Anda di halaman 1dari 23

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Upaya orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anaknya membaca Al-

Qur’an anak di TPQ Baiturrahman Cipayung Jakarta Timur.

Setelah peneliti melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang

sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti dapan menjabarkan data hasil

penelitian.Data dibawah ini adalah data yang dihasilkan dari wawancara sebagian

para murid dan orang tua murid TPQ Baiturrahman Cipayung Jakarta Timur. Dan

observasi yang dilakukan peneliti secara langsung di lapangan serta hasil dokumentasi

yang diperoleh peneliti dari lokasi penelitian.

Pada awal penelitian, peneliti melakukan wawancara kepada Bapak Mansuri

yang sebagai ketua R.W dan pengasuh TPQ Baiturrahman tentang upaya apa yang

dilakukan pihak TPQ/ yayasan untuk memotivasi para anak-anak agar giat datang ke

tempat pembelajaran Al-Qur’an. Dan beliau menjawab :

“Usahanya ada beberapa salah satunya kami sudah menyiapkan buku juz amma
gratis bagi yang sudah lulus iqro 6.Jadi disini bagi siapa yang sudah selesai iqro 6
tidak langsung ke Al-Qur’an tapi kita haruskan ke juz amma supaya lebih lancar.”1

Kemudian bapak mansuri juga mengatakan :

“Kami juga menyediakan cemilan setelah pengajian seperti kue,atau agar-agar ya


walaupun tidak setiap hari setidaknya bisa membuat anak-anak senang.”2

Bapak mansuri juga memberikan nasihat, beliau mengatakan :

“Tapikan semua itu kembali lagi orang tuanya mas, kalo orang tuanya tidak
menyuruh/memaksa anaknya untuk datang mengaji, TPQ nya tetap sepi kan tidak
mungkin kita marah-marah ke anaknya karena tidak mau ngaji atau telet datang, telat

1
Wawancara dengan bapak Mansuri, pengasuh TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
2
Wawancara dengan bapak Mansuri, pengasuh TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
saja kita sudah bersyukur dia datang palingan kita menasihati agar lebih rajin lagi
datangnya.Niatnya kita Cuma membantu masyarakat.”3

Berdasarkan wawancara antara peneliti dengan bapak mansuri diatas dapat kita

ambil kesimpulan walaupun pihak yayasan atau pengelola melakukan atau membuat

banyak program supaya anak-anak bersemangat mengaji, peran orang tua dalam

memotivasi anaknya belajar membaca Al-Qur’an sangat besar karena yang bisa

menyuruh anak-anak agar mengaji adalah orang tuanya karena orang tua sebagai

pengasuh dan pembimbing di rumah.Ketegasan orang tua juga sangta penting agar

anak-anak menurut perkataan mereka memang agak terlalu memaksa tetapi semua itu

adalah sikap kepedulian orang tua kepada anaknya agar dapat bersikap baik dan serta

bermanfaat di kemudian hari.

Pendidikan pertama yang diterima seorang anak adalah dari orang tuanya,

maka orang tua harus mendidik anaknya ke arah yang baik, orang tua mempunyai

tanggung jawab atau kewajiban untuk membimbing anaknya dan membimbingnya

menjadi baik. Jika orang tua mendidik anaknya dengan cara yang baik maka anaknya

akan menjadi baik, sebaliknya jika orang tua mendidik anaknya dengan cara yang

buruk maka anaknya akan menjadi buruk.

Selain kepada pihak yayasan peneliti juga mewawancarai beberapa orang tua

murid yang anaknya mengaji di TPQ tentang upaya orang tua dalam memotivasi

anaknya belajar membaca Al-Qur’an.

Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan adalah apakah didalam keluarga

ibu/bapak terdapat yang paham Al-Qur’an atau dulunya lulusan pesantren ?

Ibu Yuni mengatakan :

“Tidak ada mas,ibu sama bapak lulusan SMA kalo tentang agama ibu cuma bisa
sedikit-sedikit.biasanya ibu sering dengerin ceramah-ceramah di TV.”4
3
Wawancara dengan bapak Mansuri, pengasuh TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
4
Wawancara dengan ibu Yuni,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
Ibu Lisa mengatakan :

“Kalo lulusan tidak ada, tapi kalo ngaji ibu bisa walaupun tidak bagus-bagus
banget.kan seminggu sekali di masjid ini ada pengajian ibu-ibu nah ibu ikut itu.”5

Ibu Lilis mengatakan :

““Tidak ada, cums paham sekedarnya.kalo ngaji ibu tidak bisa sama sekali kalo bapak
palingan ikut pengajian bapak-bapak setiap malam rabu di masjid.”6

Ibu Dwi mengatakan :

“Tidak ada yang lulusan pesantren saya sama suami saya dulu sekolah umum.kalo
tentang agama kami palingan sering dengar ceramah-ceramah ustad di youtube dan di
TV.”7

Ibu Farida mengatakan :

“Tidak ada, kalo mengaji ibu bisa sedikit-sedikit.iya saya juga ikut pengajian
mingguan di masjid bareng ibu-ibu lainnya.”8

Dari hasil wawancara dengan para orang tua murid TPQ Baiturrahman

bahwasannya orang tua yang memiliki latar belakang agama sangat sedikit.Mereka

hanya sedikit mengerti tentang pemahaman agama itupun mereka mendapatkannya

dari ceremah-ceramah di youtube atau TV dan dari pengajian yang di ikuti seminggu

sekali.padahal Pengetahuan agama sangat berarti untuk merangsang kekuatan dan

kesiapan naluriah spiritual anak melalui bimbingan agama dan pengamalan ajaran

agama yang sesuai dengan usia anak, sehingga membantu memperoleh pengetahuan

dasar agama yang berpengaruh sejak lahir. Kesadaran seorang anak akan pelaksanaan

ajaran agama yang baik dan benar. Keluarga berperan penting dalam mengajarkan

anak pengetahuan dasar agama oleh karena itu mereka mengirim anaknya belajar

5
Wawancara dengan ibu Lisa,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
6
Wawancara dengan ibu Lilis,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
7
Wawancara dengan ibu Dwi,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
8
Wawancara dengan ibu Farida,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
mengaji di TPQ itu menunjukkan bahwasannya orang tua masih peduli dengan

pendidikan anaknya yaitu belajar membaca Al-Qur’an.

Pertanyaan kedua yang peneliti ajukan kepada orang tua adalah apa alasan

orang tua menyuruh anaknya mengaji di TPQ ?

Ibu Yuni mengatakan :

“Kitakan mau anaknya bisa baca Al-Qur’an biar bisa doain orang tuanya kalo udah
meninggal nanti.Dan jadi anak yang soleh dan soleha biar bisa bermanfaat dunia dan
akherat.”9

Ibu Lisa mengatakan :

“Biar anaknya pintar ngaji apa lagi anak ibu kan laki-laki biar bisa doain bapak
ibunya.”10

Ibu Lilis megatakan :

“Biar bisa ngaji agar tidak seperti ibunya ga bisa ngaji.agar menjadi anak yang soleh
terus doain ibu bapaknya setiap hari biar ibu juga dapet pahala nantinya karena punya
anak yang soleh yang bisa ngaji.”11

Ibu Dwi mengatakan :

“Supaya nanti kalo sudah pintar ngaji kan bisa doain kedua orang tuanya.biar bisa
ngaji dirumah biar adem rumahnya yang penting agar orang tuanya di doain di dunia
dan akherat.”12

Ibu Farida mengatakan :

“Sebagai orang tua saya ingin anak saya menjadi anak yang soleh dan soleha agar
selalu bisa doain kedua orang tuanya sama supaya taat selalu kepada Allah.”13

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwasannya alasan orang tua

mengirim anaknya mengaji di TPQ agar anaknya pandai mengaji, supaya dapat

mendoakan kedua orang tuanya baik di dunia dan di akhirat, dan menjadi anak yang

9
Wawancara dengan ibu Yuni,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
10
Wawancara dengan ibu Lisa,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
11
Wawancara dengan ibu Lilis,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
12
Wawancara dengan ibu Dwi,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
13
Wawancara dengan ibu Farida,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
soleh dan soleha agar bermanfaat di masyarakat.Setiap orang tua mendambakan

anaknya agar pintar karena suatu kebanggan bagi orang tua itu sendiri, maka dari itu

orang tua harus lebih berusaha agar anaknya mendapatkan pembelajaran yang

berguna baginya nanti.Seorang anak yang taat mendoakan kedua orang tuanya

merupakan jaminan (garansi) bahwa berkah mereka tidak akan terputus setelah

kematian kedua orang tuanya. Jadi orang tua mana yang tidak ingin melakukan

investasi jangka panjang di akhirat dengan memiliki anak yang saleh? Mungkin hanya

orang tua yang tidak rasional yang tidak mau. Sementara itu, untuk dunia investasi,

terlihat jelas bahwa anak yang saleh akan bersyukur dan berbakti kepada orang tuanya

dalam segala hal. Dia tidak akan melanggar atau menyakiti orang tuanya.

Peneliti juga mewawancari beberapa anak alasan mereka mau mengaji di

TPQ.

Zen mengatakan :

“Mama dan papa selalu bilang, agama itu ngajarin kita bagaimana hidup yang
bener.Biar selalu dijaga sama Allah.”14

Rahman mengatakan “

“Disuruh sama bapak sama ibu biar bisa doain kalo udah pintar.”15

Sansan mengatakan :

“Mama bilang agama itu penting buat tahu yang baik dan yang buruk. Dia pengen aku
belajar biar jadi anak yang bisa bantu orang lain dan selalu ingat Allah.”16

Dandi mengatakan :

“Disuruh sama ibu sama bapak biar pntar ngaji supaya masuk surga.”17

Dari wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwasannya hal ini

sudah sejalan apa yang orang tua inginkan yaitu anak-anak ini mengungkapkan bahwa

14
Wawancara dengan Zen,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
15
Wawancara dengan Rahman,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
16
Wawancara dengan Sansan,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023

17
Wawancara dengan Dandi,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
motivasi mereka untuk belajar di TPQ berasal dari dorongan orangtua, keyakinan

akan pentingnya nilai-nilai moral dan spiritual dalam kehidupan, serta aspirasi untuk

mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Pendidikan agama di TPQ memiliki peran

penting dalam membentuk karakter, mengajarkan etika, dan memperkaya pemahaman

spiritual anak-anak, membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung

jawab dan peduli terhadap sesama.

Pertanyaan ketiga yang peneliti ajukan adalah apa yang orang tua lakukan agar

anaknya rajin datang ke TPQ ?

Ibu Yuni mengatakan :

“Biasanya jika setiap pergi mengaji saya kasih uang saku biar bisa jajan disana,kan
anak kecil sukanya jajan tapi harus ngaji.”18

Ibu Lisa mengatakan :

“Kalo ke TPQ saya antar setiap sore.saya tungguin sampai selesai ngaji dan saya
kasih uang jajan juga biar seneng.19

Ibu Lilis mengatakan :

“Kalo anaknya tidak mau mengaji saya marahin, Saya selalu berbicara dengan anak-
anak tentang pentingnya mempelajari dan memahami Al-Quran.ya karena jika dia
tidak mau mengaji lalu dengan siapa dia belajar dirumah karena tidak ada yang dapat
mengajarinya.”20

Ibu Dwi mengatakan :

“Saya menjelaskan kepada anak-anak bahwa memahami Al-Quran akan membantu


mereka menjalani kehidupan yang lebih baik. Saya berbicara tentang manfaat spiritual
dan moral yang akan mereka dapatkan.”21
18
Wawancara dengan ibu Yuni,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
19
Wawancara dengan ibu Lisa,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
20
Wawancara dengan ibu Lilis,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
21
Wawancara dengan ibu Dwi,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
Ibu Farida megatakan :

“Saya memberi penghargaan kepada mereka yang rajin mengikuti pengajian dengan
cara yang positif, seperti memuji mereka atau memberikan hadiah kecil.seperti baju
koko baru jika anak saya pindah iqro ke al-quran atau uang jajan tambahan.”22

Dari wawancara diatas peneliti menemukan bahwasannya para orang tua

Membantu anak menetapkan tujuan untuk membaca Al-Qur’an dan menjelaskan

manfaat spiritual dan moral dari kegiatan tersebut dapat memberikan motivasi yang

lebih dalam. Pemberian reward, pujian, dan dorongan positif untuk terus membaca Al

Quran dapat memotivasi anak untuk terus berlatih. Memberikan keteladanan yang

baik bagi orang tua Amalan beribadah dan menaati Al-Qur’an serta

mengkomunikasikan nilai-nilai agama secara terbuka menjadi penting dalam

mengembangkan minat anak. Membantu anak menetapkan tujuan membaca Al-

Qur’an dan menjelaskan manfaat spiritual dan moral dari kegiatan tersebut dapat

memberikan motivasi yang lebih dalam.

Ada juga beberapa orang tua yang Memberikan uang saku sebagai insentif

untuk membaca Al-Quran bisa menjadi pilihan, tetapi perlu dipertimbangkan dengan

hati-hati. Berikut beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :uang saku bisa menjadi

motivasi awal yang mendorong anak untuk membaca Al-Quran dengan rajin. Namun,

ini mungkin hanya efektif dalam jangka pendek.Penghargaan dalam bentuk uang saku

bisa membuat anak merasa pencapaian mereka diakui dan dihargai, memberikan

dorongan positif untuk melanjutkan usaha mereka.akan tetapi Memberikan uang saku

mungkin membuat anak-anak lebih tertarik pada imbalan materi daripada pada tujuan

yang lebih mendalam, seperti hubungan rohaniah dengan Al-Quran.Mengembangkan

motivasi intrinsik (motivasi yang berasal dari dalam diri) untuk membaca Al-Quran

22
Wawancara dengan ibu Farida,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
lebih bernilai dalam jangka panjang, karena mengutamakan pemahaman dan

hubungan spiritual dengan kitab suci.

Pertanyaan ke empat yang peneliti ajukan adalah bagaimana cara orang tua

membimbing anaknya belajar/membaca Al-Qur’an ?

Ibu Yuni mengatakan :

“saya pastikan suasana di rumah tenang dan nyaman. Saya menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk belajar dengan mematikan gangguan seperti televisi atau
perangkat elektronik lainnya. Ini membantu anak-anak saya fokus sepenuhnya pada
pembelajaran mereka.”23

Ibu Lisa mengatakan :

“Saya membiasakan mengaji sebagai bagian dari rutinitas harian. Misalnya, kami
menetapkan waktu tetap setiap hari untuk belajar mengaji. Ini membantu menciptakan
kebiasaan belajar yang konsisten.”24

Ibu Lilis mengatakan :

“Palingan kalo ibu Cuma bisa nyuruh ngaji abis magrib sambil diputerin murottal di
youtube karena ibu tidak bisa makannya ibu mengirim anak saya ke TPQ biar ada
yang ngajarin ngaji.”25

Ibu Dwi mengatakan :

“Upaya yang saya lakukan adalah memberikan tambahan pelajaran membaca Al


Quran kepada anak saya dengan menyewa guru privat dan menyediakannya privat
untuk anak saya, karena menurut saya kalau anak saya diajar oleh guru privat, dia
lebih pengertian dan perhatian apa yang diajarkan oleh guru swasta tentang belajar
membaca Al-Qur’an dengan saya. Saya selalu mendorong dan menasihati anak-anak
saya rajin membaca Al Quran.”26

Ibu Farida mengatakan :

23
Wawancara dengan ibu Yuni,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
24
Wawancara dengan ibu Lisa,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
25
Wawancara dengan ibu Lilis,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
26
Wawancara dengan ibu Dwi,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
“Metode saya adalah saya membaca Alquran dulu, kemudian anak saya bergantian
membacanya. Saya juga mengajari anak saya untuk hafalan ayat lalu saya mengoreksi
yang salah, saya juga mengajarkan tajwid.”27

Dari penelitian diatas, penetiti menemukan bahwasannya Pendidikan agama

merupakan aspek penting dalam membentuk karakter dan moral anak-anak. Dalam

sebuah wawancara dengan beberapa ibu, berbagai pendekatan yang digunakan untuk

menciptakan lingkungan pembelajaran agama yang efektif bagi anak-anak mereka

terungkap. Meskipun pendekatan tersebut beragam, tujuannya sama: memberikan

pembelajaran agama yang berkualitas dengan memaksimalkan lingkungan dan waktu

yang ada.

Salah satu pendekatan yang diungkapkan oleh Ibu Yuni adalah pentingnya

suasana yang tenang dan nyaman di rumah. Ia menyadari bahwa pembelajaran

membutuhkan konsentrasi penuh, sehingga menghilangkan gangguan seperti televisi

dan perangkat elektronik lainnya menjadi langkah penting untuk membantu anak-

anak fokus pada pembelajaran.

Ibu Lisa mengungkapkan bahwa membiasakan mengaji sebagai bagian dari

rutinitas harian menjadi fondasi penting dalam menciptakan kebiasaan belajar yang

konsisten. Dengan menetapkan waktu tetap setiap hari untuk belajar mengaji, anak-

anak menjadi terbiasa dan memiliki struktur yang membantu mereka lebih mudah

terlibat dalam pembelajaran agama.

Tetapi tidak semua ibu memiliki kemampuan pribadi dalam mengajar agama. Ibu

Lilis menghadapi situasi ini dan memilih untuk mengirim anaknya ke Tempat

Pendidikan Al-Quran (TPQ), tempat anaknya bisa belajar dari pengajar yang

kompeten. Langkah ini mencerminkan upaya yang realistis untuk memberikan

pengajaran agama yang tepat kepada anak.

27
Wawancara dengan ibu Farida,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
Sebaliknya, Ibu Dwi mengambil pendekatan lebih intensif dengan menyewa

guru privat untuk anaknya. Ia berpendapat bahwa pengajaran langsung dari guru

privat membantu anaknya lebih memahami dan lebih fokus dalam belajar membaca

Al-Qur’an. Dukungan dan bimbingan intensif semacam ini menciptakan fondasi yang

kokoh untuk pembelajaran agama yang lebih mendalam.

Pendekatan lain yang ditemukan adalah yang diakui oleh Ibu Farida. Ia

menggunakan metode bergantian dalam pembelajaran Al-Qur’an dengan anaknya.

Melalui metode ini, ibu dan anak saling berpartisipasi dalam membaca Al-Qur’an,

sambil juga memperhatikan tajwid serta melakukan hafalan ayat-ayat suci.

Kesimpulannya, wawancara dengan beberapa ibu telah mengungkapkan

pendekatan yang beragam dalam menciptakan lingkungan pembelajaran agama yang

efektif bagi anak-anak. Beberapa mengutamakan suasana yang tenang, rutinitas

harian, dan dukungan eksternal, sementara yang lain lebih fokus pada bimbingan

intensif melalui guru privat atau pengajaran langsung. Pendekatan-pendekatan ini

menegaskan komitmen para ibu untuk memberikan pendidikan agama yang terbaik

kepada anak-anak mereka, sesuai dengan kemampuan dan lingkungan yang ada.

Adapun pertanyaan ke lima yang diajukan oleh peneliti adalah berapa lama

waktu yang orang tua luangkan untuk anaknya belajar dan membaca al-qur’’an di

rumah ?

Ibu Yuni mengatakan :

“Saya ingin anak saya bebas menentukan kapan ia ingin belajar. Saya merencanakan
sesi mengaji selama 20-30 menit setiap hari, tetapi jika anak saya ingin mengaji lebih
lama, saya dengan senang hati mendukungnya.”28

Ibu Lisa mengatakan :

28
Wawancara dengan ibu Yuni,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
“Dalam keluarga kami, membaca Al-Quran adalah rutinitas harian yang penting.
Kami menghabiskan waktu sekitar satu jam setiap hari, terutama di pagi setelah
subuh.”29

Ibu Lilis mengatakan :

“Saya biasanya menyuruh anak saya mengaji di rumah sehabis magrib sampai isya.”30
Ibu Dwi mengatakan :

“Saya biasanya ngasih waktu sampai satu jam bisa setelah magrib atau setelah isya
sekalian saya temani dengan menyetel murottal.”31

Ibu Farida mengatakan :

“Menurut saya, konsistensi sangat penting dalam pendidikan agama. Kami


menghabiskan sekitar 45 menit setiap hari, dan lebih banyak waktu diakhir pekan.”32

Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwasannya

Dalam upaya menciptakan lingkungan pembelajaran agama yang efektif bagi anak-

anak,para ibu-ibu mengungkapkan berbagai pendekatan yang berkaitan dengan waktu

dan konsistensi. Pendekatan ini mencerminkan kepedulian mereka terhadap kualitas

dan fokus pembelajaran anak-anak.

Ibu Yuni menyatakan bahwa ia secara teratur meluangkan waktu antara 30

menit hingga satu jam setiap hari untuk mengajar mengaji di rumah. Dia berupaya

menjaga kualitas dan fokus dari setiap sesi pembelajaran. Selain itu, ia memberikan

fleksibilitas kepada anaknya untuk menentukan kapan ia ingin belajar, dengan

merencanakan sesi mengaji selama 20-30 menit, tetapi siap mendukung jika anaknya

ingin belajar lebih lama.

Pendekatan rutinitas harian juga diungkapkan oleh Ibu Lisa. Bagi keluarganya,

membaca Al-Quran adalah suatu hal yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

29
Wawancara dengan ibu Lisa,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
30
Wawancara dengan ibu Lilis,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
31
Wawancara dengan ibu Dwi,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
32
Wawancara dengan ibu Farida,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
Mereka mengalokasikan waktu sekitar satu jam setiap hari, terutama di pagi setelah

subuh, untuk melakukan pembelajaran agama dengan konsisten.

Ibu Lilis memilih pendekatan yang mengarahkan anaknya untuk mengaji di

rumah sehabis magrib sampai isya. Dengan cara ini, ia memanfaatkan waktu setelah

maghrib untuk memberikan waktu khusus bagi pembelajaran agama.

Sementara itu, Ibu Dwi memberikan waktu sekitar satu jam setiap hari untuk anaknya

belajar setelah magrib atau isya. Ia juga mendukung anaknya dengan menyetel

murottal sebagai pendukung pembelajaran.

Konsistensi menjadi prioritas bagi Ibu Farida. Menurutnya, konsistensi sangat

penting dalam pendidikan agama. Mereka menghabiskan sekitar 45 menit setiap hari,

bahkan lebih banyak di akhir pekan, untuk memastikan anaknya terlibat dalam

pembelajaran agama secara teratur.

Secara keseluruhan, ibu-ibu ini menunjukkan komitmen dalam menyediakan

waktu yang sesuai dan konsistensi dalam upaya membentuk pembelajaran agama

yang berarti bagi anak-anak mereka. Pendekatan yang berbeda ini mencerminkan

pemahaman individu mereka tentang kebutuhan dan preferensi anak, serta usaha

mereka untuk mengintegrasikan pembelajaran agama ke dalam rutinitas harian

keluarga.

Dari wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan garis umum dari latar

belakang para orang tua hingga upaya yang dilakukan untuk memotivasi anaknya

belajar membaca Al-Qur’an.

a) Latar Belakang Agama Orang Tua

Mayoritas orang tua tidak memiliki latar belakang pendidikan agama

formal. Mereka memperoleh pemahaman agama melalui ceramah di televisi,


pengajian mingguan, dan sumber-sumber online. Meskipun demikian, mereka

tetap ingin mendidik anak-anak mereka dalam hal agama.

b) Alasan Mengirim Anak ke TPQ

Motivasi utama mengirim anak-anak ke Tempat Pendidikan Al-Quran

(TPQ) adalah agar mereka dapat membaca Al-Quran dengan baik. Orang tua

berharap anak-anak mereka dapat berdoa untuk mereka dan untuk masa depan

yang lebih baik. Mereka juga menginginkan anak-anak menjadi individu yang

pintar, taat agama, dan berbakti.

c) Cara Mendorong Kehadiran Anak di TPQ

Orang tua menerapkan berbagai cara untuk mendorong anak-anak agar

rajin mengikuti kegiatan di TPQ. Beberapa memberikan uang jajan sebagai

insentif, sementara yang lain secara rutin mengantar anak-anak ke TPQ.

Komunikasi tentang manfaat agama dan dukungan positif juga menjadi

bagian penting dalam mendorong keterlibatan anak di TPQ.

d) Metode bimbingan orang tua dalam mengarahkan anaknya agar Belajar Al-

Qur’an:

i. Lingkungan Kondusif di Rumah

Beberapa ibu menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman di

rumah untuk pembelajaran Al-Qur’an. Mereka memastikan bahwa

tidak ada gangguan seperti televisi atau perangkat elektronik lainnya

saat anak-anak belajar. Lingkungan ini membantu anak-anak fokus

dan berkonsentrasi saat mengaji.

ii. Rutinitas Harian

Salah satu pendekatan yang umum adalah membiasakan membaca Al-

Qur’an sebagai bagian dari rutinitas harian keluarga. Misalnya,


mereka menetapkan waktu tetap setiap hari untuk belajar mengaji. Ini

membantu anak-anak membentuk kebiasaan dan terlibat dalam

pembelajaran agama secara konsisten.

iii. Pengajaran di TPQ

Beberapa ibu mengandalkan Tempat Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)

sebagai sumber pengajaran agama untuk anak-anak. Mereka mengirim

anak-anak ke TPQ untuk diajar oleh pengajar yang berkompeten

dalam mengajarkan Al-Qur’an. Keberadaan TPQ memberikan

pendidikan agama yang terstruktur dan mendalam.

iv. Guru Privat: Pendekatan yang lebih intensif diambil oleh beberapa

orang tua dengan menyewa guru privat untuk anak-anak mereka.

Pengajaran langsung dari guru privat membantu anak-anak memahami

dengan lebih baik dan memungkinkan penyesuaian yang lebih sesuai

dengan kebutuhan mereka. Ini juga memberikan kesempatan untuk

mendapatkan bimbingan lebih mendalam dalam belajar Al-Qur’an.

v. Bergantian Membaca

Ibu-ibu juga terlibat secara langsung dalam membimbing anak-anak

dalam pembelajaran Al-Qur’an. Beberapa di antaranya menggunakan

metode bergantian membaca Al-Qur’an dengan anak-anak. Mereka

membaca, lalu anak bergantian membaca. Ini tidak hanya

menciptakan keterlibatan aktif dalam pembelajaran, tetapi juga

memperkuat hubungan antara orang tua dan anak.

vi. Pengajaran Tajwid dan Hafalan Ayat

Beberapa ibu memfokuskan pada pengajaran tajwid (aturan bacaan

Al-Qur’an) dan hafalan ayat. Mereka mengajarkan cara membaca


dengan benar sesuai dengan tajwid, serta membantu anak-anak dalam

menghafal ayat-ayat penting. Ini mengedepankan pemahaman dan

pelafalan yang baik dalam membaca Al-Qur’an.

vii. Pemberian Hadiah dan Pujian

Beberapa orang tua menggunakan pemberian hadiah dan pujian

sebagai strategi untuk memotivasi anak-anak dalam pembelajaran Al-

Qur’an. Mereka memahami bahwa pemberian insentif positif dapat

meningkatkan minat anak-anak terhadap pembelajaran agama. Cara

ini termasuk:

 Hadiah Materi: Orang tua memberikan hadiah berupa baju

koko baru atau uang jajan tambahan sebagai insentif bagi

anak-anak yang mencapai pencapaian tertentu dalam

pembelajaran Al-Qur’an. Hadiah-hadiah ini memberikan

dorongan positif dan memberikan apresiasi atas usaha anak-

anak.

 Pujian: Selain hadiah materi, pujian secara verbal juga penting

dalam memotivasi anak-anak. Orang tua memuji anak-anak

ketika mereka mencapai perkembangan atau pencapaian baru

dalam membaca Al-Qur’an. Pujian ini meningkatkan rasa

percaya diri dan menguatkan semangat anak untuk terus

belajar.

B. Analis data tentang upaya orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar

anaknya membaca Al-Qur’an anak di TPQ Baiturrahman Cipayung Jakarta

Timur.
Mayoritas orang tua dalam studi ini tidak memiliki latar belakang pendidikan

agama formal. Mereka memperoleh pengetahuan agama melalui sumber-sumber

seperti ceramah di televisi, pengajian mingguan, dan sumber online. Meskipun

kurangnya pendidikan formal, orang tua tetap memiliki tekad untuk mendidik anak-

anak dalam hal agama. Hal ini mencerminkan pentingnya nilai-nilai agama dalam

budaya keluarga mereka.

Salah satu alasan utama orang tua mengirim anak-anak mereka ke Tempat

Pendidikan Al-Quran (TPQ) adalah untuk memastikan bahwa mereka mampu

membaca Al-Qur’an dengan baik. Ini bukan hanya tujuan agama semata, tetapi juga

memiliki dimensi spiritual dan sosial. Orang tua berharap anak-anak mereka akan

mendoakan mereka dan memiliki masa depan yang lebih baik. Selain itu, mereka

ingin anak-anak tumbuh menjadi individu yang cerdas, taat agama, dan berbakti

kepada orang tua dan masyarakat.

Untuk mendorong kehadiran anak-anak di TPQ, orang tua menerapkan

berbagai strategi. Beberapa memberikan uang jajan sebagai insentif, sementara yang

lain secara rutin mengantar anak-anak ke TPQ. Namun, tidak hanya itu saja.

Komunikasi tentang manfaat agama dan dukungan positif juga menjadi bagian

penting dalam mendorong anak-anak untuk terlibat aktif. Hal ini menunjukkan

bahwa orang tua tidak hanya berharap anak-anak hadir fisik di TPQ, tetapi juga ingin

mereka memiliki pemahaman dan semangat dalam memahami ajaran agama.

Metode bimbingan orang tua dalam mengarahkan anak-anak mereka untuk

belajar Al-Qur’an sangat beragam. Beberapa ibu menciptakan lingkungan yang

kondusif di rumah dengan menghilangkan gangguan seperti televisi dan perangkat

elektronik, sehingga anak-anak dapat fokus dalam belajar. Rutinitas harian juga
menjadi pendekatan umum, di mana membaca Al-Qur’an dijadikan bagian dari

rutinitas keluarga.

Selain itu, TPQ memiliki peran sentral dalam pendidikan agama anak-anak.

Keberadaan TPQ memberikan pendidikan agama yang terstruktur dan mendalam

melalui pengajar yang berkompeten dalam mengajarkan Al-Qur’an. Selain itu,

beberapa orang tua memilih pendekatan lebih intensif dengan menyewa guru privat.

Pendekatan ini memungkinkan anak-anak mendapatkan bimbingan lebih mendalam

dan personal dalam belajar Al-Qur’an.

Tidak hanya bergantung pada lembaga pendidikan formal, ibu-ibu juga terlibat

langsung dalam mengajar anak-anak mereka. Metode bergantian membaca Al-

Qur’an dengan anak-anak, di mana ibu membaca dan anak bergantian membaca,

menciptakan keterlibatan aktif dalam pembelajaran dan juga memperkuat hubungan

antara orang tua dan anak.

Selain teknik membaca, pemberian hadiah dan pujian juga digunakan sebagai

strategi motivasi. Orang tua memberikan hadiah materi sebagai insentif bagi

pencapaian tertentu dalam pembelajaran Al-Qur’an. Pujian secara verbal juga

diberikan ketika anak-anak mencapai perkembangan baru. Dalam keduanya, tujuan

utamanya adalah meningkatkan minat anak-anak terhadap pembelajaran agama,

meningkatkan rasa percaya diri, dan menguatkan semangat mereka untuk terus

belajar.

Secara keseluruhan, wawancara ini mengungkapkan bagaimana orang tua dari

latar belakang agama yang beragam berupaya mendidik anak-anak mereka dalam

nilai-nilai agama melalui pembelajaran Al-Qur’an. Meskipun tidak memiliki

pendidikan formal dalam agama, mereka menggunakan berbagai pendekatan yang

mengedepankan pemahaman, pengalaman aktif, dan motivasi positif dalam


pendidikan agama mereka. Ini menggambarkan pentingnya pendidikan agama dalam

keluarga sebagai landasan moral dan spiritual bagi generasi mendatang.

C. Kendala yang di hadapi orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar

membaca Al-Qur’an anak di TPQ Baiturrahman Cipayung Jakarta Timur.

Pastinya disetiap pembelajaran terdapat kendala-kendala yang dihadapi para

orang tua dalam mendidik anaknya belajar membaca Al-Qur’an, maka dari itu peneliti

juga mewawancarai apa saja kendala yang dihadapi para orang tua.

Dalam penelitian ini,peneliti mewawancarai anak-anak dengan pertanyaan apa

yang membuat anda tidak mau atau merasa malas belajar membaca Al-Quran ?

Zen mengatakan :

“Kadang-kadang saya merasa senang saat membaca Al-Quran.Kadang-kadan saya


juga malas karena ingin main-main atau menonton kartun.”33

Rahman menengatakan :

“Lebih suka main game di HP daripada membaca Al-Quran. Game-game di HP


terlihat lebih menyenangkan.”34

Sansan mengatakan :

“Biasanya main sampai sore, main layangan sama teman-teman.”35

Dandi mengatakan :

“Main HP sama temen-temen depan rumah.”36

33
Wawancara dengan Zen di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
34
Wawancara dengan Rahman di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
35
Wawancara dengan Sansan di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
36
Wawancara dengan Dandi di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
Lalu peneliti juga mengajukan pertanyaan kepada orang tua.Pertanyaan yang

diajukan peneliti adalah apa saja kendala yang dihadapi orang tua dalam memotivasi

anaknya belajar membaca Al-Qur’an ?

Ibu Yuni mengatakan :

“Tergantung anaknya mas, kalo dia semangat rajin tapi kalo meles susah

diajak.tergantung moodnya (suasana hati) kalo baik rajin kalo buruk ya susah.”37

Ibu Lisa mengatakan:

“Palingan HP.jika sudah maen HP susah diajak ya mungkin salahnya saya sendiri

karena tidak ngebatasin main HP.”38

Ibu Lilis mengatakan :

“Susahnya anak saya ga bisa ngatur waktu.jadi kalo main tidak ingat kalo sorenya itu

harus mengaji.”39

Ibu Dwi mengatakan :

“Anak ibu kebanyakan main game onlain itu yang susah ibu kendalikan.”40

Ibu Farida mengatakan :

“Mungkin ibu kurang konsisten bimbing anak karena ibu juga suka sibuk ngurus

rumah tangga.”41

Dari wawancara di atas peneliti mendapatkan data dari Salah satu ibu yang

diwawancarai, Ibu Yuni, dalam pengakuannya, mengemukakan bahwa perilaku anak

37
Wawancara dengan ibu Yuni,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
38
Wawancara dengan ibu Lisa,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
39
Wawancara dengan ibu Lilis,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
40
Wawancara dengan ibu Dwi,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
41
Wawancara dengan ibu Farida,orang tua di TPQ Baiturrahman tanggal 10 Agustus 2023
sangat dipengaruhi oleh semangat dan suasana hati mereka. Ketika anak-anak merasa

bersemangat, mereka cenderung rajin dan aktif dalam berbagai kegiatan. Namun,

ketika suasana hati mereka buruk, mengajak mereka berpartisipasi dalam aktivitas

menjadi lebih sulit. Pernyataan ini menunjukkan betapa kompleksnya interaksi antara

faktor internal anak dan lingkungan di sekitarnya.

Ibu Lisa menghadapi masalah terkait penggunaan handphone (HP) oleh

anaknya. Ia mengamati bahwa anaknya menjadi kurang responsif ketika terlalu sering

terlibat dalam bermain HP. Observasi ini memberikan peringatan tentang dampak

negatif dari terlalu banyak paparan teknologi pada anak-anak, yang dapat

mengganggu komunikasi dan partisipasi mereka dalam aktivitas lain yang lebih

bermanfaat.

Kemudian, Ibu Lilis menyoroti tantangan lain, yakni kurangnya kemampuan

anaknya dalam mengatur waktu. Anaknya sering kali lupa untuk beralih dari aktivitas

bermainnya dan melibatkan diri dalam kegiatan penting seperti belajar atau mengaji.

Masalah ini menunjukkan betapa pentingnya mengajarkan anak-anak mengenai

manajemen waktu sejak dini, agar mereka dapat mengembangkan kedisiplinan dalam

menjalani rutinitas sehari-hari.

Dari perspektif Ibu Dwi, masalah muncul dari kecenderungan anaknya yang

gemar bermain game online. Ibu Dwi mengakui kesulitan dalam mengendalikan

kecanduan anak pada jenis hiburan ini. Ketergantungan pada permainan daring dapat

memengaruhi keseimbangan antara waktu belajar dan bermain, sehingga memerlukan

pengawasan dan batasan yang bijaksana dari orang tua.

Terakhir, Ibu Farida menunjukkan dampak kurangnya konsistensi dalam

pendidikan anaknya. Ia merenungkan bahwa kesibukannya dalam mengurusi rumah


tangga telah mengurangi konsistensi dalam memberikan panduan dan batasan kepada

anak. Ini menggarisbawahi pentingnya memiliki rutinitas yang konsisten dalam

mengenalkan anak pada aturan dan nilai-nilai yang penting.

Melalui wawancara dengan para ibu ini, tergambar betapa kompleksnya peran

orang tua dalam mendidik anak-anak. Faktor-faktor seperti semangat, penggunaan

teknologi, manajemen waktu, kecanduan, dan konsistensi dalam pendidikan

semuanya memiliki pengaruh besar dalam membentuk perilaku dan pertumbuhan

anak-anak. Oleh karena itu, para orang tua dituntut untuk memiliki kesabaran,

pemahaman, dan pendekatan yang bijaksana guna mengatasi tantangan-tantangan ini

dan membimbing anak-anak menuju perkembangan yang sehat dan tanggap.

D. Analilis data tentang kendala yang di hadapi orang tua dalam meningkatkan

motivasi belajar membaca Al-Qur’an anak di TPQ Baiturrahman Cipayung

Jakarta Timur.

Dari wawancara dan penejelasan peneliti diatas, bahwasannya peneliti dapa

menyimpulkan poin-poin kendala yang dihadapi orang tua dalam memotivasi anak

belajar membaca Al-Qur’an.

a) Pengaruh Mood dan Semangat: Anak-anak cenderung merespons ajakan dan

panduan orang tua berdasarkan mood dan semangat mereka. Ketika semangat

tinggi, mereka lebih rajin dan mudah diajak berpartisipasi, sementara saat

mood buruk, keterlibatan mereka menjadi lebih sulit.

b) Dampak Penggunaan Teknologi: Penggunaan handphone (HP) oleh anak-

anak bisa menyebabkan kesulitan dalam mengajak mereka untuk beraktivitas

lain. Anak-anak mungkin menjadi kurang responsif terhadap ajakan ketika

terlalu terikat dengan perangkat tersebut.


c) Kemampuan Mengatur Waktu: Anak-anak seringkali menghadapi kendala

dalam mengatur waktu dengan baik. Mereka mungkin melupakan kewajiban

mereka setelah bermain atau terlibat dalam aktivitas yang mengasyikkan.

d) Kecanduan Bermain Game Online: Kecenderungan anak-anak untuk bermain

game online bisa menjadi tantangan besar. Anak-anak bisa terlalu terikat

dengan aktivitas ini, mengganggu keseimbangan antara waktu belajar dan

bermain.

e) Kurangnya Konsistensi dalam Pendidikan: Kurangnya konsistensi dalam

memberikan panduan dan aturan kepada anak-anak bisa mengakibatkan

kebingungan dan penurunan kedisiplinan. Kesibukan orang tua dalam tugas

rumah tangga juga bisa mempengaruhi konsistensi ini.

f) Kesulitan dalam Membimbing Aktivitas Positif: Para ibu menghadapi

kesulitan dalam mengarahkan anak-anak untuk terlibat dalam aktivitas yang

bermanfaat, seperti mengaji atau belajar. Anak-anak mungkin lebih tertarik

pada aktivitas hiburan lainnya.

g) Tantangan Mengajarkan Nilai-nilai Waktu: Mengajarkan pentingnya

manajemen waktu dan memahami waktu untuk berbagai aktivitas bisa

menjadi tantangan tersendiri. Anak-anak mungkin kesulitan memahami dan

menginternalisasi konsep ini.

h) Kurangnya Pemahaman dan Pengawasan: Beberapa orang tua merasa bahwa

kurangnya pemahaman dan pengawasan terhadap perilaku anak-anak bisa

menjadi kendala dalam mendidik. Hal ini bisa berdampak pada pilihan anak

dalam menghabiskan waktu mereka.

i) Dorongan untuk Menjadi Konsisten: Para ibu menyadari pentingnya

konsistensi dalam pendidikan anak, dan mereka merasa dorongan untuk


menjadi lebih konsisten dalam memberikan panduan dan pembatasan kepada

anak-anak.

j) Keseimbangan Antara Kehidupan Rumah Tangga dan Pendidikan Anak:

Beberapa ibu merasa bahwa kesibukan mengurus rumah tangga dapat

mengganggu konsistensi dalam pendidikan anak. Menemukan keseimbangan

antara tanggung jawab ini menjadi tantangan.

Anda mungkin juga menyukai