2. TINJAUAN PUSTAKA
mati warna tubuhnya menjadi krem kekuningan. Bentuk tubuh dari cumi-cumi ini
adalah simetri bilateral dan dapat dibedakan pada bagian kepala, leher dan
mantel/badan. Pada bagian kepala terdapat mulut yang dikelilingi oleh dua tangan
panjang (tentakel) dan delapan tangan pendek. Lebar mantel hampir sama dengan
lebar kepala. Terdapat dua mata, bagian dorsal leher cumi-cumi tampak jelas,
sedangkan bagian ventral leher tidak begitu jelas karena tertutup oleh siphon atau
daerah Indo – Pasifik: mulai dari perairan Laut Merah dan perairan Laut sekitar Arab,
meyebar luas dari perairan bagian timur wilayah Mozambika sampai perairan bagian
selatan wilayah Laut Cina, selain itu penyebaran dari cumi-cumi jenis ini juga
mencapai perairan di sekitar Philipina hingga Taiwan dan juga di perairan sekitar Laut
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan salah satu hewan penghuni demersal atau
semi pelagik pada daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400 meter.
pergerakan diurnal, dimana pada siang hari akan berkelompok di dasar perairan dan
akan menyebar pada malam harinya. Cumi-cumi memiliki sifat fototaksis positif yang
berarti bila ada cahaya akan tertarik, oleh karena itu cumi-cumi sering ditangkap
dikepala dan termasuk dalam golongan hewan invertebrate yaitu hewan yang tidak
yang dilengkapi dengan alat penghisap. Tubuh cumi-cumi terdiri dari isi rongga tubuh
dan mantel. Lapisan isi rongga tubuh cumi-cumi ini berbentuk silinder dengan dinding
lapisan yang tipis dan halus. Mantel yang dimiliki cumi-cumi berukuran tebal.
kantong tinta ini terletak di atas usus besar. Ketika kantong ini dibuka maka akan
mengeluarakan tinta yang berwarna hitam agak kecoklatan dimana diakibatkan oleh
pigmen warna yang sering disebut dengan pigmen melanin. Pada keadaan terancam
7
cumi-cumi akan mengeluarkan tintanya melalui sipon sehingga bisa menghindar dari
kandungan vitamin B12, selenium, dan ribo flavin. Selain itu tinta pada cumi-cumi juga
dapat mencegah kanker. Cumi-cumi mempunyai kandungan gizi yang tinggi seperti
pada cumi segar yang memiliki kandungan protein yaitu sebesar 17,9 g/100 gram.
Kelebihan dari daging cumi-cumi dibandingkan dengan hasil laut lain adalah cumi-
cumi tidak memiliki tulang belakang, mudah di cerna, memiliki aroma dan rasa yang
khas, serta memiliki kandungan asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh
(Aat,2014).
Asam amino esensial yang terkandung dalam cumi-cumi adalah lisin, leusin dan
fenilalanine, sedangkan kandungan asam amino non esensial yang dominan pada
cumi-cumi adalah asam aspartate dan asam glutamate. Kedua asam amino ini sangat
berkontribusi besar terhadap timbulnya rasa sedap dan gurih daging cumi. Hal ini yang
menyebabkan secara alami cumi-cumi telah memiliki cita rasa gurih sehingga dalam
memiliki kandungan beberapa jenis mineral makro dan mikro dalam jumlah yang
cukup tinggi. Kadar mineral yang terkandung pada cumi-cumi sangat bervariasi,
walaupun dalam satu spesies yang sama. Keadaan lingkungan seperti tempat hidup,
ukuran dan umur yang menyebabkan variasi pada kadar mineral pada cumu-cumi.
Kandungan mineral yang ada pada cumi-cumi seperti kalium, natrium, kalsium,
magnesium, fosfor, dan selenium. Kalsium dan fosfor berguna untuk pertumbuhan
kerangka tulang sehingga penting bagi pertumbuhan anak-anak. Selain kaya akan
8
kandungan protein dan mineral, cumi-cumi juga sebagai sumber vitamin yang baik,
seperti vitamin larut lemak (A, D, E, K) serta vitamin B1, B2, B12, niasin, asam folat.
Cumi-cumi juga memiliki kandungan TMAO (Trimetil Amin Oksida) yang cukup tinggi,
dimana akan menyebabkan rasa yang khas terhadap daging cumi-cumi tersebut.
menyebabkan cumi-cumi mempunyai rasa yang manis. Bau amis pada cumi-cumi
Daging cumi-cumi memiliki kadar lemak yang relatif rendah, yaitu sebesar
7.5 g/100 gram bahan, dimana masing-masing terdiri atas 2.7 gr asam lemak tak jenuh
tunggal, 2.1 gr asam lemak tak jenuh ganda dan 1.9 gr asam lemak jenuh. Salah satu
golongan asam lemak tak jenuh ganda adalah omega 3 dimana dapat menurunkan
(DA) dan L-doppa selain itu juga terdapat senyawa kimia tirosinnase yang dapat
merusak indra pembau dan perasa predator. Menurut beberapa penelitian, senyawa
kimia tersebut dapat berfungsi memberikan rangsangan kepada cumi-cumi lain dalam
kehadiran musuh atau predator. Tiap jenis cumi-cumi memproduksi tinta yang
berbeda pula, misalnya pada jenis Octopuse memproduksi tinta yang berwarna hitam,
sedangkan pada jenis Squid memproduksi tinta yang berwarna biru kehitam-hitaman
dan pada jenis Cutlefish memproduksi tinta yang berwarna coklat (Anonimous, 2011).
dimana kantong tinta ini terletak di atas usus besar disekitaran anus. Apabila cumi-
cumi terancam dan diserang oleh predator, kantong tinta akan berkontraksi melalui
sebuah siphon atau pipa. Hal tersebut menyebabkan cairan tinta akan keluar dari
9
tubuhnya dan seketika terjadi pembentukan awan hitam yang mengelilingi tubuh dari
2005).
sebagai pengawet dan meningkatkan flavor pada cumi asin (Astawan, 2010). Di
negara Italia, tinta cumi-cumi dimanfaatkan sebagai salah satu bumbu masakan
pasta. Cairan yang ada pada kantong tinta cumi-cumi mengandung pigmen warna
melanin yang secara alami memiliki kandungan melanin 90 %, karbohidrat 0,8 % dan
2.1.3 Melanin
senyawa melanin dengan konsentrasi sangat tinggi dan adanya zat besi. Melanin
sendiri merupakan polimer kompleks yang tersusun atas asam amino tirosin, salah
satu asam amino yang berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim tubuh kita. Asam
amino tirosin antara lain berperan untuk pembentukan hormon dopamine dan
adrenalin, dua macam hormon yang memberikan efek positif bagi hidup kita (Liu et
al., 2004).
Melanin adalah pigmen alami yang ada pada sebagian besar organisme,
termasuk pada tumbuhan, hewan, bakteri dan jamur, dimana melanin tersebut
memiliki berbagai macam fungsi. Melanin merupakan derivat dari asam amino, tetapi
bukan protein. Sebaliknya, itu adalah biopolimer kompleks yang biasanya berasal dari
dua bentuk yaitu eumelanin dan pheomelanin yang berbeda dalam prekursor molekul
cephalopoda. Dalam Cephalopoda, struktur melanin dan sintesis yang terbaik dapat
hitam atau melanin ini juga ternyata kaya akan zat besi. Hal ini dibuktikan oleh Lei et
al., (2007), yang menemukan tinta cumi-cumi membantu kekurangan zat besi anemia
pada tikus. Kemampuan tinta cumi sebagai bahan alami dapat mengkelat ion Fe
dengan baik nantinya akan dapat dimanfaatkan sebagai fortifier zat besi.
Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu fungsional dan simpanan
(reserve). Zat besi yang fungsional sebagian besar adalah dalam bentuk hemoglobin
(Hb), sebagian kecil dalam bentuk myoglobin, dan jumlah yang sangat kecil vital
adalah hem enzim dan non hem enzim. Bila tubuh kekurangan Fe, penyebaran Fe
non hem dapat meningkatkan sepuluh kali dan penyebaran Fe hem meningakat
Zat besi merupakan komponen yang sangat penting dari hemoglobin (Juslina
et al., 2013). Zat besi dalam tubuh manusia sebagian besar terdapat sel darah merah
yaitu sekitar 65%, dalam jaringan hati, sumsum tulang 30%, limpa, dan sekitar 5%
terdapat dalam inti sel, dalam plasma dan sebagian otot sebagai myoglobin.
11
Sebagaimana di ketahui, bahwa didalam sel darah merah terdapat hemoglobin yaitu
molekul protein yang mengandung zat besi dan merupakan pigmen darah yang
Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia,
antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini diperlukan untuk mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh. Zat besi juga berperan sebagai pembawa oksigen dan
bagian dari beberapa enzim hemoprotein yang memegang peran penting dalam
proses oksidasi reduksi dalam sel (Arifin, 2008). Zat besi pada suatu bahan dapat
diperoleh dari garam-garam logam seperti NaCl, FeCl3, asam phospate, dan lain
sebagainya.
Ferri klorida merupakan suatu senyawa kimia yang berkomoditas pada skala
industri, dengan rumus kimia yaitu FeCl3. Senyawa ini umum digunakan dalam
pengolahan produksi air minum, pengolahan air limbah, dan merupakan katalis baik
di industri maupun di laboratorium. Warna dari kristal FeCl3 tergantung pada sudut
pandangnya, ketika ada cahaya yang memantul FeCl3 bewarna hijau tua, tetapi ketika
ada cahaya pancaran FeCl3 bewarna ungu kemerahan, FeCl3 bersifat deliquescent
(berbuih di udara lembab) karena munculnya HCl yang terhididrasi membentuk kabut
(Holleman, 2001).
Sifat-sifat fisika FeCl3 menurut Perry et al. (1999), adalah sebagai berikut:
6. Berbentuk kristal
Ion Fe(III) yang berasal dari larutan FeCl3 mempunyai sifat asam, sehingga
pada saat bahan atau sampel ditambahkan FeCl3, memiliki sifat asam yang kuat hal
ini disebabkan oleh adanya gugus (-NH2) yang terprotonasi pada suatu bahan. Bila
bahan bersifat basa (OH) seperti tinta cumi-cumi, maka ketika FeCl3 ditambahkan
dengan tinta cumi-cumi maka akan saling berikatan. Hal tersebut sesuai dengan teori
HSAB (Hard Soft Acid Base) dimana asam kuat akan mudah berinteraksi dengan basa
kuat, sedangkan asam lemah akan mudah berinteraksi dengan basa lemah
dapat meningkatan kadar besi (Fe). Penambahan konsentrasi FeCl3 yang besar akan
meningkatkan kadar besi dari melanin tinta cumi-cumi (Wang et al., 2014).
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan, zat atau benda. pH
normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH < 7 menunjukkan zat tersebut memiliki
sifat asam sedangkan nilai pH > 7 menunjukkan sifat basa. pH 0 menunjukkan bahwa
kebasaan dari suatu zat tinggi. Pada umumnya indikator asam basa yang digunakan
adalah kertas lakmus, jika kertas lakmus berubah menjadi merah maka menunjukkan
bahwa tingkat keasamannya tinggi, dan warna biru menunjukkan tingkat keasaman
Indikator asam basa selain menggunakan kertas lakmus dapat juga diukur
dengan menggunakan pH meter. Dimana prinsip dari pH meter adalah bekerja dengan
13
impedensi tinggi. Istilah dari pH itu sendiri berdasarkan dari huruf “p” yaitu lambang
matematika dari negatif logaritma, dan huruf “H” adalah lambang kimia dari unsur
Proses adsorpsi ion logam sangat dipengaruhi oleh kondisi pH larutan. Pada
pH rendah atau asam akan memungkinkan terdapat banyak proton H+ yang tertarik
ke NH2 sehingga membentuk amina yang terprotonasi menjadi (NH3+). Bahan yang
memiliki kadar besi atau Fe jika diperlakukan dengan pH larutan akan terjadi beberapa
kemungkinan, dimana jika kondisi basa maka terjadi penurunan adsorpsi karena ion
Fe(III) cenderung lebih tertarik pada ion hidroksida (H+) dibandingkan pada gugus
amina yang ada pada melanin tinta cumi. Sedangkan pada kondisi asam maka banyak
proton H+ yang tertarik ke NH2 sehinga terbentuk amina yang terprotonasi NH3+
(Prambaningrum et al., 2009). Pada pH 4-7 hasil absorpsi melanin tinta cumi-cumi
dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi hanya dengan mengganti
dengan cara yang sama dengan adsorpsi hanya dengan mengganti adsorben dengan
pengkelat diantaranya asam sitrat, asam oksalat, asam malat, asam tartarat dan
kecepatan dan cara pengadukan, pH waktu kontak dan teknik penyaringan. Proses
logam dengan ligan (sequestran) (Marwati et al., 2005). Menurut Wang et al., (2014)
kandungan melanin Fe tinta cumi memliki fungsi sebagai pengkelat ion logam Fe yang