LANDASAN TEORI
2.1 Kualitas
Kualitas merupakan salah satu faktor yang dipakai oleh konsumen untuk membeli
suatu produk, yang mana suatu produk dapat dibandingkan dengan pesaingnya
berdasarkan kualitasnya. Banyak sekali definisi mengenai kualitas adalah sebagai berikut:
Deming (1986) Kualitas adalah mentranslate untuk mengubah kebutuhan yang akan
datang dari penggunana kedalam suatu karakteristik yang diperlukan agar sebuah produk
dapat di desain dan dibuat untuk memberikan kepuasan dengan harga yang dibayar oleh
pengguna.
Goestch dan David (1994) Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan.
(Sritomo,2001) Tujuan Pengendalian Kualitas Tujuan dari pelaksanaan pengendalian
kualitas adalah :
1. Pencapaian kebijakan dan target perusahaan secara efisien.
2. Perbaikan hubungan manusia.
3. Peningkatan moral karyawan.
4. Pengembangan kemampuan tenaga kerja.Dengan mengarah pada pencapaian tujuan-
tujuan diatas akan terjadi peningkatan produktifitas dan provitabilitas usaha.
Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa tujuan pengendalian kualitas adalah:
Memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan.
Penurunan ongkos kualitas secara kualitas.
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Istilah
ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam kaitannya
dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan,
seperti Six Sigma, TQM, Kaizen, dll
II-4
BAB II LANDASAN TEORI
melebihi harapan (Tjiptono, 2001). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan
penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007). Kualitas
pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para
konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh dengan pelayanan
yang sesungguhnya mereka harapkan / inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu
perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan
yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa
yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan
sangat baik dan berkualitas.Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada
yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.
Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan
yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan
atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya
kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut
dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya
pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian
ulang yang lebih sering. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang
yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang
dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya
saja biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut:
1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan.
2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan
oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini diartikan
sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan,
kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap
dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan
(service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen
atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh dengan pelayanan yang
sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu
II-5
BAB II LANDASAN TEORI
perusahaan. Hubungan antara produsen dan konsumen menjangkau jauh melebihi dari
waktu pembelian ke pelayanan purna jual, kekal abadi melampaui masa kepemilikan
produk. Perusahaan menganggap konsumen sebagai raja yang harus dilayani dengan
baik, mengingat dari konsumen tersebut akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan agar dapat terus hidup.
2.1.2.2. Responsiveness
Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang
dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan
tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas
jasa yang diberikan. Termasuk didalamnya jika terjadi kegagalan atau keterlambatan
dalam penyampaian jasa, pihak penyedia jasa berusaha memperbaiki atau
meminimalkan kerugian konsumen dengan segera. Dimensi ini menekankan pada
perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaan,
pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini
terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan
dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan.
2.1.2.3. Tangibles
Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang
diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles ini
akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam
mengevaluasi kualitas jasa. Perusahaan yang tidak memperhatikan fasilitas fisiknya
akan menumbuhkan kebingungan atau bahkan merusak image perusahaan.
II-6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.2.4. Assurance
Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee
untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam
mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena melibatkan
persepsi konsumen terhadap resiko ketidakpastian yang tinggi terhadap
kemampauan penyedia jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetiaan
konsumen melalui karyawan yang terlibat langsung menangani konsumen. Jadi
komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputi
ketrampilan, pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan
kredibilitas perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan
lain-lain.
2.1.2.5. Emphaty
Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh
karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk
juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini
merupakan gabungan dari akses (access) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa
yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan kemampuan melakukan
untuk menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari
konsumen dan pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami
kebutuhan dan keinginan konsumen.
II-7
BAB II LANDASAN TEORI
Menurut Yazid, (2005, hal 55) “Kepuasan adalah merupakan ketiadaan perbedaan
antara harapan yang dimiliki dan unjuk kerjayang senyatanya”.
Sedangkan menurut Buttle (2004, hal 29) kepuasan pelanggan adalah respons
berupa perasaan puas yang timbul karena pengalaman mengonsumsi suatu produk atau
layanan, atau sebagian kecil dari pengalaman itu.
II-8
BAB II LANDASAN TEORI
Jadi reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala
yang sama
Dalam pembuatan kuesioner dilakukan uji validasi dan reliabilitas. Uji
validasi mempersoalkan apakah benar – benar kita mengukur apa yang kita pikirkan
sedang kita ukur.
Reliabilitas menyangkut tentang ketetapan alat ukur. Suatu alat ukur disebut
mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap, dalam
pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability) dan
dapat diramalkan (predictability). Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah – ubah
pada pengukuranya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut
berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa.
Jika reliabilitas dan validitas tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal
dalam memberikan kesimpulan ataupun dalam memberikan alasan terhadap
hubungan –hubungan antar variabel. Bahkan secara luas reliabilitas dan validitas
mencakup mutu seluruh proses pengumpulan data sejak konsep data disiapkan
sampai kepada data yang siap untuk dianalisa.
II-9
BAB II LANDASAN TEORI
memiliki arti yaitu mengidentifikasi langkah-langkah yang hilang, yang diperlukan
untuk mencapai tujuan. Gap Analysis adalah alat perencanaan yang menciptakan
pandangan bersama tentang apa yang perlu dilakukan untuk menghilangkan
kesenjanagan antara keadaan sekarang dan masa depan yang diinginkan.
II-10