Anda di halaman 1dari 13

Makalah ini di Presentasikan Untuk Memenuhi Tugas

Pada Mata Kuliah Tafsir Pendidikan


Dosen Pembimbing :
Khodijah, S.Pd.I., M.A.

Disusun Oleh :
Muhammad Maulana Nur Subhan (231012100003)
Muhamad Khoirul Fauzri (231012100601)
Syahrizal Maulana Irsyad (231012100021)

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam


Fakultas Agama Islam
Universitas Pamulang
2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Evaluasi Pendidikan".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Khairul Anam S.Pd.I.,M.Pd
Selaku Dosen Pengampu dan semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Tangerang Selatan, 4 Desember 2023

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................................................
A.LATAR BELAKANG
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................
A.PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN
B.PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN
BAB III
PENUTUP...........................................................................................................................
A.KESIMPULAN
B.SARAN
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam proses pendidikan Islam, tujuan adalah merupakan sasaran idealyang hendak
dicapai. Seperti yang kita ketahui, tujuan dari pendidikannasional adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Agar terwujudnya tujuan pendidikan nasional tersebut, pendidikan diIndonesia telah
berupaya dengan memperhatikan kekhususan tugas pendidikan Islam meletakkan faktor
pengembangan fitrah peserta didik, di mana nilai-nilai agama dijadikan landasan kepribadian
peserta didik yang dibentuk melalui proses itu, maka idealitas Islami yang telah terbentuk dan
menjiwai pribadi peserta tidak akan dapat diketahui oleh pendidik muslim, tanpa melalui
proses evaluasi.
Rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan Islam dalah evaluasi atau penilaian.
Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah
dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkan. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang
telah digariskan dalam tujuan pendidikan Islam maka usaha pendidikan itu dapat dinilai
berhasil tetapi jika sebaliknya, maka ia dinilai gagal. Dari sisi ini dapat dipahami betapa
pentingnya evaluasi dalam proses pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang terdapat didalam makalah ini diantaranya adalah:
1. Apa pengertian Evaluasi pendidikan?
2. Apa isi Asbabun Nuzul,Tafsiran dan Evaluasi pendidikan dalam surat Al Baqarah ayat
155-157?
3. Apa isi Asbabun Nuzul,Tafsiran dan Evaluasi pendidikan dalam surat Al Ankabut ayat
2-3?
4. Apa isi Asbabun Nuzul,Tafsiran dan Evaluasi pendidikan dalam surat An Naml ayat
27?

C. TUJUAN
Adapun tujuan pendidikan dan pembahasan yang terdapat didalam makalah ini
diantaranya adalah:
1. Mengetahui tentang Evaluasi pendidikan
2. Mengetahui tentang penafsiran ayat-ayat tentang Evaluasi pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Evaluasi Pendidikan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia evaluasi berarti penilaian. Penilaian ini
diperoleh melalui perencanaan kegiatan yang terstruktur guna mendapatkan informasi yang
sangat dibutuhkan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sehingga dalam pendidikan
evaluasi adalah suatu proses secara sistematis yang berguna untuk menentukan atau membuat
keputusan yang dapat dijadikan indikator untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan-
tujuan pengajaran yang telah dijalankan.

Evaluasi adalah suatu proses yang dilalui seseorang untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap
tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari
seluruh aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-religius. Hal ini dikarenakan
manusia sebagai hasil pendidikan Islam tidak hanya bersikap religius, melainkan juga
berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan
masyarakatnya.

Evaluasi dalam pendidikan Islam tidak hanya ditekankan kepada hasilyang dicapai
tetapi juga prosesnya, baik menyangkut prosedur dan mekanisme penyelenggaraan,
penyelenggara/ pendidiknya maupun berbagai faktor terkait lainnya. Evaluasi dalam
manajemen pendidikan Islam ini mempunyai dua batasan, pertama; evaluasi tersebut
merupakan proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan dibandingkan dengan
tujuan yang telah ditentukan, kedua; evaluasi yang dimaksud adalah usaha untuk memperoleh
informasi berupa umpan balik (feed back) dari kegiatan yang telah dilakukan. Evaluasi dalam
manajemen pendidikan Islam ini mencakup dua kegiatan, yaitu penilaian dan pengukuran.
Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu, maka dilakukan pengukuran dan wujud dari
pengukuran itu adalah pengujian.
B. Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Evaluasi Pendidikan

 Surah Al-Baqarah ayat 155,156,157

‫ۡق‬ ‫ۡل‬ ‫ۡل‬


‫َو َلـَنۡب ُلَو َّنُك ۡم ِبَش ۡى ٍء ِّم َن ا َخـۡو ِف َو ا ُجـۡو ِع َو َن ٍص ِّم َن اَاۡلۡم َو اِل َو اَاۡلۡن ُفِس َو الَّثَم ٰر ِؕت َو َبِّش ِر‬
‫الّٰص ِبِر ۡي َۙن‬

Artinya: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-
orang yang sabar.(QS. Al-Baqarah(2):155).

‫اَّلِذيَن ِإَذ ا َأَص اَب ْت ُهْم ُمِص يَب ٌة َقاُلوا ِإَّن ا ِهَّلِل َو ِإَّن ا ِإَلْي ِه َر اِجُعوَن‬
Artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.(QS. Al-Baqarah(2):156).

‫ُأوَٰل ِئَك َع َلْي ِه ْم َص َلَو اٌت ِم ْن َر ِّب ِه ْم َو َر ْح َم ٌة ۖ َو ُأوَٰل ِئَك ُه ُم اْلُمْه َت ُد وَن‬
Artinya: Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan
mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. Al-baqarah(2) :157)

 Tafsiran

Tafsir pada ayat 155 dalam Tafsir Jalalain menafsirkan bahwa Allah akan
senantiasa memberikan cobaan kepada muslimin berupa sedikit rasa takut terhadap
musuh, kelaparan atau paceklik, berkurangnya/rusaknya harta, ancaman jiwa seperti
pembunuhan, kematian dan sakit dan cobaan terhadap buah-buahan (bahan makanan).
Sedikit cobaan yang diberikan itu untuk mengetahui apakah kita termasuk Shobirin
(orang yang bersabar) atau tidak. Dan bagi yang mampu bersabar atas bala’ akan
mendapatkan kabar gembira,surga.
Tafsir pada ayat 156 Dalam Tafsir Jalalain disertakan juga keterangan Hadis,
bahwa orang yang ber-istirja’ ketika terjadi musibah akan diganjar oleh Allah dan
diganti dengan hal yang lebih baik. Tafsir Jalalain lebih lanjut memberikan contoh
istirja’ dan musibah, ketika lampu Nabi dipadamkan, Nabi pun spontan membaca
istirja’. Kemudian Aisyah berkomentar ‘ini kan hanya lampu’ dan Nabi pun
membalasnya: kullu maa asa’al mu’minu fahuwa musibah artinya segala bentuk
kesulitan bagi mukmin, itu lah musibah.

Tafsir pada ayat 157 dalam Tafsir Jalalain mereka (shobirin) berhak
mendapatkan pengampunan dan kenikmatan dari Allah, dan mereka adalah orang-
orang yang mendapatkan petunjuk kepada kebenaran. Kata ‘shalawat’ ditafsirkan
dengan maghfiroh, sementara ‘rahmat’ adalah kenikmatan dan ‘al muhtaduun’
ditafsirkan dengan petunjuk kepada kebenaran.
 Point penting
1. Cobaan dalam kehidupan

Ayat 155 menyatakan bahwa Allah akan memberikan cobaan kepada orang-orang
yang beriman dalam berbagai bentuk, seperti rasa takut terhadap musuh, kelaparan,
berkurangnya harta, ancaman terhadap jiwa, termasuk sakit dan cobaan terhadap bahan
makanan. Tujuannya adalah untuk menguji kesabaran mereka dan mengetahui apakah
mereka termasuk orang-orang yang sabar (shobirin).

2. Balasan bagi orang yang bersabar

Ayat 156 menyoroti konsep istirja' (memohon perlindungan dan pertolongan kepada
Allah saat menghadapi musibah). Hadis yang disertakan menunjukkan bahwa orang yang
beristirja' ketika menghadapi musibah akan mendapat ganjaran dari Allah dan digantikan
dengan hal yang lebih baik. Ini mengilustrasikan bahwa dalam pandangan Allah, setiap
kesulitan bagi seorang mukmin adalah musibah yang bisa diatasi dengan sabar dan istirja'.

3. Pengampunan dan kenikmatan bagi orang-orang yang sabar


Ayat 157 menjelaskan bahwa orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan
berhak mendapatkan pengampunan dan kenikmatan dari Allah. Mereka juga
mendapatkan petunjuk kepada kebenaran, yang dapat diinterpretasikan sebagai
perlindungan dan bimbingan dari Allah dalam menjalani kehidupan.

 Kaitan Dengan MPI

Kaitannya dengan pendidikan Islam, pengajaran nilai-nilai seperti


kesabaran, tawakal (pasrah kepada kehendak Allah), dan hubungan spiritual
dengan Allah saat menghadapi kesulitan menjadi bagian penting dalam
membentuk karakter dan sikap mental umat Islam dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari.

 Surah Al-Ankabut ayat 2 dan 3

‫َأَح ِسَب ٱلَّناُس َأن ُيْتَر ُك ٓو ۟ا َأن َيُقوُلٓو ۟ا َء اَم َّنا َو ُهْم اَل ُيْفَتُنوَن‬
Artinya: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami
telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS.Al-Ankabut:2)

‫َو َلَقْد َفَتَّنا ٱَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلِهْم ۖ َفَلَيْع َلَم َّن ٱُهَّلل ٱَّلِذ يَن َص َد ُقو۟ا َو َلَيْع َلَم َّن ٱْلَك ٰـ ِذ ِبيَن‬
Artinya: Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut:3).

 Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul atau latar belakang turunnya surah Al-Ankabut ayat 2 dan 3 menurut
Ibnu Abbas diturunkan karena peristiwa yang dialami kaum Muslim yang tinggal di
Mekkah, ketika Rasulullah telah hijrah ke Madinah. Mereka menderita siksaan fisik
dan mental oleh kaum musyrik yang tidak menyukai mereka dikarenakan menjadi
pengikut Nabi. Ayat tersebut juga bertujuan untuk memperkuat mereka dalam
menjaga keimanan agar semakin kokoh.
 Tafsiran
Tafsir pada ayat 2 dalam Tafsir Al-Misbah menyampaikan bahwa Allah menghendaki
dari keimanan bukan sekadar mengucapkan “kami telah beriman kepada Allah”,
tetapi hakikat iman yaitu keteguhan menghadapi gelombang fitnah dan penganiayaan,
tidak tergoyahkan oleh perubahan kedaan dan situasi.
Dalam Tafsir Al-Azhar, menurutnya tiap-tiap iman pasti akan ada ujian, yang tidak
tahan dan tidak berhasil dengan ujian tersebut, maka imannya masih sebatas di mulut,
belum di hati. Ini merupakan tingkat keimanan yang paling rendah.

Tafsir pada ayat 3 dalam Tafsir Kemenag Dan apakah mereka menduga demikian,
padahal sungguh, kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, yaitu sebelum
umat nabi Muhammad, dengan tugas-tugas keagamaan dan bermacam nikmat dan
cobaan, agar tampak perbedaan antara orang-orang yang benar-benar beriman dan
berdusta sesuai dengan apa yang diketahuinya berdasarkan ilmu-Nya yang azali.
Maka sesungguhnya Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dalam
keimanannya dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.
Allah melarang manusia berprasangka bahwa ia diciptakan dengan percuma begitu
saja. Justru Allah akan menguji setiap manusia, untuk menentukan siapakah yang
paling tinggi derajatnya di sisi Allah. Derajat tersebut tidak mungkin diperoleh
kecuali dengan menempuh ujian yang berat.
Hidup ini memang penuh dengan perjuangan, baik kita enggan atau senang
menghadapinya. Semakin tinggi tingkat kesabaran, makin tinggi pula kemenangan
dan pengajaran yang akan diperoleh. Itulah sunah Allah yang berlaku bagi umat
dahulu dan sekarang.
 Point Penting
1. Hakikat Iman: Tafsir Al-Misbah menegaskan bahwa iman bukan sekadar ucapan,
tetapi hakikatnya adalah keteguhan dalam menghadapi ujian dan fitnah. Iman
sejati akan tetap teguh meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit.
2. Ujian bagi Setiap Iman: Tafsir Al-Azhar menekankan bahwa setiap iman akan
diuji. Jika iman seseorang tidak tahan terhadap ujian, maka imannya masih
sebatas di bibir, belum merasuk dalam hati. Ini menggambarkan bahwa ujian
adalah bagian dari proses untuk memastikan keimanan yang sejati.
3. Ujian untuk Membedakan Iman Sejati: Tafsir Kemenag menyoroti bahwa Allah
telah menguji umat sebelumnya dengan berbagai tugas keagamaan, nikmat, dan
cobaan. Hal ini bertujuan untuk membedakan antara orang-orang yang benar-
benar beriman dan yang berdusta. Tujuan dari ujian ini adalah untuk mengetahui
kebenaran dari keimanan seseorang.
4. Pentingnya Ujian dalam Perjuangan Hidup: Hidup ini dianggap sebagai
perjuangan yang penuh dengan ujian. Semakin tinggi tingkat kesabaran seseorang
dalam menghadapi ujian, semakin besar kemenangan dan pembelajaran yang akan
diperoleh. Ini adalah sunah Allah yang berlaku bagi umat sebelumnya dan saat ini.

Poin-poin ini menggarisbawahi konsep bahwa iman bukanlah sekadar ucapan


belaka, melainkan mengharuskan keteguhan dalam menghadapi ujian serta
perjuangan hidup sebagai bagian dari penentu keimanan yang sejati.

 Kaitan dengan MPI

Dengan menyelaraskan pemahaman akan ujian, kesabaran, dan hakikat


iman seperti yang disampaikan dalam tafsir dengan ajaran Islam,
pendidikan Islam membentuk karakter yang kuat, kesadaran spiritual yang
mendalam, dan kesiapan untuk menghadapi perjuangan hidup dengan
keyakinan yang kokoh pada Allah SWT.

 Surah An-Naml ayat 27

‫َقاَل َس َنـۡن ُظُر َاَص َد ۡق َت َاۡم ُك ۡن َت ِم َن اۡل ٰك ِذ ِبۡي َن‬


Artinya: Dia (Sulaiman) berkata, "Akan kami lihat, apa kamu benar, atau termasuk yang
berdusta.(QS. An-Naml:27)

 Asbabun Nuzul
Ayat ini turun berkenaan dengan burung Hud-hud yang menyampaikan berita
kepada Nabi Sulaiman bahwa ia telah menemukan kerajaan Saba' yang dipimpin oleh
seorang wanita bernama Balqis. Berita tersebut disampaikan oleh Hud-hud setelah
melakukan perjalanan jauh dan menempuh berbagai rintangan.
Nabi Sulaiman tidak langsung mempercayai berita tersebut. Beliau memerintahkan
Hud-hud untuk kembali ke kerajaan Saba' dan membawa bukti-bukti yang dapat
membenarkan beritanya.

 Tafsiran
Tafsir pada ayat 27 dalam Tafsir Ibnu Katsir menceritakan perkataan Nabi
Sulaiman kepada burung hud-hud setelah hud-hud menceritakan kepadanya perihal
penduduk negeri Saba dan raja mereka.
Mendengar keterangan burung hud-hud yang jelas dan meyakinkan itu, maka Nabi
Sulaiman menangguhkan hukuman yang telah diancamkan kepada burung itu. Nabi
Sulaiman kemudian berkata, "Hai burung hud-hud, kami telah mendengar semua
keteranganmu dan memperhatikannya. Namun demikian, kami tetap akan menguji
kamu, apakah keterangan yang kamu berikan itu benar atau dusta?"
 Point Penting
Poin penting dari teks tersebut adalah bahwa meskipun Nabi Sulaiman
mendengarkan dengan cermat laporan yang diberikan oleh burung hud-hud dan
memiliki keyakinan pada kejujurannya, ia masih ingin memastikan kebenaran dari
informasi tersebut. Ini menunjukkan sikap hati-hati dan kecermatan dalam
menegakkan keadilan serta kebenaran sebelum mengambil keputusan atau tindakan
lebih lanjut. Nabi Sulaiman ingin memverifikasi kebenaran informasi sebelum
bertindak, meskipun ia percaya pada keandalan sumber informasi tersebut.
 Kaitan Dengan MPI
1. Pentingnya Verifikasi Informasi
Dalam pendidikan, verifikasi informasi sangat penting. Sebelum mengambil
keputusan atau menyampaikan pengetahuan kepada siswa, penting untuk memeriksa
kebenaran dan keandalan informasi. Guru harus mendorong siswa untuk tidak hanya
menerima informasi begitu saja, tetapi juga untuk memeriksa, memverifikasi, dan
memahami kebenaran di baliknya.

2. Kecermatan dalam Penyampaian Pengetahuan

Seperti Nabi Sulaiman yang ingin memastikan kebenaran informasi sebelum


bertindak, pengelola pendidikan Islam, seperti guru dan pengajar, harus memiliki
sikap hati-hati dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Mereka harus
memastikan bahwa informasi yang disampaikan sesuai dengan nilai-nilai Islam dan
sesuai dengan kebenaran yang ada dalam ajaran agama.

3. Sikap Kritis dan Kewaspadaan

Penting bagi pendidikan Islam untuk mendorong sikap kritis agar tidak hanya
menerima informasi begitu saja tanpa pertimbangan. Memiliki kewaspadaan terhadap
kebenaran informasi adalah bagian penting dari pendekatan pendidikan Islam Jadi,
dalam manajemen pendidikan Islam, prinsip-prinsip yang terungkap dalam tindakan
Nabi Sulaiman, seperti kehati-hatian, verifikasi informasi, dan pembangunan sikap
kritis, dapat menjadi landasan untuk pendekatan pendidikan yang holistik dan
berkelanjutan.
BAB III

KEIMPULAN

 Evaluasi dalam manajemen pendidikan Islam tidak hanya berkaitan dengan


pencapaian hasil, tetapi juga menekankan pada prosesnya. Pengukuran dan penilaian
di sini melibatkan aspek-aspek komprehensif kehidupan mental, psikologis, dan
spiritual-religius siswa.
 Ujian dalam Kehidupan Ayat-ayat Al-Qur'an menekankan tentang ujian dan cobaan
dalam kehidupan, menggambarkan bagaimana Allah menguji kesabaran umat-Nya
dan memberikan ganjaran bagi mereka yang sabar dalam menghadapinya.
 Kesabaran dan Iman dalam menghadapi ujian hidup menekankan bahwa iman bukan
hanya sebatas ucapan, tetapi juga keteguhan dalam menghadapi cobaan dan
perjuangan.
 Verifikasi Informasi dan Sikap Kritis Pengajaran dari kisah Nabi Sulaiman dan hud-
hud menggarisbawahi pentingnya verifikasi informasi dan sikap kritis dalam
pendidikan Islam. Memeriksa kebenaran informasi sebelum bertindak serta
mendorong siswa untuk berpikir kritis dan memverifikasi informasi merupakan aspek
penting dalam manajemen pendidikan Islam.
 Dalam konteks manajemen pendidikan Islam, prinsip-prinsip yang muncul dari ayat-
ayat Al-Qur'an dan tafsirnya, seperti kehati-hatian, sikap kritis, kesabaran, dan
pentingnya verifikasi informasi, dapat menjadi landasan bagi pendekatan pendidikan .

Anda mungkin juga menyukai