Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DI RSUD Dr. GUNAWAN MANGUNKUSUMO

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Dasar

Dosen Pembimbing: Ns. Novita WS, M. Kep

Disusun Oleh:

DYAH DEWI AYU ANDINI

20101440121021

PRODI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya, salam cinta dan shalawat untuk baginda Rasulullah SAW dan para
sahabat serta umatnya hingga akhir zaman. Syukur dan Alhamdulillah Laporan
Pendahuluan yang berjudul “GANGGUAN PEMENUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT” dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Dasar.

Dalam menyusun laporan pendahuluan ini penulis banyak memperoleh


bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak dan teman-teman yang
sudah mendukung demi terselesaikannya laporan pendahuluan ini. Penulis
menyadari bahwa dalam menyusun laporan pendahuluan masih jauh dari kata
sempurna.

Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan laporan pendahuluan ini. Penulis berharap
semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi
para pembaca laporan pendahuluan ini.

Ambarawa, 16 Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. ANATOMI FISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT............................4
BAB II.....................................................................................................................7
KONSEP TEORI...................................................................................................7
1. DEFINISI......................................................................................................7
2. TANDA-TANDA KEBUTUHAN TERPENUHI........................................8
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI.......................................8
4. GANGGUAN KEBUTUHAN YANG TERJADI........................................9
5. PATHWAY.................................................................................................12
6. PATOFISIOLOGI.......................................................................................13
BAB III..................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................14
I. PENGKAJIAN........................................................................................14
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................16
III. INTERVENSI KEPERAWATAN..........................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. ANATOMI FISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Cairan tubuh adalah air yang berada di dalam tubuh dan solute atau
zat terlarut yang terdiri dari elektrolit, seperti natrium, kalium, kalsium,
magnesium, karbonat, klorida, sulfat, fosfat dan bikarbonat dan non-
elektrolit seperti glukosa, asam urat, kreatinin dan bilirubin).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.Komponen
utama cairan tubuh adalah air. Jumlah total air dalam tubuh adalah 60%
berat tubuh. Cairan tubuh terdistribusi didalam tiga kompartemen yang
dipisahkan satu sama lainya oleh membrane sel, yaitu:
1) Kompartemen cairan intrasel
2) Kompartemen cairan ekstrasel, terdiri dari:
 Kompartemen interstitial
 Kompartemen ekstravaskuler

Fungsi dari kompartemen cairan adalah untuk menjaga volume dan


konsentrasi zat-zat agar tetap konstan yang memungkinkan dapat
melakukan metabolisme di dalam sel.

Kompartemen Cairan Tubuh

Volume Cairan {%}dari berat


Kompartemen
Cairan(L) Tubuh(%) badan
Cairan tubuh total 42 100 60
Cairan intrasel
28 67 40
(CIS)
Cairan ekstrasel
14 33 20
(CES)
Intravaskuler 2,8 6,6 (20% CES) 4

4
(plasma)
Cairan interstitial 11,2 26,4 (80% CES) 16

Air tubuh total dalam persentase berat badan


a) Bayi (baru lahir) 75 %
b) Dewasa
 Pria (20-40 tahun) 60 %
 Wanita (20-40 tahun) 50 %
c) Usia lanjut (> 60 tahun) 45-50 %

Intake Cairan

Kebutuhan Cairan
No Umur BB (kg)
(mL/24 jam)
1 Hari 3,0 250-300
2 1 Tahun 9,5 1150-1300
3 2 Tahun 11,8 1350-1500
4 6 Tahun 20,0 1800-2000
5 10 Tahun 28,7 2000-2500
6 14 Tahun 45,0 2200-2700
7 18 Tahun (adult) 54,0 2200-2700

Pengaturan pertama intake cairan melalui mekanisme haus, haus


dikendalikan di otak, sedangkan rangsanga haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan
sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbs oleh tractus
gastrointestinal.

5
Keseimbangan Cairan

Input (Liter/hari) Output (Liter/hari)


Insensible Water
Minum 1,25 0,9
Loss
Makanan 1,0 Keringat 0,1
Proses metabolik 0,35 Feses 0,1
Urin 1,5
Jumlah 2,6 Jumlah 2,6

Tubuh mengatur intake cairan melalui refleks haus. Haus


merangsang tubuh kita untuk minum. Ketika kehilangan cairan tubuh lebih
besar daripada pemasukan maka sel akan mengalami dehidrasi, dan
dehidrasi menstimulasi refleks haus yang ada di hipotalamus. Mekanisme
stimulasi refleks haus melalui tiga cara, yaitu:
1. Penurunan kelenjar saliva, yang mengakibatkan mukosa mulut dan
faring menjadi kering.
2. Peningkatan osmotik darah, yang menstimulasi osmoreseptor di
dalam hipotalamus.
3. Penurunan volume darah, yang mengarah pada sistem renin-
angiotensin II, yang merangsang pusat pengatur rasa haus di dalam
hipotalamus.
Penurunan cairan tubuh mengakibatkan peningkatan osmolaritas
darah dan penurunan volume darah. Penurunan volume darah
menyebabkan pengeluaran renin yang disintesis oleh ginjal dan
menstimulasi osmoreseptor di dalam hipotalamus. Hipotalamus akan
mengeluarkan Anti-Diuretic Hormone (ADH) dari kelenjar pituitari
posterior. Renin akan bereaksi dengan angiotensin (suatu protein plasma
yang diproduksi oleh hati) membentuk angiotensin I. Angiotensin I diubah
di dalam paru-paru menjadi angiotensin II oleh Angiotensin converting
enzyme (ACE).

6
BAB II

KONSEP TEORI

1. DEFINISI

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga


kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah merupakan salah satu bagian darifisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh.Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebution jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangancairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya jika salahsatu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam duakelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalahcairan yang berda di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairanyang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah
cairan di dalam sistemvaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang
terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluleradalah cairan sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran
cerna.

7
2. TANDA-TANDA KEBUTUHAN TERPENUHI

 Kontrol pengeluaran feses pasien meningkat


 Konsistensi feses pasien membaik
 Peristaltik usus pasien membaik
 Serum natrium pada tubuh pasien membaik

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan


elektrolit tubuh antara lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolism,
dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan disbanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gagguan fungsi ginjal atau jantung..
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendahmemiliki peningkatan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkanseseorang
yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan
sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.
Ketika intake nutrisi tidakadekuat maka tubuh akan membakar
protein dan lemak sehingga akan serum albumin dancadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proseskeseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.

8
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan
natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh. Misalnya: Trauma seperti luka bakar
akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
1) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
2) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan
mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena
kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara
mandiri.
f. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti: suction, nasogastric tube dan
lain-lain.
g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan danelektrolit tubuh.
h. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

4. GANGGUAN KEBUTUHAN YANG TERJADI

Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan


ekstraseluler (ECF) dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya
natrium dan air dalam jumlah yang relative sama, sehingga berakibat pada

9
kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).
Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler
(ICF) dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air
dalam jumlah ang relatif tidak seimbang.
Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan
hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali
keadaan ini. Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat
berubah tanpa disertai perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-
partikel yang aktif secara osmotik sehingga mengakibatkan perubahan
komposisional.
a. Ketidakseimbangan Volume
1) Kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF) atau
hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh
isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam
jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik
sering kali diistilahkan dehidrasiy ang seharusnya dipakai
untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif
mengakibatkan hipernatremia.
(1) Cairan Isotonis adalah cairan yang
konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan
tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan
Ringer Lactate (RL).
(2) Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh,
contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl
normal, Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 %
dalam NaCl 0,45%.
(3) Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi
zat terlarut/kepekataannya Kurang dari cairan tubuh,
contohnya : larutan Glukosa 2,5 %.,NaCl.0,45
%,NaCl 0,33%

10
2) Kelebihan Volume ECF dapat terjadi bila natrium dan air
kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira
sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan
pada ECF (hipervolemia) maka cairan akan berpindah ke
kompartement cairan interstitial sehingga menyebabkan
edema. Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang
berlebihan.
b. Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut
dalam cairan- cairan tubuh.Karena natrium merupakan zat terlarut
utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan
kasus hipoosmolalitas (overhidrasi)adalah hiponatremia yaitu
rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu
tingginya kadar natrium di dalam plasma. Pahami jugaperubahan
komposisional di bawah ini :
1) Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum
kurang dari 3,5 mEq/L.
2) Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum
lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L.
3) Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu
segera dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia
dan gagal jantung yang fatal

11
5. PATHWAY

KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN
TUBUH

Tanda dan Gejala:

1. Haus
2. Kelemahan
3. Peningkatan
frekuensi nadi
4. Peningkatan suhu
tubuh penurunan
turgor kulit

1. Infeksi usus 1. Ekskresi keringat Pergerakan cairan


secara berlebih intraseluler ke
2. Kehilangan
intravaskuler
cairan aktif terus 2. Kegagalan
menerus mekanisme regulasi

Diet

Penyakit Lingkungan

1. Diare Lingkungan yang


2. Mikroorganis bertemperatur
me panas

12
6. PATOFISIOLOGI

Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan


dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hypovolemia. Umumnya gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, kemudian diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.
Untuk mengkompensasi kondisi ini tubuh melakukan perpindahan
cairan intraseluler. Secara umum defisit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan
asupan cairan, pendarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi
tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi
potensial seperti pleura, peritoneum, pericardium, atau rongga sendi.
Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
cerna, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. Riwayat Kesehatan
1) Asupancairan dan makanan (oral dan Parental).
2) Tanda dan gejala gangguankeseimbangancairan dan
elektrolit.
3) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis
cairan danelektrolit.
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat
mengganggustatus cairan.
5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6) Faktor psikologis (perilaku emosional).
B. Pengukuran Klinik
1) Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan
penambahan atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam
masalah keseimbangan cairan yang berhubungan dengan
berat badan:
a) Ringan : ± 2%
b) Sedang : ± 5%
c) Berat : ±10%Pengukuran berat badan dilakukan
setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada,
pernapasan, dan tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3) Asupan cairan meliputi:
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena

14
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Iritasi kateter
4) Pengukuran keluaran cairan
a) Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses : Jumlah dan konsistensi
c) Muntah
d) Tube drainage dan IWL
5) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya
sekitar 200cc
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada:
1) Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan,otot, tetani dan sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobindan bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering.
4) Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik,tingkat
kesadaran.
5) Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntah-muntah
D. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar
natrium, kalium,klorida, ion bikarbonat.
b) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah,
hemoglobin (Hb),hematrokit
 (Ht).Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syo
k.
 Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik.

15
 Hb naik : adanya hemokonsentrasi
 Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemoliti
k.
c) pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk
mengaturkonsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah
4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Diare berhubungan dengan iritasi gastroentinal dibuktikan
dengan feses cair
2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan mual
muntah

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


No. Diagnosa Tujuan dan kriteria
Intervensi TTD
Dx Keperawatan hasil
1 Diare Setelah dilakukan Manajemen Diare Dyah
berhubungan tindakan keperawatan (I.03101)
dengan iritasi selama 3x24 jam Observasi
gastroentinal diharapkan eliminasi  Monitor warna,
dibuktikan fekal membaik dengan volume,
dengan feses kriteria hasil: frekuensi dan
cair 1. Kontrol konsistensi tinja
pengeluaran  Monitor jumlah
feses meningkat pengeluaran diara
dari skala 1 Terapeutik
(menurun) ke  Berikan cairan
skala 5 intravena (ringer
(meningkat) laktat)
2. Konsistensi

16
feses membaik Kolaborasi
dari skala 1  Kolaborasi
(memburuk) ke pemberian obat
skala 5 pengeras feses
(membaik)
3. Peristaltik usus
membaik dari
skala 1
(memburuk) ke
skala 5
(membaik)
2 Risiko Setelah dilakukajn Pemantauan Elektrolit Dyah
ketidakseimbang tindakan keperawatan (I.03122)
an elektrolit selama 3x24 jam Observasi
berhubungan diharapkan  Monitor mual,
dengan mual keseimbangan elektrolit muntah dan diare
muntah meningkat denga  Monitor
kriteria hasil: kehilangan cairan
1. Serum natrium  Monitor tanda-
membaik dari tanda vital pasien
skala 1
(memburuk) ke
skala 5
(membaik)
2. Serum kalium
membaik dari
skala 1
(memburuk) ke
skala 5
(membaik)
3. Serum kalsium

17
membaik dari
skala 1
(memburuk) ke
skala 5
(membaik)

18
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Siana, K. . Makalah Fisiologi Cairan dan Elektrolit. STIKES


MUHAMMADIYAH MANADO. Diunduh pada 17 Januari 2023 pukul 19.31
WIB.
https://www.academia.edu/6553415/Makalah_fisiologi_cairan_dan_elektrolit

Dewi, Aliana (2019) Modul Pelatihan ICU intermediate: Materi Inti 6


Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Manual. Himpunan Perawat Critical Care
Indonesia.

https://www.blogperawat.net/2020/06/anatomi-fisiologi-anfis-keseimbangan-
cairan.html diunduh pada 17 Januari 2023 pukul 19.17 WIB

19

Anda mungkin juga menyukai