Anda di halaman 1dari 7

BAB VII

INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA

Instrumentasi merupakan pengontrol proses (pengoperasian pabrik),


sehingga dilakukan pengendalian alat untuk menghasilkan efisiensi dan kualitas
optimum. Kondisi tersebut setimbang dengan pemeliharaan instrumen dan
keselamatan kerja, sehingga kemungkinan kesalahan dalam proses produksi
pabrik dapat dicegah. Instrumentasi berkaitan terhadap peralatan kontrol
sementara keselamatan kerja berkaitan terhadap pekerja dan peralatan kerja.

7.1 Instrumentasi
Instrumentasi merupakan pengetahuan tentang sistem pengendalian suatu
objek dan penerapan alat ukur. Hal ini untuk menentukan nilai numerik variabel
pada suatu besaran proses sehingga dapat dikendalikan dalam batas tertentu (set
point). Sedangkan control system merupakan proses pengendalian atau pengaturan
terhadap suatu variabel sehingga berada pada suatu harga yang sudah ditentukan.

7.1.1 Tujuan Control System


Control system pada suatu pabrik bertujuan untuk:
1. Safety
Safety dalam operasi suatu pabrik kimia merupakan kebutuhan utama bagi
kelangsungan perusahaan. Maka dari itu, kondisi operasi seperti suhu, konsentrasi
zat kimia, tekanan operasi dan lain-lain harus dikontrol agar tetap di dalam range
yang sudah ditentukan.
2. Product Specification
Setiap pabrik menghasilkan produk dengan kualitas dan jumlah tertentu.
Maka diperlukan sistem pengendali agar kualitas dan tingkat produksi yang
diinginkan dalam suatu pabrik terjaga.
3. Environmental Regulations

VII-1
VII-2

Beberapa peraturan lingkungan berisi tentang syarat dan ketentuan terhadap


limbah pabrik yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan agar tidak terjadi
pencemaran lingkungan.
4. Operational Constraints
Peralatan pabrik yang dipakai untuk operasi pabrik kimia mempunyai
operational contraints tertentu yang harus dipenuhi.
5. Economics
Tujuan dari operasi kimia yaitu menghasilkan laba sebanyak-banyaknya
dengan biaya bahan baku seminimum mungkin.

7.1.2 Pengelompokan Control System


Berikut pengelompokan control system:
1. Manual dan Automatic
Pengontrolan secara manual yakni alat tersebut bekerja dengan kendali
penuh dari operator (pekerja). Sedangkan pengontrolan secara automatic yakni
alat tersebut mampu mengendalikan proses yang sedang berjalan sehingga tenaga
manusia hanya dibutuhkan untuk pengawasan.
2. Feed-back dan Feed-forward
Sistem feed-back merupakan control system dimana output berpengaruh
terhadap input sehingga besaran kontrol dibandingkan harga yang diinginkan.
Sistem feed-forward merupakan control system dimana output tidak berpengaruh
terhadap input sehingga variabel kontrol tidak dibandingkan dengan harga yang
diinginkan.
3. Analog dan Digital.
4. Elektrik, Pneumatik dan Mekanik (Berdasarkan Sumber Penggerak).

7.1.3 Elemen-elemen Control System


Control system tersusun dari beberapa unit yang membentuknya atau
disebut dengan elemen-elemen sistem dimana elemen tersebut terdiri dari:
1. Controller.
2. Set point.
VII-3

3. Control variable.
4. System.
5. Manipulated variable.
6. Feedback element.
7. Forward gain.

7.1.4 Instrumentasi Alat pada Prarancangan Pabrik Gliserol


Prarancangan pabrik gliserol menggunakan beberapa jenis instrumentasi
(Tabel 7.1) sebagai berikut:
1. Temperature Controller (TC)
Temperature controller merupakan instrumen untuk mengatur temperatur
atau mengukur sinyal panas menjadi sinyal mekanis. Temperatur diatur dengan
mengatur laju alir pemanas ataupun laju alir pendingin.

2. Flow Controller (FC)


Flow controller merupakan instrument pengukur kecepatan laju alir pada
pipa atau unit proses lainnya. Laju alir diatur dengan mengubah output dari alat
yang membuat fluida mengalir dalam sistem pipa.

3. Level Controller (LC)


Level controller merupakan instrument pengukur tinggi permukaan partikel
padat pada alat proses dengan mengatur laju partikel input atau output.

4. Level Indicator (LI)


Level indicator merupakan instrumen pengukur ketinggian fluida di dalam
tangki yang membutuhkan kapasitas fluida dalam jumlah tertentu.

5. Pressure Controller (PC)


Pressure controller merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur
tekanan fluida di dalam tangki.
VII-4

Tabel 7.1 Instrumentasi alat pada prarancangan pabrik gliserol


No. Instrumentasi Alat Kode Alat
Jet Pump I JP-101 A/B
Flow Controller Jet Pump II JP-102 A/B
1
(FC) Pompa IV P-204 A/B
Pompa VI P-301 A/B
Tangki Flash Sweetwater FT-201
Level Controller
2 Tangki Flash Asam lemak FT-202
(LC)
Dekanter D-201
Tangki Penampung CPO T-101
Tangki Penampung CPO I T-102
Tangki Penampung CPO II T-103
Level Indicator
3 Reaktor Continuous Fat Splitting R-201
(LI)
Tangki Penampung Asam Lemak T-201
Tangki Intermediet Gliserol T-202
Tangki Penampun Gliserol T-301
Expander EX-201
Kondensor Uap Flash Sweetwater C-201
Kondensor Uap Flash Asam Lemak C-202
Cooler Sweetwater E-201
Temperature
4 Cooler Asam Lemak I E-202
Controller (TC)
Cooler Asam Lemak II E-203
Evaporator EV-201
Kondensor Uap Evaporator C-203
Cooler Gliserol E-301
Pemanas CPO E-101
Pemanas Air E-102
Pressure
5 Reaktor Continuous Fat Splitting R-201
Controller (PC)
Tangki Flash Sweetwater FT-201
Tangki Flash Asam lemak FT-202

7.2 Teknik Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja merupakan usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan,
cacat ataupun kematian. Keselamatan kerja dan keamanan pabrik adalah dua
faktor yang harus diperhatikan dengan baik. Bahaya yang disebabkan dapat
berasal dari keadaan tempat kerja yang tidak nyaman, mesin, dan sifat zat. Jika
keselamatan kerja dan keamanan pabrik tidak diperhatikan dengan baik maka
kenyamanan di tempat kerja tidak tercapai sehingga proses produksi terhambat.
Untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan metode Pencegahan preventif dan
curative.
VII-5

7.2.1 Pencegahan Preventive


Pencegahan preventive merupakan pencegahan sebelum masalah atau
bahaya itu terjadi. Untuk menangani masalah ini bahaya yang mungkin terjadi
harus ditinjau terlebih dahulu, bahaya-bahaya tersebut yaitu:
1. Chemical hazards adalah bahaya yang terjadi karena zat kimia.
2. Mechanical hazards adalah bahaya yang terjadi karena mesin.
3. Electrical hazards adalah bahaya yang terjadi karena listrik.
4. Construction hazards adalah bahaya yang terjadi karena konstruksi.
Beberapa usaha yang dilakukan untuk penyelamatan preventive antara lain
sebagai berikut:
1. Mencegah Kebakaran dan Peledakan
Berikut pencegahan preventive terhadap kebakaran dan peledakan:
a. Memasang alat pendeteksi dan alarm sensitif terhadap kebakaran di daerah
rawan kebakaran.
b. Menyediakan peralatan pemadam kebakaran.
2. Peralatan Perlindungan Diri,
Setiap orang terutama pekerja yang berada di lokasi pabrik wajib menggunakan
perlengkapan safety, berupa:
a. Pakaian kerja safety, sarung tangan dan masker untuk pekerja yang
berkaitan dengan zat kimia, contohnya pekerja di laboratorium.
b. Helm, kacamata, dan sepatu safety untuk pekerja yang berkaitan dengan
alat-alat berat.
c. Penutup telinga untuk pekerja yang bekerja pada bagian ketel.
3. Keselamatan Kerja terhadap Listrik, keselamatan kerja terhadap listrik
ditanggulangi dengan sistem perkabelan terpadu dan terisolasi dengan
sempurna.
4. Keselamatan Kerja terhadap Sifat Zat
Berikut pencegahan preventive terhadap sifat zat adalah:
a. Menyediakan alat-alat seperti masker yang bisa mencegah masuk atau
terhirupnya zat-zat kimia.
VII-6

b. Menyediakan tabung oksigen sebagai pensuplai oksigen jika terjadi


kebocoran alat yang mengeluarkan gas berbahaya.
5. Kesadaran dan Pengetahuan Pekerja
Pencegahan preventive yaitu dengan menumbuhkan kesadaran pekerja terhadap
keselamatan kerja. Beberapa usaha yang dapat dilakukan yaitu:
a. Membuat pelatihan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) untuk pekerja.
b. Membuat peraturan kerja dengan pengawasan lebih dan memberikan
hukuman untuk pekerja yang tidak mengikuti peraturan.
c. Memberi ilmu dan keterampilan untuk pekerja dalam menggunakan
peralatan keselamatan kerja dengan benar.

7.2.2 Pencegahan Curative


Pencegahan curative merupakan pencegahan ketika bahaya sudah terjadi.
Misalnya jika terjadi kebakaran maka pencegahan curative yang dilakukan adalah
dengan menyediakan sarana pemadam kebakaran, selain itu gedung-gedung
penting harus difasilitasi dengan jalan yang memadai dan parit-parit yang dialiri
air bekas proses yang dianggap tidak menyebabkan polusi. Selain itu terdapat fire
stop di ruangan yang menyimpan dokumen penting.
Pabrik juga harus menyediakan poliklinik sebagai sarana pertolongan
pertama pada kecelakaan untuk menolong korban sebelum dibawa ke rumah sakit.
Adapun langkah-langkah ntuk meningkatkan keselamatan kerja dalam proses
produksi yaitu:
1. Dilarang merokok dan minum minuman berakohol.
2. Dilarang membuang sampah sembarangan.
3. Ruangan kerja harus nyaman dan tidak licin.
4. Jarak antara mesin dan peralatan lainnya harus disesuaikan agar tidak
menggaggu pekerja.
5. Tersedia assembly point jika terjadi bahaya.
6. Setiap proses yang berbahaya dan sensitif pelaksanaannya harus diisolasi.
7. Di setiap tempat atau bahan-bahan kimia yang berbahaya harus dilengkapi
tanda peringatan bahaya.
VII-7

8. Jangan menangani peralatan yang rusak maupun sambungan-sambungan listrik


tanpa koordinasi, laporkan segera kesalahan yang dijumpai pada pengawas
anda.

Anda mungkin juga menyukai