang

seharusnya meskipun usia kehamilannya cukup bulan dan usia kehamilan

kurang dari 37 minggu atau keduanya (Maryunani & Nurhayati 2009).

2.1.2 Klasifikasi

Bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:

1. Prematuritas murni adalah bayi yang lahir dengan masa kehamilan

kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau

yang disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).

2. Dismatur,berat badan kurang dari seharusnya untuk masa

gestasi/kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intauteri dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan (KMK).dismatur

dapat terjadi dalam preterm,term dan post term yang terbagi dalam:

a. Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK)

b. Neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan (NCB-KMK)

c. Neonatus lebih bulan-kecil untuk masa kehamilan (NLB-KMK)


3

Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati pada tahun 2010

mengklasifikasikan BBLR menjadi:

1. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu 1000 – 1500

gram.

2. Bayi dengan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) yaitu

denganberat lahir kurang dari 1000 gram.

2.1.3 Etiologi

Penyebab BBLR terjadi karena beberapa faktor. Semakin muda usia

kehamilan, semakin besar resiko dapat terjadinya BBLR (Proverawati,

Sulistyorini, 2010).

Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR

secara umum:

1. Faktor Ibu

a. Penyakit

Hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia,

pendarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut,serta

kelainan kardiovaskuler.

b. Usia ibu

Angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada usia ibu dibawah

20 tahun dan diatas 35 tahun.

c. Jarak antara kehamilan sebelumnya pendek yaitu kurang dari 1tahun.

d. Memiliki riwayat BBLR sebelumnya.

e. Kondisi ibu saat hamil: peningkatan berat badan ibu yang tidak

3
3

adekuat dan ibu yang perokok.

2. Faktor Janin

Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian bblr antara

lain: kehamilan ganda, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan

kromosom, infeksi (misalnya Rubella dan Sifilis) dan

hidramnion/polihidramnion.

3. Faktor ekonomi

Kejadian tertinggi biasanya pada keadaan sosial ekonomi yang

rendahdikarenakan gizi yang kurang.

4. Faktor lingkungan

Ibu terkena Radiasi, terpapar zat beracun.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut Poverawati,Sulistyorini (2010) manifestasi klinis yang dapat

ditemukan pada bayi degan berat badan lahir rendah adalah:

1. Berat Badan kurang dari 2500 gram.

2. Panjang Badan kurang dari 45 cm.

3. Lingkar dada kurang 30 cm dan linkar kepala kurang dari 33 cm.

4. Kepala lebih besar dari tubuh.

5. Rambut lanugo masih banyak,jaringan lemak subkutan tipis atau sedikit.

6. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup,sehingga elastisitas belum

sempurna.

7. Tumit mengkilap dan telapak kaki halus.

8. Genetalia belum sempurna, pada bayi perempuan labia minora belum

tertutup oleh labia mayora, sedangkan pada bayi laki - laki testis belum

3
4

turun ke dalam skrutom,pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang.

9. Pergerakan kurang dan lemah,tangis lemah,pernapasan belum teratur

dan sering mendapatkan apnea.

10. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun,sehingga refleks menghisap

dan menelan belum sempurna.

11. Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermi.

2.1.5 Patofisiologi

Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada

ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan berat badan

lahir rendah.apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya

yaitu hamil ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan

tumbuhlebih dari satu,maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh dalam

rahim tidak sama dengan janin tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi

dan nutrisi yang didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang salah satu

dari janin pada hamil ganda juga yang mana pada dasarnya janin

berkembang dan tumbuh lebih dari satu,maka nutrisi atau gizi yang mereka

peroleh dalam rahim tidak sama dengan janin tunggal,yang mana pada hamil

gandagizi dan nutrisi yang didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang

salah satu dari janin pada hamil ganda juga mengalami BBLR. Kemudian

jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu infeksi dalam rahim

yang mana dapat menggangu atau menghambat pertumbuhan janin dalam

rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi. (Manggiasih dan

Jaya,2016).

4
4

2.1.6 Komplikasi

Bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau rendah dan tidak

sesuai dengan usia kehamilannya/ prematur semua fungsi tubuhnya belum

dapat berfungsi secara normal seperti halnya pada bayi matur. Oleh karena

itu, bayi prematur akan mengalami kesulitan untuk bertahan hidup diluar

uterus ibunya. Jika bayi dilahirkan dengan usia kehamilan yang sangat muda

atau belum cukup masa gestasinya maka alat-alat didalam tubuh bayi akan

mengalami komplikasi, hal inilah yang menyebabkan angka kematian bayi

baru lahir meningkat. Beberapa gangguan kelainan yang timbul pada bayi

yang prematur antara lain:

1. Gangguan Metabolik

a. Hipotermi

Suhu bayi didalam kandungan yaitu 36-370C, setelah bayi lahir,

suhu bayi akan berubah hal ini disebabkan oleh pengaruh dari suhu

lingkungan yang umumnya lebih rendah. Oleh karena itu hal ini bisa

menyebabkan hipotermi pada bayi. Bayi baru lahir dengan prematur

akan mudah kehilangan panas pada tubuhnya hal ini disebabkan oleh

bayi prematur tidak mampu untuk mempertahankan panas tubuhnya,

bayi tidak sanggup untuk memproduksi panas, pertumbuhan otot-otot

yang memadai, system saraf yang belum matang dan berfungsi, lemak

subkutan yang sedikit, sehingga bayi tersebut akan mudah kehilangan

panas (Yunanto, 2012).

4
4

Ciri-ciri bayi BBLR yang mengalami hipotermia adalah sebagai

berikut:

1) Suhu tubuh <36.5°C.

2) Mengantuk dan sukar dibangunkan.

3) Menangis sangat lemah.

4) Seluruh tubuh dingin.

5) Pernafasan lambat.

6) Pernafasan tidak teratur.

7) Bunyi jantung lambat.

8) Mengeras, kaku (sklerema).

9) Tidak mau menetek, sehingga beresiko dehidrasi.

b. Hipoglikemia

Umumnya Bayi lahir matur pada 12 jam pertama dilakukan

pemeriksaan gula darah, 50% akan mengalami hipoglikemi, hal ini

terjadi karena janin mendapatkan energi dari glukosa, Bayi yang sudah

cukup bulan kadar gula darahnya 50-60 mg/dL selama 72 jam

pertama, berbeda dengan bayi lahir dengan berat badan rendah kadar

glukosanya hanya 40 mg/dL, karena cadangan glikogen pada masa

janin belum mencukupi. Jika kadar gula 20mg/dl maka bayi tersebut

dikatakan hipoglikemia (Yunanto, 2012).

c. Hiperglikemia

Bayi lahir prematur mendapatkan cairan glukosa secara

berlebihan melalui intravena, oleh karena itu bayi cenderung

4
4

mengalami hiperglikemia, namaun tidak hanya bayi premature yang

mengalami hiperglikemia bayi matur pun bisa mengalami hal serupa.

d. Masalah Pemberian ASI

Bayi prematur tentunya tubuh bayi kecil, lambung bayi juga

kecil, daya hisapun kurang baik, hal ini yang menjadi masalah bayi

bayi prematur dalam pemberian ASI. Berbeda dengann bayi yang

dilahirkan dengan berat badan normal, bayi sudah memiliki daya

hisapyang cukup kuat, sehingga bayi tersebut bisa lansung disusui oleh

ibunya (Yunanto,2012).

2. Gangguan Imunitas

Bayi prematur tentunya akan menglami gangguan pada sistem

imunya sehingga bayi belum bisa bertahan dari infeksi karena kadar

IgG3 didalam tubuh bayi kuang yang belum matangsistem kekebalan

atau sistem inun yang belum matang. Infeksi yang dialami oleh bayi bisa

didapatkan pada saat bayi lahir yakni infeksi dari jalan lahir, infeksi dari

placenta, Oleh sebab itu orang yang merawat bayi baik keluarga maupun

tenaga kesehatan harus mencuci tangan agar mencegah infeksi pada bayi

(Saroso,2012).

a. Kejang Saat Lahir

Bayi baru lahir akan dilihat kondisinya dalam waktu satu kali 24

jam. Jika bayi mengalami kejang pada saat lahir maka segera berikan

obat anti kejang yakni sibital. Penyebab terjadinya kejang pada bayi

tersebut antara lain isa melalui infeksi, baik infeksi yang terjadi

4
4

sebelum lahir (prenatal), infeksi pada saat perdarahan intracranial, ada

juga ditemukan penyebabnya karena ibu mengkonsumsi vitamin B6.

Pertahankan jalan nafas bayi agar bayi tetap bernafas secara normal

(Saroso,2012).

b. Ikterik

Bayi yang baru lahir tak hanya kulitnya ada yang berubah

menjadi warna kulit hal tersebut dinamakan ikterik. Ikterus atau ikterik

ini dibedakan menjadi beberapa kelompok: (Saroso, 2012)

1) Ikterus Patologis

Bayi yang mengalami ikterus patologis, kulitnya akan tampak

menjadi warna kuning dalam waktu 24 jam. Selain itu kadar

bilirubin dalam darahnya meningkat dengan cepat. Gejala lain yang

tampak apabila bayi tersebut terkena ikterus patologis ini adalah

bayi akan cenderung untuk tidur tidak mau disusui oleh ibunya

bahkan buang air kecilnya bisa berwarna seperti air teh.

2) Ikterus Fisiologi

Jika warna kulit bayi menguning pada hari kedua dan hari-

hari berikutnya tetapi tidak ada dasar patologisnya, serta warna

kuningnya tidak membahayakan dan tidak melampaui batas hal ini

termasuk dalam tanda ikterus fisiologis.

3. Gangguan Pernafasan

Sindroma gangguan pernafasan bayi baru lahir dengan berat badan

rendah dan masa gestasi rendah akan cendrung mengalami gangguan

4
4

pernafasan yang disebut membran hialin karena pada saat bayi didalam

kandungan bayi banyak terminum air ketuban, kemudian air tersebut

masuk kedalam paru-paru bayi oleh karena itu bayi mengalami gangguan

pernafasan. Sedangkan pada bayi yang cukup bulan atau bisa dikatan

bayi normal jika mengalami gangguan pernafasan dinamakan dengan

aspirasi mekonium (Saroso,2012).

a. Asfiksia

Bayi yang lahir prematur atau pun matur bisa mengalami

asfiksia, oleh karena itu dibutuhkan segera penanganan yang tepat dan

dilakukan oleh orang yang sudah terlatih dan terampil (Saroso, 2012).

b. Apneu Periodik (Henti Nafas)

Bayi prematur tentunya organ paru-paru serta susunan saraf Formatted: Right: -0 cm

pusat belum matang dengan sempurna maka dari itu tidak dipungkiri

bayi tersebut akan mengalami henti nafas, penanganan yang segera

dan pemantuan lebioh lanjut sangat dibutuhkan dalam kasus ini

(Saroso,2012).

2.1.7 Penatalaksanaan

Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut (Nurafif

& Hardi 2016), antara lain:

1. Pengaturan suhu lingkungan untuk mencegah hipotermi

Penyebab kematian terbesar bblr adalah hipotermi, dimana lapisan Formatted: Right: 0 cm, Space Before: 0 pt

lemak sub cutan pada bblr tipis sehingga tidak mampu menghasilkan

panas dari tubuh sendiri, incubator salah satu alternatif pengaturan

suhu

4
4

lingkungan pada bblr untuk mencegah terjadinya hipotermi, selain itu

perawatan metode kangguru bisa menjadi alternatif lain (pengganti

inkubator) karena penggunaanincubator hanya bisa dilakukan di rumah

sakit.

2. Pengaturan makanan / nutrisi

Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah

sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan dan hati-hati.pemberian

makanan dini berupa glukosa,ASI atau PASI mengurangi resiko

hipoglikemia,dehidrasi atau hiperbilirubinia.bayi yang daya isapnya baik

dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut.umumnya bayi

dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan

pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap

dengan menelan. Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan

steril untukbayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2-4 ml untuk bayi

dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan

berat lebih dari 1500 gram. Apabila dengan pemberian makanan pertama

bayi tidak mengalami kesukaran,pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan

dalam waktu 12-48 jam.

3. Mencegah infeksi

Bayi prematur mudah terserang infeksi.hal ini disebabkan karena

daya tubuh bayi terhadap infeksI kurang, antibody relatif belum terbentuk

dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik.

Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:

a. Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir

4
4

selama 2 menit sebelum masuk keruangan rawat bayi.

b. Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dansesudah

memegang seorang bayi.

c. Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua bendayang

berhubungan dengan bayi.

d. Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.

e. Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang bayi.

f. Membatasi jumlah pengunhung di kamar bayi.

2.2 Konsep Dasar Apneu Pada Bayi

2.2.1 Pengertian

Apnea adalah berhentinya napas yang patologis yang menyebabkan

perubahan fisiologis, (seperti penurunan rangsang sentral, perfusi perifer,

siaosis, bradikardia, hipotonia) dan memerlukan penanganan. Batasan apnea

adalah bila henti napas >20 detik atau henti napas berapapun lamanya yang

disertai bradikardia (denyut jantung <100 x/menit) atau desaturasi

oksigen/sianosis, pucat dan atau hipotoni.

Apnea prematuritas adalah apnea yang terjadi pada neonatus yang

lahir dengan umur kehamilan <37 minggu. Apnea berbeda dengan

pernapasan periodik, yang merupakan hal yang normal pada bayi prematur

dan tidak berhubungan dengan perubahan fisiologis dan tidak memerlukan

pengobatan. Pada pernapasan periodik siklus napasnya regular dengan durasi

10-18 detik yang diikuti henti napas 3-10 detik. Kejadian pernapasan

periodik juga meningkat dengan umur kehamilan, pada bayi cukup bulan

sekitar 2-6% dan

4
4

pada bayi prematur meningkat menjadi 25%.

Apnea prematuritas (AP) adalah gangguan umum pada bayi prematur.

Apnea dapat berlanjut menjadi hipoksemia dan bradikardia yang dapat

membahayakan bayi dan dapat menimbulkan gejala sisa pada usia sekolah.

AP biasanya berhubungan dengan imaturitas susunan saraf pusat, namun

bisa juga sekunder karena penyakit lain dan merupakan gejala yang umum

pada banyak penyakit pada neonatus seperti sepsis, gangguan metabolik,

gangguan susunan saraf pusat, dan berbagai penyakit berat lainnya.

2.2.2 Etiologi

Apnea dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit atau kondisi.

Imaturitas susunan saraf pusat menyebabkan apnea yang muncul pada 1-2

hari setelah lahir dan dalam 7 hari pertama. Apnea yang terjadi pada 24 jam

pertama dan setelah 7 hari pertama kemungkinan besar bukan apnea

prematuritas.

Penyebab sekunder meliputi gangguan suhu (hipo/hipertermia),

gangguan saraf (trauma, obat-obatan, infeksi susunan saraf pusat,

perdarahan intrakranial, asfiksia, obat anestesi), penyakit paru (penyakit

membran hialin, pneumonia, penyakit paru kronik/chronic lung disease,

perdarahan paru, sumbatan jalan napas, pneumotoraks), penyakit jantung

(kelainan jantung bawaan sianotik, hipo/hipertensi, gagal jantung, duktus

arteriosus persisten), gangguan gastroinrestinal (refluks gastroesofageal,

esofagitis), gangguan hematologi (anemia, polisitemia), infeksi (sepsis,

enterokolitis nekrotikans), gangguan metabolik (hipoglikemia,

hipokalsemia, hipo/hipernatremia), dan

4
4

inborn error of metabolism.

2.2.3 Tipe Apnea

Ada 3 macam tipe apnea yaitu

1. Apnea sentral, tidak ada usaha napas, aliran udara masuk, dan gerakan

dinding dada. Kejadiannya sekitar 40%.

2. Apnea obstruktif ada usaha napas namun tidak ada aliran udara

masuk.Pada keadaan ini bayi berusaha untuk benapas melawan obstruksi

saluran napas. Kejadian apnea obstruktif sekitar 10%.

3. Apnea tipe campuran merupakan campuran kedua tipe di atas. Tipe ini

banyak terjadi pada bayi prematur. Kejadiannya sekitar 50%.

2.2.4 Patofisiologi

Pusat pernapasan terdapat di batang otak, pengaturannya tergantung

pada asupan rangsang dari kemoreseptor di arteria karotis, mekanoreseptor

di paru dan jalan napas, serta korteks serebri. Pada bayi prematur,

mekanisme tersebut belum berkembang sempurna. Pada bayi prematur,

jumlah sambungan sinaps, dendrit, dan mielinisasi masih terbatas sehingga

konduksi batang otak lebih lama. Respons terhadap hiperkapnea, hipoksia,

dan respons inhibitor berlebihan merupakan manifestasi imaturitas pusat

napas. Usaha napas (inspirasi) pada bayi prematur juga masih lemah seperti

aktifitas refleks pernapasan, kelemahan diafragma dan otot dinding dada.

2.2.5 Penatalaksanaan

Apnea adalah suatu keadaan darurat. Walaupun dapat membaik

dengan sendirinya atau dengan tindakan yang sederhana, kadang diperlukan

tindakan

4
5

resusitasi. Tatalaksana meliputi pemberian obat-obatan, oksigen, bantuan

napas.

1. Umum

a. Atur suhu lingkungan yang optimal.

b. Mengurangi manipulasi untuk mengurangi refleks yang dapat

menimbulkan apnea.

c. Amati bayi secara ketat terhadap periode apnea berikutnya danbila

perlu rangsang.

d. Pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung.

e. Bila bayi mengalami apnea lebih dari sekali, sampai membutuhkan

resusitasi tiap jam: jangan beri minum selama 24jam, pasang jalur IV

dan berikan cairan rumatan; bila bayi tidakmengalami episode apnea

dan tidak memerlukan resusitasi selama 6 jam, bayi diperbolehkan

menyusui.

f. Lakukan perawatan lekat atau kontak kulit bayi dengan ibu bila

memungkinkan; dengan cara ini serangan apnea berkurang dan ibu

dapat mengamati bayinya dengan ketat.

g. Nilai kondisi bayi setiap 3 jam.

h. Jaga jalan napas.

i. Hindari pengisapan berlebihan orofaring.

j. Terapi penyebab yang mendasari: sepsis, anemia, pilisitemia,

hipoglikemia, hipokalsemia, penyakit membran hialin.

k. Transfusi PRC bila hct < 30%.

5
5

2. Emergensi

Pada keadaan emergensi yang pertama periksa bradikardia, sianosis

dan obstruksi jalan napas. Kedua, Leher diposisikan sedikit ekstensi lalu

isap orofaring dan rangsang taktil dilakukan. Kebanyakan serangan apnea

berespon terhadap rangsang taktil. Ketiga, berikan oksigen bila pasien

mengalami hipoksia (jaga saturasi 92-95%) dengan head box atau kanul

nasal. Bila bayi tetap apnea dan berespon dengan rangsang taktil,

ventilasi tekanan positif (VTP) dengan balon dan sungkup dengan

oksigen 100% harus segera dimulai. Bila VTP gagal untuk menginisiasi

respirasi maka harus dilakukan bantuan napas dengan ventilator.

3. Pemeriksaan Klinik

Setelah bayi stabil, segera lakukan evaluasi untuk mencari penyakit

yang mendasari. Riwayat penyakit yang mungkin sebagai penyebab

sekunder apnea meliputi asfiksia, obat-obat yang dikonsumsi ibu, sepsis,

dan intoleransi minum. Bayi harus diperiksa instabilitas suhu, hipotensi,

ikterus, pucat, bising jantung dan perfusijaringan yang jelek. Onset apnea

dalam 7 hari pertama pada bayi prematur (<34 minggu) kecurigaan ke

apnea prematuritas.

4. Pengobatan

Aminofilin, kafein, doksapram sudah digunakan untuk terapi apnea.

Indikasi untuk memulai obat-obat ini adalah sebagai lini pertama terapi

apnea prematuritas dan pasca ekstubasi untuk menurunkan kejadian

apnea. Obat-obatan yang diberikan pada apnea prematuritas adalah

derivat

5
5

xantin (kafein, teofilin, aminofilin), dan doksapram. Metilsantin

merupakan obat yang digunakan sejak lama untuk terapi apnea. Obat ini

meningkatkan ventilasi, kepekaan terhadap CO2, menurunkan efek

depresi hipoksia. Penggunaan teofilin untuk apnea prematuritas sejak

tahun 1973, dan setelah itu aminofilin. Dosis awal 5 mg/kg dilanjutkan 2

mg/kg tiap 8 jam selama 7 hari. Jika teofilin tidak tersedia atau pemberian

per oral belum memungkinkan berika aminofilin dosis awal 6 mg/kg IV

dilanjutkan 2 mg/kg IV tiap 8 jam selama 7 hari.

Kafein tersedia dalam bentuk kafein sitrar untuk oral dan intravena.

Kafein efektif untuk digunakan pada AP yang tidak berrespons dengan

teofilin. Keuntungan kafein dibandingkan teofilin adalah indeks

terapeutik yang tinggi, kurang toksik, waktu paruh yang panjang. Dosis

awal 20 mg/kg diberikan secara perlahan (lebih dari 30 menit)

dilanjutkan 5-8 mg/kg sekali sehari, 24 jam setelah dosis awal. Kadar

serum dijaga antara 5-25 ug/mL. Level toksik >40-50 ug/mL. Efek

samping dan lamanya terapi sama dengan aminofilin.

Efek samping metilsantin adalah hiperaktivitas, takikardia,

disritmia, intoleransi minum, kejang dan diuresis, jiterines, iritabilitas,

muntah, dan hiperglikemia. Efek samping kafein lebih sedikit daripada

aminofilin/teofilin. Lama pemberian metilsantin sampai 34 minggu pasca

konsepsi dan dihentikan setelah itu bila tidak ada episode apnea dalam 7

hari. Pemulangan pasien bila tidak ada episode apnea 7 hari terakhir.

Tidak ada manfaat untuk memberikan aminofilin sebagai profilaksis

apnea

5
5

prematuritas

Doksapram merupakan alternatif jika tidak ada respon terhadap

metilsantin. Obat ini merupakan stimulan susunan saraf pusat, dengan

dosis 0,5 mg/kg. Efek samping doksapram lebih serius, berupa

intoleransi minum, distensi abdomen, iritabilitas, muntah, hipertensi,

kejang, hipertensi, hiperaktivitas, hiperglikemia dan distensi abdomen.

Indikasi doksapram termasuk kegagalan berrespons terhadap metilsantin

dan CPAP. Dosis awal lebih baik dihindari. Doksapram infus dimulai

pada 0,5mg/kg/jam dan dinaikkan bertahap sampai maksimum 2-2,5

mg/kg/jam. Doksapramdapat dicoba selama 48 jam sebelum penyapihan

obat. Metilsantin harus diteruskan selama infus doksapram. Harus

dihindarkan pemberian doksapram pada beberapa hari pertama setelah

kahir karena episode hipertensi meningkatkan risiko perdarahan

intraventrikular. Injeksi doksapram terkandung bensilalkohol 0,9%

sebagai pengawet. Dosis yang direkomendasikan sebesar 2-2,5

mg/kg/jam akan memberikan 21,6-32,4 mg/kg/hari bensil alkohol.

Namun dosis ini dibawah dosis toksik alcohol (45 mg/kg/hari).

5. Terapi Oksigen

Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) menurunkan episode

apnea dengan meningkatkan kapasitas residual fungsional, mencegah

obstruksi laring dan stabilisasi oksigenasi. CPAP efektif untuk

manajemen semua tipe apnea. CPAP Ventilator mekanik digunakan pada

apnea berat dan refrakter. Pengaturan ventilator minimal

digunakan untuk

5
5

meminimalkan barotrauma dan mengikuti usaha napas spontan.

Indikasi penggunaan CPAP untuk terapi apnea adalah apneayang

tidak berespon terhadap terapi metilsantin. Indikasi memulai CPAP pada

neonatus dengan terapi aminofilin adalah

1. >1 kali episode apnea sampai memerlukan VTP atau suplementasi

oksigen dalam 24 jam

2. >12 episode dalam 24 jam (atau > 6 dalam 12 jam) perlurangsang taktil

3. >1 episode apnea setiap 12-24 jam.

Ventilasi mekanik harus diberikan apabila farmakoterpi dan CPAP

sudah dilakukan dan apnea masih terus terjadi. Apabila paru normal, bayi

harus diventilasi dengan setting tekanan minimal (PIP 13-14 cm H2O dan

PEEP 4-5 cm H2O), RR rendah (20-25 x/menit), Ti rendah (0,35-0,40

detik) dan FiO2 rendah (0,4-0,5). Metode ini efektif untuk semua tipe

apnea.

2.2.6 Apnea Persisten

Apnea dapat menetap sampai lebih 37-40 minggu pada beberapa bayi,

terutama pada bayi yang lahir sebelum umur kehamilan 28 minggu.

Metilsantin harus terus diberikan bila apnea tetap terjadi setelah 34 minggu

pasca konsepsi. Neonatus harus dievaluasi kembali untuk penyebab

sekunder apnea terutama gangguan neurologist dan refluks gastrointestinal.

2.2.7 Prognosis

Banyak faktor yang menentukan luaran neonatus dengan apnea, antara

lain umur kehamilan, penyakit penyerta. Apnea pada neonatus yang lahir

5
5

pada umur kehamilan antara 24-28 minggu dapat menetap sampai umur

kehamilan 40 minggu pascakonsepsi. Kejadian penyakit berat lebih sering

pada neonatus yang mengalami apnea lebih dari 20 detik seperti perdarahan

intraventrikular, hidrosefalus, pemakaian ventilasi mekanik yang lama,

perkembangan neurologi yang abnormal.

2.3 Konsep Perawatan Metode Kangguru

2.3.1 Pengertian

Perawatan metode kanguru (PMK) adalah suatu metode

perawatanbayi baru lahir dengan meletakkan bayi diantara kedua payudara

ibu sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi. Pengertian

lain tentang PMK adalah cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya

memakai popok dan topi), diletakkan secara tegak/vertikal tengkurap di

dada antara kedua payudara ibunya (ibunya telanjang dada) kemudian

diselimuti. Dengan demikian, terjadi kontak kulit bayi dan ibu secara

kontinyu dan bayi memperoleh panas (sesuai suhu tubuh ibunya) melalui

proses konduksi.

2.3.2 Metode

Perawatan metode kanguru dapat dilakukan dengan 2 cara. Pertama,

secara terus-menerus dalam 24 jam atau yang disebut juga dengan secara

kontinu dan kedua secara intermiten atau dengan cara selang-seling. PMK

disarankan untuk dilakukan secara kontinu, akan tetapi rumah sakit yang

tidak menyediakan fasilitas rawat gabung dapat menggunakan PMK secara

intermiten. Pelaksanaan PMK secara intermiten juga memberikan manfaat

sebagai pelengkap perawatan konvensional atau inkubator.

5
5

2.3.3 Manfaat Perawatan Metode Kangguru

1. Stabilisasi Suhu Tubuh Bayi

Panas tubuh ibu akan berpindah secara konduksi melalui kontak

kulit dari dada ibu ke kulit tubuh bayi, sehingga bayi akan tetapdalam

kondisi hangat. Selimut atau penutup tubuh ibu dan bayi juga diharapkan

dapat mempertahankan suhu tubuh bayi dari suhu lingkungan sekitarnya

(Dodd, 2003).

2. Stabilisasi Laju Denyut Jantung

Penelitian yang menggunakan alat monitor kontinyu, menemukan

bahwa selama perawatan metode kangguru, laju frekuensi denyut jantung

bayi relatif stabil dan konstan (Ludington-Hoe, et al.,dalam Perinansia,

2003). Hasil penelitian lain yang menggunakan pneumokardiogram

menemukan frekuensi denyut jantung dan pola respirasi selama dilakukan

PMK lebih stabil dibandingkan perawatan dalam boks atau perawatan

konvensional (Perinansia, 2003).

3. Stabilisasi Pernafasan dan Saturasi Oksigen

Berdasarkan hasil penelitian PMK dapat menjaga kestabilan

saturasi oksigen. Hal ini dapat disebabkan karena posisi bayi yang tegak,

sehingga dipengaruhi gravitasi bumi dan ekspansi paru-paru lebih

maksimal, dengan demikian proses ventilasi dan perfusi lebih adekuat

(Ali, et al., 2009).

4. Pengaruh Terhadap Berat Badan dan Pertumbuhan

Pertumbuhan secara keseluruhan bukan hanya berat badan, dapat

5
5

meningkat selama perawatan dengan metode kangguru. Hal ini terjadi,

karena bayi dalam keadaan rileks, beristirahat dengan posisi yang

menyenangkan mirip dengan posisi dalam rahim, sehingga kegelisahan

bayi berkurang dan tidur lebih lama (Ludington-Hoe, dan Golant SK,

2003). Pada keadaan demikian konsumsi oksigen dan kalori yang ada

digunakan untuk meningkatkan berat badan dan pada saat PMK frekuensi

menyusu meningkat (Ludington-Hoe, dan Golant SK, 2003).

5. Pengaruh Terhadap Tingkah Laku Bayi

Pada bayi yang dirawat dengan metode kangguru, respon bayi

prematur yang belum mampu menyeleksi atau mengurangi pengaruh

lingkungan terhadap dirinya seperti ketika mengetuk inkubator maka

frekuensi jantung meningkat, pernafasan menjadi lebih cepat, warna kulit

berubah dari merah menjadi kebiruan, maka respon ini tidak terjadi

apabila kita mengetuk punggung bayi perlahan pada saat dilakukan PMK

(Ludington-Hoe, dan Golant SK, 2003).

6. Pengaruh Terhadap Kejadian Infeksi

Tidak satu pun laporan tentang penggunaan metode kangguru yang

menyatakan adanya peningkatan kejadian sepsis (Whitelaw A,1990).

Sloan dkk (1994) melaporkan bahwa pada perawatan dengan inkubator

lebih sering terjadi infeksi berat dibandingkan perawatan dengan metode

kangguru. Hal ini tampaknya disebabkan flora normal kulit ibu lebih

aman bagi bayi premature yang mendapat ASI dibandingkan organisme

yang resisten terhadap antibiotik yang terdapat di rumah sakit

(Alisjahbana

5
5

dkk,2014).

7. Manfaat Bagi Ibu

Berdasarkan beberapa penelitian, didapatkan hasil bahwa manfaat

perawatan metode kangguru bagi ibu, antara lain:

a. Peningkatan Produksi Air Susu Ibu (ASI)

Peningkatan produksi ASI dapat terjadi dengan menguatnya

ikatan emosi ibu-bayi, sehingga terjadi letdown refleks yang penting

bagi pengeluaran ASI. Stress ibu akan berkurang bila diberi

kesempatan mendekap bayinya yang berpengaruh terhadap produksi

ASI(Gustop Amatriria. 2015).

b. Peningkatan Hubungan Emosi Ibu dan Bayi

Ikatan emosional yang disebut attachment atau bounding

merupakan proses hubungan bayi dengan orang tuanya, yang dimulai

sejak kehamilan. Bayi dengan kontak yang dini dengan ibunya lebih

sedikit menangis dan lebih sering tersenyum (Suradi, 2000).

2.3.4 Komponen Perawatan Metode Kangguru

Posisi kanguru (kangaroo position), yaitu kontak kulit ke kulit antara

ibu dan bayi yang diberikan selang seling atau terus menerus dan dapat

dimulai segera atau ditunda. Dengan tujuan untuk beradaptasi dengan

lingkungan di luar uterus, diletakkan di dada ibu dan dapat menyusui.

5
5

1. Posisi Bayi Saat PMK

a. Posisikan bayi diantara kedua payudara ibu, dada bayi bertemu

dengan dada ibu.

Gambar 2.1 Posisi awal bayi saat dilakukan PMK (Utami, 2016)

Kepala dihadapkan pada salah satu sisi dengan posisi sedikit

ekstensi. Posisi ekstensi ini diharapkan dapat mempertahankan jalan

nafas atas tetap terbuka dan mempertahankan kontak mata dengan ibu.

Hindari kepala terlalu hiperekstensi atau fleksi. Pinggul diposisikan

fleksi (frog position) dan lengan juga diposisikan fleksi. Gunakan

gaun panjang dengan ikat pinggang atau selimut yang berfungsi seperti

kantong kanguru untuk memfiksasi posisi bayi agar tetap aman

terutama saat ibu berdiri. Pastikan fiksasi yang digunakanmenutupi

dada bayi dengan batas bawah fiksasi setinggi epigastrium ibu, serta

tidak menghambat pergerakan abdomen bayi. Hal ini bertujuan agar

bayi memiliki ruang yang cukup untuk melakukan pernapasan

abdominal.

5
6

Gambar 3.2 Posisi bayi saatdilakukan PMK (Utami, 2016)

Berikan petunjuk cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari

kantong. Bila ibu sudah terbiasa, hal ini akan mengurangi ketakutan

untuk melakukannya.

1) Pegang bayi dengan 1 tangan di bawah leher sampai bagian

belakang bayi.

2) Fiksasi dengan lembut rahang bagian bawah untuk mencegah

tertutupnya jalan nafas saat bayi diposisikan tengkurap.

3) Letakkan tangan lainnya pada bokong bayi.

Gambar 2.3 Mengeluarkan bayi dari baju kangguru (Utami, 2016)

b. Posisi Menyusui

Posisi PMK sangat ideal untuk menyusui bayi. Segera setelah bayi

menunjukkan tanda kesiapan untuk menyusu, bantu ibu untuk posisi yang

nyaman. Untuk memulai, pastikan waktu yang tepat untuk menyusui

6
6

apakah ketika bayi sedang terjaga atau baru terbangun dari tidur. Langkah

pertama keluarkan bayi dari kantung kangguru, kemudian posisikan pada

posisi menyusui yang nyaman dan perlekatan yang adekuat. Berikan

kesempatan bayi untuk mulai belajar menghisap selama dia

menginginkannya. Jangan menghentikan fase ini selama bayi masih

berusaha mencoba. Bayi baru lahir membutuhkan ASI secara teratur

setiap 2-3 jam sehingga bila bayi tertidur, ibu bisa mencoba untuk

membangunkannya. Pada awal menyusui ibu bisa mengoleskan sedikit

ASI pada areola, hal ini akan melembutkan area putting dan akan

memudahkan bayi untuk menempel. Berikan penjelasan kepada ibu

tentang tanda-tanda perlekatan yang baik, yaitu:

1) Dagu bayi menempel pada payudara

2) Mulut bayi terbuka lebar

3) Bibir bawah is turned out

4) Sebagian besar areola berada di atas bibir bayi dibandingkandi bawah

Gambar 2.4 Posisi Menyusui saat PMK (Utami, 2016)

c. Posisi Istirahat

Setelah memposisikan, jelaskan juga kepada ibu bahwa ibu boleh

6
6

beristirahat atau tidur bersama bayinya dengan posisi semi- recumbent

(15°), bila tersedia bisa menggunakan tempat tidur otomatis untuk

mengatur ketinggian yang diharapkan, namun bila tidak tersedia bisa

menggunakan tumpukan beberapa buah bantal. Posisi ini menurunkan

risiko terjadinya apnea pada bayi. Bila ibu merasa posisi tersebut kurang

nyaman, ibu dapat memilih posisi apapun, karena manfaat PMK ini jauh

lebih besar dari sekedar mengurangi risiko apnea. Pastikan posisi ibu

tidak menutup jalan nafas bayi.

Gambar 2.5 Posisi istirahat dan tidur ibu selama PMK (Utami, 2016)

d. Nutrisi (Kangaroo Nutrition)

Pemberian ASI eksklusif dan mendapat suplemen hanya dengan

formula pengganti untuk bayi prematur jika penambahan berat badan

tidak tercapai.

e. Dukungan Kanguru (Kangaroo Support)

Pada waktu antenatal ibu perlu diberikan informasi mengenai PMK

ini, sehingga ibu lebih siap untuk metode ini apabila bayi lahir dengan

berat badan rendah/prematur. Dukungan dalam bentuk dukungan emosi,

fisik dan pendidikan.

6
6

f. Kepulangan dan Pemantauan (Kangaroo Discharge)

Ibu tetap melakukan kontak kulit ke kulit terus menerus, dilakukan

di rumah sehingga bayi dalam keadaan dan berkembang dengan baik.

Bayi PMK biasanya dapat dipulangkan bila telah memenuhi kriteria

dibawah ini:

1) Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak apnea

atau infeksi.

2) Bayi minum dengan baik.

3) Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15 gr/kg/hari) untuk

sekurang-kurangnya tiga hari berturut-turut.

4) Ibu mampu merawat bayi dan datang secara teratur untuk melakukan

follow-up Selama di rumah, bayi dipantau setiap hari sampai berat

badan bertambah paling sedikit 20gr/hari.

6
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian


Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan


1. Deni Susanti Pengaruh metode perawatan D : (Quasi Experiment (On Group Hasil penelitian yang dilakukan 1. Desain penelitian
(2018) kangaroo mother care Pretest Post test Design) terhadap 17 orang responden di 2. Jumlah sampel
terhadap peningkatan S : 18 bayi BBLR yang dirawat di ruangan perinatologi RSUD dr. 3. Lokasi penelitian
saturasi O2 pada bayi BBLR Instalasi Perinatologi RSAM Achmad Mochtar Bukittinggi 4. Variabel penelitian
di ruang rawat inap Bukittingi didapatkan hasil P value 0,008,nilai 5. Teknik analisa data
perinatologi RSAM V : perawatan metode kanguru, α <0,05 dari hasil tersebut jika
Bukittinggi peningkatan saturasi O2 dibandingkan nilai P.
I : Kuesioner dan checklistA : uji
shapiro-wilk
2. Suparta Perawatan Metode Kanguru D : Penelitian Kualitatif Hasil penelitian pengetahuan ibu 1. Desain penelitian Formatted: Indent: Left: 0 cm
(2017) pada Ibu yang Memiliki Bayi S: Orang tua yang memiliki bayi yang memiliki BBLR masih 2.
Jumlah sampel
Berat Badan Lahir Rendah BBLR kurang setelah diberikansosialisasi 3.
Lokasi penelitian
(BBLR) V : indepth interview (wawancara) dan dijelaskan tentang PMK dan
mendalam terhadap informan dan cara melakukannya pengetahuan
informan kunci ibu BBLR meningkat tentang
I : pedoman wawancara pada Perawatan Metode Kanguru.
informan dan informan kunci
A : wawancara mendalam yang
dilakukan pada ibu yang memiliki
BBLR, suami dari ibu yang
memiliki BBLR dan petugas
kesehatan RSUD Nene Malomo
3. Lia Kamila Perawatan Metode Kanguru D : (Quasi Experiment (On Group Hasil penelitian menunjukkan 1. Lokasi penelitian Formatted: Indent: Left: -0,02 cm
(2020) (PMK) Sebagai Pengganti Pre test Post test Design) sebelum dilakukan PMK rata- rata 2.
Variabelpenelitian
Inkubator Untuk Bayi S : 16 bayi prematur di RSUD Kota suhu bayi 36,4°C,frekuensi denyut

44
45

No. Nama Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan


Prematur di RSUD kota Bandung bulan Juni-Juli 2019 jantung136x/menit, sedangkan bayi
Bandung V : perawatan metode kanguru, yang belum memiliki refleks
bayiprematur mencari 50% , refleks menghisap
I : Kuesioner dan checklist 68% dan refleks menelan 100%.
A : uji shapiro-wilk Sesudah diberikan PMK rata-rata
Suhu bayi 36,8°C, frekuensi denyut
jantung 142x/menit, bayi yang
sudah memiliki refleks mencari
100%, refleks menghisap 93,8%
dan refleksmenelan 75%.
4. Yohana Yuniarti Perawatan Metode Kanguru D : korelasi retrospektif. Hasil penelitian didapatkan bahwa 1. Metode penelitian Formatted: Indent: Left: 0 cm
(2019) (PMK) Mempersingkat S : 99 bayi BBLR di RSUD mayoritas responden melakukan 2.
Jumlah Sampel
3.
Lama Rawat Bayi Baru Lahir Cengkareng bulan Januari- PMK rutin sebanyak 83,8% dan Lokasi penelitian
4.
dengan BBLR Desember 2018 lama rawat singkat sebanyak 65,7% Uji statistik
V : BBLR, Lama rawat, Perawatan terdapat hubungan yang signifikan
metode kangguru. antara PMK dengan lama rawat
I : wawancara, lembar observasi pada BBLR(P=0,001). Hal tersebut
A : uji Chi-square dapat dijadikan rekomendasi
pemberian edukasi bahwa PMK
rutin dilakukan untuk
mempersingkat lama rawat.
5. Nining Caswini Perawatan Metode Kanguru D : Quasy experiment pre-post Terdapat perbedaan bermakna 1. Jumlah sampel Formatted: Indent: Left: -0,02 cm
2.
(2021) (PMK) dapat mempercepat design antara kelompok intervensi dan Lokasi penelitian
3.
proses penyapihan S : 44 bayi yang terbagi menjadi kelompok kontrol terhadap Uji statistik
penggunaan High Flow 22 bayi untuk kelompok perlakuan PMK dan lama
Nasal (HFN) pada bayi intervensi dan 22 bayi untuk pemakaian HHHFN dengan nilai
prematur kelompok kontrol p=0,001; ɑ < 0,05.
di NICU RSUPN dr. Cipto Hasil penelitian
Mangunkusumo Jakarta bulan mengidentifikasi bahwa
Februari-April 2018 penerapan PMK pada bayi
46

No. Nama Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan


V :Bayi prematur; heated prematur yang terpasang alat
humified high flow nasal; bantu napas HHHFN dapat
perawatan metodekanguru mempercepat proses weaning jika
I : wawancara, lembar observasi dibandingkan dengan bayi yang
A : uji statistic T-Test tidak dilakukan PMK
(p<0,001).
2.5 Kerangka Konsep

BBLR

Masalah yang terjadi pada BBLR: (Saroso, 2012)


Gangguan Metabolik
Gangguan Imunitas

3. Gangguan Pernafasan Asfiksia

Frekuensi apnea:
Apnea Periodik Tidak Pernah
Jarang
BBLR: Sering
Penatalaksanaan (Nurafif, 2016)
Inkubator
Radiant Warmer
Terapi Oksigen

4. PMK

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

44
2.6 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2016), hipotesis adalah pernyataan asumsi atas

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Jadi

hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Hipotesis dalam penelitian

ini adalah terdapat hubungan antara frekuensi apnea pada bayi berat lahir

rendah dengan pemberian perawatan metode kanguru.

4
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaaan tertentu (Sugiyono, 2016). Desain yang

digunakan pada penelitian ini adalah Pra Experiment dengan rancangan

penelitian One Group Pre Test - Post Test. Rancangan ini digunakan untuk

mengungkap hubungan sebab akibat hanya dengan cara melibatkan satu

kelompok subjek, sehingga tidak ada control yang ketat terhadap variabel.

O1 X O2

Gambar 3.1 rancangan pra eksperimen one group pre test-post test

Keterangan:

O1 = nilai pretest

X = intervensi

O2 = nilai postest

4
4

3.2 Kerangka Operasional

Studi Pendahuluan

Populasi
Seluruh bayi BBLR yang dirawat di Perinatologi RS Wava Husada Kepanjen, berjumlah 18 responden

Teknik Sampel Sampel Penelitian


Purposive Sampling Responden yang masuk dalam kategori kriteria inklusi, berjumlah 17 orang

Desain Penelitian
Pra Eksperiment

Pengumpulan Data
Menggunakan lembar pelaksanaan PMK

Kelompok Eksperimen

Pre-test pengukuran frekuensi apnea

Lembar pelaksanaan dan SOP PMK RS Wava Husada

Post-test pengukuran frekuensi apnea

Pengolahan Data
Editing, Coding, Entry data, Processing, Tabulating

Analisa Data
Uji Normalitas
Uji Spearman Rho
Shapiro Wilk

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.2 Kerangka Operasional

4
4

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Perinatologi RS Wava

Husada Kepanjen pada bulan September 2020.

3.4 Populasi, Sampel, Besar Sampel Kriteria Sampel dan Teknik Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi adalah selurh subjek atau data dengan karakteristik yang akan

diteliti (Nursalam, 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasein

bayi BBLR yang dirawat di Instalasi Perinatologi RS Wava Husada

Kepanjen.

3.4.2 Sampel dan Besar Sampel

Sampel adalah jumlah populasi yang bisa digunakan sebagai sebuah

subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2020). Sampel pada penelitian

ini adalah ibu yang melahirkan BBLR di RS Wava Husada Kepanjen Malang

yang berjumlah 15 orang.

Menurut Notoadmodjo, S (2005) cara pengambilan sampel dalam

penelitian menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

Keterangan:

n : Besar sampel

N : Perkiraan jumlah populasi

e : Margin of error, ditetapkan


5%

4
4

3.4.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling merupakan teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan peneliti

(Sugiyono, 2016). Pengambilan sampel dalam penelitian ini yakni pada saat

peneliti melakukan penelitian, peneliti menemukan bayi yang sesuai kriteria

inklusi yang telah ditetapkan maka pada saat itu juga bayi tersebut peneliti

ambil untuk dijadikan sampel. Bayi BBLR yang sudah dijadikan sampel

maka tidak akan diteliti lagi karena hal ini dapat mempengaruhi hasil dari

penelitian.

3.4.4 Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

a. Bayi lahir dengan berat badan 1500-2500 gram.

b. Bayi tidak menggunakan ventilasi mekanik.

c. Orang tua bayi bersedia menjadi responden.

2. Kriteria Eksklusi

a. Bayi BBLR dengan penyakit penyerta atau komplikasi seperti

hidrocefalus, penyakit jantung bawaan, kelainan bawaan.

b. Bayi BBLR dengan gangguan pernafasan berat.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Independen

Variabel bebas merupakan variabel yang menentukan variabel yang

lain (Nursalam, 2020). vaiabel independent dalam penelitian ini adalah

4
4

pelaksanaan metode kangguru di RS Wava Husada.

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel dependent dalam penelitian ini

adalah frekuensi apnea pada bayi BBLR di Instalasi Perinatologi RS Wava

Husada Kepanjen.

4
5

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah petunjuk dalam mengukur sebuah variabel dan mendefinisikannya secara operasional berdasarkan

karakteristik yang akan diteliti dan memungkinkan untuk dilakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena dan untuk kepentinganakurasi, komunikasi, serta replikasi (Nursalam, 2020).

Tabel 3. 1 Definisi operasional

No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Ukur Skor


1. SOP perawatan Adalah perawatanbayi berat Dilakukannya SOP perawatan 1. SOP perawatan Nominal ya dengan skor=
metode kangguru lahir rendah seperti bayi metode kanguru meliputi : metode (1) jika melakukan
RS Wava Husada kanguru berada di dalam 1. Persiapan alat kanguru RS PMK
kantung kanguru selama 2. Persiapan pasien Wava Husada tidak dengan skor=
diperlukan 3. Persiapan lingkungan 2. Lembar (0) jika tidak
4. Tindakan pelaksanaan melakukan PMK
5. Prosedur PMK
6. Evaluasi 3. Alat saturasi
Terdapat bukti tertulisbahwa setiap
point dalam SOP dilakukan oleh
pasien
2. Frekuensi apnea Saturasi oksigen kurang dari Terdapat pengukuran TTV dan 1. Lembar Ordinal a. Tidak apnea
pada BBLR 90%. keadaan umum pada saat pelaksanaan dengan skor (1) jika
pelaksanaan perawatan metode PMK setelah saturasi oksigen >
kanguru dilakukan PMK 89%
Keadaan umum : akral, gerak 2. Alat saturasi b. Apnea dengan
tangis skor (0) jika
TTV : Heart Rate, RespirasiRate, saturasi ≤90%
6

Suhu, SpO2, down score


3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,

2020). Berikut ini beberapa tahap pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Melengkapi prosedur administrasi

Prosedur administrasi yang dilakukan yaitu melakukan proses perijinan.

Perijinan dilakukan dengan mengajukan ijin penelitian kepada Ketua Institut

Kesehatan Malang Widya Cipta Husada Kepanjen. Setelah mendapatkan ijin

penelitian, diteruskan mengajukan ijin untuk melakukan penelitian yang ditujukan

kepada direktur RS Wava Husada Kepanjen Malang.

b. Melakukan uji etik

Uji etik dilakukan oleh komisi etik Rumah sakit melalui prosedur yang

sudah ditetapkan. Setelah lolos uji etik kemudian peneliti melakukan peneltian.

c. Peneliti mendatangi calon responden beserta keluarga responden dan

memperkenalkan identitas peneliti serta menjelaskan tujuan dan manfaat yang

akan dilakukan, serta menjelaskan bahwa jawaban pasien dan identitas pasien

akan dirahasiakan.

d. Setelah memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan, kemudian

peneliti memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada calon

responden.

e. Setelah calon responden bersedia menjadi responden, peneliti menjelaskan tertang

kontrak waktu yang akan disepakati selama proses penelitian berlangsung.

61
6

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti menentukan responden beserta ibu yang memenuhi syarat inklusi dan

syarat eksklusi dalam penelitian ini.

b. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk keperluanpenelitian

c. Enumerator dalam penelitian ini adalah peneliti yang dibantu oleh orang yang

sudah memiliki kopetensi yang sama dengan peneliti, dalam hal ini adalah kepala

Tim, Kepala Jaga atau Perawat PelaksanaPK2 yang sudah memiliki pengalaman

kerja ≥5 tahun dan sudah menjadi karyawan tetap.

d. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu tata cara dan informasi terkait perawatan

metode kanguru kepada ibu responden.

e. Langkah selanjutnya adalah memberikan perawatan metode kanguru. Kegiatan

yang dilakukan pada responden meliputi:

1) Responden diberikan perawatan metode kanguru dengan didampingi oleh salah

satu enumerator atau peneliti.

2) Kegiatan enumerator adalah memberikan perawatan metodekanguru kepada

responden, observasi keadaan umum,mengukur tanda-tanda vital.

3) Responden akan melakukan latihan ketrampilan pribadi yang diawasi oleh

peneliti atau enumerator.

f. Durasi pelaksanaan perawatan metode kanguru adalah minimal 1 jam untuk

latihan mandiri oleh ibu bayi bisa dilakukan di hari berikutnya dengan tetap

didampingi enumerator.

g. Resonden dikembalikan ke tempat perawatan semula.


6

3. Tahap Terminasi

a. Peneliti menjelaskan kepada ibu responden bahwa proses penelitiantelah selesai.

b. Data yang diperoleh dari semua responden dikumpulkan kemudiandianalisis.

3.8 Instrumen Penelitian

3.93.8 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul pada peneliti ini akan dianalisa melaluitahap–tahap

berikut. (Notoatmodjo, 2014)

1. Editing

Penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan data dan sebaliknya

dilakukan di lapangan agar data yang salah atau meragukan masih dapat ditelusuri

kembali pada responden, sehinggadiharapkan akan memperoleh data yang valid, dan

setelah dilakukan penelitian semua lembar observasi sudah terisi dengan lengkap.

Tahap ini peneliti melihat lembar observasi apakah sudah terisi semuanya dengan

lengkap dan memeriksa data demogrfi serta inform consent sudah ditandatangani

oleh ibu yang akan dijadikan sampel.

2. Coding

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian tanda, symbol, kode

bagi tiap–tiap data. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat mengentri data. Setelah lembar

observasi terisi dengan lengkap maka peneliti memberikan kode pada iten lembar

observasi tersebut. Untuk karakteristik responden:

a. Jenis kelamin laki-laki diberi kode 1


6

b. Perempuan diberi kode 2

3. Tabulasi data

Setelah instrumen diisi dengan baik kemudian ditabulasi dan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel distribusi kolerasi. Adapun tabel distribusi

frekuensi tersebut terdiri dari jenis kelamin dan usia bayi BBLR, kemudian saturasi

O2 dan sesudah perawatan metode kangaroo mother care.

4. Processing

Pada tahap ini dilakukan kegiatan proses data terhadap semua lembar

observasi dan pengukuran pulse oximetri yang lengkap dan benar untuk dianalisis.

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi menggunakan SPSS untuk

usia dan jenis kelamin bayi BBLR sedangkan untuk varibel frekuensi apneu

menggunakan rumus uji Independen sample t-test.

5. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan untuk pengecekan dan pengkoreksiandata untuk

dilihat kemungkinan ada kesalahan kode, ketidaklengkapan data kemudian dilakukan

pembetulan.

6. Tabulating/Tabulasi Data

Tabulasi data yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang digunakan oleh peneliti.

3.10 Analisa Data

3.10.1 Uji Normalitas Data

Sebelum melakuan analisa bivariat. Peneliti melakukan uji normalitas data untuk
6

variabel yang berskala numerik. Uji normalitas data merupakan syaratpenggunaan uji

parametrik T.Dependen pada analisa bivariat ,uji normalitas data yang dilakukan pada

penelitian ini adalah uji shopiro-wilk karena besarsampel < 50 responden data

dinyatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitas pada hasil uji lebih dari 0.05

(p>0.05) (Trihendradi, 2009).

3.10.2 Analisa Univariat

Analisa univariat pada penelitian ini untuk menganalisa masing-masing variabel.

menganalisa variabel terikat yaitu frekuensi apnea pada bayi BBLR sebelum diberikan

perawatan metode kanguru dan faktor yang mempengaruhi apnea berulang pada bayi

BBLR, sedangkan variabel bebas yaitu perawatan metode kanguru (PMK) perlu

dianalisa tingkat pemahamanibu dalam melakukan perawatan metode kanguru yang

benar, faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan metode kanguru

(PMK) (Trihendradi, 2009).

3.10.3 Analisa Bivariat

Analisa bivarat dilakukan untuk melihat pengaruh perawatan metode kangaroo

(PMK) terhadap frekuensi apneu pada bayi BBLR, kemudian dilihatadanya rata-rata

frekuensi apnea saat pelaksanaan PMK. Adapun uji statistik yang digunakan adalah uji

spearman rho. Untuk mengetahui diterima dan ditolaknya hipotesa sesuai dengan

signifikasi yang ditetapkan yaitu menggunakan interval kepercayaan 0.05. Hipotesa

diterima jika probabilitas < 0,05 dan Hipotesa ditolak jika nilai probabilitas > 0,05

(Trihendradi, 2009).
6

3.11 Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek

penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2005). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan ijin

dari bidang pendidikan dan penelitian RS Wava Husada Malang, serta harus dinyatakan

lulus uji etik dari pihak rumah sakit. Setelah mendapat ijin, peneliti melakukan

intervensi, observasi, dan evaluasi kepada responden yang diteliti dengan menekankan

masalah etika penilaian meliputi:

1. Respect human dignity (prinsip menghargai hak asasi manusia)

Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination). Subjek

harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak memutuskan apakah

mereka bersedia menjadi subjek atau tidak, tanpa adanya unsur paksaan.

2. Right to full disclosure (hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang

diberikan)

Peneliti membeikan penjelasan secara rinci tentang penelitian yang dilakukan

serta bertanggung jawab kepada subjek penelitian jika sesuatuyang terjadi akibat

penelitian yang dilakukan apabila tidak sesuai standar operasional prosedur.

3. Informed consent

Informed concent merupakan lembar persetujuan sebagai responden yang

diberikan sebelum penelitian dilaksanakan pada saat pengambilan data awal, yang

bertujuan agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika responden
6

bersedia, maka responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Apabila

tidak bersedia, maka peneliti tidak melakukan pemaksaan.

4. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama

subjek penelitan, hanya untuk lebih memudahkan dalam menggaliidentitas, peneliti

memakai simbol berupa sebutan responden R1, R2, R3 dan seterusnya. . Selanjutnya

kode tersebut dituliskan di pojok kananatas lembar kuesioner.

5. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah diperoleh dari responden.

Lembar persetujuan dan hasil test responden tidak akan disebarluaskan kepada pihak

lain. Penyajian atau pelaporan hasil penelitian hanya terbatas pada kelompok data

tertentu yang terkait dengan tujuan penelitian.

6. Beneficiency dan nonmaleficincy

Peneliti akan mengupayakan semaksimal mungkin manfaat yang akan

diperoleh responden. Dalam hal ini responden akan diberikan cinderamata berupa

botol minum sebagai kenang-kenangan dan meminimalkan kerugian yang akan

dialami responden selama proses pencapaian tujuan dalam penelitian ini.

7. Justice

Penelitian ini memeperlakukan responden secara adil mencakup menyeleksi

responden dengan adil dan tidak diskriminatif, memberikan penghargaan terhadap

semua persetujuan responden, responden jugadapat mengakses penelitian setiap saat

diperlukan untuk klarifikasi informasi.


BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Data Umum

1. Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Anak Frekuensi Presentase(%)


1 Laki-laki 8 47
2 Perempuan 9 53
Total 17 100

Berdasarkan dari tabel 4.1 menunjukkan hasil bahwa mayoritasresponden

berjenis kelamin perempuan sejumlah 9 (53%) responden.

4.1.2 Data Khusus

1. Keadaan Umum dan Tanda Vital Sebelum Diberikan PMK

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keadaan Umum Sebelum Diberikan Intervensi

No. Keadaan Umum Frekuensi Presentase (%)


1. Akral Hangat 82
Dingin 18 Formatted: Font: Not Bold, Underline
Total 17 100
2. Gerak Aktif Kuat 65 Formatted: Font: Not Bold, Underline
Aktif Lemah 35 Formatted: Font: Not Bold, Underline
Total 17 100
Formatted: Font: Not Bold, Underline
3. Tangis Kuat 71
Lemah 29 Formatted Table
Total 17 100 Formatted: Font: Not Bold, Underline
Formatted: Centered
Formatted: Centered
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tanda – Tanda Vital Sebelum Diberikan Intervensi Formatted: Centered
Formatted: Font: Not Bold, Underline

No. Tanda – Tanda Vital Frekuensi Presentase (%) Formatted: Centered


1. Nadi 100 – 165 x/mnt 13 77 Formatted: Centered
< 100 x / mnt 4 24
Total 17 100 Formatted: Centered
2. Pernafasan 30 – 55 x/mnt 9 53 Formatted: Centered
> 55 x /mnt 6 35
Formatted: Font: Not Bold, Underline
< 30 x/mnt 2 12
Total 17 100 Formatted: Centered
3. Suhu 36,5 – 37,5 °C 11 65

61
6

< 36,5 °C 6 35 Formatted: Centered


Total 17 100
4. Saturasi > 89% 9 53 Formatted: Centered
< 89% 8 47 Formatted: Font: Not Bold, Underline
Total 17 100
Formatted: Centered
5. Down Score 0 9 53
1–4 8 47 Formatted: Centered
Total 17 100 Formatted: Centered
Formatted: Font: Not Bold, Underline
Formatted: Font: Italic, Underline
Pada BBLR sebelum mendapatkan tindakan PMK didapati kondisi keadaan
Formatted: Centered
Formatted: Centered
umum yang bervariatif. Pada indikasi KU negatif diperoleh data sebagai berikut,
Formatted: Centered
BBLR yang berakral dingin sebanyak 18%, sedangkan untuk gerak aktif lemah Formatted: Indent: Left: 1,5 cm, First line: 1 cm, Right:
0 cm, Space Before: 0 pt
sejumlah 35%, dan untuk kategori tangis didapati persentase sebanyak 29%. Dan

pada indikasi KU positif didapatkan persentase yang lebih besara, diantaranya

BBLR

denganakaral hangat sebanyak 82%, gerak aktif kuat 65% dan tangis kuat 71%.

Distribusi tanda-tanda vital BBLR sebelum dilakukan tindakan PMKadalah

sebagai berikut. Pada nadi didaptkan persentase BBLR dengan nadi 100-156 x/mnt

sebanyak 77% dan yang kurang dari <100 x/mnt sejumlah 245. Pada frekuensi nafas

didapatkan persentase, yang berada pada rentang frekuensi 30-55 x/mnt sebanyak

53%, yang lebih dari >55 x/mnt 35%. Dan yang kurang dari <30 x/mnt sebanyak 12%.

Suhu dan saturasi sebagai berikut, suhu BBLR yang berada pada rentang normal

36,5-37,5 C sebanyak 65% dan yang kurang dari rentangnormal <36,5 C sejumlah

35%. Sedangkan untuk saturasi, yaitu BBLR yang memiliki saturasi di atas >89%

sebanyak 53% dan yang berada di bawah <905 totalnya 47%.

Formatted: Indent: Left: 1,5 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm,

Pada indikasi down score, BBLR yang berada pada rentang normal atau yang

miliki nilai 0 sebanyak 9 anak atau 53%, dan yang mengalamidown score ringan yakni
6

dengan nilai 1-4 sejumlah 8 anak atau 47%.

2. Keadaan Umum dan Tanda Vital Sesudah Diberikan PMK

T abel 4.4 Distribusi Frekuensi Keadaan Umum Sesudah Diberikan Intervensi Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline
Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline
No. Keadaan Umum Frekuensi Presentase (%)
Formatted: Normal, Indent: Left: 1,5 cm, No bullets or numb
1. Akral Hangat 17 100
Dingin 0 0
Total 17 100 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline
2. Gerak Aktif Kuat 17 100
Aktif Lemah 0 0 Formatted: Normal, No bullets or numbering
Total 17 100
3. Tangis Kuat 16 94
Lemah 1 6
Total 17 100
Formatted: No bullets or numbering

Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline


Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tanda – Tanda Vital Sesudah Diberikan Formatted: Normal, Indent: Left: 1,5 cm, No bullets or numbering
Intervensi Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline Formatted: Fo
Formatted Table
Formatted: Indent: Left: 0 cm, First line: 0 cm
No. Tanda – Tanda Vital Frekuensi Presentase (%)
Formatted: Indent: Left: -0,03 cm, First line: 0,03 cm
1. Nadi 100 – 165 x/mnt 16 94
< 100 x / mnt 1 6
Total 17 100
2. Pernafasan 30 – 55 x/mnt 16 94
> 55 x /mnt 0 0
< 30 x/mnt 1 6
Total 17 100
3. Suhu 36,5 – 37,5 °C 17 100
< 36,5 °C 0 0
Total 17 100
4. Saturasi > 89% 15 88
< 89% 2 12
Total 17 100
5. Down Score 0 15 88
1–4 2 12
Total 17 100

Setelah BBLR mendapatkan tindakan perawatan metode kangguru atau PMK, Formatted: Indent: Left: 1,5 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm,

didapati gambaran KU yang mengalami peningkatan, dengan persentase sebagai

berikut. Pada indikasi akral, diperoleh dari total 17 BBLR semuanya (100%) berada

pada kondisi akral hangat. Sedanguntuk indikasi gerak juga didapatkan seluruh BBLR
6

(100%) memiliki gerak aktif kuat. Dan untu tangis terdapat 1 anak atau 6% BBLR

memiliki tangis lemah, dan sisanya sejumlah 16 anak atau 94% memiliki tangis kuat.

Kondisi tanda vital pada BBLR setelah dilakukan PMK, memiliki gambaran

sebagai berikut. Pada nadi diperoleh BBLR dengan nadi <100 x/mnt sebanyak 1 anak

atau 6% dan yang memiliki nadi diantara 100-165x/mnt sejumlah 16 atau 94%. Untuk

frequensi nafas, bayi dengan frekuensi nafas <30 x/mnt sebanyak 1 anaka atau 6%,

bayi dengan frekuensi nafas >55 x/mnt 0% dan untuk bayi dengan frekuensi nafas

normal 30-55 x/mnt sejumlah 16 atau 94%.

Pada indikasi suhu tubuh, seluruh BBLR berada pada rentang suhu antara 36,5

– 37,5 C. Dan untuk saturasi atau SpO2 didapatkan bayi dengan saturasi <90%
Formatted: Indent: Left: 1,5 cm, No bullets or numbering
sebanyak 2 anak atau 12%, dan sisanya sejumlah 15 anak atau 88% berada pada rentang normal yaitu >89%. Sedangkan indikasi down s
Tabel 4.6 Hasil Tabulasi Uji Statistik Antara PMK Terhadap Frekuensi Apnea pada BBLR Setelah Mendapatkan
Formatted: Intervensi PMK
Font: 10 pt, Underline
Frekuensi Apnea
Formatted: Line spacing: single

Formatted Table
N17
Formatted: Centered, Line spacing: single
3.
Formatted: Font: 10 pt, Underline

Formatted: Right: 0 cm, Line spacing: single

Formatted: Right: 0 cm, Line spacing: single

Formatted: Right: 0 cm, Line spacing: single

Formatted: Right: 0 cm, Space Before: 0 pt, Line spacing: sin

Formatted: Indent: Left: -0,01 cm

Formatted: Right: 0 cm, Space Before: 0 pt, Line spacing: sin


Dari tabel diatas dapat dilihat hasil uji statistik spearman rho danganSPSS 25, didapatkan nilai signifikansi p value 0,001 < 0,05. Sehingga da
metode kanguru terhadap frekuensi apnea pada BBLR setelah mendapatkan PMK di Formatted: Font: 10 pt, Underline

Formatted: Indent: Left: -0,01 cm, Right: 0 cm, Space Before:

Formatted: Indent: Left: 0,63 cm, No bullets or numbering

Formatted: Indent: Left: 1,5 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm,
6

Instalasi Perinatologi Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen. Nilai r (coefficient

corallation) 0,685 yang menandakan bahwa kedua variabel mempunyai hubungan

searah.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perawatan Metode Kangguru

Perawatan metode kanguru (PMK) adalah suatu metode perawatan bayi baru Formatted: Indent: Left: 1 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm, N

lahir dengan meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu sehingga terjadi kontak

langsung kulit ibu dengan kulit bayi. Perawatan ini memiliki berbagai manfaat yang ada

di dalamnya, diantaranya adalah Stabilisasi suhu tubuh bayi, Stabilisasi laju denyut

jantung, Stabilisasi pernapasan dan saturasi oksigen, Pengaruh terhadap berat badan dan

pertumbuhan, Pengaruh terhadap tingkah laku bayi, Pengaruh terhadap kejadian infeksi

(Alisjahbana dkk,2014).

Pada hasil penelitian di atas, distribusi data terkait pelaksanaan tindakan PMK

di instalasi Perinatologi RS Wava Husada, dari total 17 responden seluruhnya telah

dilaksanakan PMK, dan menunjukkan bahwa perawatan metode kanguru memiliki

dampak positif yang sangat baik untuk hubungan antara ibu dan bayi khususnya pada

bayi BBLR yang memang menuntut untuk mendapatkan perawatan extra.

Beberapa manfaat PMK bagi ibu dan bayi antara lain adalah peningkatan produksi

ASI, ini dapat terjadi dengan menguatnya ikatan emosi ibu-bayi, sehingga terjadi letdown

refleks yang penting bagi pengeluaran ASI. Hal tersebut seseuai dengan teori

terdauhulu tentang ASI, bahwasannya Stress ibu akan berkurang bila diberi kesempatan

mendekap bayinya yang berpengaruh terhadap produksi ASI (Gustop Amatriria. 2015).
6

Peningkatan hubungan emosi ibu dan bayi, ikatan emosional yang disebut attachment

atau bounding merupakan proses hubungan bayi dengan orang tuanya, yang dimulai

sejak kehamilan. Bayi dengan kontak yang dini dengan ibunya lebih sedikit menangis

danlebih sering tersenyum (Suradi, 2000).

Oleh karenanya, peneliti berasumsi pemberian tindakan PMK inimenjadi sangat Formatted: Body Text, Left, Indent: First line: 1 cm

penting dalam proses tumbuh kembang pada bayi dengan BBLR. Hal tersebut

sehubungan dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari tindakan PMK itu sendiri

sebagaimana urain tentangfakta dan teori yang ada diatas.

4.2.2 Kejadian Apnea

Apnea menjadi komplikasi tersering pada bayi prematur dengan prevalensi Formatted: Indent: Left: 1 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm, N

mencapai 25-50% dan kejadiannya meningkat seiring denganberkurangnya usia gestasi.

(Sari, 2004). Dari hasil penelitian yang di dapatkan, kejadian apnea di Instalasi

Perinatologi RS. Wava Husada terdapat perbedaan antara sebelum dilakukan tindakan

PMK dan setelah diberikan tindakan PMK.

Sebelum mendapatkan PMK saturasi bayi BBLR yang memiliki saturasi <90%

hampir separuh responden, Akan tetapi setelah BBLR mendaptakan perawatan metode

kanguru, terjadi perubahan yang cukup signifikan. Angka kejadian apnea menjadi

berkurang, yakni hanya tersisa sebanyak 2 anak. Hal ini menunjukkan pengurangan yang

cukup signifikan.

Presentase penyusutan kejadian apne diatas setelah bayi baru lahir mendapatkan

perawatan metode kanguru, menunjukkan manfaat dari metode PMK memang memiliki

dampak yang cukup besar. Ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang
6

menyatakan bahwasannya PMK dapat menjaga kestabilan saturasi oksigen. Hal ini

disebabkan oleh posisi bayi yang tegak, sehingga dipengaruhi gravitasi bumi dan

ekspansi paru-paru lebih maksimal, dengan demikian proses ventilasi dan perfusi lebih

adekuat (Ali, et al., 2009).

Bagi peneilti, fakta diatas menjadi sangat penting untuk keberlangsungan proses

tumbuh kembang pada bayi dengan BBLR. Dimana PMK menjadi salah satu opsi

tindakan perawatan yang dapat diberikan secara berkelanjutan baik selama di rumah sakit

maupun di rumah dengan tujuan mencegah atau mengurangi frekuensi terjadinya apnea

pada bayi BBLR.

4.2.3 Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Kejadian Apnea

Tujuan dari perawatan metode kanguru (PMK) menjaga kondisi tubuh bayi

(BBLR) tetap stabil dengan harapan dapat meningkatkan proses tumbuh kembang bayi.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwasannya bayi BBLR rentan terhadap kondisi

kesehatan yang cenderung kurang baik. Di indonesia bayi dengan berat lahir rendah

merupakan penyumbang tertinggi angka kematian neonatal (AKN). Sekitar 4 juta

kematian neonatal, prematur dan BBLR menyumbang lebih dari seperlima kasus, dan

Indonesia terdaftar sebagai negara dengan urutan ke-8 berdasarkan jumlah kematian

neonatal per tahun menurut data WHO (Manuaba, 2011). Untuk itu diperlukan suatu

penanganan tertentu untuk mendukung proses tumbuh kembangnya, salah satu metode

yang sudah mulai diteraokan ialah perawatan metode kanguru (PMK) yang memiliki

cukup banyak efek positif baik pada bayimaupun ibu.

Formatted: Indent: Left: 1 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm, S


6

Data statistik di atas menunjukkan progres positif dari pemberian tindakan

perawatan metode kanguru pada bayi BBLR. Pada keadaan umum (KU) terjadi

peningkatan yang signifikan diseluruh indikator mulai dari akral, gerak, dan tangis.

Sebelum mendapat tindakan PMK bayi dengan kondisi akral dingin sebanyak 3 anak atau

18%, untuk indikasi gerak aktif lemah total 6 anak atau 35%, dan tangis lemah sejumlah

5 anak atau 29%. Sedangkan setelah tindakan PMK terjadi peningkatan kondisi pada

masing-masing bayi, yakni pada indikasi akraldingin menjadi 0%, begitu juga pada gerak

aktif lemah menjadi 0%, sedangkan untuk tangis lemah tersisa 1 anak atau 6% yang

masih menangis dengan lemah. Hal ini menggambarkan adanya peningkatan perilaku

padi bayi BBLR dan mendukung penilitian yang telah dilakukan oleh Eka Ratna tahun

(2014), tentang Perilaku Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode

Kanguru dengan hasil bahwasannya terjadi peningkatan kondisi seperti kemampuan bayi

dalam mengembangkan perilaku, kebiasaan, orientasi, aktifitas motorik dan juga

kemampuan reflexnya pada bayi BBLR yang telah mendaptkan perawatan metode

kanguru.

Dari sisi tanda – tanda vital yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini, juga

terjadi progress positif antara bayi sebelum mendaptakan perawatan metode kanguru

dengan setelah bayimendapatkan PMK. Pada nadi sebelum mendaptkan perawatan

sebanyak 4 anak atau 24% memiliki denyut nadi dibawah 100 x/mnt, untuk frekuensi

nafas >55 x/mnt sebanyak 6 anak atau 35% dan <30 x/mnt 2 anak atau 12%, indikasi

suhu sebanyak 6 anak 35% mengalami hipotermi, sedangkan untuk saturasi oksigen

(SpO2) hamper separuh dari total keseluruhan anak 47% didapati saturasi di bawah atau
6

<90%, dan pada indikasi down score sebanyak 8 anak atau 47% berada pada status

ringan. Peningkatan yang signifikan dari masing-masing indicator terlihat setalah bayi

dengan BBLR mendapatkan PMK, pada indikasi yang semula 4 anak memiliki denyut

nadi di bawah 10 x/mnt menjadi tersisa hanya 1 anak atau 6%, untuk frekuensi nafas dari

6 anak yang sebelumnya memiliki frekuensi nafass >55 x/mnt setelah mendapatkan PMK

menjadi 0% sedangkan yang <30 x/mnt tersisa 1 anak atau 6%, dan pada SpO2 yang

awalnya 8 anak menjadi 2 anak yang memiliki saturasi <90%, sedangkan untuk kategori

down score dari 47% menjadi 12% saja.

Presentase hasil penelitian ini serupa dengan peneilitian- peneilitian sebelumnya

tentang perawatan metode kanguru di berbagai daerah diantaranya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Deswita tahun (2010) Rata-rata saturasi oksigen sebelum dan sudah

dilakukan perawatan metode kangaroo mother care (KMC) yakni 91,5 %. Penelitian lain

terkait saturasi O2 dilakukan oleh Andi Fatmawati (2013)dengan hasil rata –rata saturasi

oksigen pada bayi BBLR sebelum dilakukan perawatan metode kangguru (PMK) yakni

90%, Penelitian inimakin dipertegas dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustop

Amatriria (2015) 44 dengan hasil 91% rata-rata saturasi O2 bayi BBLR sebelum

mendapatkan perawatan metode kangguru.

Hasil uji statistik spearmen rho pada tabel 4.7 menunjukkan adanya hubungan

searah antara perawatan metode kanguru terhadappeningkatan saturasi oskigen (SpO2)

pada bayi BBLR, dengan nilai signifikansi p value 0,001 < 0,05 dan nilai r (coefficient

corallation) 0,685. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni Susanti,

(2018) dengan hasil nilai p Value 0,008, dimana nilai α = 0,05 dari hasil tersebut jika
7

dibandingkan nilai p < α maka Ha diterima yaitu terdapat pengaruh pelaksanaan

perawatan metode Kangaroo Mother Care (KMC) terhadap saturasi O2 bayi BBLR di

Ruang perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018.

Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen

dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Dalam kedokteran ,

oksigen saturasi (SpO2), sering disebut sebagai "SATS", untuk mengukur persentase

oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen

yang rendah, sebagian besar hemoglobin terdeoksigenasi, maksudnya adalah proses

pendistribusian darah beroksigen dari arteri ke jaringan tubuh ( Hidayat, 2007). Yang

mana pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik. Penggunaan

oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien terhadap

perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak (Tarwoto, 2006).

Peningkatan saturasi O2 pada bayi dipengaruhi beberapa nilai diantaranya bayi

dengan BBLR memiliki permukaan tubuh yang relatifluas, kulit tipis transparan dan

jaringan lemak subkutan yang kurang sehigga pusat pengaturan suhu tubuh menjadi

belum matang. Akibatnya, BBLR menjadi sangat mudah mengalami kehilangan panas

tubuh yang dapat mengakibatkan terjadinya hipotermi. Hasil penelitian Miller, Lee dan

Gould (2011) mengatakan bahwa hipotermi banyak terjadi pada BBLR. Hipotermi pada

bayi dengan berat badan lahir rendah bisa menjadi pemicu turunnya saturasi oksigen dan

menjadi faktor resiko kematian bayi baru lahir (Gitto & Pellegrin, 2012). Ini dibuktikan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurcahayatitahun (2016) dengan hasil rata-

rata suhu tubuh bayi sebelum dan sesudah dilakukan perawatan Metode Kangaroo
7

Mother Care (KMC) yakni 36-370C, Rata-rata pernafasan sebelum dan sesudah

dilakukan perawatan Metode Kangaroo Mother Care (KMC) yakni 44-64,sedangkan

untuk denyut jantung bayi rata-rata sebelum dan sesudah dilakukan perawatan Metode

Kangaroo Mother Care (KMC) yakni 137,15-153,41.

Secara umum peninkatan keadaan umum dan tanda-tanda vital pada bayi BBLR

dalam penelitian ini yang disebabkan oleh metode kanguru akibat adanya sentuhan kulit

ke kulit (Skin to skin contact) antara ibu dan bayi prematur dan BBLR dalam posisi

seperti kanguru. Yang mana hal ini memiliki kefektifan dalam mengatur termoregulasi,

frekuensi denyut jantung yang stabil, frekuensi nafas terartur termasuk menurunkan

apnea, saturasi oksigen meningkat, penambahan berat badan dan perkembangan bayi

lebih cepat, menurunkan tangisan, mendukung ASI eklusif, memperlama tidur nyenyak

bayi. Adapun manfaatnya bagi ibu yakni mempercepat bounding, menambah

kepercayaan diri ibu untuk merawat bayinya yang kecil, meningkatkan produksi ASI,

menurunkan biaya perawatan rumah sakit, menghilangkan perasaan terpisah dan

ketidakmampuan, serta ibu merasakan kepuasan karena sudah berpartisipasi dalam

merawat bayinya (Priya, 2004).

Berdasarkan tabel 4.5 hasil analisis hubungan tingkat kepatuhan diet penderita diabetes mellitus
dengan komplikasi penderita diabetesmellitus di Puskesmas Kepanjen Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang diketahui bahwa dari 49 responden mempunyai tingkat kepatuhan diet kurang,
sebagian besar responden 51,7% memiliki kejadian komplikasi berat. Sedangkan dari 26 responden
yang memiliki tingkat kepatuhan diet cukup, sangat sedikit dari responden14,6% memiliki kejadian
komplikasi berat. Hasil uji statistikdiperoleh nilai signifikan 0.000 (p value < 0.05), maka H0 ditolak,
berarti ada hubungan tingkat kepatuhan diet penderita diabetes mellitus dengan komplikasi penderita
diabetes mellitus di PuskesmasKepanjen Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Hasil dari
koefisien korelasi (r hitung) 0.671, berarti kekuatan korelasi kedua variabel kuat. Formatted: Font: Times New Roman, Bold, Underline

4.2 Pembahasan Formatted: Normal, Left, Line spacing: single, No bullets or n


7

4.2.1 Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden

2. Tingkat Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Mellitus Formatted: Normal, Right: 0 cm, Line spacing: single, No bul

3. Kejadian Komplikasi Diabetes Mellitus

4.2.2 Analisa Bivariat Formatted: Normal, Left, Line spacing: single, No bullets or n

1. Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Mellitus dengan


Komplikasi Penderita Diabetes Mellitus

1.3 Keterbatasan Penelitian Formatted: Normal, Right: 0 cm, Space Before: 0 pt, Line spa
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian dan analisa yang sudah dilakukan peneliti didapatkan kesimpulan

sebagai berikut:

Beberapa bayi BBLR sering apneu sebelum dilakukan perawatan metode kangguru. Formatted: Font: Times New Roman, Underline
Formatted: Indent: Left: 1 cm, Hanging: 0,5 cm, Right: 0 cm,
Frekuensi apneu pada bayi BBLR menurun setelah dilakukan perawatan metode

kangguru.

3. Adanya pengaruh positif artinya perawatan metode kangguru dapat menurunkan Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline

frekuensi apneu pada bayi BBLR di Instalasi Perinatologi RS Wava Husada

Kepanjen.

5.2 Saran

Bagi perawat Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline


Formatted: List Paragraph;UGEX'Z;Body of text;List Paragraph
+ Level:
Perawat dapat selalu melakukan perawatan metode kangguru terhadap bayi BBLR dalam rutinitas 1 + Numbering
sehari-hari, Style: 1, 2, 3,
dikarenakan … + Start at:metode
perawatan 1 + Alignm
ka
Bagi Manajemen rumah sakit
Dapat memberikan konstribusi dalam bentuk sarana prasarana yang mendukung dalam pemberian layanan perawatan metode kangguru terh

Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline

Instalasi Perinatologi RS Wava Husada Kepanjen.

3. Bagi pasien dan keluarga Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline

Dengan menjelaskan kepada ibu cara melakukan perawatan metode kangguru

yang benar dan manfaat yang diperoleh, dapat menjadi bekal pengetahuan dan dapat

diterapkan dalam perawatan bayi BBLR di rumah, sehingga menekan kejadian

opname kembali (readmisi) dengan keluhan yang sama.

Formatted: Indent: Left: 1,5 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm

7
74

4. Bagi Institusi Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

Formatted: Font: Times New Roman, No underline


Dapat menjadi tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan

kesehatan dan penelitian khususnya tentang perawatan metode kanguru serta

membantu pelaksanaan dalam proses pembelajaran terutama dalam pengembangan

pencegahan kejadian apnea pada bayi dengan BBLR.

5.2 Formatted: Indent: Left: 1 cm, No bullets or numbering


BAB VI. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

6.1 Anggaran Biaya

1. Kebutuhan Anggaran

Tabel 6.1. Ringkasan Anggaran


No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan Prosentase (%)
(Rp)
1. Gaji Upah 1.794584.000 2037
2. Pembelian bahan penelitian 213404.500 144
3. Perjalanan untuk biaya survei/ sampling data, 2.1651.225.000 435
seminar/workshop, biaya akomodasi-
konsumsi, lumsum, transport
4. Cetak laporan, publikasi 66560.000 2314
Jumlah 4.8322.878.500 100

2. Rincian Anggaran

a. Gaji Upah

Tabel 6.2. Ringkasan Anggaran Gaji Upah

NO Pelaksana Jumlah Jumlah Honor/Jam Jumlah


Pelaksana Jam
1 Ketua 9817 32 1.5004.000 2094.000
2 Parsel 19100 2015.000 3801.500.000

Jumlah 1.794584.000

b. Bahan

Tabel 6.3. Ringkasan Anggaran Bahan


No Nama Bahan Biaya Jumlah
1 Kuisioner 213.50029.500 29.500213.500

2 Oxymetri 310.000 310.000

3 Termometer 65.000 65.000

Jumlah 213404.500

c. Perjalanan

Tabel 6.4. Ringkasan Anggaran Bahan Perjalanan


No Bahan Biaya
1 BBM motor 225150.000
Jumlah 225150.000

7
76

d. Lain – lain (administrasi, publikasi, operasional)

Tabel 6.5. Ringkasan Anggaran Bahan Lain – lain


No Keterangan Biaya
1 Publikasi Jurnal 500.000
2 Cetak laporan (proposal dan laporan akhir) 1650.000
3 ATK 680.000
4 Seminar 1.635590.000
5 Administrasi 3500.000
JUMLAH 1.6652.675.000

Jumlah Anggaran Penelitian *) adalah Rp 3.500.000


Keterangan:*) Coret yang tidak perlu
6.2 Jadwal Penelitian

Tabel 6.6 Jadwal Penelitian

No. Jenis Kegiatan Waktu (Bulan)


1 2 3
1. Persiapan Lahan
2. Pengambilan Data
3. Pengolahan Data
4. Analisa Data dan
Pembahasan
5. Kesimpulan
6. Pelaporan Hasil
7. Publis Jurnal
DAFTAR

7
LAMPIRAN –
Lampiran 1. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas

No. Nama/NIDN Instansi Bidang Alokasi Uraian Tugas


Asal Ilmu Waktu
(Jam/minggu)
1 Yuyud ITKM Keperawatan 32 a. Mengkoordinir
Wahyudi, Widya jalannya penelitian
S.Kep., Ns., Cipta b. Ikut serta dalam
MNS Husada penelitian
Malang c. Melakukan
pembahasan dan
publikasi jurnal
d. Melaksanakan
seminar

Anda mungkin juga menyukai