Anda di halaman 1dari 2

2.

Asas-asas Hukum Acara Perdata


Adapun asas-asas dalam proses penyelesaian perkara perdata adalah;1
1. Hakim Bersifat Menunggu: maksudnya ialah hakim bersifat menunggu datangnya
tuntutan hak yang diajukan kepadanya, kalau tidak ada tuntutan hak atau penuntutan
maka tidak ada hakim. Jadi apakah akan ada proses atau tidak, apakah suatu perkara atau
tuntutan hak itu akan diajukan atau tidak, hal ini sepenuhnya diserahkan kepada pihak
yang berkepentingan. (Pasal 118 HIR, dan Pasal 142 Rbg.)
2. Hakim Pasif: hakim di dalam memeriksa perkara perdata bersikap pasif dalam arti kata
bahwa ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk di
periksa pada asasnya di tentukan oleh para pihak yang berperkara dan bukan oleh hakim.
3. Sifat Terbukanya Persidangan: sidang pemeriksaan pengadilan pada asasnya adalah
terbuka untuk umum, yang berarti bahwa setiap orang dibolehkan hadir dan
mendengarkan pemeriksaan di persidangan. Tujuannya ialah untuk memberi
perlindungan hak-hak asasi manusia dalam bidang peradilan serta untuk lebih menjamin
objektifitas peradilan dengan mempertanggung jawabkan pemeriksaan yang fair (Pasal
19 ayat 1 dan 20 UU No.48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman). Apabila
persidangan tidak di buka untuk umum maka konsekuensi dari putusan yang dikeluarkan
tidak sah atau batal demi hukum.
4. Mendengar Kedua Belah Pihak: dalam Pasal 5 ayat 1 UU No.48 Tahun 2009
mengandung arti bahwa di dalam hukum acara perdata para pihak yang berperkara harus
sama-sama diperhatikan, berhak atas perlakuan yang sama dan adil serta masing-masing
harus diberi kesempatan untuk memberikan pendapatnya.
5. Putusan Harus Di Sertai Alasan-alasan: semua putusan pengadilan harus memuat atau
disertai dengan alasan-alasan yang dijadikan dasar untuk mengadili ( Pasal 184 ayat 1,
319 HIR, dan Pasal 195, 618 Rbg). Alasan-alasan atau argumentasi itu dimaksudkan
sebagai pertanggungjawaban hakim atas putusanya terhadap masyarakat, para pihak,
pengadilan yang lebih tinggi dan ilmu hukum, sehingga oleh karenanya mempunyai nilai
objektif.
6. Beracara di Kenakan biaya: untuk beracara pada asasnya dikenakan biaya (Pasal 121
ayat 4, 182,183 HIR, dan Pasal 145 ayat 4, 192-194 Rbg). Biaya perkara ini meliputi

1
Dikutif dari Sudikno Mertokusumo, Op.cit. hlm. 10 – 18.
biaya kepaniteraan, dan biaya untuk pengadilan, pemberitahuan para pihak serta biaya
materai.
7. Tidak ada keharusan mewakilkan: Pasal 123 HIR, 147 Rbg tidak mewajibkan para pihak
untuk mewakilkan kepada orang lain, sehingga pemeriksaan di persidangan terjadi secara
langsung terhadap para pihak yang langsung berkepentingan.

Anda mungkin juga menyukai