Anda di halaman 1dari 12

BAB III

KONSTRUKTIVISME SOSIAL SEBAGAI


FILSAFAT MATEMATIKA
1. Konstruktivisme Sosial
Dalam bab ini akan dikemukakan suatu filsafat baru matematika yang disebut
konstruktivisme sosial. Konstruktivisme sosial memandang matematika sebagai
konstruksi sosial. Hal ini mengacu pada sifat tradisional, dalam menerima
kenyataan bahwa bahasa manusia, peraturan dan kesepakatan memainkan peran
kunci dalam mengembangkan dan membenarkan kebenaran matematika. Diambil
dari kuasi-empirisme, epistemologi fallibilist, termasuk pandangan bahwa
pengetahuan dan konsep matematika berkembang dan berubah. Hal ini juga
mengadopsi tesis filosofis Lakatos bahwa pengetahuan matematika tumbuh
melalui dugaan (conjectures) dan penyangkalan (refutations), memanfaatkan
logika pada penemuan matematika.
Konstruktivisme sosial adalah suatu deskriptif sebagai lawan dari filsafat
preskriptif matematika, bertujuan untuk menjelaskan hakikat matematika
dipahami secara luas. Dasar untuk menggambarkan pengetahuan matematika
sebagai konstruksi sosial ada tiga:
i.

Dasar

pengetahuan

matematika

adalah

pengetahuan

linguistik,

kesepakatan (convention) dan aturan; sedangkan bahasa adalah konstruksi


ii.

sosial,
Proses sosial interpersonal diperlukan untuk mengubah pengetahuan
matematika subjektif individu dalam menerima pengetahuan matematika

iii.

secara objektif,
Objektivitas itu sendiri akan dipahami sebagai sosial.
A. Tinjauan tentang Konstruksi Sosial
Fokus utama konstruksi sosial adalah asal-usul pengetahuan matematika.

Pengetahuan matematika baru yang dihasilkan dapat berupa pengetahuan subjektif


ataupun objektif, dan memberi ciri khusus pada konstruktivisme sosial dengan
menganggap keduanya merupakan bentuk pengetahuan, di mana masing-masing
memberikan kontribusi dalam pembaruan satu sama lain. Pengetahuan objektif
diinternalisasi dan direkonstruksi oleh individu, selama belajar matematika, untuk
menjadi pengetahuan subjektif individual.
1

Asumsi yang mendukung catatan konstruktivis sosial untuk penciptaan


pengetahuan sebagai berikut :
1. Seorang individu memiliki pengetahuan subjektif tentang matematika
2. Publikasi adalah perlu (tetapi tidak cukup) agar pengetahuan subjektif menjadi
pengetahuan objektif matematika
3. Melalui penerbitan heuristik Lakatos, pengetahuan menjadi pengetahuan
objektif matematika
4. Heuristik ini tergantung pada kriteria objektif
5. Kriteria objektif untuk mengritik pengetahuan matematika yang terpublikasi
didasarkan pada pengetahuan objektif bahasa, seperti matematika.
6. Pengetahuan subjektif matematika yang diinternalisasikan secara luas, akan
merekonstruksi pengetahuan objektif.
7. Kontribusi individu dapat menambahkan, melakukan restrukturisasi atau
reproduksi pengetahuan matematika
B. Masalah Konstruksi Sosial yang Akan Muncul
Ada dua permasalahan yang akan muncul dalam konstruksi sosial, yaitu :
-

Identifikasi objektivitas sosial atau diterima secara sosial.

Beberapa atribut tradisional tentang objektivitas, seperti sifat ketetapan dan


keabadian, sudah ditolak. Dengan kedua sifat itu banyak argumen tradisional
untuk objektivitas sebagai ideal manusia-super. Menurut Bloor (1984) kita bisa
mengadopsi syarat perlu untuk objektivitas, keberterimaan sosial, menjadi syarat
cukup juga. Tinggal menunjukkan bahwa identifikasi ini mempertahankan sifat
objektivitas yang diharapkan.
-

Masalah kedekatan konstruktivisme sosial pada sosiologis atau


empiris lain dalam menguraikan matematika
Karena konstruktivisme sosial merupakan kuasi-empiris dan memiliki tugas
menguraikan hakikat matematika termasuk matematika praktis, dalam bentuk
deskriptif sepenuhnya, maka batas antara matematika dan disiplin lainnya lemah.
Dengan menghilangkan hambatan filosofis tradisional ini membawa konsekuensi
filsafat matematika lebih dekat ke sejarah dan sosiologi matematika (dan juga
psikologi, tentang pengetahuan subjektif). Dengan demikian, ada bahaya
konstruktivisme sosial menyimpang ke sejarah, sosiologi atau psikologi.
2. Pengetahuan Objektif dan Subjektif
2

A. Hakikat Pengetahuan Objektif dan Subjektif


Kunci utama yang digunakan adalah perbedaan antara pengetahuan subjektif
dan pengetahuan objektif. Menurut Popper, pengetahuan subjektif adalah merujuk
kepada semua pengetahuan yang intersubjektif dan sosial, pengetahuan objektif
adalah pengetahuan logis, buku, perpustakaan, memori komputer, dan lainnya,
dan menurut Popper termasuk produk-produk dari pikiran manusia, seperti teoriteori yang diterbitkan/publikasikan, diskusi mengenai teori-teori semacam itu,
terhadap masalah terkait, bukti- bukti;dan itu buatan manusia dan bisa berubah.
Selanjutnya teori sosial tentang objektifitas diadopsi dari pengertian yang
dikemukakan Bloor.
Teorinya adalah :
yang saya maksud dengan mengatakan bahwa objektivitas adalah sosial adalah
bahwa karakter pribadi dan stabil yang melekat pada sebagian dari keyakinan
kita, dan rasa realitas yang melekat pada referensi mereka, berasal dari
kepercayaan ini menjadi institusi sosial.
B. Peran Pengetahuan Objektif dalam Matematika
Menurut konstruktivisme sosial, matematika yang terpublikasi, yaitu
matematika yang dinyatakan secara simbolis dalam wilayah publik, memiliki
potensi menjadi pengetahuan objektif. Penerapan logika Lakatos dalam penemuan
matematika ke matematika terpublikasi ini adalah proses yang mengarah pada
penerimaan sosial dan ke objektivitas, artinya baik proses maupun hasilnya adalah
objektif dan dapat diterima secara sosial.
Kesepakatan dan aturan bahasa dan logika yang berpijak heuristik ini adalah
objektif, juga diterima secara sosial. Kesepakatan-kesepakatan dan aturan-aturan
tersebut, berdasarkan paham konvensional, mendukung pengetahuan matematika
(termasuk logika). Hal tersebut memberikan dasar definisilogis dan matematika,
sebagaimana dasar untuk aturan-aturan dan aksioma- aksioma dari logika dan
matematika.
C. Peran Pengetahuan Subjektif dalam Matematika

Pengetahuan subjektif diperlukan untuk menjelaskan asal-usul pengetahuan


matematika baru serta sesuai dengan teori yang diusulkan, penciptaan kembali dan
keberlanjutan keberadaan pengetahuan.
Menurut penjelasan konstruktivis sosial, pengetahuan subjektif adalah apa
yang melanjutkan dan memperbaharui pengetahuan, apakah itu matematika,
logika atau bahasa. Jadi pengetahuan subjektif memainkan bagian inti dalam
membahas filsafat matematika.
3. Konstruktivisme Sosial: Pengetahuan Objektif
Konstruktivis sosial memberikan uraian pengetahuan objektif dalam
matematika. Kita perlu membenarkan uraian pengetahuan matematika objektif
dengan mendemonstrasikan baik objektivitas dari apa yang dimaksud, maupun
fakta yang memang dijamin oleh pengetahuan. Konstruktivisme sosial
memberikan penjelasan filosofis yang memadai tentang matematika. Ini
memenuhi kriteria untuk filsafat matematika.
A. Objektifitas dalam Matematika
Fakta menunjukkan bahwa objektivitas pengetahuan matematika dan objek
matematika adalah ciri matematika yang diterima secara luas, dan dapat dijelaskan
peruntukannya oleh filsafat matematika apa pun. Objektivitas matematika berarti
bahwa baik pengetahuan maupun objek matematika memiliki keberadaan otonom
atas adanya kesepakatan intersubjektif, dan yang tidak tergantung pada
pengetahuan subjektif sembarang individu. Pengarang menganggap bahwa
substratum pertama yang menyediakan dasar untuk objektivitas dalam
matematika, yaitu bahasa.

Dasar Linguistik (bahasa) dari Objektivitas dalam Matematika


Penjelasan Wittgenstein tentang dasar linguistik untuk logika dan matematika
telah disajikan dan dinilai menjanjikan. Akan diargumentasikan bahwa perolehan
kompetensi dalam bahasa alami, perlu melibatkan akuisisi yang besar, implisit,

bangunan pengetahuan. Bagian dari pengetahuan ini adalah pengetahuan dasar


matematika dan penalaran logis, beserta aplikasinya.
Komunikasi linguistik memerlukan aturan-aturan dan konvensi-konvensi
bahasa yang mewujudkan makna yang dibutuhkan. Kebutuhan ini, tanpa
komunikasi yang tidak berarti, adalah dasar dari objektivitas pengetahuan
matematika.
Dasar Linguistik (bahasa) dari Logika
Penggunaan istilah-istilah logika kunci seperti tidak, dan, atau,
berimplikasi, jika dan hanya jika, memuat, terdapat, untuk semua,
adalah, dan seterusnya, secara ketat mengikuti aturan-aturan linguistik. Aturanaturan ini tetap sebagaimana kebenaran pernyataan dasar seperti Jika A, maka A
atau B, dan aturan-aturan inferensi seperti A dan A berimplikasi B bersamasama berarti B. Aturan-aturan ini mencerminkan penggunaan istilah tersebut,
dan maknanya(menurut Wittgenstein). Aturan dan kesepakatan logika yang
mendukung lebih dari sekadar kebenaran dari logika. Sebagaimana telah kita
lihat, mereka juga mendukung hubungan logis, termasuk implikasi dan
kontradiksi. Jadi penalaran, dan memang, seluruh dasar argumen rasional,
berpijak pada aturan-aturan bersama bahasa.
Dasar Linguistik Mengakomodasi Perubahan Konseptual
Konvensi linguistik memberikan pengetahuan matematika sehari-hari dengan
landasan aman, demikian juga ia menyediakan alasan untuk perubahan dalam
matematika, seperti konvensi dan penggunaan linguistik berkembang dari waktu
ke waktu.
Gagasan cakupan permainan bahasa yang meliputi bagian matematika dari
bahasa alami memungkinkan keberatan yang akan dihadapi untuk dipilah. Ini
menyangkut klaim bahwa ketika dasar dari pengetahuan matematika dan logika
adalah melekat pada bahasa alamiah yang digunakan, maka semua pengetahuan
matematika harus melekat dalam bahasa alamiah.
B. Jaminan Konvensionalis untuk Pengetahuan Matematika

Menurut pandangan konstruktivis sosial, pengetahuan matematika tidak


sempurna, dalam arti bahwa ia terbuka untuk di revisi, dan objektif yaitu diterima
secara sosial dan dicermati publik yang sesuai. Pengetahuan matematika yang
valid adalah pengetahuan yang diterima berdasarkan pada basis dimana menjadi
pengetahuan dijustifikasi publik (pembuktian dipublikasikan) yang telah lolos
(atau telah dirumuskan dalam kebenaran) dari kecermatan dan kritik publik.
Pembenaran untuk item tertentu terdiri dari pengetahuan matematika terdiri dari
bukti deduktif yang sah secara informal atau formal. Analisis suatu bukti
membenarkan item pengetahuan harus mempertimbangkan dua aspek: asumsi
awal eksplisit, dan urutan langkah yang dibenarkan menuju ke kesimpulan.
C. Objek Matematika
Objektivitas pengetahuan matematika adalah sosial, yang didasarkan atas
dukungan aturan bahasa, diperlukan komunikasi yang kita kenal. Dalam bahasa
alami, setiap rangkaian yang dimainkan bahasa dapat dianggap sebagai wacana,
termasuk satu rangkaian bahasa, aturan dan kebenaran, bersama-sama membuat
sebuah teori naif.
Kontroversi besar abad pertengahan universal telah berkobar baru dalam
filsafat modern matematika. Isu ini jelas sekarang daripada yang klasik, karena
kita sekarang memiliki standar yang lebih eksplisit dimana untuk memutuskan apa
yang ontologi teori tertentu atau bentuk wacana berkomitmen untuk: teori
berkomitmen untuk mereka yang hanya entitas variabel yang terikat teori, yang
harus mampu mengarahkan agar afirmasi dibuat dalam teori yang benar. (Quine,
1948, Halaman: 13-14).
Objek matematika mewarisi kepastian (yaitu kestabilan definisi) dari
objektivitas pengetahuan matematika, dan pada gilirannya memerlukanhal yang
permanen bagi mereka sendiri dan beserta tujuan keberadaan. Objektivitas mereka
adalah komitmen ontologis yang pasti menyertai penerimaan bentuk-bentuk
wacanatertentu.
Tetapi juga, objek-objek matematika yang relatif bervariasi dari konkrit,
deskripsi bahasa alamiah tertanam dalam dunia yang masuk akal, ke teorientitas
matematika yang abstrak dan yang utama bisa diakses (Jech, 1971). Banyak

istilah-istilah dasar dan konsep matematika memiliki aplikasi dan contoh-contoh


konkret di dunia. Karena mereka adalah bagian dari bahasa yang dikembangkan
untuk menggambarkan fisik (dan sosial) dunia. Jadi istilah-istilah seperti satu,
dua,

sepuluh,

line,

sudut,

persegi,

segitiga,

dan

seterusnya,

menggambarkan sifat-sifat objek atau set objek, di dunia. Istilah lain seperti add,
kurangi, membagi, mengukur, putar, dan seterusnya, menjelaskan tindakan
yang dapat dilakukan pada objek konkret.
Pandangan konstruktivis sosial adalah bahwa obyek matematika adalah
konstruksi sosial atau artefak-artefak budaya. Mereka ada objektif dalam arti
bahwa mereka adalah publik dan intersubjektif ada kesepakatan tentang sifat dan
eksistensi mereka.
D. Asal-usul Pengetahuan Matematika
Dalam menerima bahwa matematika merupakan konstruksi sosial, maka
tersirat bahwa matematika objektif pengetahuan adalah produk dari manusia.
Menurut penggunaan diadopsi, pemikiran matematika dari seorang individu
adalah pikiran subjektif. Lakatos 'penemuan matematika, kriteria objektif
memainkan bagian penting. Mereka digunakan untuk menilai kebenaran dari
kesimpulan, konsistensi asumsi, konsekuensi dari definisi, validitas formalizations
dalam mengekspresikan gagasan informal dan sebagainya. Kriteria bersama yang
digunakan dalam proses seperti pemeriksaan kritis termasuk ide-ide logika dan
kesimpulan yang benar dan gagasan metodologis dasar lainnya dan prosedur, yang
tergantung untuk sebagian besar pada pengetahuan matematika dan logis bersama.
Varietas Penciptaan Matematika
Apa yang belum diperhitungkan adalah bagaimana beberapa penambahan
pengetahuan adalah tambahan, sedangkan yang lain menghasilkan restrukturisasi
atau reformulasi pengetahuan yang ada. Seperti sains, matematika diakui menjadi
hypothetico-deduktif.

Untuk

kecukupan,

konstruktivisme

sosial

harus

memperhitungkan 'efektivitas masuk akal matematika dalam ilmu' (Wigner,


1960). Hal ini dapat menjelaskan penerapan matematika pada dua alasan: (1)
matematika didirikan pada bahasa alami empiris kita; dan (2) kuasi-empirisme

matematika berarti bahwa itu tidak begitu sangat berbeda dari ilmu pengetahuan
empiris pula. Pertama-tama, kita sudah berpendapat bahwa pengetahuan
matematika bertumpu pada aturan dan konvensi bahasa alami.
Dasar linguistik untuk matematika, serta bahasa fungsi lain melakukan untuk
matematika, memberikan link interpretatif dengan fenomena dunia nyata. Dengan
cara ini akar linguistik yang memberikan matematika dengan aplikasi. Kedua,
kami telah menerima argumen Lakatos 'bahwa matematika adalah sistem
hypothetico-deduktif quasiempirical. Dalam mengakui ini, kita mengakui link
lebih dekat antara matematika dan ilmu pengetahuan empiris dari philosphies
absolut tradisional memungkinkan.
Quine (1960) bahkan melihat mereka berdua sebagai terjalin dalam, kain
terhubung tunggal. Mengingat analogi struktur mencolok ini, tidak mengherankan
bahwa beberapa struktur umum dan metode matematika yang diimpor ke teori
fisika.
E. Penerapan Pengetahuan Matematika
Konstruktivisme sosial

harus

memperhitungkan efektivitas yang tidak

masuk akal matematika dalam sains (Wigner, 1960). Hal ini dapat menjelaskan
penerapan matematika pada dua alasan: (1) matematika didasarkan pada bahasa
alamiah empiris dan (2) semi empirisme matematika berarti yang tidak begitu
berbeda dari ilmu pengetahuan empiris.
Berawal dari semua ini, kami telah berpendapat bahwa pengetahuan
matematika berada pada aturan dan kesepakatan-kesepakatan bahasa alam. Kita
telah melihat bahwa banyak kosakata matematika langsung diterapkan ke dunia
pengalaman, dan aturan-aturan bahasa alamiah termasuk kesepakatan tentang
bagaimana mengaplikasikan istilah-istilah ini. Sehari-hari dan penggunaan
ilmiah bahasa alami adalah fitur kunci dari peran, dan dengan menggunakan
konsep-konsep matematika tertanam memainkan bagian penting. Jadi dasar
bahasa matematika, serta bahasa yang lain melakukan fungsi-fungsi matematika,
memberikan interpretasi hubungan dengan fenomena dunia nyata. Dengan cara
ini para akar bahasa memberikan matematika dengan aplikasi.
Kedua, kami telah menerima Lakatos mengatakan bahwa matematika adalah

kuasi-empiris-deduktifhypothetico sistem. Dalam hal ini, kita mengakui yang


lebih dekat hubungan antara matematika dan ilmu pengetahuan empiris daripada
kemungkinan kemutlakan filsafat tradisional. Hal ini tercermin dalam kemiripan
dekat antara teori matematika dan teori ilmiah, yang kita amati. Kedua jenis teori
relatif ini mengandung pengamatan istilah dan teoretis, yang dihubungkan oleh
sebuah hubungan.
Secara keseluruhan, penerapan pengetahuan matematika ditopang oleh
hubungan erat antara matematika dan ilmu pengetahuan baik sebagai badan
pengetahuan dan sebagai bidang penyelidikan, metode berbagi dan masalah.
Matematika dan ilmu pengetahuan keduanya konstruksi sosial, dan seperti semua
pengetahuan manusia mereka terhubung dengan fungsi bersama, penjelasan
pengalaman manusia dalam konteks fisik (dan sosial) dunia.
4. Pengujian Kritis terhadap Proposal
Penjelasan konstruktivis sosial pengetahuan matematika yang berpotensi
memenuhi kriteria kecukupan akan filsafat matematika, karena pengetahuan
membicarakan, ontologi, aplikasi dan praktik.
Bagaimanapun, sejumlah kritikan dan beberapa penjelasan, dan ini harus
diantisipasi dan dijawab.
A. Matematika adalah Sembarang dan Relatif
Pertama-tama, ada masalah relativisme pengetahuan matematika dan
kebenaran. Jika, seperti yang diklaim, kebenaran matematika bertumpu pada
konvensi sosial, maka itu adalah baik sewenang-wenang dan relatif. Ini adalah
sewenang-wenang karena bersandar pada keyakinan sewenang-wenang, praktek
dan konvensi.
White (1982) berpendapat bahwa prinsip kontradiksi diperlukan untuk
pernyataan apapun yang akan dibuat dengan menggunakan bahasa. Karena tanpa
prinsip dalam operasi akan ada penegasan simultan dan penolakan. Definisi
objektivitas diadopsi membuka konstruktivisme sosial dengan muatan relativisme.
Artinya, itu hanya pengetahuan dari kelompok tertentu pada waktu tertentu. Hal
ini benar, tetapi ada dua keadaan mitigasi yang menghilangkan banyak kekuatan
kritik ini. Sebagaimana telah kita lihat, matematika melalui bahasa harus
9

memberikan gambaran yang layak dari aspek realitas empiris dan sosial. Jadi
relativisme matematika dikurangi dengan anchoring nya melalui aplikasi ini.
Bloor (1976) mengajukan pertanyaan ini, dan menggambarkan jawabannya
dengan gagasan-gagasan alternatif nomor, kalkulus, dan sebagainya dari sejarah
matematika. Jadi ada matematika alternatif, yang mencakup logika alternatif. abad
ini telah terjadi ledakan alternatif lain atau logika 'menyimpang', termasuk
banyak-nilai logika, logika Boolean bernilai, logika modal, logika deontis dan
logika kuantum.
B. Kegagalan Konstruktivisme untuk Menentukan Sembarang
Kelompok Sosial
Rekening konstruktivisme sosial yang diberikan mengacu pada 'penerimaan
sosial', 'konstruksi sosial' dan 'objektivitas sebagai sosial'. Namun gagal untuk
menentukan cara apapun yang kelompok-kelompok sosial yang terlibat, dan untuk
jangka sosial memiliki makna, itu harus mengacu pada kelompok tertentu.
C. Konstruktivisme Sosial Mengasumsikan Bahasa Alam Unik
Konstruktivisme sosial mempekerjakan pembenaran konvensionalis untuk
pengetahuan matematika. Ini mengasumsikan bahwa pengetahuan matematika
bertumpu pada bahasa alam yang unik, bertentangan dengan fakta bahwa lebih
dari 700 bahasa alami yang berbeda yang dikenal, banyak dengan basis yang
sangat berbeda dari bahasa Inggris.

D. Keberatan-keberatan yang Muncul Sebelumnya


1. Penerimaan sosial berbeda dengan objektivitas
Penerimaan sosial adalah tidak sama dengan objektivitas. Akun telah
diberikan pengetahuan matematika objektif, tetapi objektivitas telah ditafsirkan
ulang untuk berarti diterima secara sosial, dalam cara Bloor (1984). Oleh karena
itu benar untuk mengatakan bahwa objektivitas (dipahami secara sosial) yang
digunakan untuk berarti sesuatu yang berbeda.

10

2.

Konstruktivisme sosial tidak cukup untuk menjamin pengetahuan


matematis
Memang benar bahwa tulisan yang diberikan berfokus pada asal-usul

pengetahuan,

tetapi

tidak

mengabaikan

untuk

menjelaskan

pembenaran

pengetahuan matematika, meskipun dalam melakukan hal itu tantangan catatan


mutlak. Pengetahuan matematika dibenarkan sebagai pengetahuan hypotheticodeduktif, yang, dalam kasus pengetahuan yang diperoleh, melibatkan bukti.
Beberapa istilah dasar dan dasar logika dan bukti yang dibenarkan dalam hal
bahasa alam, menggunakan argumen sifat tradisional.
3. Konstruktivisme sosial mencampur-adukkan konteks penemuan dan
pembenaran dan melakukan kesalahan psychologism
Dengan menantang asumsi luas bahwa urusan filsafat dengan konteks
pembenaran dan bukan penemuan, konstruktivisme sosial tampaknya membuka
diri untuk menerima bantahan. Tulisan yang diberikan mengakui pentingnya
konsep-konsep ini dengan hati-hati dan membedakan antara dua konteks, dan juga
antara berbagai keprihatinan yang tepat filsafat, sejarah, psikologi dan sosiologi.
Namun dikatakan bahwa pada dasar kecukupan psikologi matematika harus
dihitung untuk pengembangan dan asal-usul pengetahuan matematika, meskipun
dari perspektif filosofis, seperti yang dianalogikan dalam filsafat ilmu
pengetahuan.

KESIMPULAN
1. Konstruktivisme sosial adalah suatu deskriptif sebagai lawan dari filsafat
preskriptif matematika, bertujuan untuk menjelaskan hakekat matematika
dipahami secara luas.
2. Dasar untuk menggambarkan pengetahuan matematika sebagai konstruksi
sosial ada tiga: (1) Dasar pengetahuan matematika adalah pengetahuan
linguistik, kesepakatan (convention) dan aturan, sedangkan bahasa adalah
11

konstruksi sosial, (2) Proses sosial interpersonal diperlukan untuk mengubah


pengetahuan matematika subjektif individu dalam menerima pengetahuan
matematika secara objektif, (3) Objektivitas itu sendiri akan dipahami sebagai
sosial.
3. Pengetahuan subjektif adalah merujuk kepada semua pengetahuan yang
intersubjektif dan sosial, pengetahuan objektif adalah pengetahuan logis
seperti: buku, perpustakaan, memori komputer, dan lainnya.
4. Konstruktivis sosial memberikan uraian pengetahuan objektif dalam
matematika.objektifitas matematika berupa bahasa (linguistik)
5. Menurut pandangan konstruktivis sosial, pengetahuan matematika tidak
sempurna, dalam arti bahwa ia terbuka untuk di revisi, dan objektif yaitu
diterima secara sosial dan dicermati publik yang sesuai.
6. Objektivitas pengetahuan matematika adalah sosial, yang didasarkan atas
dukungan aturan bahasa, diperlukan komunikasi yang kita kenal.
7. Penerapan matematika pada dua alasan: (1) matematika didirikan pada bahasa
alami empiris kita dan (2) kuasi-empirisme matematika berarti bahwa itu tidak
begitu sangat berbeda dari ilmu pengetahuan empiris pula.
5. Keberatan-keberatan yang muncul dalam konstruktivisme social matematia
adalah:

(1)

penerimaan

sosial

berbeda

dengan

objektivitas,

(2)

konstruktivisme sosial tidak cukup untuk menjamin pengetahuan matematis,


(3) konstruktivisme sosial mencampur-adukkan konteks penemuan dan
pembenaran dan melakukan kesalahan psychologism.

12

Anda mungkin juga menyukai