Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SYARAT-SYARAT HADIS SHAHIH MELIPUTI KAEDAH


MAYOR SANAD DAN MATAM HADIS DA KAEDAH MINOR
SANAD DAN MATAN HADIS

DIPRESENTASIKAN PADA MATA KULIAH ILMU HADIS


SEMESTER 1 KELAS IH-12
DOSEN PENGAMPU
DR. H. MUHAMMAD ALI NGAMPO, M.Ag

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
• HAFSAH (30700123017)
• RIZQI AULIA DAMAYANTI (30700123009)
• RIFIAL MUKARRAM (30700123043)
• MUH. RESKI RAMADHAN (30700123036)

JURUSAN ILMU HADIS


FAKULTAS USLUHUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami memulai tulisan kata pengantar ini. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., sebagai junjungan dan teladan kita
dalam menjalani kehidupan secara Islami.

Pembelajaran Hadis dan Kaidah-kaidah fiqih merupakan salah satu satu


aspek penting dalam kehiduapan umat Islam. Dalam rangka memahami dan
mengamalkan ajaran Islam, kita perlu menyelami sumber daya pengetahuan yang
ada untuk memastikan bahwa pemahaman dan implementasi kita sesuai dengan
petunjuk yang benar. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, kami berusaha
menyampaikan pengetahuan tentang analsisi sanad dan matan hadis, serta
penerapan kaidah mayor dan minor dalam contoh hadis.

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk membantu umat Islam memahami
prinsip prinsip dasar dalam Islam secara lebih baik dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Diharapkan, melalui pemahaman yang lebih baik tentang
sanad, matan dan kaidah mayor serta minor, kita semua akan mampu memperdalam
kehidupan kita sebagai umat Islam yang taat dan bijaksana.

Terakhir, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi
amal kebaiakan bagi penulis dan pembaca, Kami menyadari bahwa tidak ada ilmu
yang sempurna selain yang dating dari Allah SWT. Oleh karena itu, jika ada
kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarokatuh

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2

D. Metode Penulisan ........................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

A. Definisi dan Kedudukan Hadis dalam Islam .................................................. 4

1. Definisi Hadis ............................................................................................. 4

2. Kedudukan Hadis dalam Islam ................................................................... 4

B. Definsi Sanad dan Perannya dalam Hadis ...................................................... 5

1. Definisi Sanad ............................................................................................. 5

2. Peran Sanad dalam Hadis ............................................................................ 5

C. Definisi Matan dan Perannya dalam Hadis .................................................... 6

1. Definisi Matan Hadis .................................................................................. 6

2. Peran Matan Hadis dalam Hadis ................................................................. 6

BAB III SYARAT HADIS SHAHIH ..................................................................... 7

A. PENGANTAR HADIS SHAHIH .................................................................. 7

1. Hadis Sahih ................................................................................................. 7

2. Fungsi Hadis Sahih ..................................................................................... 7

3. Beberapa Kitab Hadis Sahih ....................................................................... 8

B. KAIDAH MAYOR (Al-Qawa’id al-Kubro) .................................................. 8

C. KAIDAH MINOR .......................................................................................... 9

1. Tujuan Kaidah Minor .................................................................................. 9

ii
2. Contoh Kaidah Minor ............................................................................... 10

BAB IV CONTOH DAN ANALISIS HADIS SAHIH ........................................ 11

A. CONTOH HADIS SHAHIH ........................................................................ 11

B. ANALISIS SANAD DAN MATAN ............................................................ 12

2. Matan Hadis .............................................................................................. 13

C. PENERAPAN KAIDAH MAYOR DAN MINOR DALAM CONTOH


HADIS .............................................................................................................. 13

BAB V PENUTUP................................................................................................ 15

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 15

B. SARAN ........................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis merupakan bagian penting dalam kehidupan umat islam, karena
berfngsi sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Hadis mencakup setiap
perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan contoh
dan pedoman bagaimana seharusnya umat islam menjalani kehidupan mereka1.
Namun, mengevaluasi keotentikan dan kebenaran sebuah hadis menjadi hal yang
sangat penting, mengingat banyaknya hadis palsu atau lemah yang beredar2. Oleh
karena itu, mengetahui syarat-syarat hadis shahih menjadi pengetahuan yang wajib
dimiliki oleh umat Islam.

Salah satu metode untuk mengukur keotentikan hadis adalah dengan


memahami syarat-syarat hadis shahih, dimana syarat-syarat tersebut
dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu kaidah mayor dan kaidah minor3.
Kaidah Mayor mencakup factor-faktor yang lebih detaoil dalam sanad dan matan
yang juga diturut mempengaruhi status keotentikan sebuah hadis4.

Dalam konteks ini, penting bagi umat Islam, terutama para penuntut ilmu,
untuk memahami dan menguasai syarat-syarat hadis sahih beserta kaidah mayor
dan minor yang ada di dalamnya. Hal ini akan membantu mereka dalam mengenali
kebenaran serta membedakan hadis sahih dari hadis lemah atau palsu5.

Melalui makalah ini, penulis berharap pembaca dapat memahami bebebrapa


aspek penting dalam pembahasan hadis, serta berbagai syarat dan kaidah yang ada
dalam menilai status keotentikan sebuah hadis. Dengan demikian, diharapokan
umat Islam dapat semakin memperdalam pemahaman mereka terhadao hadist-

1
(Al-Shawkani, 2000)
2
(Azami, 2003)
3
(Al-Asqalani, 2010)
4
(Azami, 2003)
5
(Al-Suyuti, 1991)

1
hadist shahih, sehingga dapat meningkatkan amal ibadah dan kualitas keimanan
mereka.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, beberapa rumusan masalah
yang dapat diambil untuk menjadi focus penulisan makalan ini adalah :

1. Apa pengertian hadis, sanad, dan matan dalam studi ilmu hadis?
2. Apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadis dikategorikan
sebagai hadis shahih?
3. Bagaimana kaidah mayor dan minor dalam menentukan hadis shahih,
khususnya dalam aspek sanad dan mantan?
4. Apa peperanan strategi penilaian kaidah mayor dan minir untuk
memberikan keberagaman dalam memahami kedudukan hadis shahih di
kalangan umat Islam?
5. Bagaimana contoh penerapan syarat hadis shahih dan kaidah mayor dan
minor dalam menilai keabsahan suatu hadis?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, tujuan
penulisan makalan ini adalah sebagai berikut :

1. Memperjelas penegertian hadis, sanad dan matan dalam studi ilmu hadis,
sehingga pembaca dapat memahami tiga komponen penting ini dalam
mengkaji hadis.
2. Menjelaskan syarat syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadis
dikategoprikan sebagai hadis shahih, untuk membantu pembaca mengenali
hadis-hadis yang layak dihadikan sebagai sumber rujukan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Menguraikan kaidah mauor dan minor dalam menentukan hadis shahih,
khususnya dalam aspek sanad dan matan, agar pembaca dapat memahami
proses dan metode peniliaian keotentikan hadis secara lebih rinci.

2
4. Menunjukkan peranan strategi peniliaian kaidah mauor dan minor dalam
memberikan keberagaman dalam memahami kedudukan hadis shahih di
kalanagan umat Islam, sehingga pemahaman tersebut dapat menguatkan
keimanan pembaca terhadapat ajaran Islam.
5. Memberikan contoh penerapan syarat hadis sahih dan kaidah mayor dan
minor dalam menilai keabsahan suatu hadis, untuk membantu pembaca
mempraktikkan ilmu yang telah dipelajari dalam kajian nyata.

D. Metode Penulisan
Dalam Menyusun makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode
penulisan yang terstruktur dalam rangka mencapai tujuan yang telah diuraiakan
sebelumnya. Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam penulisan makalah :

1. Studi Pustakan : Penulis melakukan studi Pustaka yang intensif dengan


mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi berbagai sumber literatu
yang relevan, seperti buku-buku teks ilmu Hadis, artikel jurnal dan publikasi
online. Studi Pustaka ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
akurat dan terpercaya mengenao syarat-syarat hadis sahih dan kaidah mayor
dan minor.
2. Analsisi Konsep : Penulis secara sistematis mengkaji konsep-konsep terkait
hadis, sanad, matan, syarat-syarat hadis sahih, serta kaidah mayor dan
minor. Analsisi konsep ini dilakukan untuk memahami dan menjelaskan
interaksi antara konsep-konsep tersebut dalam menentukan keotentikan
hadis.
3. Penerapan Contoh : Penulis menggunakan contoh-contoh konkret dari hadis
atay kasus yang relevan untuk menggambarkan penerapan syarat hadis
sahih dan kaidah mayor dan minor dalam menilai keabsahan suatu hadis.
Contoh ini akan membantu pembaca memahami bagaimana ilmu yang telah
dipelajari diaplikasi dalam situasi nyata.
4. Penyusunan : Setelah mengumpulkan dan menganisisi semua informasi,
penulis Menyusun makalah dengan mengacu pada struktru yang telah
disampaikan pada awal pembahasab, Penyahuan informasi ditulis secara

3
sistematis, sehingga pembaca dapat mengikuti alur pikiran penulisan secara
jelas dan mudah dipahami.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Kedudukan Hadis dalam Islam


1. Definisi Hadis

Hadis adalah sebuah istilah yang berasal dari Bahasa Arab, yang berarti
“Kabar, cerita, atau pernyataan”. Dalam konteks Ilmu Hadis, definisi hadis adalah
sebagai berikut : Setiap perkataan, perbuatan, ketetapan atau sifat Nabi
Muhammad SAW yang dijadikan contoh atau pedoman bagi umat Islam dalam
kehidupan mereka6. Jadi, Hadis mencakup berbagai pesan yang di sampaikan oleh
Nabi Muhammad SAW, Baik melalui ucapan, Tindakan, ataupun oersetujuan atas
Tindakan orang lain dalam konteks keislaman.

2. Kedudukan Hadis dalam Islam

Hadis memegang kedudukan yang sangat penting dalam pandangan Agama


islam ,karena merupakan sumber hukum ke dua setelah Al-Qur’an. Fumgsi Hadis
adalah sebagai pelengkap dan penjelas bagi Al-Qur”an dalam mengatur kehidupan
umat Islam.

Selanjutnya, hadis juga di gunakan untuk menjelaskan dan


menginterpretasikan ayat-ayat Al-Qur’an supaya lebih mudah di pahami dan di
terapkan oleh umat Islam. Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dan
penyampaian Wahyu, membantu umat islam menghayati ajaran Al-Qur’an melalui
perbuatan dan ucapanNya. Oleh karena itu, Hadis memeiliki peranan yang sangat

6
(Al-Khatib al-Baghdadu, 2012)

4
penting sebagai sumber ajaran Islam dan rujukan utama dalam hukum-hukum
syariat kehidupan umat islam7.

B. Definsi Sanad dan Perannya dalam Hadis


1. Definisi Sanad

Sanad berasal dari Bahasa Arab yang berarti “Dukungan” atau “Pilar”.
Dalam konteks Ilmu hadis, sanad didefinisikan sebagai rangkaian atau urutan
parawai yang menghubungkan penerima hadis pada masa sekarang dengan Nabi
Muhammad SAW.8 Setiap parawai dalam sanad adalah suatu mata rantai yang
menstransmisikan hadis dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga hadis
tersebut sampai kepada kita.

2. Peran Sanad dalam Hadis

Sanad memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan


keotentikan suatu hadis. Sebuah sanad yang kuat dan dapat dipercayakan
menunjukkan bahwa hadis tersebut telah ditransmisikan dengan cara yang benar
dan studentsil dari Nabi Muhammad SAW hingga kepada penerima hadis pada
masa seakrang9. Berikut adalah beberapa peranan penting sanad dalam hadis :

a) Menjaga keotentikan Hadis : Sanad berfungsi untuk menjaga keotentikan


hadis dari pemalsuan atau penambahan yang tidak ada dalam ucapan atau
perbuatan Nabi Muhammad SAW. Dengan adanya sanad, kita dapat
menelusuri dan memverifikasi sumber asal hadis sehingga lebih mudah
untuk menilai kebenaran dan keotentikannya.
b) Mengindentifikasi Perawi Hadis: Sanad membantu kita mengindentifikasi
perawi yang meriwayatkan hadis tersebut. Informasi ini sangat penting
dalam menentukan keandalan dan kredibilitas parawi untuk menilai apakah
mereka bisa dipercaya dalam mentransmisikan hadis atau tidak

7
(IbnRajab Al Hambali, 2012)
8
(Ibn Hajar al-Asqalani, 2010)
9
(Al-Khatib al-Baghdadu, 2012)

5
c) Memastikan kesinambungan Rantai Penerus: Sanad menunjukkan
kesinambungan rantai penerus dalam penyebaran hadis dari generasi ke
generasi. Dengan mengevaluasi sanad, kita daoat memastikan bahwa hadis
tersebut telah disampaikan secara utuh dan tidak terputus sepanjang sejarah
penyebarannya10

C. Definisi Matan dan Perannya dalam Hadis


1. Definisi Matan Hadis

Matan Hadis berasal dari Bahasa Arab yang berarti “Teks” atau “isi”. Dalam
konteks Ilmu Hadis matan hadis didefinisikan sebagai bagian konten dari sebuah
hadis yang mencakup atau sifat Nabi Muhammad SAW yang menjadi sumber
ajaran bagi umat Islam11. Dengan kata lain, matan hadis merupakan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan melalui hadis tersebut.

2. Peran Matan Hadis dalam Hadis

Matan Hadis memengang peranan yang sangat penting dalam hadis karena
merupakan inti dari ajaran yang ingin disampaikan. Berikut ini adalah beberapa
peranan matan hadis dalam hadis :

1. Menyampaikan Ajaran Nabi Muhammad SAW: Matan Hadis berfungsi


untuk menyampaikan ajaran, nasihat, perintah, larangan atau informasi lain
yang berkaitan dengan kehidupan umat Islam. Matan Hadis mencakup
aspek-aspek seperti keimanan, ibadah, akhlak, muamalah, hukum dan
sebagainya.
2. Penjelas dan pelengkap Al Qur’an: Matan Hadis seing kasi bergunsi
sebagai penjelas dan pelengkap untuk ayat-ayat al Qur’an. Nabi Muhammad
SAW menjelaskan dan memberi contoh praktik dalam penerapan ajaran Al-
Qur’an melalui matan Hadis, sehingga umat Islam lebih mudah memahami
dan mengamalkan ajaran Islam.

10
(Ibn al-Salah, 2016)
11
(Al-Khatib al-Baghdadu, 2012)

6
3. Pengembangan Hukum Islam: Matan hadis juga berperan dalam
pengembangan hukum Islam (Fiqh). Para Fuqaha (ahli hukum Islam)
Menyusun hukum hukum Islam berdasarkan pada ajaran yang terdapat
dalam al Qur’an dan Matan Hadis, serta menggunakan metode Ijtihad untuk
menetapkan hukum dalam kasus kasus yang belum dijelaskan secara
eksplisit dalam nash (Al Qur’an dan Hadis).

BAB III
SYARAT HADIS SHAHIH

A. PENGANTAR HADIS SHAHIH


1. Hadis Sahih

Hadis sahih adalah hadis yang memenuhi seluruh syarat-syarat keotentikan


yang diterapkan oleh para ulama hadis. Secara Umum, syarat-syarat ini meliputi :

a) Sanad yang berkesinambungan


b) Perawi yang adil dan memiliki hafalan yang kuat
c) Matan Hadis hadis yang jelas dan tidak bertentangan dengan al-Qur’an
maupun hadis sahih lainnya, dan
d) Tidak mengandung ilala tau kecacatan12

2. Fungsi Hadis Sahih

Hadis sahih memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehiduapan umat
Islam, karena ia merupakan sumber ajaran Islam yang paling dapat diandalkan
setelah al-Qur’an. Berikut ini adalah beberapa fungsi hadis sahih :

a) Menyampaikan ajaran Nabi Muhammad SAW. Hadis Sahih mengandung


informasi yang berasal langsung dari Nabi Muhammad SAW dan kepada

12
(Al-Bukhari, 2010)

7
kita. Informasi ini mencakup berbagai aspek kehidupan rohani, sosial dan
hukum Islam.
b) Penjelas dan pelengkap al Qur’an : Hadis sahih berfungsi untuk
menjelaskan, memperjelas dan melengkapkan ajaran yang dimuat dalam al
Qur’an. Liontin Hadis Sahih merupakan petunjuk praktis bagi umat Islam
dalam penerapan ajaran al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari
c) Pengembangan Hukum Islam : Hadis sahih digunakan oleh para ulama
dalam mengembangkan hukum itu. Umat Islam yang didasarkan pada al-
Qur’an dan Sunnah.

3. Beberapa Kitab Hadis Sahih

Sejumlah kitab hadis sahih dikumpulkan oleh para ulama hadis dalam
rangka untuk melestarikan hadis hadis autentik. Beberapa Kitab Hadis Sahih yang
terkenal adalah :

a) Shahih al-Bukhari : Karya utama oleh Imam Al-Bukhari yang dianggap


sebagai kitab Hadis terotentik setelah al-Qur’an. Imam Bukhari
mengumpulkan sekitar 7.275 hadis dalam kitab ini.
b) Sahih Muslim : Karya utama oleh Imam muslim yang dianggap sebagai
kitab hadis sahih yang kedua setelah Shahih al-Bukhari. Imam Muslim
mengumpulkan lebih dari 9.200 hadis dalam keleksi ini.

B. KAIDAH MAYOR (Al-Qawa’id al-Kubro)


Kaidah mayor (al-qawa’id al-kubro) dalam hukum Islam merupakan
prinsip-prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh para ulama untuk
menyatakan aturan atau hukum yang diambil dari nash (Al-Qur’an dan Hadis) yang
bersifat umum dan dapat diterapkan pada berbagai situasi atau kasus13

1. Tujuan Kaidah Mayor


Tujuan Utama dari kaidah mayor adalah untuk menyederhakan dan
memudahkan pengertian umat Islam tentang hukum-hukum Islam, serta

13
(Ash-Shatibi I. A., 2014)

8
menjembatani antara sumber hukum primer (Al-Qur’an dan Hadis) dengan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Contoh Kaidah Mayor
Berikut ini adalah beberapa contoh kaidah mayor dalam hukum Islam :
a. Al-Yqinu La Yazuhu bi Al-Ishak (Kepastian tidak dapat dihilangkan
oleh keraguan) : Kaidah ini mengajartkan bahwa dalam suatu situasi di
mana kepastian dan keraguan bertentangan, kepastian harus
diutamakan, dan keraguan diabaikan14. Contoh : Seorang tidak yakin
apakah dia telah melakukan dua atau tiga rakaat dalam shalatnya, maka
hendaknya dia mendasarkan pada kepastian yaitu dua rakaat dan
menambah satu rakaat sebelum salam.
b. Al-umuru bi maqasadiha (Perbuatan dinilai menurut niat) : Niat atau
maksud seseorang dalam melakukan suatu perbuatan menjadi factor
utama dalam menentukan keabsahan dan nilai perbuatan tersebut dalam
pandangan Syariah15. Contoh : Orang yang shalat karena ingin dipuji
oleh orang lain, shalatnya tidak diterima syariat karena niatnya tidak
ikhlas mengharapkan ridha Allah SWT.

C. KAIDAH MINOR
Kaidah minor (al-qawa’id al-sughra) dalam hukum Islam merupakan
prinsip-prinsip yang lebih spesifik berasal dari kaidah mayor (al-qawa’id al-kubra)
dalam menghasilkan hukum-hukum yang diterapjkan pada kasus-kasus yang lebih
khusus dan terbatas16.

1. Tujuan Kaidah Minor

Tujuan utama dari kaidah minor adalah untuk menyederhakan dan


memberikan pendalalaman hukum-hukum Islam yang lebih spesifik, serta
memperjelas aplikasi konsep-konsep dasar dalam berbagai kasus atau situasi
khusus.

14
(Al-Kasani, 2013)
15
(Al-Qarafi, 2015)
16
(Al-Jaziri, 2012)

9
2. Contoh Kaidah Minor

Berikut ini adalah beberapa contoh kaidah minor dalam hukum Islam :

1. La darana wa la dirar (Tidak ada mudarat dan dharar) : Kaidah ini


menyaakan bahwa suatu Tindakan yang mengandung mudarat atau dharar
(Bahaya) baik bagi diri sendiri maupun orang lain tidak diperbolehkan
dalam syariat Islam17. Contoh : Seorang pejera dilarang merusak lingkungan
di sekitar tempat tinggal orang lain karena dapat menyebabkan bahaya bagi
Kesehatan dan kesejahteraan mereka.
2. Al-Mashaqqatujlibu al-taisir (Kesulitan mengundang kemudahan) : Prinsip
ini menyatakan bahwa dalam menghadapi situasi yang sulit atau darurat,
syariat Islam memberikan keringanan dan kemudahan dalam melaksanakan
aturan atau ibadah18. Contoh : Seorang musafir diberikan keringanan untuk
menyingkat dan menyatukan shalat Ketika berpergian.

17
(Ibn Nujaym, 2012)
18
(Al-Ashbahani, 2014)

10
BAB IV
CONTOH DAN ANALISIS HADIS SAHIH

A. CONTOH HADIS SHAHIH


Hadis sahih merupakan hadis yang memenuhi kriteria keotentikan yang
ditetapkan oleh para ulama hadis, termasuk memiliki sanad yang
berkesinambungan, perawi yang adil serta memiliki hafalan yang kuat, serta matan
yang jelas dan tidak bertentangan dengan al Qur’an dan Hadis Shahih Lainnya.

Berikut ini adalah contoh dari Hadis Sahih beserta referensinya :

Contoh Hadis Sahih :

“Innama al-a’mal bin niyyat”

Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya19

Penjelasan :

Hadis sahih di atas merupakan hadis terkenal yang merujuk kepada prinsip
bahwa niat atau maksud di balik perbuatan seseorang akan menentukan keabsahan
dan nilai perbuatan tersebut. Hadis ini disampaikan oleh Umar Bin Al-Khattab dan
dikumpulkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Sahih al-Bukhari. Melalui hadis
ini, umat Islam diajarkan bahwa dalam setiap perbuatan agama, niat yang ikhlas
untuk mengharapkan ridha Allah SWT akan menentukan nilai dan pahala yang
didapatkan.

Hadis ini memiliki sanad yang kuat dan berkesinambungan serta perawinya
memiliki integritas yang tinggi, oleh karena itu hadis ini dianggap sahih oleh para
ulama hadis. Hadis berhasil menjelaskan prinsip penting dalam islam tentang
pentingnya niat yang baik dalam setiap perbuatan, serta selaras dengan ajaran al-
Qur’an.

19
Shahih al-Bukhari, Kitab al-Iman, Bab Hadis Umar tentang Niat, No. Hadis 54

11
B. ANALISIS SANAD DAN MATAN
Menganalisis Sanad dan Matan Hadis “Innama al-a’mal bin Niyyat” :

1. Sanad Hadis :

Sanad adalah rangkaian perawi yang meriwayatkan hadis dari gurunya hingga
mencapai Nabi Muhammad SAW. Dalam hadis “Innamma al-a’mal bin Niyyat,”
sanadnya adalagh sebagai berikut :

Al-Bukhari meriwayatkan dari al-Humaidi (Abdullah Bin Az Zubair) yang


meriwayatkan dari Sufyan, yang meriwayatkan dari Yahya bin Said al-Ansari, yang
meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim at-Taimi, yang meriwayatkan dari
Alqamah bin Waqqas al-Laitsi, yang meriwayatkan dari Umar bin al-Khattab.

a) Al-Bukhari : Imam Al-Bukhari adalah seorang tokoh besar dalam bidang


hadis, yang sangat dihormati dan dianggap sebagai salah satu ahli Hadis
ternama. Karya utama, Shahih al-Bukhari, merupakan salah satu rujukan
hadis terotentik di dunia Islam.
b) Al-Humaidi (Abdullah bin Az Zubair) : Murid Imam al-Bukhari yang
dikenal sebagai perawi yang adil dan memiliki hafalan kuat.
c) Sufyan : Sufyan bin Uyainah, seorang ahli hadis dan al Qur’an yang dikenal
memiliki kejujuran tinhhi dan hafalan yang kuat.
d) Yahya bin Said al-Ansari : Mujtahid-Tabi’i yang dikenal memiliki
integritas dan kuat dalam menghafal hadis
e) Muhammad bin Ibrahim at-Taimi : Murid Yahya bin Said al-Ansari dan
seorang ahli hadis yang memiliki integritas tinggi.
f) Alqamah bin Waqqas al-Laitsi : Seorang Tabi’in yang dikenal sebagai
muridnya Abdullah bin Mas’ud dan memiliki integritas tinggi.
g) Umar bin Al-Khattab : Sahabat Nabi Muhammad SAW, salah satu dari
Khulafaur Rasyidin dan dikenal karena kejujuran dan pengetahuannya.

Dari analsisi sanad di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa sanad hadis
ini berkesinambungan, dan semua perawi yang terlibat memiliki integritas yang
tinggi dan hafalan yang kuat, sehingga sanad hadis ini dinilai sahih.

12
2. Matan Hadis

Matan adalah teks hadis itu sendiri. Matan Hadis “Innama al-a’mal bin
Niyyat” adalah sebagai berikut:

“Innama al-a’mal bin Niyyat” (Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya)

Dalam matan ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa nilai dan
keabsahan dari suatu amalan (Ibadah, Pekerjaan, dan lain-lain) tergantung pada
niat yang mendasari amalan tersebut. Matan ini mengajarkan prinsip bahwa niat
ikhlas yang mencari ridha Allah SWT adalah factor utama dalam menentukan
pahala dan hasil amalan seseorang.

Setelah menganaslsisi matan ini, kita bisa menyimpulkan bahwa matan hadis
ini jelas, tidak bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan konsisten dengan
prinsip-prinsip Islam yang lain. Oleh karena itu, matan hadis ini dinilai sahih.

C. PENERAPAN KAIDAH MAYOR DAN MINOR DALAM CONTOH


HADIS
Kaidah Mayor dan Minor (Al-Qawa’id al-Kubra dan al-Qawa’id al-
Sughra) adalah prinsip-prinsip dan aturan yang digunakan oleh ulama untuk
menyederhakan dan Menyusun hukum-hukum agama. Berikut adalah menjelasan
penerapan kaidah mayor dan minor dalam contoh hadis

Contoh 1 : Hadis tentang Profesinya dan Niat :

“Innama al-a’mal bin Niyyat” (Sesungguhnya amalan tergantung pada niatnya)20

Hadis ini menggambarkan kaidah mayor: “Penghargaan dan dosa bergantung pada
niat”21

Contoh aplikasi kaidah minor yang berhubungan dengan kaidah mayor di


atas : Jika seseorang memberikan sumbangan dengan niat mendapatkan pujian

20
(Al-Bukhari, 2010)
21
(Al-Bukhari, 2010)

13
manusia atau meningkatkan status sosialnya, amalannya tidak akan diterima oleh
Allah karena tidak dilakukan semata-mata untuk Allah.

Contoh 2 : Hadis tentang agama dan meringankan kesulitan :

“Ya Allah, jangan menjadikan agama sebagai beban berat” (Sahih al-Bukhari no.
76)22

Hadis ini menunjukkan kaidah mayor: “Agama miliki fleksibilitas dan


kemudahan”23

Contoh aplikasi kaidah minor yang berhubungan dengan kaidah mayor di


atas : Jika sseseorang dalam keadaan sakit tidak mampu berpuasa Ramadhan, maka
ia diizinkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya pada hari lain Ketika dia sudah
sehat.

22
(Al-Bukhari, 2010)
23
(Al-Jazair, 1997)

14
BAB V
MENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari Pembahasan tentang analsisi sanad dan matan hadis, serta penerapan
kaidah mayor dan minor dalam contoh hadis, kita dapat menyadari pentingnya
memahami prinsip-prinsip dasar dalam Islam. Mengetahui sanad dan matan hadis
membantu kita memahami keaslian dan konteks hadis, sementara kaidah mayor dan
minor memberikan kerangka kerja yang fleksibel dan praktis untuk menerapkan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari hari.

B. SARAN
1. Luangkan waktu untuk mempelajari sumber-sumber otentik tentang hadis,
seperti sahih al-Bukhari dan Fath al-Bari, serta karya karya ulama yang
menjelaskan kaidah mayor dan minor.
2. Ketika menghadapi situasi atau masalah yang tidak jelas dalam kehidupan
sehari hari, cobalah untuk merujuk pada kaidah mayor dan minor yang
relevan untuk membantu mengambil keputusan yang sesuai dengan ajaran
Islam
3. Diskusikan dengan ulama tau pembimbing rohani yang berpengetahuan
tentang hadis dan kaidah mayor dan minor untuk mendapatkan panduan
yang lebih rinci dan praktis dalam menghadapi situasi kehidupan tertentu
4. Teruslah belajar dan mengembangkan pemahaman Anda tentang Islam agar
lebih mntap dalam menjadi hidup sebagai seorang Muslim yang taat dan
bijaksana.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ashbahani, M. (2014). Al-Qwa'id al Fiqhiyyah wa Tatbiqatuha fi al-Mazahib


al-Arba'ah. Amman: Dar al-Nafais.

Al-Asqalani, I. (2010). Fathur Bari Syarh Shahih Al-Bukhari. Beirut: Dar Al-Ma-
Rifah.

Al-Bukhari, M. b. (2010). Sahih al-Bukhari. Beirut: Dar Ibn Kathir.

Al-Jazair, A. M. (1997). Minhaj al-Muslim. Riyadh: Darussalam.

Al-Jaziri, A. A. (2012). Hujjiyat al-Qawa'id al-Fiqhiyyah. Beirut: Dar al-Kutub al-


Ilmiyah.

Al-Kasani, A. b. (2013). Bada'i al-sana'i fi Tartib al-Shara'i. Beirut: Dar Al-Kutub


al-Ilmiyah.

Al-Khatib al-Baghdadu, A. K. (2012). Al-Jami' li Akhlaq al-Rawi wa Adab al-


Sami'. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah.

Al-Qarafi, S. b. (2015). Al-Furuq. Cairo: Dar al-Hadith.

Al-Shawkani, M. A. (2000). Nayl Al Awtar Syarh Muntaqa Al-Akhbar. Beirut: Dar


Al Kutub Al Ilmiyah.

Al-Suyuti, J. A. (1991). Tadrib Al-Rawi Fi Syarh Taqrib Al-Nawawi. Beirut: Al-


Nahda al-Rabiya.

Ash-Shatibi, I. A. (2014). Al-Muwafaqat fi Usul al-Shari'ah. Beirut: Dar al-Kutub


Al-Ilmiyah.

Ash-Shatibi, I. A. (2014). Al-Muwafaqat fil Usul Al-Shari'ah. Beirut: Dar Al Kutub


Al-Ilmiyah.

Azami, M. M. (2003). Studies in Early Hadith Literature. Indiaapolis: American


Trust Publications.

16
Ibn al-Salah, A. M. (2016). An Introduction To The Science Of Hadith, 'Ulum al-
Hadith. Cambridge: Islamic Text Society.

Ibn Hajar al-Asqalani, A. A. (2010). Nukhbat al-Fikar fi Mustalah Ahl Al Athar.


Beirut: Dar Al-Kutub al-Ilmiyah.

Ibn Nujaym, Z. A. (2012). Al-Ashbab wa Al Nazair. Beirut: Dar Al-Kutub al-


Ilmiyah.

IbnRajab Al Hambali, Z. A. (2012). Jami' Al-Ulum wa Al-Hakim. Beirut: Al-Kutub


al-Ilmiyah.

17

Anda mungkin juga menyukai