Anda di halaman 1dari 28

Tugas I

TK4101 Perancangan Proses

Perancangan Produksi Asam Glutamat

Azmi Rasyid Assidiqi 13020048


Gerald Xavier Widjaja 13020069
Mhd. Rori Andhika Pratama 13020088

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Ing. Ir. Danu Ariono
Pri Januar Gusnawan, S.T., M.T., Ph. D.

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
SEPTEMBER 2023
Daftar Isi

BAB I Penentuan Rute Reaksi ................................................................................................... 3

1.1 Rute Reaksi ...................................................................................................................... 3

1.1.1 Sintesis Kimia ...................................................................................................... 3

1.1.2 Hidrolisis Protein ................................................................................................. 8

1.1.3 Fermentasi Bakteri ............................................................................................. 16

1.2 Penentuan dengan Metode AHP..................................................................................... 20

BAB II Pemilihan Reaktor ....................................................................................................... 23

2.1 Pemilihan Jenis Reaktor ................................................................................................. 23

2.2 Kondisi Operasi Reaktor ................................................................................................ 23

BAB III Simulasi ..................................................................................................................... 24

3.1 Pemilihan Reaktor … ..................................................................................................... 24

3.2 Hasil Konversi dan Dimensi Reaktor ............................................................................. 24

BAB IV Kesimpulan dan Saran ............................................................................................... 25

4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 25

4.2 Saran ............................................................................................................................... 25

BAB V Daftar Pustaka ............................................................................................................. 26


BAB I
Penentuan Rute Reaksi

1.1 Rute Reaksi


Merujuk kepada Kurniawan, dkk. (2014:2), salah satu produk turunan asam glutamat, yaitu
monosodium glutamat (MSG) dapat dihasilkan melalui tiga cara. Ketiga cara tersebut meliputi
sintesis kimia langsung dengan akrilonitril, hidrolisis protein nabati dengan asam hidroklorida
untuk memutuskan ikatan peptida, dan fermentasi bakteri.

Penulis akan membatasi penugasan ini hanya terhadap konformasi L-asam glutamat.

Berikut adalah kajian terhadap ketiga jalur reaksi tersebut.

1.1.1 Sintesis Kimia


Sintesis kimia yang dimaksud dalam proses pembuatan L-asam glutamat ini menggunakan
akrilonitril sebagai reaktan dalam reaksinya. Reaktan lain yang terlibat dalam sintesis ini
adalah karbon monoksida dan gas hidrogen.

Menurut Ault (2004:351), akrilonitril mengalami reaksi okso, yaitu reaksi terhadap karbon
monoksida dan gas hidrogen, kemudian membentuk produk berupa β-
sianopropionaldehida. Kemudian, proses Strecker diselenggarakan terhadap β-
sianopropionaldehida sehingga menjadi asam glutamat dan amonia. Pada proses Strecker,
terbentuk produk antara berupa aminonitril.
Raw material availability

Material yang dibutuhkan dalam sintesis kimia asam glutamat meliputi akrilonitril, karbon
monoksida, gas hidrogen, ion amonium, dan ion sianida. Akrilonitril sebagai bahan baku
utama dapat diperoleh dari Asahi Kasei Corporation. Menurut Oki dalam Argus Media,
Asahi Kasei Corporation yang beroperasi di Jepang, Korea Selatan, dan Thailand memiliki
kapasitas produksi total akrilonitril sebesar 960.000 ton/tahun. Menurut ECHEMI, harga
akrilonitril internasional per tanggal 26 September 2023 berada di angka US$1.230,00/ton
atau setara Rp19.114.200,00/ton menurut nilai tukar per tanggal 2 Oktober 2023, dengan
tipe harga CFR (cost and freight).

Energy consumption (dH, T, P)

Sintesis asam glutamat dari akrilonitril melalui reaksi okso dan proses Strecker dapat
direpresentasikan dengan persamaan reaksi berikut.

𝑑𝑖𝑘𝑜𝑏𝑎𝑙𝑡
𝑜𝑘𝑡𝑎𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛𝑖𝑙
𝐶3 𝐻3 𝑁 + 𝐶𝑂 + 𝐻2 → 𝐶4 𝐻5 𝑁𝑂

𝑁𝐻3 , 𝐻𝐶𝑁
𝐶4 𝐻5 𝑁𝑂 → 𝐶5 𝐻7 𝑁3 + 𝐻2 𝑂
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑡𝑒
𝐻𝐶𝑙, 3 𝐻2 𝑂, 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝐶5 𝐻7 𝑁3 → 𝐶5 𝐻9 𝑁𝑂4 + 2𝑁𝐻3 + 𝑁𝑎+ + 𝐶𝑙 −

Boleh dihapus ini nanti -------------------------------------------------------------------------------


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Konsumsi energi dapat ditentukan dengan meninjau perubahan entalpi pembentukan


standar dari masing-masing spesies yang terlibat sebagai reaktan dan produk, dengan
mengecualikan produk antara. Adapun reaktan yang terlibat dalam sistem adalah satu mol
akrilonitril, karbon monoksida, gas hidrogen, amonia, asam sianida, asam hidroklorida,
natrium hidroksida, dan tiga mol air. Sedangkan produk yang dihasilkan meliputi satu mol
air, asam glutamat, ion natrium, ion klorida, dan dua mol amonia.

Berikut adalah perhitungan total perubahan entalpi pada reaksi sintesis kimia L-asam
glutamat dari akrilonitril menurut data perubahan entalpi pembentukan standar yang
diperoleh dari beberapa sumber. Perhitungan dilakukan menggunakan perangkat lunak
Microsoft Excel.

Tabel 1. Perhitungan Perubahan Entalpi dalam Reaksi Sintesis Kimia L-Asam Glutamat
dari Akrilonitril pada Kondisi Standar (298,15 K, 1 atm)
Spesies Fasa ΔfH ⦵ (kJ/mol) Reaktan Produk Total
(2)
C3H3N aq 188.000 1 0 -188.000
(1)
CO g -110.525 1 0 110.525
(1)
H2 g 0.000 1 0 0.000
(1)
NH3 g -46.110 1 2 -46.110
(3) g 137.000 1 0 -137.000
HCN
HCl (1) aq -167.159 1 0 167.159
NaOH (1) aq -470.114 1 0 470.114
(1)
H2O l -241.818 3 1 483.636
+ (1)
Na aq -240.120 0 1 -240.120
- (1)
Cl aq -167.159 0 1 -167.159
(4)
C5H9NO4 s -2250.470 0 1 -2250.470
Total -1797.425

Melalui hasil pengolahan data di atas, sintesis kimia L-asam glutamat dari akrilonitril
diperkirakan melepas panas sebesar 1797,425 kJ/mol. Menimbang total perubahan entalpi
reaksi yang bernilai negatif, dapat disimpulkan reaksi bersifat eksotermik. Adapun
menurut Huffman dan Skelly (1963:626), sintesis ini berlangsung pada
120-130 ˚C dan tekanan 200-500 atm.

Availability of suitable catalyst (location)

Katalis yang terlibat, menurut Huffman dan Skelly (1963:626), adalah dikobalt
oktakarbonil. Katalis tersebut mengatalisis reaksi antara akrilonitril dengan karbon
monoksida dan gas hidrogen, sehingga terbentuk β-sianopropionaldehida.

Menurut situs TCI Chemicals, dikobalt oktakarbonil yang terstabilisasi dengan 1-5%
heksana tersedia di Belgia dan Jepang.

Potential of producing waste (regulation)

Limbah yang dihasilkan dari proses sintesis kimia L-asam glutamat dari akrilonitril berupa
amonia, ion natrium, dan ion klorida. Adapun untuk amonia, kadar maksimum yang diatur
dalam baku mutu air limbah bagi kawasan industri menurut Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 adalah sebesar 20 mg/L.

Economic potential

Potensi ekonomi dalam produksi L-asam glutamat dapat ditentukan dengan meninjau nilai
harga bahan baku yang digunakan, seperti akrilonitril, karbon monoksida, gas hidrogen,
amonia, asam sianida, asam hidroklorida, natrium hidroksida, dan air. Selain itu, produk
yang dihasilkan, yaitu L-asam glutamat juga menjadi bagian dari perhitungan. Perhitungan
dilakukan dengan perangkat lunak Microsoft Excel dan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 2. Perhitungan Biaya dalam Reaksi Sintesis Kimia L-Asam Glutamat dari
Akrilonitril

massa molekul
Spesies Harga (US$/ton) Sumber koefisien basis produksi Glu (ton) massa terlibat (kg) harga total (US$)
relatif (g/mol)
C3H3N 1230.00 ECHEMI -1 53.06 360.63 -443.58
CO 200.00 NREL -1 28.01 190.38 -38.08
H2 361.10 ChemAnalyst -1 2.02 13.73 -4.96
NH3 556.94 ECHEMI -1 17.03 115.75 -64.46
HCN 325.00 Thunder Said Energy -1 27.03 183.72 -59.71
HCl 172.00 ChemAnalyst -1 36.46 247.81 -42.62
NaOH 600.00 ECHEMI -1 40 271.87 -163.12
H2O 0.58 Tempo.co -3 18.02 122.48 -0.21
+
Na 0.00 - 0 22.99 156.26 0.00
- 0.00 - 0 35.45 240.94 0.00
Cl
C5H9NO4 1790.00 IndexBox 1 147.13 1 1000.00 1790.00
Total 973.26

Perhitungan di atas menggunakan asumsi seluruh produk samping yang dihasilkan atau
reaktan yang dihasilkan kembali tidak dapat dimanfaatkan kembali atau dijual. Melalui
pengolahan data harga yang dimiliki, diperoleh jumlah keuntungan yang dapat diperoleh
berkisar di angka US$973,26.

Dengan harga yang telah diperkirakan, nilai margin laba kotor atau gross profit margin
(GPM) dapat ditentukan. Nilai tersebut diperoleh dengan membagi nilai laba kotor (gross
profit) terhadap pendapatan total (total revenue). Nilai laba kotor adalah pendapatan total
dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods sold).

973,26
𝐺𝑃𝑀 = × 100%
1790

𝐺𝑃𝑀 = 54,37%

Equilibrium conversion

Menurut Huffman dan Skelly (1963:626-627), Ajinomoto memublikasikan data yang


menyatakan rendemen atau yield DL-asam glutamat dari akrilonitril sebesar 66%.
1.1.2 Hidrolisis Protein
Proses hidrolisis yaitu proses hidrolisis protein dengan asam sulfat, yang diperoleh dari
kacang-kacangan, jagung atau padi-padian. Bahan baku biji jagung yang sudah digiling
terlebih dahulu terlebih dahulu dimasak dengan menggunakan steam dengan menambah
SO2 untuk dijadikan larutan gluten yang mengandung 70% protein. Selanjutnya dilakukan
pemisahan antara filtrat (gluten) dengan ampas jagung (pati, serat, abu, dan minyak)
menggunakan filter press. Kemudian gluten tersebut dihirolisis pada suhu 110C dan
tekanan 1 atm dengan penambahan H2SO4, sehingga terurai menjadi asam amino.

Reaksi Hidrolisis:

𝐶5 𝐻7 𝑁𝑂3 + 𝐻2 𝑂 → 𝐶5 𝐻9 𝑁𝑂4

𝐶5 𝐻9 𝑁𝑂4 + 𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝐶5 𝐻8 𝑁𝑁𝑎𝑜4 + 𝐻2 𝑂

Hasil dari hidrolisis didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH. Sebelumnya NaOH padat
dilarutkan dengan air pada mixer dan diumpankan menuju neutralizer.

Reaksi penetralan:

𝐻2 𝑆𝑂4 + 2𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 + 2𝐻2 𝑂

Kemudian dilakukan pemisahan filtrat antara filtrat dan endapan Na2SO4 dengan
menggunakan rotary drum vacuum filter pertama. Filtrat hasil penyaringan dipekatkan
dalam evaporator triple effect forward feed yang dilengkapi dengan barometric condensor.

Kemudian produk yang telah dipekatkan, diumpankan menuju Kristalizer untuk


mengkristalkan asam glutamat, leusin dan tyrosin. Setelah asam glutamat, leusin dan
tyrosin dikristalkan ditambahkan HCl sebanyak 30% berat untuk menetralkan larutan yang
mengandung sodium hidroksida.

Reaksi :

𝑁𝑎𝑂𝐻 + 𝐻𝐶𝑙 → 𝑁𝑎𝐶𝑙 + 𝐻2 𝑂

Produk akan dipisahkan dengan centrifuge, sehingga padatan asam glutamat dengan liquor
yang berupa air dan NaCl akan terpisah. Padatan asam glutamat yang masih mengandung
sedikit air dikeringkan dengan menggunakan rotary dryer untuk mendapatkan produk
asam glutamat kering (Faith Keyes, 1961).
Raw material availability Commented [GX1]: Kasih penjelasan juga, jangan cuma
statistika

Gambar … Proyeksi Harga Jagung Dunia Tahun 2022-2024 (World Bank, 2022).

Di Indonesia jagung menempati posisi komoditi tanaman pangan utama setelah beras. Data
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mencatat produksi jagung di Indonesia pada tahun
2021 sebesar 23,04 juta ton (Tabel 6). Produksi jagung tahun 2021 meningkat 30,60%
dibanding tahun 2011 sebesar 17,64 juta ton. Data produksi jagung tersebut dihitung
berdasarkan kadar air (KA) panen sawah sebesar ±27%. Produksi jagung terbesar tahun
2021 berasal dari Pulau Jawa yaitu 10,36 juta ton. Produksi ini meningkat 9,39% dibanding
tahun 2011 sebesar 9,47 juta ton. Sumber produksi jagung lainnya adalah Pulau Sumatera
5,60 juta ton (24,30%), Pulau Sulawesi 3,60 juta ton (17,18%) dan Pulau Kalimantan
554,70 ribu ton (2,41%). Sedangkan pulau lainnya menghasilkan produksi 2,57 juta ton
atau sekitar 9,57% dari total produksi jagung nasional.

Meski Pulau Jawa masih menjadi sentra utama produksi jagung nasional, namun kontribusi
relatif Pulau Jawa terhadap produksi jagung nasional mengalami penurunan dari 53,66%
menjadi 44,94%. Hal ini karena peningkatan produksi di Pulau Jawa hanya 9%, sedangkan
produksi di wilayah luar Pulau Jawa meningkat secara signifikan. Produksi jagung di pulau
yang tidak ada pabrik pakan meningkat 134,93% sehingga kontribusi relatifnya meningkat
dari 6,21% menjadi 11,17% selama rentang 10 tahun terakhir.
Tabel xxx Produksi Jagung Indonesia Tahun 2011 dan 2021 (BPS, 2022).

Dari 87 pabrik pakan yang ada, sebanyak 63 pabrik pakan (72,41%) berada di Pulau Jawa.
Jika dibandingkan pola distribusi produksi jagung dengan pola distribusi pabrik pakan,
maka pada tahun 2021 akan terdapat sekitar 6,13 juta ton produksi jagung yang dihasilkan
dari wilayah yang tidak terdapat pabrik pakan. Jumlah ini setara dengan 26,62% dari total
produksi jagung nasional. Mengingat bahwa pengguna jagung domestik terbesar adalah
untuk kebutuhan pakan (72,49%) dengan penggunaan untuk industri pakan sebesar
45,36% dan peternak mandiri sebesar 27,13% maka pergeseran sentra produksi jagung
akan membutuhkan dukungan sistem logistik untuk mengalirkan jagung dari sentra
produksi jagung yang tidak terdapat pabrik pakan ke sentra pabrik pakan yang dominan
berada di Pulau Jawa dan Sumatera.

Salah satu persoalan mendasar dalam sistem produksi jagung nasional adalah pola panen
yang tidak merata sepanjang tahun. Sebagaimana data yang tersaji pada Gambar 4, secara
nasional puncak produksi jagung tahun 2021 terjadi di triwulan 1 (38,94% dari total
produksi setahun) dan semakin mengecil di triwulan 4 sebesar 16,47% dari total produksi
setahun. Pola produksi tahun 2020 juga sama seperti pola produksi tahun 2021, dimana
produksi puncak terjadi di awal tahun. Perbedaan yang terjadi pada tahun 2020 adalah
produksi puncak terbagi antara triwulan 1 (30,12%) dan triwulan 2 (27,35%). Pola panen
yang tidak merata ini berpotensi menimbulkan gejolak harga jagung pada akhir tahun.
Untuk mengantisipasi hal ini diperlukan dukungan sistem logistik untuk menyimpan
jagung di masa puncak panen dan mendistribusikannya di saat panen menurun.

Energy consumption (dH, T, P)

Pemilihan proses meninjau dari energi Gibbs (𝑮𝒐 )


𝐺 𝑜 proses hidrolisis pada suhu standar (25oC)
Berdasarkan data dari Perry’s Chemical Engineering Handbook diperoleh 𝐺 𝑜 pada 25oC:

𝐶5 𝐻7 𝑁𝑂3 + 𝐻2 𝑂 → 𝐶5 𝐻9 𝑁𝑂4 Rx 1
𝐶5 𝐻9 𝑁𝑂4 + 𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝐶5 𝐻8 𝑁𝑁𝑎𝑂4 + 𝐻2 𝑂
Rx 2

𝐺 𝑜 (25𝑜 𝐶) = 𝐺 𝑜 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − 𝐺 𝑜 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛


𝐺 𝑜 𝑟𝑥 1 = 𝐺 𝑜 𝐶5 𝐻9 𝑁𝑂4 − (𝐺 𝑜 𝐶5 𝐻7 𝑁𝑂3 + 𝐺 𝑜 𝐻2 𝑂)
= 160,1 − (−113,9 − 237,129)
𝑘𝑗
= 511,129
𝑘𝑚𝑜𝑙

𝐺 𝑜 𝑟𝑥 2 = 𝐺 𝑜 𝐶5 𝐻8 𝑁𝑁𝑎𝑂4 + 𝐺 𝑜 𝐻2 𝑂 − (𝐺 𝑜 𝐶5 𝐻9 𝑁𝑂4 + 𝐺 𝑜 𝑁𝑎𝑂𝐻)


= 183,7 + (−237,129) − (−113,9 + (−419,15)
𝑘𝑗
= 479,6
𝑘𝑚𝑜𝑙

𝐺 𝑜 = 𝐺 𝑜 𝑟𝑥 1 + 𝐺 𝑜 𝑟𝑥 2
= 511,129 + 479,6
𝑘𝑗
= 990,75
𝑘𝑚𝑜𝑙
Commented [GX2]: Bikin bentuk deskriptif aja spt yang
gua buat di atas, reaksi2 juga dibikin pake anotasi word,
jangan tempel2
Proses Bahan Baku Kondisi Operasi Yield (%) Konversi
o
Hidrolisis Gluten jagung T=150 C, pH=3,2 15-25 Rx-1: 25%
dan Rx-2: 80%
Fermentasi Molases T=30oC, pH=7-8 86 Rx-1: 81,7%
dan Rx-2: 80%
Sintesis Acrylonitrile

Availability of suitable catalyst (location) Commented [GX3]: lokasi?


Commented [MP4R3]: Ya indo lah, kan e-commerce
Penggunaan enzim protease bagi industri pangan cenderung meningkat, sementara tokped

ketersediaannya belum mencukupi kebutuhan, oleh karena itu perlu dicari sumber enzim Commented [GX5R3]: E-commerce ada sedia kuantitas
per ton? Soalnya kalo pabrik kan beli bukan per gram ato
protease yang lain. Salah satu bahan yang potensial di Indonesia sebagai sumber enzim per kilo ya. Harga urusan belakangan, yang penting lokasi,
itu ada lu mention Bogor udah bagus, tapi kalo bisa cari yang
protease adalah tanaman biduri (Calotropis gigantea). Biduri merupakan tumbuhan semak ketersediaannya per ton.

liar tropis, tumbuh pada lahan kering dan areal sekitar pantai. Tanaman tersebut hingga
saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk harga enzim protease yang tersedia di
e-commerce (produsen dari Bogor) berharga Rp2.200.000-Rp2.500.000/500 g. Alternatif
lainnya menggunakan asam sulfat 98% dengan harga Rp20.000.000/ton (Kab. Indramayu)
yang tersedia banyak di Indonesia. Commented [GX6]: Provide source

Potential of producing waste (regulation)

Limbah yang dihasilkan berupa asam-asam amino. Limbah produksi dari proses produksi
asam glutamat menggunakan rute hidrolisis protein dapat bervariasi tergantung pada
berbagai faktor, seperti metode produksi yang digunakan, sumber protein yang digunakan,
dan efisiensi langkah-langkah pemurnian dan pemrosesan selanjutnya. Beberapa potensi
limbah produksi yang dapat muncul dalam proses ini meliputi:

1. Limbah cair
Limbah cair dari proses hidrolisis protein dalam produksi asam glutamat terdiri dari
larutan protein yang tidak terhidrolisis, garam, dan pelarut. Limbah cair ini dapat
mengandung bakteri dan mikroorganisme berbahaya yang dapat mencemari
lingkungan. Bakteri dan mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan.
2. Limbah padat
Limbah padat dari proses hidrolisis protein dalam produksi asam glutamat terdiri
dari ampas protein yang tidak terhidrolisis. Ampas protein ini dapat mengandung
bahan berbahaya, seperti logam berat dan pestisida. Logam berat dan pestisida ini
dapat terakumulasi di lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia dan
hewan.

3. Limbah gas
Limbah gas dari proses hidrolisis protein dalam produksi asam glutamat terdiri dari
gas karbon dioksida, amonia, dan sulfur dioksida. Gas-gas ini dapat menyebabkan
polusi udara. Karbon dioksida dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim,
sedangkan amonia dan sulfur dioksida dapat menyebabkan iritasi mata, hidung,
dan tenggorokan.

Pengelolaan limbah dalam produksi asam glutamat dari hidrolisis protein harus mematuhi
peraturan lingkungan yang berlaku dan praktik-praktik berkelanjutan. Penerapan teknik Commented [GX7]: Peraturannya apa tolong di-mention
juga di sini
pemisahan dan pemurnian yang efisien dapat membantu mengurangi limbah dan
meningkatkan hasil produksi asam glutamat. Upaya untuk mendaur ulang dan
menggunakan kembali komponen tertentu juga dapat meningkatkan keberlanjutan proses
ini. Berikut ini adalah peraturan terkait limbah pada proses produksi.

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Selain secara khusus mengatur limbah berbahaya dan beracun (B3), peraturan ini juga
mengatur prinsip dan persyaratan yang berlaku untuk pengelolaan limbah pemurnian
yang dapat termasuk dalam kategori limbah B3. Bagian dari limbah yang dihasilkan
dalam kultur mikrob pun dapat dianggap sebagai limbah B3. Limbah substrat protein
tersebut dianggap berbahaya atau beracun, maka peraturan ini berlaku.

2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nomor P.68 Tahun 2016
tentang Pengelolaan Limbah Bahan dan Limbah Berbahaya serta Limbah Beracun
Peraturan ini lebih khusus mengatur pengelolaan limbah B3, tetapi beberapa
ketentuannya juga dapat berlaku untuk limbah pemurnian. Peraturan ini merinci
persyaratan pengelolaan limbah B3, dan beberapa ketentuannya juga dapat berlaku
untuk limbah media pertumbuhan mikrob.

Economic potential Commented [GX8]: Elaborate more, jelasin tabelnya

Senyawa Berat Molekul (kg/kmol) Harga (Rp/kg) per


Agustus 2023
C5H7NO3 0,12913 2.500
H2SO4 0,09809 20.000
NaOH 0,04 7.500
C5H8NNaO4 0,16913 15.000

Proses hidrolisis dengan basis 100 kmol:

𝐶5 𝐻7 𝑁𝑂3 + 𝐻2 𝑂 → 𝐶5 𝐻9 𝑁𝑂4 RX-1


konversi 25%
Mol 100 100
Reaksi 25 25 25
Sisa 75 75 25

𝐶5 𝐻9 𝑁𝑂4 + 𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝐶5 𝐻8 𝑁𝑁𝑎𝑂4 + 𝐻2 𝑂 RX-2


konversi 80%
Mol 25 25
Reaksi 20 20 20 20
Sisa 5 5 20 20

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶5 𝐻7 𝑁𝑂3 = 𝑚𝑜𝑙 𝐶5 𝐻7 𝑁𝑂3 × 𝑀𝑟 𝐶5 𝐻7 𝑁𝑂3


𝑘𝑔
= 100 × 129
𝑚𝑜𝑙

= 12.900 𝑘𝑔

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐶5 𝐻7 𝑁𝑂3 = 𝑅𝑝2.500/𝑘𝑔


= 𝑅𝑝2.500/𝑘𝑔 × 12.900 𝑘𝑔
= 𝑅𝑝32.250.000

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑀𝑟 𝑁𝑎𝑂𝐻


𝑘𝑔
= 25 × 40
𝑚𝑜𝑙
= 1000 𝑘𝑔

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑅𝑝7.500/𝑘𝑔


= 𝑅𝑝7.500/𝑘𝑔 × 1.000 𝑘𝑔
= 𝑅𝑝7.500.000

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶5 𝐻8 𝑁𝑁𝑎𝑂4 = 𝑚𝑜𝑙 𝐶5 𝐻8 𝑁𝑁𝑎𝑂4 × 𝑀𝑟 𝐶5 𝐻8 𝑁𝑁𝑎𝑂4


𝑘𝑔
= 20 × 169
𝑚𝑜𝑙

= 3.380 𝑘𝑔

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐶5 𝐻8 𝑁𝑁𝑎𝑂4 = 𝑅𝑝15.000/𝑘𝑔


= 𝑅𝑝15.000/𝑘𝑔 × 3.380 𝑘𝑔

= 𝑅𝑝50.700.000

𝐾𝑒𝑖𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢

= ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐶5 𝐻8 𝑁𝑁𝑎𝑂4 − (ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐶5 𝐻7 𝑁𝑂3 + ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻)


= 𝑅𝑝50.700.000 − (𝑅𝑝32.350.00 − 𝑅𝑝7.500.000)

= 𝑅𝑝10.950.000 Commented [GX9]: Ini dari mana?

Equilibrium conversion

Equilibrium conversion dari rute reaksi hidrolisis protein dalam produksi asam glutamat
adalah sekitar 80%. Hal ini berarti bahwa dalam kondisi kesetimbangan, 80% dari protein
yang dihidrolisis akan terurai menjadi asam glutamat, sedangkan 20% sisanya akan tetap
berupa protein yang tidak terhidrolisis.
1.1.3 Fermentasi Bakteri
Asam glutamat adalah asam amino yang paling komersial banyak dibutuhkan oleh dunia
usaha untuk menghasilkan MSG. Produksi MSG hanya dihasilkan melalui teknik
fermentasi. Banyak bakteri yang digunakan untuk menghasilkan asam glutamat misalnya
Micrococcus sp., Corynebacterium sp., Brevibacterium sp., dan Micobacterium sp. (Agus,
2011).

Sintesis asam glutamat dari fermentasi bakteri melibatkan pemilihan mikroorganisme,


persiapan media fermentasi dengan sumber karbon dan nitrogen, inokulasi
mikroorganisme, fermentasi, pemisahan hasil fermentasi, dan pemurnian untuk
menghasilkan asam glutamat yang dimurnikan. Berikut reaksi pembentukan asam
glutamat dari molase (sukrosa):

𝐶12 𝐻22 𝑂11 + 3𝑂2 + 2𝑁𝐻3 → 2𝐶5 𝐻9 𝑂4 𝑁 + 2𝐶𝑂2 + 5𝐻2 𝑂

Raw material availability

Material yang dibutuhkan dalam sintesis kimia asam glutamat meliputi molase sebagai
sumber karbon, sumber nitrogen (amonium nitrat, amonia, atau urea), oksigen, agen
pengontrol pH (HCl dan NaOH), mineral (sebagai kofaktor enzim), dan inokulum
(Corynebacterium glutamicum) (Sano, 2009).

Molase pada awalnya merupakan istilah yang digunakan untuk berbagai produk samping
yang berasal dari tanaman dengan kandungan gula yang tinggi, berbentuk cairan kental
serta berwarna coklat gelap. Akan tetapi istilah tersebut saat ini lebih banyak digunakan
sebagai produk samping dari tanaman tebu atau bit Cane molasses merupakan produk
sampingan dari proses produksi gula tebu (Saccharum officinarum) yang kandungan
utamanya adalah koloid, pigmen alami, gula (sukrosa, glukosa, dan fruktosa) dan garam
anorganik (K+ dan SO42) (Luo dkk, 2019). Tetes tebu bisa didapatkan dari hasil
pemisahan kristal gula yang berupa cairan kental berwarna coklat. Tetes tebu juga
memiliki kadar pH sekitar 5,5-6,5 (Juwita, 2012).

Tetes tebu digunakan karena mengandung gula yang cukup tinggi mencapai 34-54%,
sehingga dapat digunakan sebagai media fermentasi. Selain mengandung gula, tetes tebu
juga mengandung komponen lain seperti asam amino dan mineral yang berfungsi untuk
pertumbuhan bakteri. Salah satu komponen penting dalam tetes tebu adalah biotin atau
vitamin B7 (Hartina, 2014).
Menurut laporan Outlook Komoditas Tebu Tahun 2022 dari Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian (2022), Sejak tahun 1980, Indonesia telah melakukan ekspor molase
ke beberapa negara. Rata-rata volume ekspor molase Indonesia selama 10 tahun terakhir
(2012-2021) mencapai 553,13 ribu ton atau setara US$ 72,12 juta dan menunjukan
cenderung naik dengan rata-rata sebesar 10,40% per tahun. Ekspor molases pada tahun
2021 mencapai 571,62 ribu ton atau setara dengan US$ 96,89 juta. Commented [GX10]: Sumber?
Commented [AA11R10]: Sumber paragraf 1 & 4 waktu
itu belum ketulis, perlu gw cari lagi soalnya edge gw kereset

Sementara itu, berdasarkan Selina Wamucii (2023) harga molase di Indonesia per Commented [GX12]: Catatan perut dibuat yang bener,
Nama belakang (tahun:halaman)
September 2023 berada di harga sekitar US$1,05 and US$1,75 atau setara Rp16.700
hingga Rp27.800 per kilogramnya.

Energy consumption (dH, T, P) Commented [GX13]: Perhitungan energinya sama


tekanan operasinya? Tekanan operasi boleh dicek dulu
apakah bisa diasumsikan setara dengan tekanan ruang
Sintesis asam glutamat secara fermentasi dari molase (sukrosa) dapat direpresentasikan karena mempergunakan biokatalis berupa mikroorganisme
atau enggak.
dengan persamaan reaksi berikut.
Commented [GX14R13]: OK good, energi (entalpi) solved
ini
𝐶12 𝐻22 𝑂11 + 3𝑂2 + 2𝑁𝐻3 → 2𝐶5 𝐻9 𝑂4 𝑁 + 2𝐶𝑂2 + 5𝐻2 𝑂

Konsumsi energi dapat ditentukan dengan meninjau perubahan entalpi pembentukan


standar dari masing-masing spesies yang terlibat sebagai reaktan dan produk, dengan
mengecualikan produk antara. Adapun reaktan yang terlibat dalam sistem adalah satu mol
sukrosa, tiga mol oksigen, dan dua mol amonia. Sedangkan produk yang dihasilkan
meliputi dua mol asam glutamat, karbon dioksida, dan lima mol air.

Berikut adalah perhitungan total perubahan entalpi pada reaksi sintesis L-asam glutamat
secara fermentasi dari molase menurut data perubahan entalpi pembentukan standar yang
diperoleh dari beberapa sumber. Perhitungan dilakukan menggunakan perangkat lunak
Microsoft Excel.
Senyawa Entalpi Reaktan Produk Total
C12H22O11 -5947 1 0 5947.00
O2 0 3 0 0.00
NH3 -45.9 2 0 91.80
C5H9O4N -2250.47 0 2 -4500.94
CO2 -393.5 0 2 -787.00
H2 O -241.818 0 5 -1209.09
Total -458.23

Hasil akhir perhitungan adalah -458,23 kJ. Ini menunjukkan bahwa selama proses
fermentasi untuk menghasilkan asam glutamat, energi sekitar -458,23 kJ dilepaskan.
Angka negatif menunjukkan bahwa reaksi ini melepaskan energi, yang merupakan
karakteristik reaksi eksotermik.

Menurut Chairi (2013), kondisi operasi pada reaksi ini berlangsung selama proses
fermentasi dengan kondisi yang dijaga pada suhu 31,5-37°C dan pH 7-8. Lalu, pH-nya
diturunkan menjadi 3,2 sebelum proses pemisahan dan kristalisasi. Selain itu, Sebagian
besar strain Corynebacterium glutamicum yang digunakan dalam produksi asam glutamat
ini telah diisolasi dan dikembangkan untuk pertumbuhan dan produktivitas yang optimal
dalam kondisi operasi tersebut.

Availability of suitable catalyst (location)

Sintesis MSG dengan metode bioproses menggunakan enzim yang terdapat di dalam
mikrob sebagai katalis, berupa Corynebacterium glutamicum. C. glutamicum ini
merupakan bakteri gram positif yang digunakan dalam industri fermentasi sintesis asam
amino. Dalam kasus ini, asam amino yang diproduksi merupakan L-asam glutamat (Lin,
K, 2022).

Saat ini kultur C. glutamicum sudah tersedia di berbagai negara, misalnya Jerman, Jepang,
dan Korea Selatan. Salah satu Bank Kultur di Jerman yaitu Deutsche Sammlung von
Mikroorganismen und Zellkulturen (DSMZ) memiliki koleksi berbagai strain kultur dan
mendistribusikannya kepada peneliti dan produsen di seluruh dunia. Commented [GX15]: Sumber
Commented [GX16R15]: Kalau ada mengutip selain dari
Potential of producing waste (regulation) DSMZ tolong disertakan
Commented [AA17R15]: Ini juga perlu cari ulang, belum
Menurut Khairina (2022), limbah yang dihasilkan selama proses sintesis asam L-glutamat ketulis

dari fermentasi dapat mencakup beberapa jenis limbah, antara lain:


1. Limbah air proses, merupakan air yang digunakan pada proses fermentasi yang
mengandung produk fermentasi, produk samping seperti asam organik, dan nutrien
yang tidak terkonsumsi.
2. Limbah biomassa, setelah proses fermentasi selesai, biomassa tidak dapat
digunakan lagi sehingga perlu dilakukan pemusnahan atau penggunaan kembali di
aplikasi lain.

Regulasi yang mengatur limbah yang dihasilkan tersebut sebagai berikut:


1. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Undang-undang ini mencakup berbagai aspek perlindungan
lingkungan hidup, termasuk pengelolaan limbah.
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2018
tentang Pedoman Pengendalian Pencemaran Air dan Pengelolaan Limbah Cair. Commented [GX18]: Sumbernya dari mana, selain yang
PP, UU, sama PermenLHK.
Economic potential

Daftar harga bahan baku dan produk yang digunakan pada rute reaksi fermentasi disajikan
pada Tabel …

Massa Molar Harga


No. Material
(g/mol) (US$/ton)
1 Molase 201,22 179
2 Oksigen 16 90
3 Amonia 17,031 280
4 Asam glutamat 147,13 1790

Berdasarkan harga material pada Tabel X, diperoleh potensi ekonomi dari rute
pembentukan asam glutamat dari metode fermentasi sebagai berikut:

𝐸𝑃 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

𝐸𝑃 = [𝑚𝑜𝑙𝐶5 𝐻9 𝑂4 𝑁 × 𝑀𝑟𝐶5 𝐻9 𝑂4𝑁 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝐶5 𝐻9 𝑂4 𝑁 ]


− [(𝑚𝑜𝑙𝐶12 𝐻22 𝑂11 × 𝑀𝑟𝐶12 𝐻22 𝑂11 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝐶12 𝐻22 𝑂11 )
+ (𝑚𝑜𝑙𝑂2 × 𝑀𝑟𝑂2 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑂2 )
+ (𝑚𝑜𝑙𝑁𝐻3 × 𝑀𝑟𝑁𝐻3 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑁𝐻3 )]

𝐸𝑃 = 526.725,4 − [(36.018,38) + (4320) + (9.537,36)]


𝐸𝑃 = 476.850 $. 𝑘𝑚𝑜𝑙 −1

Maka, diperoleh potensi ekonomi pembentukan asam glutamat berdasarkan metode


fermentasi sebesar 476.850 $. 𝑘𝑚𝑜𝑙 −1 produk asam glutamat (𝐶5 𝐻9 𝑂4 𝑁).

Equilibrium conversion

Dari metode fermentasi ini, dapat diperoleh konsentrasi asam glutamat hingga 100 g/L
(10 metrik ton per 200.000 liter fermentor) dan yield yang mencapai 60% (Ault, 2004).

1.2 Penentuan dengan Metode AHP


Pemilihan rute reaksi sintesis asam glutamat dilakukan berdasarkan pertimbangan dari
beberapa faktor, diantaranya: ketersediaan bahan baku, konsumsi energi, ketersediaan katalis,
potensi produksi limbah, potensi ekonomi, dan konversi kesetimbangan. Konsep Analytical
Hierarchy Process (AHP) akan digunakan untuk menentukan rute reaksi yang terbaik seperti
yang ditunjukkan pada Tabel X.

Intensitas Definisi Deskripsi


Dua elemen memberikan kontribusi yang
1 Equal importance
sama

2 Equally to moderately

Secara pengalaman salah satu faktor sedikit


3 Moderate importance
lebih berpengaruh dari yang lainnya

4 Moderatly to strong

Secara pengalaman salah satu faktor cukup


5 Strong importance
berpengaruh dari yang lainnya

6 Strongly to very strong

Secara pengalaman salah satu faktor jauh


7 Very strong importance
lebih berpengaruh dari yang lainnya

8 Very strong to extremely

Salah satu aktivitas memberikan faktor dengan


9 Extreme importance
pengaruh sangat signifikan
Berdasarkan nilai skala tersebut, dilakukan pembobotan pada setiap faktor yang ditunjukkan
pada Tabel X berikut.

Bobot
A B C D E F
(%)
A 1 2 5/8 3 3 1/3 4 2/9 22,6
B 3/8 1 3 4 2/9 1/5 1/3 12,1
C 1/3 1/3 1 1 4/9 1/5 3/5 6,3
D 1/3 1/4 2/3 1 1/3 1 4/9 7,5
E 3 5 5 3 1 5 40,4
F 1/4 3 1 5/7 2/3 1/5 1 11,1
Keterangan: A = Ketersediaan bahan baku, B = Konsumsi energi, C = Ketersediaan katalis,
D = Potensi produksilimbah, E = Potensi ekonomi, F = Konversi kesetimbangan

Setelah dilakukan pembobotan pada Tabel X, diperoleh urutan prioritas faktor pemilihan rute
reaksi sintesis sebagai berikut.

1. Potensi ekonomi (40,4%)


2. Ketersediaan bahan baku (22,6%)
3. Konsumsi energi (12,1%)
4. Konversi kesetimbangan (11,1%)
5. Potensi produksi limbah (7,5%)
6. Ketersediaan katalis (6,3%)
Kemudian, penilaian untuk ketiga rute reaksi sintesis asam glutamat dilakukan dengan
mengggunakan skala 1-10 berdasarkan faktor yang telah ditentukan. Hasil penilaian tersebut
ditunjukkan pada Tabel X berikut.

Nilai Nilai Bobot


No. Kriteria Bobot Sintesis Sintesis
Hidrolisis Fermentasi Hidrolisis Fermentasi
Kimia Kimia
1 Economic Potential 40.4% 8 4 4 3.23 1.62 1.62
2 Availability of Raw Material 22.6% 6 7 8 1.36 1.58 1.81
3 Energy Consumption 12.1% 7 5 6 0.85 0.61 0.73
4 Equilibrium Conversion 11.1% 7 8 6 0.78 0.89 0.67
5 Potential of Producing Waste 7.5% 6 4 7 0.45 0.30 0.53
6 Availability of Suitable Catalyst 6.3% 4 7 8 0.25 0.44 0.50
6.91 5.43 5.85

Berdasarkan AHP yang telah dilakukan, diketahui bahwa produksi asam glutamat melalui
sintesis kimia memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan fermentasi. Sehingga rute reaksi
yang dipilih untuk produksi asam glutamat adalah rute sintesis kimia dari akrilonitril.
BAB II
Pemilihan Reaktor

2.1 Pemilihan Jenis Reaktor

2.2 Kondisi Operasi Reaktor


Sintesis asam glutamat dari akrilonitril

𝑑𝑖𝑘𝑜𝑏𝑎𝑙𝑡
𝑜𝑘𝑡𝑎𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛𝑖𝑙
𝐶3 𝐻3 𝑁 + 𝐶𝑂 + 𝐻2 → 𝐶4 𝐻5 𝑁𝑂

𝑁𝐻3 , 𝐻𝐶𝑁
𝐶4 𝐻5 𝑁𝑂 → 𝐶5 𝐻7 𝑁3 + 𝐻2 𝑂
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑡𝑒
𝐻𝐶𝑙, 3 𝐻2 𝑂, 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝐶5 𝐻7 𝑁3 → 𝐶5 𝐻9 𝑁𝑂4 + 2𝑁𝐻3 + 𝑁𝑎+ + 𝐶𝑙 −

Spesies Fasa ΔfH ⦵ (kJ/mol) Reaktan Produk Total


C3H3N (2) aq 188.000 1 0 -188.000
(1)
CO g -110.525 1 0 110.525
(1)
H2 g 0.000 1 0 0.000
(1)
NH3 g -46.110 1 2 -46.110
(3) g 137.000 1 0 -137.000
HCN
(1) aq -167.159 1 0 167.159
HCl
(1) aq -470.114 1 0 470.114
NaOH
(1)
H2O l -241.818 3 1 483.636
+ (1)
Na aq -240.120 0 1 -240.120
- (1)
Cl aq -167.159 0 1 -167.159
(4)
C5H9NO4 s -2250.470 0 1 -2250.470
Total -1797.425

massa molekul
Spesies Harga (US$/ton) Sumber koefisien basis produksi Glu (ton) massa terlibat (kg) harga total (US$)
relatif (g/mol)
C3H3N 1230.00 ECHEMI -1 53.06 360.63 -443.58
CO 200.00 NREL -1 28.01 190.38 -38.08
H2 361.10 ChemAnalyst -1 2.02 13.73 -4.96
NH3 556.94 ECHEMI -1 17.03 115.75 -64.46
HCN 325.00 Thunder Said Energy -1 27.03 183.72 -59.71
HCl 172.00 ChemAnalyst -1 36.46 247.81 -42.62
NaOH 600.00 ECHEMI -1 40 271.87 -163.12
H2O 0.58 Tempo.co -3 18.02 122.48 -0.21
+
Na 0.00 - 0 22.99 156.26 0.00
- 0.00 - 0 35.45 240.94 0.00
Cl
C5H9NO4 1790.00 IndexBox 1 147.13 1 1000.00 1790.00
Total 973.26
BAB III
Simulasi

3.1 Pemilihan Reaktor … Commented [AA19]: Isotermik dan Adiabatik


(lupa ini antara dipilih atau emang dicari dua-duanya)
Lorem

3.2 Hasil Konversi dan Dimensi Reaktor


Lorem
BAB IV
Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Lorem

4.2 Saran
Lorem
BAB V
Daftar Pustaka

https://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74190/laporanAkhir_C34110055_.pd
f;jsessionid=240EF3DF8CE1127157B6C226B03C57A6?sequence=1

Agus, K. 2011. Efek hasil olahan asam glutamat dari Corynebacterium glutamicum menjadi
MSG (Monosodium Glutamat) bagi kehidupan.

Ault, A. (2004). The Monosodium Glutamate Story: The Commercial Production of MSG and
Other Amino Acids. Journal of Chemical Education, 81(3), 347.
https://doi.org/10.1021/ed081p347

Chairi, H., dkk. (2013). Teknologi Fermentasi Asam Glutamat Skala Industri dan Review
Singkat Atas Isu Kesehatan Terkait.

ChemAnalyst. (n.d.). Hydrochloric Acid Pricing Data. https://www.chemanalyst.com/Pricing-


data/hydrochloric-acid-61

ChemAnalyst. (n.d.). Hydrogen Pricing Data. https://www.chemanalyst.com/Pricing-


data/hydrogen-1165

Echemi. (n.d.). Acrylonitrile. https://www.echemi.com/pip/acrylonitrile-pid_Seven2451.html

Echemi. (n.d.). Ammonia Weekly Price List. https://www.echemi.com/weekly-price-


list.html?keywords=ammonia

Echemi. (n.d.). Caustic Soda Pearls International Trends.


https://www.echemi.com/pcms/international-trends/caustic-soda-pearls-
pd20150901041.html

Hartina, F. Jannah, A. dan Maunatin, A. 2014. Fermentasi Tetes Tebu Dari Pabrik Gula Pagotan
Madiun Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae untuk Menghasilkan Bioetanol
Dengan Variasi pH dan Lama Fermentasi. Jurnal ALCHEMY, Vol. 3 No.1 Maret 2014.
https://doi.org/10.18860/al.v0i0.2907

Huffman, C. W., & Skelly, W. G. (1963). Glutamic acid: Chemical syntheses and resolutions.
Chemical Reviews, 63(6), 625–644. https://doi.org/10.1021/cr60226a004
IndexBox. (2023). Japan Glutamic Acid Price in February 2023.
https://www.indexbox.io/blog/japan-glutamic-acid-price-in-february-2023/

Joniansyah. (2011, 7 Desember). Tangerang Naikkan Tarif Air untuk Industri sebesar 20
Persen. Metro Tempo. https://metro.tempo.co/read/370303/tangerang-naikkan-tarif-
air-untuk-industri-sebesar-20-persen

Juwita, Ratna. (2012). Studi Produksi Alkohol dari Tetes Tebu (Saccharum officinarum L.)
Selama Proses Fermentasi. Fakultas Teknologi Pertanian, 8

Khairina, P. (2022). Pra-Rancangan Pabrik Monosodium Glutamate (MSG) Kapasitas 20.000


ton/tahun dengan Metode Fermentasi oleh C. glutamicum di Kabupaten Malang.

Lin, K., Han, S. & Zheng, S. (2022). Application of Corynebacterium glutamicum engineering
display system in three generations of biorefinery. Microb Cell Fact.
https://doi.org/10.1186/s12934-022-01741-4

National Renewable Energy Laboratory. (n.d.). Electrochemical Conversion Pathway.


https://www.nrel.gov/bioenergy/co2-utilization-economics/electrochemical-
conversion-pathway.html

Oki, N. (2020, 5 Agustus). Japan's Asahi Kasei Forecasts Petchem Demand Recovery. Argus
Media. https://www.argusmedia.com/en/news/2129602-japans-asahi-kasei-forecasts-
petchem-demand-recovery

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. (2022). Outlook Komoditas Tebu Tahun 2022.
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Jakarta.

Sano, C. (2009). History of Glutamate Production. The American Journal of Clinical Nutrition,
90(3). https://doi.org/10.3945/ajcn.2009.27462f

Selina Wamuci. (2023). Indonesia Molasses Prices. Diakses pada 14 September 2023 dari
https://www.selinawamucii.com/insights/prices/indonesia/molasses/

Sari, Y. W., Alting, A. C., Floris, R., Sanders, J. P. M., & Bruins, M. E. (2014). Glutamic acid
production from wheat by-products using enzymatic and acid hydrolysis. Biomass and
Bioenergy, 67, 451–459. https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2014.05.018

TCI Chemicals. (n.d.). Dicobalt Octacarbonyl 10210-68-1. TCI Chemicals.


https://www.tcichemicals.com/BE/en/p/D3213
Thunder Said Energy. (n.d.). Cyanide Production: The Economics?
https://thundersaidenergy.com/downloads/cyanide-production-the-
economics/#:~:text=Cyanide%20production%3A%20the%20economics%3F,ton%20r
espectively%2C%20in%20normal%20times

Li, Y., Xu, Y., & Zhang, Y. (2018). Wastewater treatment methods in glutamic acid production:
A review. Bioresource Technology, 257, 107-118.

Sheng, Y., Li, L., & Wang, Y. (2016). Wastewater management in glutamic acid production: A
review. Journal of Environmental Management, 181, 241-251.

Zhao, Y., Wang, Y., & Li, L. (2015). Wastewater treatment from glutamic acid production: A
review. Journal of Hazardous Materials, 299, 1-12.

Yuli Witono, dkk. (2022). Pemanfaatan enzim protease dari tanaman biduri (Calotropis
gigantea) untuk produksi hidrolisat protein kedelai. Jurnal Teknologi Industri
Pertanian, 27(2), 194-202.

Ferliana, dkk. (2021). Isolasi dan karakterisasi enzim protease dari bakteri Bacillus subtilis.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 22(3), 354-362.

Amelia, dkk. (2020). Produksi enzim protease dari jamur Aspergillus niger menggunakan
limbah cair industri tahu. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 25(1), 1-12.

Anda mungkin juga menyukai