Ulumul Hadits Kel.8
Ulumul Hadits Kel.8
hadits
Kelompok 8
Anindita Santoso Azka Philo Auliya M. Faiz Nona Haidar Naufal Musthofa
1239230130 1239230133 1239230100 1239230113
Hadits ini diriwayatkan juga oleh An-Nasa’i melalui sanad Ibnu Juraij dari ‘Amr bin Dinar dari ‘Ausajah dari Ibnu
‘Abbas,”Sesungguhnya seorang lelaki….dst.” [Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra dalam kitab Al-Faraidh.
no 6406]
Maka, Sufyan bin ‘Uyainah dan Ibnu Juraij meriwayatkan hadits ini secara bersambung dan marfu’ (disandarkan kepada
Nabi ) ﷺyang disandarkan kepada baginda Nabi ﷺoleh Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Tetapi Hammad bin Zaid – seorang perawi tsiqah – meriwayatkannya secara mursal (digugurkan nama Ibnu ‘Abbas) di
mana beliau berkata dalam riwayatnya,”Dari ‘Amr bin Dinar, dari ‘Ausajah,”Sesungguhnya seorang lelaki …. “ [Diriwayatkan
oleh An-Nasa’i dalam Kitab Al-faraidh. no. 6410]
Maka dengan ini jelas bahwa riwayat Hammad bin Zaid dihukumkan sebagai Syadz, sedangkan riwayat ‘Abdul Malik bin
Juraij dan Sufyan bin ‘Uyainah dihukumkan sebagai mahfuzh (terpelihara).
hadits syadz pada matan
Yaitu seorang perawi tsiqah yang bertentangan dalam meriwayatkan lafazh-lafazh suatu hadits
dengan seorang perawi yang lebih tsiqah atau lebih utama dari pada dirinya.
Contoh:
Hadits Al-Mughirah bin Syu’bah dari Nabi ﷺ,”Sesungguhnya Nabi ﷺberwudhu dan menyapu di
atas kedua khufnya (sepatu).” Riwayat ini dikeluarkan oleh sejumlah besar perawi hadits. Mereka
adalah Urwah dan Hamzah yang keduanya merupakan anak Al-Mughirah, Masruq bin Al-Ajda’, Az-
Zuhri, Al-Aswad bin Hilal, Rawwad Katib (penulis) Al-Mughirah dan selain mereka. Semua dari Al-
Mughirah bin Syu’bah. [Hadits ini dikeluarkan oleh penyusun Kutubus Sittah kecuali An-Nasa’i]
Hudzail bin Syurahbil meriwayatkan dengan cara yang bertentangan dengan seluruh perawi
yang ada. Hudzail meriwayatkan dari Al-Mughirah dengan lafazh,”Sesungguhnya Rasulullah ﷺ
menyapu di atas dua kaus kakinya dan dua sandalnya.” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam
Sunannya no. 159]
Penambahan ini dianggap sebagai penambahan syadz dalam matan, maka dihukumkan riwayat
Huzail sebagai Syadz.
hukum hadits syadz
Menurut Syaikh Manna’ Qathan, hukum dari hadits syadz
adalah mardud yaitu tertolak.