LAPORAN AKHIR
(Wyysie Ika Sari, S.Kep., Ns., M.Kep) (Alifia Candra Puriastuti, S.Keb., Bd., M.Kes)
Meng etahui,
Ketua STIKes Wi dya Cipta Husada
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
RINGKASAN....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................72
LAMPIRAN.......................................................................................................76
Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir
Rendah Terhadap Frekuensi Apneu
Ringkasan
Bayi dengan kelahiran berat badan rendah rentan terjadi apneu, apneu merupakan
berhentinya napas yang patologis yang menyebabkan perubahan fisiologis, (seperti
penurunan rangsang sentral, perfusi perifer, siaosis, bradikardia, hipotonia) dan memerlukan
penanganan. Untuk mencegah terjadinya apneu diperlukan terapi salahsatunya perawatan
metode kangguru. Tujuan penelitian mengetahui frekuensi apneu pada bblr sebelum dan
sesudah diberikan PMK, mengetahui pengaruh PMK pada bblr terhadap frekuensi apneu di
Instalasi Perinatologi RS Wava Husada Kepanjen, desain penelitian dalam penelitian ini
adalah Pra Experiment dengan rancangan penelitian One Group Pre Test - Post Test, sampel
dalam penelitian ini adalah bayi dengan berat badan <2500 gr dengan tidak memakai
ventilasi mekanik, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling,lokasi
penelitian ini di Instalasi Perinatologi RS Wava Husada Malang. Variabel dalam penelitian
iniadalah periode apneu pada bblr dengan uji normalitas data menggunakan uji sophiro wilk
dimana nilai probability bernila 0,186 >0,05 yangberarti berkontribusinormal. Instrument
yang digunakan adalah lembar pelaksanaan PMK dan alat oxymetri. Analisa bivariat
menggunakan uji statistic spearman rho dengan SPSS 25didapatkan nilai signifikasi p value
0,001<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh PMK terhadap frekuensi apneu
pada bblr. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh positif PMK terhadap
frekuensi apneu pada bblr. Saran dalam penelitian ini agar menjadikan PMK sebagai metode
yang rutin dilakukan pada perawatan bblr.
BAB I. PENDAHULUAN
28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar di dalam rahim sampai
di luar rahim (Potter & Perry, 2005). Neonatus beresiko terhadap kelahiran
dengan berat badan lahir rendah. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
merupakan bayi baru lahir yang berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
juta bayi berat lahir rendah (BBLR) lahir setiap tahunnya yang dapat
dan BBLR menyumbang lebih dari seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar
sebagai negara dengan urutan ke-8 berdasarkan jumlah kematian neonatal per
berkisar antara 2% hingga 17,2% dan menyumbang 29,2% AKN. Data badan
pusat statistik Provinsi Jawa Timur tahun 2018, di Kota Malang jumlah
kelahiran sebanyak 38.526 dengan 1.261 di antaranya berat lahir rendah
janin, faktor sosial ekonomi dan faktor lingkungan. Bayi dengan BBLR
ginjal, hati dan sistem pencernaan, penggunaan alat serta prosedur dapat
menimbulkan stress dan nyeri. Dampak jika bayi stress adalah perubahan
pernafasan menurun yang akan menyebabkan kejadian apneu atau henti nafas
episode henti nafas selama lebih dari 20 detik atau kurang dari 10 detik,
prematurity (AOP) terjadi pada lebih dari 50% bayi dengan berat lahir <1500
g dan 80% pada bayi dengan berat lahir <1000 g. beberapa teori penyebab
apnea dikaitkan dengan tipe apnea diantaranya tipe sentral, tipe obstruktif dan
lahir antara lain dengan terapi obat-obatan, oksigen atau bantuan nafas.
2
perawatan metode kangguru, perawatan metode kanguru (PMK) merupakan
solusi tepat guna, efektif dan efisien untuk perawatan bayi BBLR. Pada
Kepanjen antara lain thesis “Perilaku Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Ratna tahun 2014. Penelitian lain yakni tentang “Upaya peningkatan produksi
ASI (Air Susu Ibu ) pada ibu post section ceasarea primipara anastesi spinal
kelahiran BBLR sebanyak 15 bayi dengan rata rata berat lahir 1800-2300g, 8
bayi lahir pada masa gestasi cukup bulan dan 7 bayi lahir dengan prematur
agar bayi tidak mengalami apnea berulang salah satunya dengan cara
3
apnea pada bayi dengan berat badan lahir rendah di RS Wava Husada
Kepanjen?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui frekuensi apnea pada bayi dengan berat lahir rendah sebelum
2. Mengetahui frekuensi apnea pada bayi dengan berat lahir rendah setelah
Neonatologi.
1. Bagi perawat
4
terhadap bayi BBLR dalam rutinitas sehari – hari.
4. Bagi Institusi
dengan BBLR.
5
Tabel 1.1 Luaran yang ditargetkan dan lamanya penelitian yang akan dilakukan
6
6. Teknologi tepat - - - - - -
guna7)
7. Model/ - - - - - -
Desain/Karya
Seni/Rekayasa8)
8. Buku Ajar9) - - - - -
9. Tingkat - - - - - -
Kesiapan
Teknologi
7
3
2.1.1 Pengertian
Menurut Adelle Pilliteri tahun 1986 bayi BBLR adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram. Menurut Manuaba tahun 1998
rendah (BBLR) karena ada dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan
berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu berat badan lebih rendah dari yang
2.1.2 Klasifikasi
Bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:
kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau
dapat terjadi dalam preterm,term dan post term yang terbagi dalam:
1. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu 1000 – 1500
gram.
2. Bayi dengan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) yaitu
2.1.3 Etiologi
Sulistyorini, 2010).
secara umum:
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
kelainan kardiovaskuler.
b. Usia ibu
e. Kondisi ibu saat hamil: peningkatan berat badan ibu yang tidak
3
3
2. Faktor Janin
hidramnion/polihidramnion.
3. Faktor ekonomi
4. Faktor lingkungan
sempurna.
tertutup oleh labia mayora, sedangkan pada bayi laki - laki testis belum
3
4
10. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun,sehingga refleks menghisap
2.1.5 Patofisiologi
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada
ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan berat badan
yaitu hamil ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan
tumbuhlebih dari satu,maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh dalam
rahim tidak sama dengan janin tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi
dan nutrisi yang didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang salah satu
dari janin pada hamil ganda juga yang mana pada dasarnya janin
berkembang dan tumbuh lebih dari satu,maka nutrisi atau gizi yang mereka
peroleh dalam rahim tidak sama dengan janin tunggal,yang mana pada hamil
gandagizi dan nutrisi yang didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang
salah satu dari janin pada hamil ganda juga mengalami BBLR. Kemudian
jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu infeksi dalam rahim
Jaya,2016).
4
4
2.1.6 Komplikasi
Bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau rendah dan tidak
dapat berfungsi secara normal seperti halnya pada bayi matur. Oleh karena
itu, bayi prematur akan mengalami kesulitan untuk bertahan hidup diluar
uterus ibunya. Jika bayi dilahirkan dengan usia kehamilan yang sangat muda
atau belum cukup masa gestasinya maka alat-alat didalam tubuh bayi akan
baru lahir meningkat. Beberapa gangguan kelainan yang timbul pada bayi
1. Gangguan Metabolik
a. Hipotermi
suhu bayi akan berubah hal ini disebabkan oleh pengaruh dari suhu
lingkungan yang umumnya lebih rendah. Oleh karena itu hal ini bisa
akan mudah kehilangan panas pada tubuhnya hal ini disebabkan oleh
yang memadai, system saraf yang belum matang dan berfungsi, lemak
4
4
berikut:
5) Pernafasan lambat.
b. Hipoglikemia
terjadi karena janin mendapatkan energi dari glukosa, Bayi yang sudah
pertama, berbeda dengan bayi lahir dengan berat badan rendah kadar
janin belum mencukupi. Jika kadar gula 20mg/dl maka bayi tersebut
c. Hiperglikemia
4
4
kecil, daya hisapun kurang baik, hal ini yang menjadi masalah bayi
hisapyang cukup kuat, sehingga bayi tersebut bisa lansung disusui oleh
ibunya (Yunanto,2012).
2. Gangguan Imunitas
imunya sehingga bayi belum bisa bertahan dari infeksi karena kadar
atau sistem inun yang belum matang. Infeksi yang dialami oleh bayi bisa
didapatkan pada saat bayi lahir yakni infeksi dari jalan lahir, infeksi dari
placenta, Oleh sebab itu orang yang merawat bayi baik keluarga maupun
tenaga kesehatan harus mencuci tangan agar mencegah infeksi pada bayi
(Saroso,2012).
Bayi baru lahir akan dilihat kondisinya dalam waktu satu kali 24
jam. Jika bayi mengalami kejang pada saat lahir maka segera berikan
obat anti kejang yakni sibital. Penyebab terjadinya kejang pada bayi
tersebut antara lain isa melalui infeksi, baik infeksi yang terjadi
4
4
Pertahankan jalan nafas bayi agar bayi tetap bernafas secara normal
(Saroso,2012).
b. Ikterik
Bayi yang baru lahir tak hanya kulitnya ada yang berubah
menjadi warna kulit hal tersebut dinamakan ikterik. Ikterus atau ikterik
1) Ikterus Patologis
bayi akan cenderung untuk tidur tidak mau disusui oleh ibunya
2) Ikterus Fisiologi
Jika warna kulit bayi menguning pada hari kedua dan hari-
3. Gangguan Pernafasan
4
4
pernafasan yang disebut membran hialin karena pada saat bayi didalam
masuk kedalam paru-paru bayi oleh karena itu bayi mengalami gangguan
pernafasan. Sedangkan pada bayi yang cukup bulan atau bisa dikatan
a. Asfiksia
asfiksia, oleh karena itu dibutuhkan segera penanganan yang tepat dan
dilakukan oleh orang yang sudah terlatih dan terampil (Saroso, 2012).
Bayi prematur tentunya organ paru-paru serta susunan saraf Formatted: Right: -0 cm
pusat belum matang dengan sempurna maka dari itu tidak dipungkiri
(Saroso,2012).
2.1.7 Penatalaksanaan
Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut (Nurafif
Penyebab kematian terbesar bblr adalah hipotermi, dimana lapisan Formatted: Right: 0 cm, Space Before: 0 pt
lemak sub cutan pada bblr tipis sehingga tidak mampu menghasilkan
suhu
4
4
sakit.
dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut.umumnya bayi
dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan
steril untukbayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2-4 ml untuk bayi
dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan
berat lebih dari 1500 gram. Apabila dengan pemberian makanan pertama
3. Mencegah infeksi
daya tubuh bayi terhadap infeksI kurang, antibody relatif belum terbentuk
4
4
2.2.1 Pengertian
adalah bila henti napas >20 detik atau henti napas berapapun lamanya yang
pernapasan periodik, yang merupakan hal yang normal pada bayi prematur
10-18 detik yang diikuti henti napas 3-10 detik. Kejadian pernapasan
periodik juga meningkat dengan umur kehamilan, pada bayi cukup bulan
4
4
membahayakan bayi dan dapat menimbulkan gejala sisa pada usia sekolah.
bisa juga sekunder karena penyakit lain dan merupakan gejala yang umum
2.2.2 Etiologi
Imaturitas susunan saraf pusat menyebabkan apnea yang muncul pada 1-2
hari setelah lahir dan dalam 7 hari pertama. Apnea yang terjadi pada 24 jam
prematuritas.
4
4
1. Apnea sentral, tidak ada usaha napas, aliran udara masuk, dan gerakan
2. Apnea obstruktif ada usaha napas namun tidak ada aliran udara
3. Apnea tipe campuran merupakan campuran kedua tipe di atas. Tipe ini
2.2.4 Patofisiologi
di paru dan jalan napas, serta korteks serebri. Pada bayi prematur,
napas. Usaha napas (inspirasi) pada bayi prematur juga masih lemah seperti
2.2.5 Penatalaksanaan
tindakan
4
5
napas.
1. Umum
menimbulkan apnea.
perlu rangsang.
resusitasi tiap jam: jangan beri minum selama 24jam, pasang jalur IV
menyusui.
f. Lakukan perawatan lekat atau kontak kulit bayi dengan ibu bila
5
5
2. Emergensi
dan obstruksi jalan napas. Kedua, Leher diposisikan sedikit ekstensi lalu
mengalami hipoksia (jaga saturasi 92-95%) dengan head box atau kanul
nasal. Bila bayi tetap apnea dan berespon dengan rangsang taktil,
oksigen 100% harus segera dimulai. Bila VTP gagal untuk menginisiasi
3. Pemeriksaan Klinik
ikterus, pucat, bising jantung dan perfusijaringan yang jelek. Onset apnea
apnea prematuritas.
4. Pengobatan
Indikasi untuk memulai obat-obat ini adalah sebagai lini pertama terapi
derivat
5
5
merupakan obat yang digunakan sejak lama untuk terapi apnea. Obat ini
tahun 1973, dan setelah itu aminofilin. Dosis awal 5 mg/kg dilanjutkan 2
mg/kg tiap 8 jam selama 7 hari. Jika teofilin tidak tersedia atau pemberian
Kafein tersedia dalam bentuk kafein sitrar untuk oral dan intravena.
terapeutik yang tinggi, kurang toksik, waktu paruh yang panjang. Dosis
dilanjutkan 5-8 mg/kg sekali sehari, 24 jam setelah dosis awal. Kadar
serum dijaga antara 5-25 ug/mL. Level toksik >40-50 ug/mL. Efek
konsepsi dan dihentikan setelah itu bila tidak ada episode apnea dalam 7
hari. Pemulangan pasien bila tidak ada episode apnea 7 hari terakhir.
apnea
5
5
prematuritas
dan CPAP. Dosis awal lebih baik dihindari. Doksapram infus dimulai
5. Terapi Oksigen
digunakan untuk
5
5
2. >12 episode dalam 24 jam (atau > 6 dalam 12 jam) perlurangsang taktil
sudah dilakukan dan apnea masih terus terjadi. Apabila paru normal, bayi
harus diventilasi dengan setting tekanan minimal (PIP 13-14 cm H2O dan
detik) dan FiO2 rendah (0,4-0,5). Metode ini efektif untuk semua tipe
apnea.
Apnea dapat menetap sampai lebih 37-40 minggu pada beberapa bayi,
Metilsantin harus terus diberikan bila apnea tetap terjadi setelah 34 minggu
2.2.7 Prognosis
lain umur kehamilan, penyakit penyerta. Apnea pada neonatus yang lahir
5
5
pada umur kehamilan antara 24-28 minggu dapat menetap sampai umur
pada neonatus yang mengalami apnea lebih dari 20 detik seperti perdarahan
2.3.1 Pengertian
ibu sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi. Pengertian
lain tentang PMK adalah cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya
diselimuti. Dengan demikian, terjadi kontak kulit bayi dan ibu secara
kontinyu dan bayi memperoleh panas (sesuai suhu tubuh ibunya) melalui
proses konduksi.
2.3.2 Metode
secara terus-menerus dalam 24 jam atau yang disebut juga dengan secara
kontinu dan kedua secara intermiten atau dengan cara selang-seling. PMK
disarankan untuk dilakukan secara kontinu, akan tetapi rumah sakit yang
5
5
kulit dari dada ibu ke kulit tubuh bayi, sehingga bayi akan tetapdalam
kondisi hangat. Selimut atau penutup tubuh ibu dan bayi juga diharapkan
(Dodd, 2003).
saturasi oksigen. Hal ini dapat disebabkan karena posisi bayi yang tegak,
5
5
bayi berkurang dan tidur lebih lama (Ludington-Hoe, dan Golant SK,
2003). Pada keadaan demikian konsumsi oksigen dan kalori yang ada
digunakan untuk meningkatkan berat badan dan pada saat PMK frekuensi
berubah dari merah menjadi kebiruan, maka respon ini tidak terjadi
apabila kita mengetuk punggung bayi perlahan pada saat dilakukan PMK
kangguru. Hal ini tampaknya disebabkan flora normal kulit ibu lebih
(Alisjahbana
5
5
dkk,2014).
sejak kehamilan. Bayi dengan kontak yang dini dengan ibunya lebih
ibu dan bayi yang diberikan selang seling atau terus menerus dan dapat
5
5
Gambar 2.1 Posisi awal bayi saat dilakukan PMK (Utami, 2016)
nafas atas tetap terbuka dan mempertahankan kontak mata dengan ibu.
gaun panjang dengan ikat pinggang atau selimut yang berfungsi seperti
dada bayi dengan batas bawah fiksasi setinggi epigastrium ibu, serta
abdominal.
5
6
kantong. Bila ibu sudah terbiasa, hal ini akan mengurangi ketakutan
untuk melakukannya.
belakang bayi.
b. Posisi Menyusui
Posisi PMK sangat ideal untuk menyusui bayi. Segera setelah bayi
menunjukkan tanda kesiapan untuk menyusu, bantu ibu untuk posisi yang
6
6
apakah ketika bayi sedang terjaga atau baru terbangun dari tidur. Langkah
setiap 2-3 jam sehingga bila bayi tertidur, ibu bisa mencoba untuk
ASI pada areola, hal ini akan melembutkan area putting dan akan
c. Posisi Istirahat
6
6
risiko terjadinya apnea pada bayi. Bila ibu merasa posisi tersebut kurang
nyaman, ibu dapat memilih posisi apapun, karena manfaat PMK ini jauh
lebih besar dari sekedar mengurangi risiko apnea. Pastikan posisi ibu
Gambar 2.5 Posisi istirahat dan tidur ibu selama PMK (Utami, 2016)
tidak tercapai.
ini, sehingga ibu lebih siap untuk metode ini apabila bayi lahir dengan
6
6
dibawah ini:
1) Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak apnea
atau infeksi.
4) Ibu mampu merawat bayi dan datang secara teratur untuk melakukan
6
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
44
45
BBLR
Frekuensi apnea:
Apnea Periodik Tidak Pernah
Jarang
BBLR: Sering
Penatalaksanaan (Nurafif, 2016)
Inkubator
Radiant Warmer
Terapi Oksigen
4. PMK
Keterangan:
44
2.6 Hipotesis Penelitian
ini adalah terdapat hubungan antara frekuensi apnea pada bayi berat lahir
4
BAB III. METODE PENELITIAN
data dengan tujuan dan kegunaaan tertentu (Sugiyono, 2016). Desain yang
penelitian One Group Pre Test - Post Test. Rancangan ini digunakan untuk
kelompok subjek, sehingga tidak ada control yang ketat terhadap variabel.
O1 X O2
Gambar 3.1 rancangan pra eksperimen one group pre test-post test
Keterangan:
O1 = nilai pretest
X = intervensi
O2 = nilai postest
4
4
Studi Pendahuluan
Populasi
Seluruh bayi BBLR yang dirawat di Perinatologi RS Wava Husada Kepanjen, berjumlah 18 responden
Desain Penelitian
Pra Eksperiment
Pengumpulan Data
Menggunakan lembar pelaksanaan PMK
Kelompok Eksperimen
Pengolahan Data
Editing, Coding, Entry data, Processing, Tabulating
Analisa Data
Uji Normalitas
Uji Spearman Rho
Shapiro Wilk
Kesimpulan
4
4
3.4 Populasi, Sampel, Besar Sampel Kriteria Sampel dan Teknik Sampling
3.4.1 Populasi
Populasi adalah selurh subjek atau data dengan karakteristik yang akan
diteliti (Nursalam, 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasein
Kepanjen.
ini adalah ibu yang melahirkan BBLR di RS Wava Husada Kepanjen Malang
Keterangan:
n : Besar sampel
4
4
(Sugiyono, 2016). Pengambilan sampel dalam penelitian ini yakni pada saat
inklusi yang telah ditetapkan maka pada saat itu juga bayi tersebut peneliti
ambil untuk dijadikan sampel. Bayi BBLR yang sudah dijadikan sampel
maka tidak akan diteliti lagi karena hal ini dapat mempengaruhi hasil dari
penelitian.
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
4
4
Husada Kepanjen.
4
5
Definisi operasional adalah petunjuk dalam mengukur sebuah variabel dan mendefinisikannya secara operasional berdasarkan
karakteristik yang akan diteliti dan memungkinkan untuk dilakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
2020). Berikut ini beberapa tahap pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu:
1. Tahap Persiapan
Uji etik dilakukan oleh komisi etik Rumah sakit melalui prosedur yang
sudah ditetapkan. Setelah lolos uji etik kemudian peneliti melakukan peneltian.
akan dilakukan, serta menjelaskan bahwa jawaban pasien dan identitas pasien
akan dirahasiakan.
responden.
61
6
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti menentukan responden beserta ibu yang memenuhi syarat inklusi dan
c. Enumerator dalam penelitian ini adalah peneliti yang dibantu oleh orang yang
sudah memiliki kopetensi yang sama dengan peneliti, dalam hal ini adalah kepala
Tim, Kepala Jaga atau Perawat PelaksanaPK2 yang sudah memiliki pengalaman
d. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu tata cara dan informasi terkait perawatan
latihan mandiri oleh ibu bayi bisa dilakukan di hari berikutnya dengan tetap
didampingi enumerator.
3. Tahap Terminasi
Data yang telah terkumpul pada peneliti ini akan dianalisa melaluitahap–tahap
1. Editing
dilakukan di lapangan agar data yang salah atau meragukan masih dapat ditelusuri
kembali pada responden, sehinggadiharapkan akan memperoleh data yang valid, dan
setelah dilakukan penelitian semua lembar observasi sudah terisi dengan lengkap.
Tahap ini peneliti melihat lembar observasi apakah sudah terisi semuanya dengan
lengkap dan memeriksa data demogrfi serta inform consent sudah ditandatangani
2. Coding
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian tanda, symbol, kode
bagi tiap–tiap data. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat
analisis data dan juga mempercepat pada saat mengentri data. Setelah lembar
observasi terisi dengan lengkap maka peneliti memberikan kode pada iten lembar
3. Tabulasi data
Setelah instrumen diisi dengan baik kemudian ditabulasi dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel distribusi kolerasi. Adapun tabel distribusi
frekuensi tersebut terdiri dari jenis kelamin dan usia bayi BBLR, kemudian saturasi
4. Processing
Pada tahap ini dilakukan kegiatan proses data terhadap semua lembar
observasi dan pengukuran pulse oximetri yang lengkap dan benar untuk dianalisis.
usia dan jenis kelamin bayi BBLR sedangkan untuk varibel frekuensi apneu
5. Cleaning
pembetulan.
6. Tabulating/Tabulasi Data
Tabulasi data yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian
Sebelum melakuan analisa bivariat. Peneliti melakukan uji normalitas data untuk
6
variabel yang berskala numerik. Uji normalitas data merupakan syaratpenggunaan uji
parametrik T.Dependen pada analisa bivariat ,uji normalitas data yang dilakukan pada
penelitian ini adalah uji shopiro-wilk karena besarsampel < 50 responden data
dinyatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitas pada hasil uji lebih dari 0.05
menganalisa variabel terikat yaitu frekuensi apnea pada bayi BBLR sebelum diberikan
perawatan metode kanguru dan faktor yang mempengaruhi apnea berulang pada bayi
BBLR, sedangkan variabel bebas yaitu perawatan metode kanguru (PMK) perlu
(PMK) terhadap frekuensi apneu pada bayi BBLR, kemudian dilihatadanya rata-rata
frekuensi apnea saat pelaksanaan PMK. Adapun uji statistik yang digunakan adalah uji
spearman rho. Untuk mengetahui diterima dan ditolaknya hipotesa sesuai dengan
diterima jika probabilitas < 0,05 dan Hipotesa ditolak jika nilai probabilitas > 0,05
(Trihendradi, 2009).
6
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek
penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2005). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan ijin
dari bidang pendidikan dan penelitian RS Wava Husada Malang, serta harus dinyatakan
lulus uji etik dari pihak rumah sakit. Setelah mendapat ijin, peneliti melakukan
intervensi, observasi, dan evaluasi kepada responden yang diteliti dengan menekankan
mereka bersedia menjadi subjek atau tidak, tanpa adanya unsur paksaan.
2. Right to full disclosure (hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang
diberikan)
serta bertanggung jawab kepada subjek penelitian jika sesuatuyang terjadi akibat
3. Informed consent
diberikan sebelum penelitian dilaksanakan pada saat pengambilan data awal, yang
bertujuan agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika responden
6
memakai simbol berupa sebutan responden R1, R2, R3 dan seterusnya. . Selanjutnya
5. Confidentiality (kerahasiaan)
Lembar persetujuan dan hasil test responden tidak akan disebarluaskan kepada pihak
lain. Penyajian atau pelaporan hasil penelitian hanya terbatas pada kelompok data
diperoleh responden. Dalam hal ini responden akan diberikan cinderamata berupa
7. Justice
1. Jenis Kelamin
61
6
BBLR
denganakaral hangat sebanyak 82%, gerak aktif kuat 65% dan tangis kuat 71%.
sebagai berikut. Pada nadi didaptkan persentase BBLR dengan nadi 100-156 x/mnt
sebanyak 77% dan yang kurang dari <100 x/mnt sejumlah 245. Pada frekuensi nafas
didapatkan persentase, yang berada pada rentang frekuensi 30-55 x/mnt sebanyak
53%, yang lebih dari >55 x/mnt 35%. Dan yang kurang dari <30 x/mnt sebanyak 12%.
Suhu dan saturasi sebagai berikut, suhu BBLR yang berada pada rentang normal
36,5-37,5 C sebanyak 65% dan yang kurang dari rentangnormal <36,5 C sejumlah
35%. Sedangkan untuk saturasi, yaitu BBLR yang memiliki saturasi di atas >89%
Formatted: Indent: Left: 1,5 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm,
Pada indikasi down score, BBLR yang berada pada rentang normal atau yang
miliki nilai 0 sebanyak 9 anak atau 53%, dan yang mengalamidown score ringan yakni
6
T abel 4.4 Distribusi Frekuensi Keadaan Umum Sesudah Diberikan Intervensi Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline
Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline
No. Keadaan Umum Frekuensi Presentase (%)
Formatted: Normal, Indent: Left: 1,5 cm, No bullets or numb
1. Akral Hangat 17 100
Dingin 0 0
Total 17 100 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline
2. Gerak Aktif Kuat 17 100
Aktif Lemah 0 0 Formatted: Normal, No bullets or numbering
Total 17 100
3. Tangis Kuat 16 94
Lemah 1 6
Total 17 100
Formatted: No bullets or numbering
Setelah BBLR mendapatkan tindakan perawatan metode kangguru atau PMK, Formatted: Indent: Left: 1,5 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm,
berikut. Pada indikasi akral, diperoleh dari total 17 BBLR semuanya (100%) berada
pada kondisi akral hangat. Sedanguntuk indikasi gerak juga didapatkan seluruh BBLR
6
(100%) memiliki gerak aktif kuat. Dan untu tangis terdapat 1 anak atau 6% BBLR
memiliki tangis lemah, dan sisanya sejumlah 16 anak atau 94% memiliki tangis kuat.
Kondisi tanda vital pada BBLR setelah dilakukan PMK, memiliki gambaran
sebagai berikut. Pada nadi diperoleh BBLR dengan nadi <100 x/mnt sebanyak 1 anak
atau 6% dan yang memiliki nadi diantara 100-165x/mnt sejumlah 16 atau 94%. Untuk
frequensi nafas, bayi dengan frekuensi nafas <30 x/mnt sebanyak 1 anaka atau 6%,
bayi dengan frekuensi nafas >55 x/mnt 0% dan untuk bayi dengan frekuensi nafas
Pada indikasi suhu tubuh, seluruh BBLR berada pada rentang suhu antara 36,5
– 37,5 C. Dan untuk saturasi atau SpO2 didapatkan bayi dengan saturasi <90%
Formatted: Indent: Left: 1,5 cm, No bullets or numbering
sebanyak 2 anak atau 12%, dan sisanya sejumlah 15 anak atau 88% berada pada rentang normal yaitu >89%. Sedangkan indikasi down s
Tabel 4.6 Hasil Tabulasi Uji Statistik Antara PMK Terhadap Frekuensi Apnea pada BBLR Setelah Mendapatkan
Formatted: Intervensi PMK
Font: 10 pt, Underline
Frekuensi Apnea
Formatted: Line spacing: single
Formatted Table
N17
Formatted: Centered, Line spacing: single
3.
Formatted: Font: 10 pt, Underline
Formatted: Indent: Left: 1,5 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm,
6
searah.
4.2 Pembahasan
Perawatan metode kanguru (PMK) adalah suatu metode perawatan bayi baru Formatted: Indent: Left: 1 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm, N
lahir dengan meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu sehingga terjadi kontak
langsung kulit ibu dengan kulit bayi. Perawatan ini memiliki berbagai manfaat yang ada
di dalamnya, diantaranya adalah Stabilisasi suhu tubuh bayi, Stabilisasi laju denyut
jantung, Stabilisasi pernapasan dan saturasi oksigen, Pengaruh terhadap berat badan dan
pertumbuhan, Pengaruh terhadap tingkah laku bayi, Pengaruh terhadap kejadian infeksi
(Alisjahbana dkk,2014).
Pada hasil penelitian di atas, distribusi data terkait pelaksanaan tindakan PMK
dampak positif yang sangat baik untuk hubungan antara ibu dan bayi khususnya pada
Beberapa manfaat PMK bagi ibu dan bayi antara lain adalah peningkatan produksi
ASI, ini dapat terjadi dengan menguatnya ikatan emosi ibu-bayi, sehingga terjadi letdown
refleks yang penting bagi pengeluaran ASI. Hal tersebut seseuai dengan teori
terdauhulu tentang ASI, bahwasannya Stress ibu akan berkurang bila diberi kesempatan
mendekap bayinya yang berpengaruh terhadap produksi ASI (Gustop Amatriria. 2015).
6
Peningkatan hubungan emosi ibu dan bayi, ikatan emosional yang disebut attachment
atau bounding merupakan proses hubungan bayi dengan orang tuanya, yang dimulai
sejak kehamilan. Bayi dengan kontak yang dini dengan ibunya lebih sedikit menangis
Oleh karenanya, peneliti berasumsi pemberian tindakan PMK inimenjadi sangat Formatted: Body Text, Left, Indent: First line: 1 cm
penting dalam proses tumbuh kembang pada bayi dengan BBLR. Hal tersebut
sehubungan dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari tindakan PMK itu sendiri
Apnea menjadi komplikasi tersering pada bayi prematur dengan prevalensi Formatted: Indent: Left: 1 cm, First line: 1 cm, Right: 0 cm, N
(Sari, 2004). Dari hasil penelitian yang di dapatkan, kejadian apnea di Instalasi
Perinatologi RS. Wava Husada terdapat perbedaan antara sebelum dilakukan tindakan
Sebelum mendapatkan PMK saturasi bayi BBLR yang memiliki saturasi <90%
hampir separuh responden, Akan tetapi setelah BBLR mendaptakan perawatan metode
kanguru, terjadi perubahan yang cukup signifikan. Angka kejadian apnea menjadi
berkurang, yakni hanya tersisa sebanyak 2 anak. Hal ini menunjukkan pengurangan yang
cukup signifikan.
Presentase penyusutan kejadian apne diatas setelah bayi baru lahir mendapatkan
perawatan metode kanguru, menunjukkan manfaat dari metode PMK memang memiliki
dampak yang cukup besar. Ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang
6
menyatakan bahwasannya PMK dapat menjaga kestabilan saturasi oksigen. Hal ini
disebabkan oleh posisi bayi yang tegak, sehingga dipengaruhi gravitasi bumi dan
ekspansi paru-paru lebih maksimal, dengan demikian proses ventilasi dan perfusi lebih
Bagi peneilti, fakta diatas menjadi sangat penting untuk keberlangsungan proses
tumbuh kembang pada bayi dengan BBLR. Dimana PMK menjadi salah satu opsi
tindakan perawatan yang dapat diberikan secara berkelanjutan baik selama di rumah sakit
maupun di rumah dengan tujuan mencegah atau mengurangi frekuensi terjadinya apnea
Tujuan dari perawatan metode kanguru (PMK) menjaga kondisi tubuh bayi
(BBLR) tetap stabil dengan harapan dapat meningkatkan proses tumbuh kembang bayi.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwasannya bayi BBLR rentan terhadap kondisi
kesehatan yang cenderung kurang baik. Di indonesia bayi dengan berat lahir rendah
kematian neonatal, prematur dan BBLR menyumbang lebih dari seperlima kasus, dan
Indonesia terdaftar sebagai negara dengan urutan ke-8 berdasarkan jumlah kematian
neonatal per tahun menurut data WHO (Manuaba, 2011). Untuk itu diperlukan suatu
penanganan tertentu untuk mendukung proses tumbuh kembangnya, salah satu metode
yang sudah mulai diteraokan ialah perawatan metode kanguru (PMK) yang memiliki
perawatan metode kanguru pada bayi BBLR. Pada keadaan umum (KU) terjadi
peningkatan yang signifikan diseluruh indikator mulai dari akral, gerak, dan tangis.
Sebelum mendapat tindakan PMK bayi dengan kondisi akral dingin sebanyak 3 anak atau
18%, untuk indikasi gerak aktif lemah total 6 anak atau 35%, dan tangis lemah sejumlah
5 anak atau 29%. Sedangkan setelah tindakan PMK terjadi peningkatan kondisi pada
masing-masing bayi, yakni pada indikasi akraldingin menjadi 0%, begitu juga pada gerak
aktif lemah menjadi 0%, sedangkan untuk tangis lemah tersisa 1 anak atau 6% yang
masih menangis dengan lemah. Hal ini menggambarkan adanya peningkatan perilaku
padi bayi BBLR dan mendukung penilitian yang telah dilakukan oleh Eka Ratna tahun
(2014), tentang Perilaku Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode
Kanguru dengan hasil bahwasannya terjadi peningkatan kondisi seperti kemampuan bayi
kemampuan reflexnya pada bayi BBLR yang telah mendaptkan perawatan metode
kanguru.
Dari sisi tanda – tanda vital yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini, juga
terjadi progress positif antara bayi sebelum mendaptakan perawatan metode kanguru
sebanyak 4 anak atau 24% memiliki denyut nadi dibawah 100 x/mnt, untuk frekuensi
nafas >55 x/mnt sebanyak 6 anak atau 35% dan <30 x/mnt 2 anak atau 12%, indikasi
suhu sebanyak 6 anak 35% mengalami hipotermi, sedangkan untuk saturasi oksigen
(SpO2) hamper separuh dari total keseluruhan anak 47% didapati saturasi di bawah atau
6
<90%, dan pada indikasi down score sebanyak 8 anak atau 47% berada pada status
ringan. Peningkatan yang signifikan dari masing-masing indicator terlihat setalah bayi
dengan BBLR mendapatkan PMK, pada indikasi yang semula 4 anak memiliki denyut
nadi di bawah 10 x/mnt menjadi tersisa hanya 1 anak atau 6%, untuk frekuensi nafas dari
6 anak yang sebelumnya memiliki frekuensi nafass >55 x/mnt setelah mendapatkan PMK
menjadi 0% sedangkan yang <30 x/mnt tersisa 1 anak atau 6%, dan pada SpO2 yang
awalnya 8 anak menjadi 2 anak yang memiliki saturasi <90%, sedangkan untuk kategori
tentang perawatan metode kanguru di berbagai daerah diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Deswita tahun (2010) Rata-rata saturasi oksigen sebelum dan sudah
dilakukan perawatan metode kangaroo mother care (KMC) yakni 91,5 %. Penelitian lain
terkait saturasi O2 dilakukan oleh Andi Fatmawati (2013)dengan hasil rata –rata saturasi
oksigen pada bayi BBLR sebelum dilakukan perawatan metode kangguru (PMK) yakni
90%, Penelitian inimakin dipertegas dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustop
Amatriria (2015) 44 dengan hasil 91% rata-rata saturasi O2 bayi BBLR sebelum
Hasil uji statistik spearmen rho pada tabel 4.7 menunjukkan adanya hubungan
pada bayi BBLR, dengan nilai signifikansi p value 0,001 < 0,05 dan nilai r (coefficient
corallation) 0,685. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni Susanti,
(2018) dengan hasil nilai p Value 0,008, dimana nilai α = 0,05 dari hasil tersebut jika
7
perawatan metode Kangaroo Mother Care (KMC) terhadap saturasi O2 bayi BBLR di
dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Dalam kedokteran ,
oksigen saturasi (SpO2), sering disebut sebagai "SATS", untuk mengukur persentase
oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen
pendistribusian darah beroksigen dari arteri ke jaringan tubuh ( Hidayat, 2007). Yang
mana pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik. Penggunaan
oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien terhadap
dengan BBLR memiliki permukaan tubuh yang relatifluas, kulit tipis transparan dan
jaringan lemak subkutan yang kurang sehigga pusat pengaturan suhu tubuh menjadi
belum matang. Akibatnya, BBLR menjadi sangat mudah mengalami kehilangan panas
tubuh yang dapat mengakibatkan terjadinya hipotermi. Hasil penelitian Miller, Lee dan
Gould (2011) mengatakan bahwa hipotermi banyak terjadi pada BBLR. Hipotermi pada
bayi dengan berat badan lahir rendah bisa menjadi pemicu turunnya saturasi oksigen dan
menjadi faktor resiko kematian bayi baru lahir (Gitto & Pellegrin, 2012). Ini dibuktikan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurcahayatitahun (2016) dengan hasil rata-
rata suhu tubuh bayi sebelum dan sesudah dilakukan perawatan Metode Kangaroo
7
Mother Care (KMC) yakni 36-370C, Rata-rata pernafasan sebelum dan sesudah
untuk denyut jantung bayi rata-rata sebelum dan sesudah dilakukan perawatan Metode
Secara umum peninkatan keadaan umum dan tanda-tanda vital pada bayi BBLR
dalam penelitian ini yang disebabkan oleh metode kanguru akibat adanya sentuhan kulit
ke kulit (Skin to skin contact) antara ibu dan bayi prematur dan BBLR dalam posisi
seperti kanguru. Yang mana hal ini memiliki kefektifan dalam mengatur termoregulasi,
frekuensi denyut jantung yang stabil, frekuensi nafas terartur termasuk menurunkan
apnea, saturasi oksigen meningkat, penambahan berat badan dan perkembangan bayi
lebih cepat, menurunkan tangisan, mendukung ASI eklusif, memperlama tidur nyenyak
kepercayaan diri ibu untuk merawat bayinya yang kecil, meningkatkan produksi ASI,
Berdasarkan tabel 4.5 hasil analisis hubungan tingkat kepatuhan diet penderita diabetes mellitus
dengan komplikasi penderita diabetesmellitus di Puskesmas Kepanjen Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang diketahui bahwa dari 49 responden mempunyai tingkat kepatuhan diet kurang,
sebagian besar responden 51,7% memiliki kejadian komplikasi berat. Sedangkan dari 26 responden
yang memiliki tingkat kepatuhan diet cukup, sangat sedikit dari responden14,6% memiliki kejadian
komplikasi berat. Hasil uji statistikdiperoleh nilai signifikan 0.000 (p value < 0.05), maka H0 ditolak,
berarti ada hubungan tingkat kepatuhan diet penderita diabetes mellitus dengan komplikasi penderita
diabetes mellitus di PuskesmasKepanjen Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Hasil dari
koefisien korelasi (r hitung) 0.671, berarti kekuatan korelasi kedua variabel kuat. Formatted: Font: Times New Roman, Bold, Underline
1. Karakteristik Responden
2. Tingkat Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Mellitus Formatted: Normal, Right: 0 cm, Line spacing: single, No bul
4.2.2 Analisa Bivariat Formatted: Normal, Left, Line spacing: single, No bullets or n
1.3 Keterbatasan Penelitian Formatted: Normal, Right: 0 cm, Space Before: 0 pt, Line spa
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan analisa yang sudah dilakukan peneliti didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
Beberapa bayi BBLR sering apneu sebelum dilakukan perawatan metode kangguru. Formatted: Font: Times New Roman, Underline
Formatted: Indent: Left: 1 cm, Hanging: 0,5 cm, Right: 0 cm,
Frekuensi apneu pada bayi BBLR menurun setelah dilakukan perawatan metode
kangguru.
3. Adanya pengaruh positif artinya perawatan metode kangguru dapat menurunkan Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline
Kepanjen.
5.2 Saran
3. Bagi pasien dan keluarga Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Underline
yang benar dan manfaat yang diperoleh, dapat menjadi bekal pengetahuan dan dapat
7
74
1. Kebutuhan Anggaran
2. Rincian Anggaran
a. Gaji Upah
Jumlah 1.794584.000
b. Bahan
Jumlah 213404.500
c. Perjalanan
7
76
7
LAMPIRAN –
Lampiran 1. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas