Anda di halaman 1dari 11

BAB 2 SANAD HADITS

A.PENGERTIAN SANAD

Sanad dari segi bahasa berarti ‫الرض‬ ْ ‫ ما ارتفع من ا‬yaitu,bagian bumi yang
menonjol,sesuatu yang berada di hadapan anda dan yang jauh dari kaki bukit ketika anda
memandangnya. Bentuk jamaknya adalah ‫ اْسناد‬menyandarkan,mengasalkan,yaitu
menyandarkan hadits kepada orang yang mengatakannya ( raf’u hadits ila qa’ilih atau ‘azwu
hadits ila qa’ilih ) .Segala sesuatu yang anda sandarkan kepada yang lain disebut ‫ مسند‬/ hadits
yang disandarkan atau di isnadkan oleh seseorang / nama suatu kitab yang menghimpun
hadits-hadits dengan sistem penyusunan berdasarkan nama-nama para sahabat para perawi
hadits,seperti kitab musnad Ahmad / nama bagi hadits yang marfu’ dan muttasil

Pengertian lain,Sanad adalah “ ‫ ” المعتمد‬: sesuatu yang dijadikan sandaran,pegangan dan


pedoman. Menurut istilah ahli hadits ialah :

‫الرجال الموصلة الى المتنسلسلة‬

“ mata rantai para perawi hadits yang menghubungkan sampai kepada matan hadits ”.

Silsilah orang-orang maksudnya adalah susunan atau rangkaian orang-orang yang


menyampaikan materi hadits tersebut, sejak yang disebut pertama sampai kepada Rasul
SAW. Yang perkataan dan perbuatan,taqrir dan lainnya merupakan materi atau matan hadits.
Dengan pengertian tersebut,sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang, bukan
dilihat dari sudut pribadi secara perseorangan.

Adapun tentang pengertian sanad menurut terminologi, para ahli hadits memberikan defenisi
yang beragam, diantaranya :

‫الطريقة الموصلة الى المتن‬

“ jalan yang menyampaikan kepada matan hadits ”1


Yakni rangkaian para perawi yang memindahkan matan dari sumber primernya. Jalur ini
adakalanya disebut sanad, adakalanya karena periwayatan bersandar kepadaya dalam
menisbatkan matan kepada sumbernya,dan adakalanya karena hafidz bertumpu kepada yang
menyebutkan sanad dalam mengetahui shahih dan dha’if suatu hadits.

Termasuk definisi sanad :

ْ ‫طريق المتن اْو سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن مصدره ا‬


‫الول‬

“jalan matan hadits,yaitu silsilah para rawi yang menukilkan matan hadits dari sumbernya
yang pertama ( Rasulullah SAW).2

1
. Agus Solahuddin. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka setia. 2008.hlm.89.
2
. Agus Solahuddin. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka setia. 2008.hlm.90.

~1~
Menurut istilah ahli hadits,sanad ialah “Mata rantai para perawi hadits yang menghubungkan
sampai kepada matan hadits”.

Dalam hal ini dikatakan bahwa sabda Nabi tersebut sampai kepada kita melalui periwayatan
Al-Bukhari.Al-Bukhari dari ibnu Al-Mutsanna dari Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dari Ayyub
dari Abu Qilabah dari Anas dari Nabi saw. Hubungan mereka secara bermata rantai dan
sandar menyandar dari si A ke B,dari B ke C dan seterusnya disebut sanad dan Al-Bukhari
sebagai perawi atau mukharrij artinya dialah yang menyebutkan dalam kitab karyanya Al-
Jami’ Ash-Shahih li Al-Bukhari.Demikian juga hadits kedua sampai kepada kita melalui
periwayatan Al-Bukhari dari Abdullah bin Yusuf dari Malik dari Ibnu Syihab dari
Muhammad dari Jubair dari Nabi saw.Mereka itu disebut sanad dan Al-Bukhari disebut
Mukharrij atau perawi.

B. ISNAD,MUSNAD DAN MUSNID

Selain istilah sanad, terdapat juga istilah lainnya yang mempunyai kaitan erat dengan
istilah sanad . seperti, al-isnad,al-musnad, dan al-musnid. Istilah al-isnad,berarti “
menyandarkan ”,menegaskan ( mengembalikan ke asal ), dan mengangkat. Yang dimaksud
disini adalah,

‫رفع الحديث الى قائله‬

“ menyandarkan hadits kepada orang yang mengatakannya ”3

‫عزوا الحدث الى قائله‬

“ mengasalkan hadits kepada orang yang mengatakannya ”

Menurut At-Thibi,seperti yang dikutip oleh Al-Qasimi,kata isnad dengan as-sanad


mempunyai arti yang hampir sama atau berdekatan. Ibn Jama’ah, dalam hal ini lebih tegas
lagi. Menurutnya,’ulama muhadditsin memandang kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama, yang keduanya dapat dipakai secara bergantian.
Istilah al-musnad mempunyai beberap arti yang berbeda dengan istilah al-isnad,yaitu
pertama, berarti hadits yang diriwayatkan dan disandarkan atau diisnadkan kepada seseorang
yang membawakannya, seperti Ibn Syihab Az-Zuhri,Malik bin Anas, dan Amrah binti
Abd.Ar-Rahman ; kedua,berarti nama suatu kitab yang menghimpun hadits-hadits dengan
sistem penyusunan berdasarkan nama-nama para shahabat rawi hadits, seperti kitab musnad
Ahmad ; ketiga,berarti nama bagi hadits yang memenuhi kriteria marfu’ ( disandarkan kepada
Nabi SAW ). Dan muttashil ( sanadnya bersambung sampai kepada akhirnya )

C.TINGGI-RENDAHNYA RANGKAIAN SANAD (Silsilatu Adz-Dzahab )

Sebagaimana kita ketahui,bahwa suatu hadits sampai kepada kita,tertulis dalam kitab
hadits,melalui sanad-sanad. Setiap sanad bertemu dengan rawi yang dijelaskan sandaran
menyampaikan berita ( sanad yang setingkat lebih atas ) sehingga seluruh sanad itu
merupakan suatu rangkaian. Rangkaian sanad itu berdasarkan perbedaan tingkat ke-dhabit-an
dan keadilan rawi yang dijadikan sanadnya,ada yang berderajat tinggi,sedang dan lemah.
Rangkaian sanad yang berderajat tinggi menjadikan suatu hadits lebih tinggi derajatnya dari

3
. Agus Solahuddin. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka setia. 2008.hlm.93.

~2~
pada hadits yang rangkaian sanadnya edabg atau lemah. Para muhaddatsin membagi
tingkatan sanadnya menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

A. Ashahu Al-Asanid ( sanad-sanad yang lebih shahih )4


Para imam seperti An –Nawawi dan Ibnu Ash-Shalah tidak membenarkan menilai
suatu ( sanad ) hadits dengan ashahhu al-asanid, atau menilai suatu ( matan ) hadits dengan
Ashahhu al-asanid,secra mutlak,yakni tanpa menyandarkan pada hal yang mutlak.
Penilaian ashahhu al-asnid ini hendaklah secara muqayyad. Artinya dikhususkan
kepada shahabat tertentu, misalnya ashahhu al-asnid dari Abu Hurairah r.a. atau dikhususkan
kepada penduduk daerah tertentu, misalnya ashahhu al-asnid dari penduduk Madinah,atau
dikhususkan dalam masalah tertentu, jika hendak menilai matan suatu hadits, misalnya
ashahhu al-asnid dalam bab wudu’ atau masalah mengangkat tangan dalam berdo’a.
Contoh ashahhu al-asnid yang muqayyad tersebut adalah :
1. sahabat tertentu,yaitu :

a. Umar ibnu Al-khatthab r.a .,yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri dari
Salaim bin ‘Abdullah bin Umar,dari ayahnya ( ‘Abdullah bin Umar ),dari kakeknya (
Umar bin Khatthab )
b. Ibnu Umar r.a. adalah yang diriwayatkan oleh Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar r.a.
c. Abu Hurairah r.a., yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri dari Ibnu Al-
Musayyab dari Abu Hurairah r.a.

2. penduduk kota tertentu,yaitu :

a. kota mekah,yaitu yang diriwayatkan oleh ibnu ‘Uyainah dari ‘Amru bin Dinar dari
jabir bin Abdullah r.a
b. kota madinah ,yaitu yang diriwayatkan oleh isma’il bin Abi Hakim dari Abidah bin
Abi Sufyan dari Abu hurairah r.a

contoh ashahhu al-asanid yang mutlak,seperti :

1. jika menurut imam Bukhari,yaitu Malik,Nafi’,dan Ibnu Umar r.a

2. jika menurut Ahmad bin Hanbal,yaitu Az-Zuhri,Salim bin ‘Abdillah, dan ayahnya (
‘Abdillah bin Umar )

3. jika menurut imam An-Nasa’i,yaitu ‘Ubaidillah Ibnu ‘Abbas dan ‘Umar bin Khatthab
r.a

B. Ahsanu Al-Asanid5

Hadits yang bersanad ashahhu al-asanid lebih rendah derajatnya dari pada yang
bersanad ashahhu al-asanid. Ahsanu al-asanid itu antara lain bila hadits tersebut bersanad :

1. Bahaz bin Hakim dari ayahnya ( Hakim bin Mu’awiyah ) dari kakeknya ( Mu’awiyah
bin Haidah )
4
. Agus Solahuddin. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka setia. 2008.hlm.94.

5
. Agus Solahuddin. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka setia. 2008.hlm.95.

~3~
2. Amru bin Syu’aib dari ayahnya ( Hakim bin Muammad ) dari kakeknya (
Muhammad bin Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash ).

C. Adh’afu Al-Asanid

Rangkaian sanad yang paling rendah derajatnya disebut adh’afu al-asanid. Rangkaian
sanad yang adh’afu al-asanid,yaitu :

1. yang muqayyad kepada shahabat :

a. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Shadaqah bin Musa
dari Abi Ya’qub Farqad bin Ya’qub dari Murrah Ath-Thayyib r.a
b. Abu Thalib ( Ahli al-Bait ) r.a, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh ‘Amru bin Syamir
Al-Ju’fi dari jabir bin Yazid dari Harits Al-A’war dari ‘Ali bin Abi Thalib r.a

c. Abu Hurairah r.a ,yaitu hadits yang diriwayatkan oleh As-Sariyyu bin Isma’il dari
Dawud bin Yazid dari ayahnya ( yazid ) dari Abu hurairah r.a

2. yang muqayyad kepada penduduk ;

a. kota Yaman,yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Hafsh bin ‘umar dari Al-hakam bin
Aban dari ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas r.a

b. kota Mesir,yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Muhammad bin Al-Hajjaj
Ibnu Rusydi dari ayahnya dari kakeknya dari Qurrah bin ‘Abdurrahman dari setiap
orang yang memberikan hadits kepadanya.

c. Kota Syam,yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Qais dari Ubaidillah
bin Zahar dari ‘Ali bin Zaid dari Al-Qasim dari Abu Umamah r.a.

D. Jenis-jenis sanad hadits

a. Sanad ‘Aliy6

Sanad ‘Aliy adalah sebuah sanad yang rawinya lebih sedikit jika dibandingkan dengan sanad
lain. Hadits dengan sanad yang jumlah rawinya sedikit akan tertolak dengan sanad yang sama
jika jumlah rawinya lebih banyak. Sanad ‘aliy ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu sanad
yang mutlak dan sanad yang nisbi ( relatif ).

1. sanad ‘Aliy yang bersifat mutlak adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya hingga
sampai kepada Rasulullah lebih sedikit jika jika dibandingkan dengan sanad yang lain.
Jika sanad tersebut shahih,sanad itu menempati tingkatan trtinggi dari jenis sanad
‘Aliy.

6
. . Agus Solahuddin. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka setia. 2008.hlm.96.

~4~
2. Sanad ‘Aliy yang bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang jumlah rawi didalamnya
lebih sedikit jika dibandingkan dengan para imam ahli hadits,seperti Syubah,Al-
A’masyi,Ibnu Juraij,Ats-Tsauri,Malik,Asy-Syafi’i,Bukhari,Muslim,dan
sebagainya,meskipun jumlah rawinya setelah mereka hingga sampai kepada
Rasulullah lebih banyak.

Para ulama hadits memberikan perhatian serius terhadap sanad ‘aliy sehingga mereka
membukukan sebagian diantaranya dan menamakannya dengan ats-tsultsiyat. Yang
dimaksudkan dengan ats-tsulsiyat adalah hadits-hadits yang jumlah rawi dalam sanadnya
antara rawi yang menulisnya dengan Rasulullah berjumlah tiga orang rawi.
Diantara kitab-kitab tersebut adalah Ats-Tsultsiyyat Al-Bukhari karya imam Ibnu
Hajar Al-Asqalani dan Ats-Tsultsiyyat Ahmad bin Hanbal karya imam As-Safarini.

b. Sanad Nazil

Sanad Nazil adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya lebih banyak jika dibandingkan
dengan sanad yang lain. Hadits dengan sanad yang lebih banyak akan tertolak dengan sanad
yang sama jika jumlah rawinya lebih sedikit.7

BAB 3 MATAN

A.PENGERTIAN MATAN

Kata matan atau al-matan ) ‫ ( المتن‬menurut bahasa berarti ; keras,kuat,sesuatu yang


nampak dan yang asli. Dalam bahasa ‘arab dikatakan,

‫الرض‬ْ ‫ = ما ارتفع وصلب من ا‬Tanah tinggi dan keras


‫ = متن الكتب‬kitab asal ( yang diberikan syarah / penjelasan )

7
. Agus Solahuddin. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka setia. 2008.hlm.97.

~5~
Dalam perkembangan karya penulisan ada matan dan ada syarah.matan disini
dimaksudkan karya atau karangan asal seseorang yang pada umumnya menggunakan bahasa
yang universal,padat dan singkat. Sedangkan syarah nya dimaksudkan penjelasan yang lebih
terurai dan terperinci. Dimaksudkan dalam konteks hadits, hadits sebagai matan kemudian
diberikan syarah atau penjelasan yang luas oleh para ulama, misalnya shahih Al-Bukhari di-
syarah-kan oleh Al-Asqalani dengan nama fath Al-Bari dan lain-lain.
Menurut istilah, matan adalah :

‫ما ينتهى اليه السند من الكلم‬

“ sesuatu kalimat setelah berakhirnya sanad ”8


Defenisi lain menyebutkan :

‫الفاظ الحديث التى تقوم بها معانيه‬

“ beberapa lafal hadits yang membentuk beberapa makna ”9

Berbagai redaksi definisi matan yang diberikan para ulama,tetapi intinya sama yaitu
materi atau isi berita hadits itu sendiri yang datang dari Nabi SAW.
Matan adalah sesuatu kalimat setelah berakhirnya sanad.Definisi lain menyebutkan
bahwa matan adalah “Beberapa lafadz hadits yang membentuk beberapa makna”.
Berbagai redaksi definisi matan yang diberikan para ulama,tetapi intinya sama yaitu materi
atau isi berita hadits itu sendiri yang datang dari Nabi saw.

Secara etimologis,matan berarti segala sesuatu yang keras bagian atasnya,punggung jalan (
muka jalan ),tanah keras yang tinggi.
Matan kitab adalah yang bersifat komentar dan bukan tambahan -tambahan penjelasan.
Bentuk jamaknya adalah ‫ متون‬dan ‫ متان‬.

Adapun yang dimaksud matan dalam ilmu hadits adalah,

‫ماانتهى اليه السند من الكالم فهو نفس الحدث الذي ذكر االءسناد له‬

“ perkataan yang disebut pada akhir sanad,yakni sabda Nabi SAW. Yang disebut sesudah
habis disebutkan sanadnya.”10

Dengan kata lain,matan adalah redaksi dari hadits.


Terkait dengan matan atau redaksi,yang perlu dicermati dalam memahami hadits
adalah :

Ujung sanad sebagai sumber redaksi,apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan,

Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (
apakah ada yang melemahkan atau menguatkan ) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al-
Qur’an ( apakah ada yang bertolak belakang ).

8
. Munzier Suparta. Ilmu hadis. Jakarta : Rajawali Pers.2003.hlm.46-47.
9
.Abdul Majid Khon. Ulumul Hadis. Jakarta : Amzah .2008.hlm.103.
10
. Agus Solahuddin. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka setia. 2008.hlm.98.

~6~
BAB 4 PERANAN/FUNGSI SANAD DAN MATAN HADITS

A.peranan sanad

Dalam bidang ilmu hadits,sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang
shahih atau dha’ifnya suatu hadits.andaikata salah seorang dalam sanad ada yang fasik atau
yang tertuduh dusta atau jika setiap para pembawa berita dalam mata rantai sanad tidak
bertemu langsung (muttasil),maka hadits tersebut dha’if sehingga tidak dapat dijadikan
hujjah.Demikian sebaliknya,jika pembawa hadits tersebut orang-orang yang cakap dan cukup
persyaratan,yakni adil,taqwa,tidak fasik,menjaga kehormatan diri (muru’ah),dan memiliki
daya ingat yang kredibel,sanadnya bersambung dari satu periwayat kepada periwayat lain
sampai kepada sumber berita pertama,maka haditsnya dinilai shahih.
sanad ini sangat penting dlam hadits,karena hadits itu terdiri dari dua unsur yang
secara integral tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain,yakni matan dan sanad.Hadits
tidak mungkin terjadi tanpa sanad,karena mayoritas hadits pada masa Nabi tidak tertulis
sebagaimana Al-qur’an dan diterima secara individu (Ahad) tidak secara mutawatir. Hadits
hanya disampaikan dan diriwayatkan secara ingat-ingatan dan hapalan para sahabat yang
andal. Di samping hiruk pikuk para pemalsu hadits yang tidak bertanggung jawab. Oleh
karena itu,tidak semua hadits bisa diterima oleh para ulama kecuali telah memenuhi kriteria
yang ditetapkan,diantaranya disertai sanad yang dapat dipertanggung jawabkan
keshahihannya.para ulama memberikan berbagai komentar tentang pentingnya sanad,antara
lain11 :

1.Abdullah bin Al-Mubarak (w.181 H/797 M) berkata :

Sanad itu bagian dari agama,jika tidak ada sanad maka siapa saja dapat mengatakan apa
yang dikehendakinya.

11
. Abdul Majid Khon. Ulumul Hadis. Jakarta : Amzah .2008.hlm.98.

~7~
2.Az-Zuhri setiap menyampaikan hadits disertai dengan sanad dan mengatakan :
Tidak layak naik ke loteng/atap rumah kecuali dengan tangga.

Maksud tangga adalah sanad,jadi seseorang tidak akan mungkin sampai kepada
Rasulullah dalam periwayatan hadits melainkan harus melalui sanad. Pernyataan diatas
memberikan petunjuk bahwa,apabila sanad suatu hadits benar-benar dapat dipertanggung
jawabkan keshahihannya,maka hadits itu pada umumnya berkualitas shahih dan tidak ada
alasan untuk menolaknya.
Studi sanad khusus hanya dimiliki umat Muhammad,umat-umat dahulu sekalipun dalam
penghimpunan kitab suci mereka juga yang tidak ditulis pada masa Nabinya tidak disertai
sanad. Padahal ditulis setelah ratusan tahun dari masa Nabinya.kitab suci mereka ditulis
berdasarkan ingatan beberapa generasi yang dinisbatkan kepada Nabi Isa as yang tidak
disertai dengan sanad. Menurut Dr.Maurice Bucaille,( Dalam karangan-karangan yang ditulis
pada permulaan sejarah agama kristen,injil baru disebutkan lama sesudah surat-surat
paulus.Bukti-bukti tentang adanya injil baru terdapat pada pertengahan abad ke-2 M dan lebih
tepat lagi sesudah tahun 140 M ).
Lebih lanjut Maurice Bucaille menjelaskan bahwa :

Islam mempunyai hadits dan hadits ini dapat disamakan dengan injil.
Hadits adalah kumpulan kata-kata Nabi Muhammad serta riwayat tindakan-tindakannya.injil
adalah seperti hadits dalam soal-soal yang mengenai Nabi Isa as.kumpulan yang pertama dari
hadits ditulis beberapa puluh tahunsetelah Nabi Isa as wafat. Kedua-duanya merupakan
kesaksian manusia tentang kejadian-kejadian dalam waktu yang sudah lampau. Berlainan dari
apa yang dikira oleh orang banyak,injil empat (Matius,Lukas,Markus,Yohanes) dikarang oleh
orang-orang yang tidak menyaksikan kejadian-kejadian yang tidak termuat dalam injil
tersebut. Keadaannya sama dengan kumpulan hadits.
Interpretasi Maurice Bucaille kiranya kurang tepat karena dalam sejarah,sebagian
sahabat banyak yang mempunyai catatan pribadi tentang hadits dan mereka sangat
memperhatikannya dengan madzakarhah,menghapal dan menyampaikan kepad sahabat lain.
Sekalipun Maurice Bucaille kurang memahami kesaksian para perawi secara mata rantai
sanad dalam hadits shahih. Namun,intinya injil ditulis secara resmi dan formal setelah seratus
setengah tahunan tanpa kesaksian sanad. Sedangkan asumsi penulisan injil setelah puluhan
tahun setelah wafatnya Nabi Isa as karena penisbahan kepada pengarangnya yang hidup
puluhan tahun sesudahnya.Dengan demikian,hadits dibukukan secara ilmiah dan dapat
dipertanggung jawabkan keotentisitasnya terutama yang diriwayatkan secara mutawatir. Hal
ini juga menunjukkan betapa terpeliharanya agama Allah melalui Al-qur’an dan hadits dari
Rasulullah saw.

B.peranan matan

Matan hadits sangat penting karena matan menjadi topik kajian dan kandungan
syari’at islam untuk dijadakan petunjuk dalam beragama.

~8~
BAB 5 KEDUDUKAN SANAD DAN MATAN HADITS

Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang diperoleh /
diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkanya. Dengan sanad suatu periwayatan
hadits,dapat diketahui hadits yang dapat diterima atau ditolak dan hadits yang shahih atau
tidak shahih,untuk di amalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukuk-
hukum islam.
Para ahli hadits sangat berhati-hati dalam menerima suatu hadits,kecuali apabila
mengenal dari siapa perawi hadits tersebut menerima hadits tersebut dan sumber yang
disebutkan benar-benar dapat dipercaya. Pada umumnya,riwayat dari golongan shahabattidak
disyaratkan untuk diterima periwayatannya. Akan tetapi,merekapun sangat hati-hati dalam
menerima hadits.
Pada masa Abu Bakar r.a. dan U mar r.a., periwayatan hadits diawasi secara hati-hati
dan suatu hadits tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenarannya oleh seseorang yang
lain. Ali bin Abu Thalib tidak menerima hadits sebelum orang yang meriwayatkannya
disumpah.
Meminta seorang saksi kepada perawi bukanlah merupakan keharusan dan hanya
merupakan jalan untuk menguatkan hati dalam menerima hadits. Jika dipandang tidak perlu
meminta saksi atau sumpah para perawi,merekapun menerima periwayatannya.
Adapun meminta seseorang saksi atau menyuruh perawi untuk bersumpah untuk
membenarkan riwayatnya,tidak dipandang sebagai suatu undang-undang umum tentang
diterima atau tidaknya periwayatan hadits. Yang diperlukan dalam menerima hadits adalah
adanya kepercayaan penuh kepada perawi. Jika sewaktu-waktu ragu tentang riwayatnya,
barulah didatangkan saksi atau keterangan.
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang diperoleh atau
diriwayatkan akan mengikuti yang meriwayatkannya.dengan sanad suatu periwayatan hadits,
dapat diketahui mana yang dapat diterima atau ditolak dan mana hadits yang shahih atau
tidak,untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum
islam. Ada beberpa hadits dan atsar yang menerangkan keutamaan sanad,diantaranya adalah
hadits Yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Sirin,

‫هذا العلم دين فانظرواعمن تأخذون دينكم‬

“Ilmu ini ( hadits ini ) adalah agama karena itu telitilah orang0orang yang kamu mengambil
agamamu dari mereka.”12

Abdullah Ibnu Mubarak berkata,

‫االءسناد من الدين لوال االءسناد لقال من شاء ما شاء بيننا و بين القوم القوائم مثل الذي‬

‫يطلب أمر دينه بال اءسناد كمثل الذي يرتقى السطح بال سلم‬

“ Menerangkan sanad hadits termasuk tugas agama. Andai tidak diperlukan sanad,tentu siapa
saja dapat mengatakan apa yang dikehendakinya. Antara kami dengan mereka adalah sanad.

12
. Agus Solahuddin. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka setia. 2008.hlm.102.

~9~
Perumpamaan orang yang mencari hukum-hukum agamanya,tanpa memerlukan sanad,adalah
seperti orang yang menaiki loteng tanpa tangga”.

Asy-Syafi’i berkata :

‫مثل الذي يطلب الحدث بال اْسناد كمثل حا طب ليل‬

“Perumpamaan orang yang mencari ( menerima ) hadits tanpa sanad sama dengan orang yang
mengumpulkan kayu api dimalam hari”.13

Perhatian terhadap sanad dimasa shahabat, yaitu dengan menghafal sanad-sanad itu
dan mereka mempunyai daya ingat yang luar biasa. Dengan adanya perhatian
mereka,terpeliharalah sunnah Rasul darii tangan-tangan ahli Bid’ah dan para pendusta.
Karenanya pula,imam-imam hadits berusaha pergi dan melawat ke berbagai kota untuk
memperoleh sanad yang terdekat dengan Rasul yang dilakukan sanad ‘ali.
Ibn Hazam mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaan dari orang yang dipercaya
hingga sampai kepad Nabi SAW.dengan bersambung-sambung para perawinya adalah suatu
keistimewaan dari Allah, khususnya kepad orang-orang islam.
Memerhatikan sanad riwayat adalah suatu keistimewaan dari ketentuan-ketentuan
umat islam. Dengan adanya sanad inilah,para imam ahli hadits dapat membedakan hadits
yang shahih dan hadits yang dha’if dengan cara melihat para perawi hadits tersebut. Jika
tidak ada sanad,niscaya islam akan sama seperti pada zaman sebelumnya karena pada zaman
sebelumnya tidak ada sanad sehingga perkataan nabi-nabi mereka dan orang-orang shaleh
diantara mereka tidak dapat dibedakan. Adapun islam yang sekarang telah berumur 1433
tahun lebih masih dapat dibedakan antara perkataan Rasulullah SAW dan perkataan shahabat.

13
Agus Solahuddin. Ulumul Hadis. Bandung : Pustaka setia. 2008.hlm.103.

~ 10 ~
BAB 6 PENUTUP

A.kesimpulan

Dalam mempelajari ‘ulumul hadits,yang termasuk komponen-komponen hadits adalah


sanad dan matan hadits.
Sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada matan hadits,yakni rangkaian para
perawi yang memindahkan matan dari sumber primernya.sanad terdiri atas seluruh
penutur,mulai orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya ( kitab hadits ) hingga
Rasulullah.
Matan adalah segala sesuatu yang keras bagian atasnya,punggung jalan ( muka jalan
),tanah keras yang tinggi. Yaitu,perkataan yang disebut pada akhir sanad,yakni sabda Nabi
SAW. Yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.
Dengan sanad dan matan,suatu hadits dapat diketahui shahih atau tidak shahih untuk
diamalkan dan merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum islam.

B. kritik dan saran

Berangat dari pemikiran kami yang singkat ini,tentu banyak kekurangan dan
kesalahan dalam pembuatan makalah ini,dari itu kami sebagai penulis mengharapkan kritik
dan saran pembaca pada umumnya guna menyempurnakan makalah kami ini.
Dan kami juga mengharapkan kepada pembaca agar mengambil manfaat yang berguna untuk
menambah wawasan yang lebih luas.
Akhirnya,kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami
dalam mata kuliah ‘ulumul hadits.

DAFTAR PUSTAKA

M.Ag.Dr.H.Majid khon,Abdul,Ulumul Hadits,Jakarta : Amzah,2008.

MA.Drs.Suparta,Munzier,Ilmu Hadits,Jakarta : Rajawali Pers,2003.

M.Ag.Drs.M.Solahudin,M.Ag.Lc,SuyadiUlumul Hadits,Bandung : pustaka setia,2009.

~ 11 ~

Anda mungkin juga menyukai