Anda di halaman 1dari 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konstruktivisme Sosial
Pada pembahasan kali ini akan dikemukakan suatu filsafat baru matematika yang
disebut "konstruktivisme sosial’. Tentu saja, karena menyangkut kisah filsafat
matematika. Di sisi lain, tidak terlalu banyak kisah baru harus diklaim, karena
konstruktivisme sosial (sebagian besar adalah perluasan dan perpaduan pandangan
matematika yang sudah ada sebelumnya, terutama mereka yang konvensionalis dan
quasi-empirisisme. Konstruktivisme Sosial memandang matematika sebagai konstruksi
sosial. Hal ini mengacu pada sifat tradisional, dalam menerima kenyataan bahwa bahasa
manusia, peraturan dan kesepakatan memainkan peran kunci dalam mengembangkan dan
membenarkan kebenaran matematika. Diambil dari kuasi-empirisme, epistemologi
fallibilist, termasuk pandangan bahwa pengetahuan dan konsep matematika berkembang
dan berubah. Hal ini juga mengadopsi tesis filosofis Lakatos bahwa pengetahuan
matematika tumbuh melalui dugaan (conjectures) dan penyangkalan (refutations),
memanfaatkan logika pada penemuan matematika (Ernest 1991).
Konstruktivisme sosial adalah suatu deskriptif sebagai lawan dari filsafat
preskriptif matematika, bertujuan untuk menjelaskan hakekat matematika dipahami
secara luas, seperti pada kriteria kecukupan. Dasar pengetahuan matematika adalah
pengetahuan linguistik, kesepakatan (convention) dan aturan; sedangkan bahasa adalah
konstruksi sosial, Proses sosial interpersonal diperlukan untuk mengubah pengetahuan
matematika subyektif individu, setelah publikasi, dalam menerima pengetahuan
matematika secara objektif, Obyektivitas itu sendiri akan dipahami sebagai sosial.
a. Tinjauan tentang Konstruksi Sosial
Sebagaimana quasi-empirisme, fokus utama konstruksi sosial adalah asal usul
pengetahuan matematika, dibandingkan pembenarannya. Pengetahuan matematika
baru yang dihasilkan dapat berupa pengetahuan subjektif ataupun objektif, dan
memberi ciri khusus pada konstruktivisme sosial dengan menganggap keduanya
merupakan bentuk pengetahuan, dan menghubungkan keduanya dalam siklus kreatif.
Ini bukanlah hal yang luar biasa dalam memandang pengetahuan subyektif dan
pengetahuan subyektif yang diperlakukan secara bersama dalam filsafat, sebagaimana
dalam Popper (1979). Apa yang kurang umum adalah memperlakukan hubungan
mereka, karena ini terkait dengan asal-usul pengetahuan dalam filsafat.
Konstruktivisme sosial menghubungkan pengetahuan subjektif dan objektif dalam
sebuah siklus di mana masing-masing memberikan kontribusi dalam pembaruan satu
sama lain. Pada siklus ini, jalur yang diikuti pencapaian pengetahuan matematika
baru dari pengetahuan subyektif (pembentukan pribadi seorang individu), melalui
publikasi menjadi pengetahuan (dengan pengawasan bahasan inter-subjektif,
reformulasi dan penerimaan). Pengetahuan objektif diinternalisasi dan direkonstruksi
oleh individu, selama belajar matematika, untuk menjadi pengetahuan subjektif
individual. Menggunakan pengetahuan ini, individu membuat dan mempublikasikan
pengetahuan matematika baru, sehingga melengkapi siklus. Jadi pengetahuan
subjektif dan objektif matematika masing-masing memberikan kontribusi kepada
penciptaan dan penciptaan-ulang yang lain.
Asumsi yang mendukung catatan konstruktivis sosial untuk penciptaan
pengetahuan sebagai berikut : Seorang individu memiliki pengetahuan subyektif
tentang matematika Perbedaan utama adalah antara pengetahuan subjektif dan
objektif. Berfikir secara matematis dari seseorang (baik proses dan produk,
pengetahuan matematika) adalah pikiran subjektif. Hal ini sebagian besar
mempelajari pengetahuan (yaitu rekonstruksi objektif) tetapi, tetap mengikuti
batasanbatasan tertentu yang kuat, proses hasil penciptaan-kembali dalam
representasi subjektif yang unik dari pengetahuan matematika. Selanjutnya, individu
menggunakan pengetahuan ini untuk membangun pengetahuannya sendiri, produk
matematika yang unik, kreasi dari pengetahuan matematika subjektif yang baru.
Publikasi adalah perlu (tetapi tidak cukup ) agar pengetahuan subjektif menjadi
pengetahuan objektif matematika Ketika hasil pengetahuan matematika subjektif dari
individu masuk ke masyarakat umum melalui publikasi, maka memenuhi syarat untuk
menjadi pengetahuan objektif.

Anda mungkin juga menyukai