Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIK

I. KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIK


1.1 DEFINISI
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan fisiologis yang
digunakan untuk alat transportasi zat nutrisi, elektrolit dan sisa
metabolisme sebagai komponen pembentuk sel, plasma, udara, dan
komponen tubuh yang lainnya, sebagai pengatur suhu tubuh dan seluler.

1.2 SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN


CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1.2.1 Sistem tubuh yang berperan antara lain :
a. Ginjal
1) Ginjal memiliki peranan yang besar bagi tubuh karena
berfungsi sebagai pengatur air, pengantur konsentrasi garam
dalam darah, dan pengatur ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.
2) Ginjal memiliki kemampuan tersebut karena memiliki
glomerulus sebagai penyerang cairan.
3) Cairan yang tersaring (Filtrat Glomerulus) kemudian mengalir
melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan
yang dibutuhkan.
4) Jumlah urin yang diproduksi ginjal, dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron rata-rata 1 ml/kg BB/jam.
b. Kulit
1) Merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang
terkait dengan proses pengaturan panas.
2) Proses diatur oleh pusat pengatur panas yang disarapi oleh
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan antikoagulan
dengan cara fasodilatasi dan fasokompliksi
3) Jumlah keringat yang dikeluarkan dipengaruhi oleh banyaknya
darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit
c. Paru-paru
1) Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan
menghasilkan insesible water lose kurang lebih 400 ml
perhari.
2) Pengeluaran tersebut dipengaruhi oleh perubahan frekuensi
dan kedalaman pernafasan.
3) Contohnya saat melakukan olahraga berat
d. Gastro Intestinal
1) Gastro intestinal merupakan saluran pencernaan yang
berperan dalam mengluarkan cairan melalui proses
penyerapan dan pengeluaran air
2) Saat kondisi normal cairan yang hilang dalam sistem ini
sekitar 100 sampai 200 ml perhari
3) Selain itu pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui
mekanisme rasa haus yang dikontrol oleh sistem endoktrin
(hormonal) yaitu ADH, sistem aldosteron, rostaglandin, dan
glukokortikoid.

1.2.2 Sistem Hormonal


a. ADH (Anti Deuretik Hormonal)
ADH (Anti Deuretik Hormonal) adalah hormon yang memiliki
peran meningkatkan reaksorsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbnangan air dalam tubuh
b. Sistem Aldosteron
1) Hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenal ditubuhlus
ginjal dan berfungsi pada absorsi natrium.
2) Proses pengeluaran aldosteron diatur oleh adanya prubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem aniotensinrenin
c. Krostaglandin
1) Krostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada
jaringan yang berfungsi merespon radang, pengendalian
tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan
gastrointestinal.
2) Asam lemak ini pada ginjal berperan dalam mengatur
sirkurlasi ginjal.
d. Glukokortikoik
Glukokortikoik berfungsi untuk mengatur peningkatan
reapsorpsi natrium dan air. Dengan demikian, hormon ini dapat
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi
natrium.

1.3 MEKANISME HAUS


1.3.1 Mekanisme haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan
1.3.2 Rasa haus merupakan faktor pendorong pemasukan air dari luar
1.3.3 Pusat pengontrol rasa haus terdapat pada hipotalamus
1.3.4 Dengan merangsang pelepasan renin yang dapat menyembuhkan
produksi angiotensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa
haus.
1.4 CAIRAN DAN ELEKTROLIK TUBUH
1.4.1 Pentingnya air dalam tubuh
a) Air dalam tubuh disebut cairan tubuh dimana cairan tubuh
merupakan 60% dari berat tubuh.
b) Volume cairan tubuh bervariasi menurut usia, jenis kelamin,
dan persentasi lemak.
c) Proporsi cairan tubuh menuru dengan pertumbuhan usia, dan
pada perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki
karena jaringan lemak mengandung sedkit air.
d) Neonatus dan bayi sangat rentan terhadap kehilangan cairan.
e) Sangat penting untuk mengganti cairan dan elektrolit kedalam
tubuh pada kasus dehidrasi berat, seperti akibat diare berat atau
sengatan sinar matahari.
1.4.2 Fungsi air pada manusia
a) Media agar semua raksi kimia dapat terjadi.
b) Transport nutrisi sisa-sisa pembuangan dan yang lainnya.
c) Transport O2 dari paru-paru ke sel.
d) Pengaturan distribusi kimia dan bioelektrik dalam sel mengatur
dan mempertahankan temperatur tubuh.
1.4.3 Kategori presentasi cairan tubuh berdasarkan umur
a) Bayi 75-80% dari total BB.
b) Laki-laki dewasa 57% dari total BB.
c) Perempuan dewasa 55% dari total BB.
d) Dewasa tua 45% dari total BB.

Presentasi cairan tubuh bervariasi, tergantung pada faktor usia,


lemak dalam tubuh, dan jenis kelamin.

1.4.4 Kebutuhan cairan sesuai umur


Umur Jumlah Air dalam 24 jam ml/kg Ml/kg BB
BB
3 hari 250 - 300 80 – 100
1 tahun 1150 - 1300 120 – 135
2 tahun 1350 - 1500 115 - 125
4 tahun 1600 - 1800 100 – 110
10 tahun 2000 - 2500 70 – 85
14 tahun 2200 - 2700 50 – 60
18 tahun 2200 - 2700 40 – 50
Dewasa 2400 – 2600 20 - 30

1.4.5 Komposisi cairan dalam tubuh


Cairan tubuh yang merupakan 60% dari berat tubuh
dipisahkan oleh membran sel menjadi :
a) Cairan didalam sel (intraseluler) yang berjumlah 40% dari berat
tubuh.
b) Cairan diluar sel (ekstraseluer) yang berjumlah 20% dari berat
tubuh. Cairan ekstraseluler terdiri atas :
1) Cairan intestitial yang berjumlah 15% dari berat tubuh
dimana cairan ini meliputi cairan transseluler seperti cairan
gastrointestinal, cairan serebrospinal, cairan intraokuler dan
cairan ruang potensial.
2) Cairan intravaskuler (plasma dara) sebesar 5% dari berat
tubuh.

1.4.6 Distribusi cairan tubuh


a) Tabel distribusi cairan tubuh :
Baian Cairan Volume (ml/kg) %/kg BB
Plasma 45 4,5
Volume Darah 75 7,5
Interstitial 200 20
Ekstrasel 250 25
Intrasel 360 36
Total 600 60

b) Tebel distribusi cairan dan persentasi berat badan/organ tubuh


dengan berat badan 70kg:
Jaringan % % Liter
Cairan/Air BB/Organ Air/70kg
Kulit 72,0 18,0 9,07
Otot 75,6 41,7 22,1
Rangka 22,0 15,9 2,45
Otak 74,8 2,0 1,05
Liver 68,3 2,3 1,63
Jantung 79,2 0,5 0,28
Paru-paru 79,0 0,7 0,39
Ginjal 82,7 0,4 0,25
Limpa 75,8 0,2 0,10
Darah 83,0 8,0 4,65
Intestino 74,5 1,8 0,94
Jaringan 10.0 Sekitar 10.0 0.70
Adiposa

c) Fungsi pendistribusian cairan tubuh


1) Cairan tubuh melintasi membransel dengan bebas, namin
transport elektrolit dan zat-zat lain terbatas.
2) Zat-zat makromolekul seperti protein plasma tidak bisa
melintasi dinding kapiler tetapi zat-zat mikromolekul
seperti air, elektrolit, dam asam amino bisa melintas dengan
mudah.
3) Volume cairan intraseluler dua kali lebih banyak dari pada
cairan ekstraseluler.
4) Perubahan dalam sirkulasi volume darah mengurangi cairan
ekstraseluler, namun dikompensasi oleh cairan intraseluler
5) Cairan intraseluler maupun ekstraseluler memainkan
peranan penting dalam mendukung kehidupan.
6) Cairan intraseluler terlibat dalam proses metabolik yang
mengubah nutrisi menjaidi energi sementara cairan
ekstraseluler mempertahankan sistem sirkulasi pengangkut
nutrisi kedalam sel dan membuang zat sisa.

1.4.7 Elektrolik tubuh


a) Elektrilit pada tubuh :
1) Elektrolit merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan
menghantarkan arus listrik.
2) Elektrolit terdapat pada seluruh bagian tubuh.
3) Didalm manusia terdapat ikatan kimiawi nonelektrolit
(glukosa dan urea) dan elektrolit (ikatan pembentuk ion).
4) Elektrolit dibedakan menjadi ion positif atau kation dan io
negatif atau (anion). Jumlah kation dan anion dalam larutan
selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).
5) Dalam hal ini cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien,
dan sisa metabolisme seperti karbohidrat disebut ion.
a. Ion negatif disebut : Anion (Klorida, Bikarbonat, Fosfat).
Anion utama dalam cairan ekstraseluler adalah klorida
(Clmin) dan bikarbonat (HCO3) sedangkan anion utama
dalam cairan intraseluler adalah ionfosfat (PO4).
b. Ion positif disebut : Kation (Natrium, Kalium, Kalsium,
Magnesium).
1. Kation utama dalam cairan ektraselular adalah
sodium atau (Na+) sedangkan kation utama dalam
intraseluler adalah potasium (K+).
2. Sautu sistem pompa terdapat didinding sel tubuh
yang memompa keluar sodium dan potasium.
6) Kadar elektrolit menentukan osmolalitas cairan intrasel,
ekstrasel dan intertitial.
7) Elektrolit terpenting didalam cairan ektrasel adalah natrium
dan klorida sedangkan didalam intrasel adalah potasium.
b) Tabel komposisi elektrolit :
Elektrolit Intrasel Ekstrasel Interstitial
Natrium 10 141 145
Kalium 155 3,7 3,8
Klorida 3 102 115
Bikarbonat 10 28 30
Kalsium < 0,01 1,2 1,2
(terionisasi)
Magnesium 10 0,8
Fospat 105 1,1 1,1

c) Pengatiran keseimbangan Elektrolit :


1) Pengaturan keseimbangan natrium :
a. Natrium sebagai kation utama didalam cairan
ekstraseuler dan paling berperan didalam mengatur
keseimbangan cairan
b. Natrium mengatur osmoralitas dan volume cairan tubuh
c. Kadar natrium plasma : 135 – 145 mEq/liter
d. Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa
mekanisme :
1. Lefatrial stretch reseptor
2. Baro reseptor sentral
3. Baro reseptor average ginjal
4. Aldosteron (Reabsorpsi) diginjal
5. Faktor natriutik atrial
6. Sistem renin angiotensin
7. Sekresi ADH.
8. Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TPW =
Total/Water)
e. Eksresi natrium dapat dilakukan oleh ginjal berupa urin
dan sebagian kecil melalui tinja, keringat, air mata
2) Pengaturan keseimbangan Kalium :
a. Merupakan katium utama terdapat dalam cairan intrasel
berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit
b. Keseibangan kalium diatur oleh ginjal
c. Kadar kalium plasma 3,5 – 5,0 mEq/Liter
d. Sistem pengaturan kalium melalui 3 langkah :
1. Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan
ekstrasel menyebabkan peningkatan produksi
aldosteron
2. Pengingkatan jumlah aldosteroj akan mempengaruhi
jumlah kalium yang dikeluarkan oleh ginjal
3. Jika peningkatan pengeluaran kalium terjadi maka
konsentrasi dalam cairan ekstrasel menurun
e. Kalium berpengaruh terhadap fungsi pernafasan
f. Partikel penting dalam kalium berfungsi untuk
menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain,
jaringan paru-paru, jaringan pencernaan dengan
konsentrasi H+ ekstraseluler
g. Ekskresi kalium melalui urin feses dan keringat
3) Pengaturan keseimbangan Kalsium :
a. Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk membentuk
tulang, mengantar impuls, kontraksi otot, koagulasi
(pembekuan) darah, membantu beberapa enzim panreas
b. Kalsium terdapat dalam makanan dan minuman
terutama susu
c. Zat ini memiliki kadar 4 – 5 mEl/Liter.
d. Ekskresi melalui feses urin dan kringat
e. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada intake besarnya
tulang keadaan endokrin
f. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar
paratiroit, tiroit, testis, ovarium dan hipofisis
g. Jika kadar kalsium menurun maka kelenjar paratiroit
merangsang pembentukan hormon paratiroit yang
meningkatkan jumlah kalsium dalam darah
4) Pengaturan keseimbangan Klorida :
a. Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel
b. Membatu proses kesimbangan natrium
c. Fungsi klorida bersatu dengan natrium untuk
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam
darah
d. Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
e. Sumber dari garam dapur
f. Hipokloremia merupakan kekurangan kadar klorida
dalam darah
g. Hiperkloremia merupakan kelebihan klorida dalam
darah
h. Normal pada orang dewasa 9 – 108 mEl/Liter
5) Pengaturan keseimbangan Magnesium :
a. Merupakan kation kedua dalam cairan intrasel
b. Magnesium ditemukan disemua jenis makanan
c. Kadar dari zat ini adalah 1,5 – 2,5 mEl/Liter
d. Keseimbangan diatur oleh keseimbangan paratiroit
e. Diabsorpsi dari saluran pencernaan
f. Dipengaruhi oleh konsetrasi kalsium
g. Hipomagnesium bila konsentrasi serum turun < 1,5
mEl/Liter
h. Hipermagnesium bila kadar magnesium dan serum
meningkat menjadi > 2,5 mEl/Liter
6) Pengaturan keseimbangan Bikarbonat :
a. Bikarbonat merupakan elektrolit utama luratan bufter
(penyangga) dalam tubuh
b. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal
c. Sedikit sekali bikarbonat yang akan dikeluarkan urin
d. Kadar bikarbonat arteri adalah 22 – 26 mEl/Liter
sedangkan bikarbonat vena adalah 24 – 40 mEl/Liter
7) Pengaturan keseimbangan Fosfat :
a. Fosfat berfungsi untuk menjadi energi pada
metabolisme sel
b. Fosfat bersama dengan ion kalsium meningkatkan
kekuatan dan kekerasan tulang dan pembentukan gigi
c. Fosfat masuk dalam struktur genetik yaitu DNA dan
RNA
d. Kadarnya 2,5 – 4,5 mg/100ml
e. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan
melalui urin

1.5 GERAKAN CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT


Pergerakan cairan tubuh dan elektrolit diatur oleh tekanan
kosmosis, osmolalitas/osmolaritas, dan tekanan onkotik plasma yang
istilah-istilahnya diuraikan sebagai berikut.

1.5.1 Teknana Osmosis


a) Osmosis :
1) Osmosis merupakan disfusi cairan melalui suati membran
semipermeabel yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi
zat pada kedua sisi membran tersebut (membran
semipermiabel adalah suatu membran yang bisa dilalui
pelarut atau air) namun tidak bisa dilalui zat terlaur atau
solute (elektrolit, protein).
2) Osmosis adalah perpindahan pelarut murni melalui membran
semipermiabel yang berpindah dari satu konsetrat absolute
rendah ke konstrat absolute tinggi
3) Defusi air terjadi pada daerah dengan konsentrasi zat terlarut
yang rendah kedaerah dengan konsetrasi zat terlarut yang
tinggi
4) Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membran sel yang
melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik
disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan
transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk
adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contohnya adalah
transportasi pompa kalium dan natrium
b) Tekanan Osmosis/Osmotik
1) Tekanan osmosis adalah tekanan yang dibutuhkan untuk
mencegah disfusi cairan dan ditentukan oleh jumlah partikel
perunit volume cairan (jumlah partikel perunti volume
disebut osmol)
2) Tekanan osmotik adalah pergerakan yang dibutuhkan untuk
mencegah disfusi (perembesan) cairan melalui membran
semipermiabel kedalam cairan lain yang konsentrasinya lebih
tunggi :
a. Percobaan pada keong :
1. Bila garam dipercikkan maka keong akan mengkerut
karena tekanan osmotik
2. Air didalam tubuh (cairan intraseluler) bergerak
melintasi membran sel keluar tubuh dimana konsentrasi
garam lebih tinggi, sehingga menyebabkan keong
tersebut
3. Makin banyak partikel (termasuk ion-ion) yang
dikandung larutan maka makin tinggi tekanan
kosmotiknya
b. Larutan Infus :
1. Larutan infus memiliki tekanan osmotik karen berisi
elektrolit dan zat-zat lain
2. Air atau larutan infus tersebar diseluruh tubuh sesuai
dengan perbedaan tekanan osmotik dalam cairan tubuh

1.5.2 Osmolalitas/Osmolaritas dan Tekanan Onkotik Plasma


a) Konsetrasi osmolalitas (/kg air) atau osmolaritas (/Liter air)
b) Osmolalitas plasma ± 280 mMol/Liter.
c) Ion Na+ dan Klorida Cl- menentukan 90% osmolalitas plasma
dan cairan interstitial
d) Ion K+ menentukan 50% osmolalitas intrasel
e) Adanya tekanan osmotik dan tekan onkotik plasma maka disekitar
dinding semipermiabel selalu terjadi keseimbangan
f) Keadaan yang dapat menganggu keseimbangan tersebut adalah
tonsisitas cairan, kelebihan cairan, atau kekuragan cairan

1.6 KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA


Bagian penting dalam mengatur kesimbangan kimiawi atau
komeostasis cairan tubuh adalah mengatur keasaman atau kebasaannya.
Dalam hal ini pengaturan asam basa adalah satu mekanisme pertahanan
tubuh dimana tubuh manusia berusaha untuk mempertahankan konsentrasi
ion hidrogen (H+) dalam plasma sebesar 0,00004 mEl/Liter, atau bisa
dinyatakan dengan nilai pH adalah sebesar 7,4.
Asam adalah substansi yang dapat meningkatkan konsentrasi ion
hidrogen dalam suatu larutan. Sedangkan basa atau alkali adalah suatu
substansi dengan konsentrasi dengan ion hidrogen yang rendah dan dapat
menerima ion hidrogen dalam suatu larutan.
1.6.1 Pengaturan Keseimbangan Asam Basa
a) Uraian berkaitan dengan pengaturan ksimbangan asam basa :
1) Cairan tubuh dipertahankan dalam kondisi sedikit basa
2) pH normal dalam arteri atau konsentrasi ion hidrogen dalam arteri
adalah berada pada pH 7,35 – 7,45 (sedikit basa)
3) beberapa sistem tubuh yang melipur dapar/buffer, sistem
pernafasan dan sistem ginjal terlibat aktif dalam mempertahankan
nilai pH yang penting untuk berfungsi secara optimal
b) Dapar/Buffer
1) Dapar adalah zat yang sanggup mengikat atau mebebaskan ion
hidrogen dalam suatu larutan
2) Dapar membantu mempertahankan keseimbangan asam basa
dengan menetralkan kelebihan asam/basa
3) Mekanisme sistem dapar terdapat dalam darah, ruang ekstraseluler
dan di dalam sel
4) Mekanisme sistem dapar dalam darah dan ruang ekstraseluler
adalah sistem yang paling cepat bereaksi terhadap perubahan asam
basa
c) Pengaturan Pernafasan
1) Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam basa dengan
mengeliminasi atau mempertahankan karbondioksida (CO2)
2) Penyesuaian pernafasan yang terjadi oleh perubahan pH darah
akan segera terjadi untuk menormalkan kembali nilai pH.
3) Walaupun penyesuain pernafasan ini berlangsung cepat tetapi
tidak sempurna
d) Pengaturan Oleh Ginjal
1) Meskipun sistem dapar dan sistem pernafasan dapat
mengkompensasi terjadinya perubahan pada pH ginajal
merupakan pengatur jangka panjang pada keseimbangan asam
basa
2) Ginjal dapat mengatur keadaan asam basa dengan cara membuat
urin lebih asam maupun lebih basa
3) Pengasaman urin didalam tuguliginjal distal merupakan fungsi
ginjal yang penting untuk menyimpan cadangan kation
4) Bila alkali berlebihan ginjal akan mengeksresikan urin yang
bersifat alkali untuk mengimbanginya
1.7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAIRAN TUBUH,
ELEKTROLIT DAN ASAM BASA
1.7.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan asam
basa :
Kemampuan tubuh untuk mengatur cairan, elektrolit, dan
keseimbangan asam basa dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan
permukaan tubuh, temperatur lingkungan, dan pola hidup :
a) Usia
Kebutuhan cairan dan elektrolit berbeda-beda terkait dengan usia
seperti :
1) Bayi memiliki kerentanan mengalami kehilangan volume
cairan karena proporsi permukaan tubuhnya lebih besar dari
pada orang dewasa
2) Pada lansia proses penuaan normal bisa mempengaruhi
keseimbangan cairan
b) Jenis Kelamin dan Permukaan Tubuh
1) Cairan tubuh total dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ukuran
tubuh
2) Perempuan mempunyai lebih banyak lemak dan lebih sedikit
cairan dari pada laki-laki
c) Temperatur Lingkungan
1) Orang yang sedang menderita sakit dan mengalami stress
beresiko terjadi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit bila
berada pada temperatur lingkungan yang tinggi
2) Kehilangan cairan melalui keringat meningkat pada
lingkungan yang panas
d) Pola Hidup
1) Faktor-faktor pola hidup seperti diet, olahraga, dan stress
dapat mempengaruhi cairan elektrolit dan keseimbangan asam
basa misalnya pada orang yang mengalami anoreksia beresiko
terjadi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
2) Stress dapat meningkatkan metabolisme seluler, kadar
konsetrasi, gula darah, dan kadar katekholamine
3) Latihan fisik atau olahraga seperti berjalan, berlari dan
bersepeda memiliki efek yang bermanfaat pada keseimbangan
kalsium yang dapat mengurangi resiko terjadinya osteoporosis

1.7.2 Faktor resiko ketidak seimbangan cairan elektrolit dan asam basa
lainnya :
a) Kondisi dan Penyakit Kronik
1) Penyakit paru kronik (asma, COPD, cystc fibrosis)
2) Gagal jantung kongestif
3) Penyakit ginjal
4) Diabetes Mellitus
5) Penyakit Cashing Sindrome dan Addison Deases
6) Cancer
7) Mallnutrisi, Anoreksia Nervosa, Bullimia
8) Illeostomi
b) Kondisi Akut
1) Gastroenteritis akut
2) Obstruksiboel
3) Trauma Kepala atau Penurunan Tingkat Kesadaran
4) Luka Bakar
5) Pembedahan
6) Demam, Luka berair, Fistula
c) Pengobatan
1) Dioretik
2) Kortikosteroit
3) Nonsteroit anti inflamantory drugs (NSID)
d) Treadment
1) Kemoterapi
2) Terapi IV dan total parenteral nutrisi (TPN)
3) Saction Nasogastrit Enteral Feeding
4) Ventilasi mekanik
e) Faktor Lain
1) Usia : Sangat tua atau sangat muda
2) Ketidakmampuan memasukan makanan atau minuman secara
mandiri

1.8 GANGGUAN DALAM VOLUME CAIRAN, ELEKTROLIT DAN


KESEIMBANGAN ASAM BASA
1.8.1 Gangguan dalam Keseimbangan Cairan Meliputi :
a) Kelebihan Cairan
1) Disebut dengan istilah lain heipervolemia (peningkatan
volume darah) atau overhidrasi
2) Dalam hal ini terjadi ketika terthannya air dan natrium pada
ekstraseluler dalam jumlah sama
3) Merupakan jumlah cairan yang berlebihanpada ekstrasel,
yang biasanya disebabkan oleh kadar Na+ yang tidak normal
atau gangguan pengeluaran cairan dari tubuh (bisa
disebabkan oleh penyakit gagal ginjal, payah jantung, atau
pemberian cairan infus yang berlebihan).

4) Penyebab :
a. Peningkatan intake natrium clorida
b. Pemberian natrium melalui infus yang cepat
c. Proses penyakit yang merubah mekanisme pengaturan spt
CHF, gagal ginjal, Sirosis pada hati dan cushing
sindromes
5) Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan
cairan :
a. Hipervolume (Peningkatan volume darah)
b. Edema (kelebihan cairan pada interstisial)
1. Normal cairan interstisial tidak terkait dengan air,
tetapi elastis dan hanya terdapat didalam jaringan
2. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan pitting
edema; merupakan edema yang berada dalam darah
verifer; mencenkung setelah ditekan pada daerah yang
bengkak.
3. Nompitting edema tidak menunjukan tanda kelebihan
cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan
trauma yang menyebabkan pengumpulan
membengkaknya cairan pada permukaan jaringan.
4. Kelebihan cairam vaskular dapat meningkatkan
hidrostatik cairan dan akan menekan cairan
kepermukaan interstisial sehingga menyebabkan
edema anasarka(edema yang terdapat diseluruh tubuh)
5. Peningkatan tekanan hidrostatistik yang besar dapat
menekan sejumlah cairan hingga kemembran kapiler
paru-paru dan dapat meningkatkan kematian
6. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung
yang mengakibatkan peningkatan penekanan pada
kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke
jaringan paru-paru
b) Kekurangan Cairan
1) Ulasan Singkat :
a. Bisa disebut dengan istilah lainnya hipovolemia atau
dehidrasi.
b. Biasanya pada pasien diare dan muntah
c. Terjadi karena berkurangnya total cairan tubuh
d. Penurunan jumlah cairan ekstreaseluler dapat terlihat
dengan menurunnya curah jantung dan ekstresi ginjal.
e. Dapat ditandai dengan oligurai (urine sedikit), rasa haus,
takhirkardia, hipotensi, mata cekung, elastisitas kulit
berkurang, kelemahan umum dan syok.
2) Macam-macam Dehidrasi :
a. Dehidrasi isotonic : tubuh kehilngan sejumlah cairan dan
elektrolit secara seimbang
b. Dehidrasi hipertonic : tubuh kehilangan lebih banyak air
daripada elektronik
c. Dehidrasi hipotonic : tubuh kehilangan lebih banyak
elektolit dari pada cairan.
3) Macam-macam Dehidrasi berdasarkan Derajatnya :
a. Dehidrasi berat :
1. Pengeluara/Kehilangan cairan sebanyak 4 – 6 liter
2. Serum nutrium mencapai 159 – 166 mEq/Liter
3. Hipotensi
4. Turgor Kuli Buruk
5. Oliguria
6. Nadi dan pernapasan meningkat
7. Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
b. Dehidrasi sedang dengn ciri-ciri :
1. Kehilangan cairan 2 – 4 Liter atau antara 5 – 10% BB
2. Serum Natrium mencapai 152 – 158 mEq/Liter
3. Mata Cekung
c. Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri : Kehilangan cairan
mencapai 5% BB atau 1,5 – 2 Liter
c) Ketidak Seimbangan Cairan Tubuh :
1. Ketika proporsi kehilangan air dan elektrolit dari ekstrasel
sama, disebut juga dengan Hipovelimia.
2. Penyebab :
a. Pengeluaran cairan yang abnormal, melalui kulit dan
gastrointekstinal
b. Penurunan intake cairan
c. Perdarahan
d. Peregerakan cairan kedalam 3 ruang
1.8.2 Gangguan dalam Keseimbangan Elektrolit Meliputi :
a) Gangguan dalam Natrium
1) Hiponatermia
2) Hipernatermia
b) Gangguan dalam Kalium
1) Hipokalemia
2) Hiperkalemia
c) Gangguan dalam Kalsium
1) Hipokalsemia
2) Hiperkalsemia

d) Gangguan dalam Magnesium


1) Hipomagnesia
2) Hipermagnesia

1.8.3 Ganggun dalam Keseimbangan Asam Basa Meliputi :


a) Asidosis Metabolik
1) Pada prinsipnya disebabkan oleh akumulasi asam-asam hasil
metabolisme (selain asam karbonat) atau kehilangan ion
bikarbonat atau kombinasi keduanya.
2) Dalah hal ini, Asidosis metabolik meruapakan suatu keadaan
kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam
3) Keadaan ini ditandai dengan adanya penurunan Ph kurang
dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22 mEq/Liter.
4) Tanda – tanda Klinis :
a. Nafas cepat dan dalam
b. Tidak sadar/kesadaran menurun
c. Akral dingin dan sianotik
5) Penyebab :
a. Kehilangan ion bikarbonat, seperti diare, muntah dan
disfungsi ginjal
b. Zat toksik yang dihirup, misalnya methanol, salisilat,
etanol, amonium klorida
c. Asidosis laktat, misalnya hipoksemia, anemia, syok,
latihan berat
d. Ketoasidosis, misalnya DM, alkohol, dan kelaparan
e. Ketidakmampuan eksreksi ion hidrogen, misalnya
disfungsi ginjal.
b) Asidosis Respiratorik
1) Pada prinsipnya terjadi peningkatan asam karbonat oleh
karena peningkatan produksi karbondioksida didalam plasma
akibat berkurangnya ventilasi.
2) Dalam hal ini, asidosis respiratorik merupakan suatau
keadaan yang disebabkan karena kegagalan sistem
pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan
tubuh dan mengakibatkan :
a. Terjadinya kerusakan pada pernapasan
b. Peningkatan PCO2 artieri diatas 45 mmHg
c. Penurunan pada Ph yakni kurang dari 7,35
3) Tanda-tanda klinis : kesadaran menurun, takikardi,
hipoventilasi
4) Penyebab :
a. Depresi pusat pernapasan (anestesia, sedativa, trauma
otak, hipoksia)
b. Gangguan neuromoskuler
c. Restriksi paru (efusi pluera, pneumothoraks)
d. Obstruksi jalan napas
e. Restriksi dinding dada
c) Alkalosis Metabolik
1. Terjadi peningkatan bikarbonat plasma, misalnya pada
keadaan muntah yang berlebihan atau onstruksi usus tinggi
2. Dalam hal ini, alkalosis metabolik merupakan suatu keadaan
kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan
tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih
dari 26 mEq/Liter dan Ph arteri lebih dari 7,45
3. Tanda-tanda klinis : Kejang, pada darah terlihat hipokalemia
4. Penyebab :
a. Kehilangan ion hidrogen (muntah, diorestik, fistula
lambung)
b. Pemberian bikarbonat berlebihan (intervena, oral)
d) Alkalosis Respiratorik
1. Terjadi penurunan tekanan karbohidrat dan asam karbonat
2. Dalam hal ini, alkalosis resoiratorik suatu keadaan
kehilangan CO2 dari paru-paru yang dapat menmbulkan
terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, Ph lebih dari
7,45
3. Tanda-tanda klinis: hiperventilasi, takikardia, kesadaran
menurun.
4. Penyebab :
a. Gangguan pada sistem syaraf pusat, misalnya tumor
otak, radan lapisan meningen.
b. Keracunan salisilat
c. Hipoksia pada ketinggian
d. Demam dan penyakit paru (emboria paru-paru, dan lain-
lain).
e. Bakterimia
f. Kecemasan
1.9 KEBUTUHAN CAIRAN SECARA UMUM
1.9.1 Kebutuhan cairan :
a) Rumus rata-rata kebutuhan cairan pada beberapa tahap kehidupan
sebagai berikut :
1) Dewasa = ± 30 – 35 ml/kg BB
2) Anak – anak dan bayi, sesuai dengan berat badan yaitu :
a. 0 – 10 kg = 100 ml/kg / 24 jam
b. 10 – 20 kg = 1000 ml + 50 ml/kg BB diatas 10 kg
c. > 20 kg = 1500 ml + 25 ml/kg BB duatas 20 kg
(Setiap kenaikan 1°C + 10 – 15% )
1.9.2 Keseimbangan Cairan
Berikut ini merupakan uraian singkat tentang banyaknya cairan dan
zat nutrisi yang dibutuhkan setiap hari. Yang dimaksud dengan
keseimbangan cairan adalah pada orang sehat, pemasukan dan
pengeluaran air seimbang. Bila keseimbangan ini terganggu,
dibutuhkan koreksi dengan pemberian infus atau dengan nutrisi
parenteral.
a) Uraian 1 keseimbangan cairan :
1) Asupan air dan makanan rata-rata adalah sekitar 2000 ml, dan
sekitar 2000 ml air metabolik dihasilkan dari metabolisme zat
nutrisi di dalam tubuh.
2) Air disekresikan dalam urin dan melalui penguapan
(evaporasi).
3) Jumlah eksresi urine adalah sekitar 1300/hari, sedangkan
melalui penguapan adalah sekitar 900 ml/hari.
4) Kebutuhan cairan bila asupan oral tidak mungkin dilakukan
(perlu cairan infus) adalah setara dengan kehilangan air dari
tubuh, yaitu : urine (Y ml) + 700 (ml)
5) Rumus :
a. Rumus
Volume infus Air metabolisme Volume urine Penguapan yg tdk disadaari
X ml + 200 ml = Y ml + 900 ml
b. Volume infus secara umum bisa dihitung/diberikan sebagai berikut :
Volume infus (ml) = Volume urine (ml) + 700 ml

Keterangan :
 Air metabolisme adalah air yang dihasilkan tubuh melalui
pembakaran zat nutrisi.
 Penguapan yang tidak disadari/IWL (insensible water loss)
adalah kehilangan air melalui penguapan dari kulit atau
keringat.

b) Tabel keseimbangan cairan tubuh :


Keseimbangan cairan tubuh dapat dapat dirumuskan secara umum,
seperti :
Masuk Keluar
Tak Tak
Tampak Tampak
Tampak Tampak
Minum 1000 Urine 1000
Makan 650 Kulit 500
Oksidasi air 350 Paru-paru 400
Feses 100
1000 1000 1000 1000

c) Pengaturan volume cairan tubuh :


Terdapat 4 cara pengeluaran cairan, yaitu :
1) Urine
2) Insessible Loss melalui kulit dan paru-paru
3) Noticeable loss melalui kulit
4) Kehilangan melalui intestine dalam bentuk feses
d) Jenis Cairan
1) Larutan isotonik
2) Larutan hipotonik
3) Larutan hipertonik

1.10 TERAPI CAIRAN


Terapi cairan merupakan pemberian cairan, elektrolit atau obat-obatan
melalui rute pembuluh darah
 Tujuan terapi cairan :
1) Mengganti kehilangan cairan yang hilang sebelumnya.
2) Mencukupi kebutuhan sehari-hari.
3) Mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung.
4) Dalam hal ini, terapi cairan bertujuan untuk mengatur keseimbangan
air dan elektrolit tubuh, dukungan nutrisi dan akses intravena.
 Jenis-jenis larutan elektrolit yang dapat diberikan, adalah :
a) Larutan elektrolit isotonik :
1) Normal saline
2) Ringer asetat/laktat
b) Larutan elektrolit hipotonik :
1) Dextrosa
2) KAEN

 Contoh cairan intravena/infus yang bisa diberikan :


a) Cairan RL (Ringer Lactat), Asering dan NaCl diberikan pada
penderita yang mengalami syok hipovolemik, diare dengan dehidrasi
berat, muntah-muntah hebat, perdarahan, luka bakar, kedaruratan
bedah dan intra operatif.
b) Cairan dextrosa dan KAEN bisa digunakan pada pasien rawat inap,
penyakit dalam, pediatrik, pulmonologi, dan kebidanan.
 Komplikasi pemberian cairan, yaitu :
a) Komplikasi sistemik, meliputi :
1) Kelebihan cairan tubuh
2) Kekurangan cairan tubuh
3) Kelainan elektrolit
a. Hiper/hiponatremia
b. Hiper/hipokalemia
c. Ketidakseimbangan asam-basa
4) Kelainan gula darah
5) Emboli udara
6) Kebocoran cairan pada tubuh/jaringan
b) Komplikasi lokal, meliputi :
1) Flebitis
2) Infeksi

II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN CAIRAN


DAN ELEKTROLIT
2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
2.1.1 Riwayat Keperawatan
2.1.2 Faktor Yang Berhubungan
2.1.3 Pengkajian Fisik

2.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Berikut ini adalah beberapa diagnosa berkaitan dengan masalah
kebutuhan cairan dan elektrolit :
2.2.1 Kekurangan Volume Cairan Berhubungan Dengan :
a) Pengeluaran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes
mellitus atau lainnya
b) Peningkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada
pasien luka bakar atau meningkatnya kecepatan metabolisme
c) Pengeluaran cairan secara berlebihan
d) Asupan cairan yang tidak adekuat
e) pendarahan
2.2.2 Kelebihan Volume Cairan Berhubungan Dengan :
a) Penurunan mekanisme regulator akibat kelainan pada ginjal
b) Penurunan curah jantung akibat penyakit jantung
c) Gangguan aliran balim vena akibat penyakit vaskuler prefer atau
trombus
d) Retensi natrium dan air akibat terapi kortikosteroid
e) Tekanan osmotikoloid yang rendah

2.2.3 Resiko Terjadinya Infeksi Berhubungan Dengan :


a) Penyakit kronik
b) Pemasangan alat invasif
c) Daya tahan tubuh menurun

2.2.4 Gangguan Integritas Kulit Berhubungan Dengan :


a) Perubahan pada turgur kulit
b) Kerusakan jaringan
c) Infiltrasi intravena
d) Infeksi
e) imobilisasi

2.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN


2.3.1 Tujuan
Mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
2.3.2 Rencana Tindakan :
a) Rencana tindakan umum
1) Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta
perubahan status keseimbangan cairan
2) Pertahanakan keseimbangan cairan.
b) Rencana tindakan bila kekurangan volume cairan, lakukan :
1) Rehidrasi oral atau parenteral sesuai dengan kebutuhan
2) Monitor kadar elektrolit dara seperti urea nitrogen darah,
urine, serum, osmolaritas, kreatinin, hematochrit, dan HB
3) Hilangkan faktor penyebab kekurangan volume cairan, seprti
muntah dengan cara memberikan minum secara sedikit tapi
sering atau dengan memberikan teh
c) Rencan tindakan bila kelebihan volume cairan, lakukan :
1) Pengurangan asupan garam
2) Hilangkan faktor penyebab kelebihan volume cairan dengan
cara melihat kondisi penyakit pasien terlebih dahulu. Apabila
akibat bendungan aliran pembulu darah maka anjurkan
pasien untuk istirahat dengan posisi terlentang, posisi kaki
ditinggikan, atau tinggikan ekstremitas yang mengalami
edena diatas posisi jantung, kecuali ada kontraindikasi.
3) Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan
kaos kaki yang ketat
4) Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi
5) Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan

Anda mungkin juga menyukai