Anda di halaman 1dari 5

LOGIKA MANTIQ DALAM TINJAUAN AL-QUR’AN DAN HADITS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu mantiq dan logika
Dosen pengampu: Rafiuddin, S.Pd.,M.Pd

Oleh:

FITRI DIVAYANTI
Nim: 221111005

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-AMANAH JENEPONTO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini, tanpa pertolongan-Nya saya tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam kita curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi Muhammad SAW yang kita nanti nanti
kan syafaat nya di akhirat kelak
Pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa hormat sekaligus mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada pak Rafiuddin S.Pd.I,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah ilmu mantiq dan
logika
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi, penyusun tentunya bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan point point dalam makalah ini sesuai pengetahuan yang saya peroleh, baik
dari buku ataupun dari sumber sumber lainnya, semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita semua.
Bila ada kesalahan tulisan atau kata kata dalam makalah ini, maka saya pribadi yang menyusun memohon
maaf sebesar besar Nya.

Jeneponto, 10 Deesember 2023

Penyusun

Fitri Divayanti
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mantiq adalah keilmuan yang berkaitan dengan logika ia memiliki pengaruh penting dalam
membentuk pola pikir seseorang hingga bisa mencapai sebuah kesimpulan yang benar dan dapat di
pertanggungjawabkan, terutama dalam mengkaji berbagai disiplin ilmu keislaman lainnya, untuk
kemudian diterapkan dalam tataran praktis.
Buku ini menyajikan paparan komprehensif tentang topik-topik sentral ilmu mantiq, yang
disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan contoh penerapan kaidah-kaidah tersebut
dalam keseharian maupun dalam disiplin ilmu keislaman lainnya Logika adalah ilmu dan kecakapan
menalar, berpikir dengan tepat.
Sasaran dalam bidang logika yaitu kegiatan pikiran atau akal budi manusia. Dengan
berpikir dimaksutkan kegiatan akal untuk “mengolah” pengetahuan yang telah kita terima melalui
panca indra, dan ditunjukkan untuk mencapai kebenaran.
Jadi, dengan istilah “berpikir” di tunjukkan suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan
terarah. “Melamun” tidaklah sama dengan berpikir, demikian pula merasakan, pekerjaan panca indra
(melihat, mendengar, dan sebagainya), dan kegiatan ingatan dan khayalan, meskipun ini semua
penting sekali untuk dapat berpikir. Tetapi berpikir juga dapat berarti kegiatan kenyataan yang
menggerakkan pikiran.
Dengan kata-kata yang lebih sederhana dapat dikatakan berpikir adalah “ bicara
dengan dirinya sendiri didalam batin”. Mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis,
membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran,
mencari berbagai hal yang berhubugan satu sama lain, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi, serta
membahas suatu realitas. Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi
pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Banyak jalan pemikiran kita dipengaruhi oleh
keyakinan, pola pikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak
pemikiran yang diungkapkan sebagai luapan emosi seperti caci maki, kata pujian atau pernyataan
keheranan dan kekaguman. Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argumen yang secara lintas
kelihatan benar untuk memutar balikkan kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi
maupun golongan.
Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta
bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan.ia
merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia
dapat berpikir benar, efisien dan teratur. Dengan demikian ada dua objek penyelidikan logika
pertama, pmikiran sebagai obyek material dan keduapatokan-patokan atau hukum-hukum berpikir
benar sebagai obyek formalnya.m
Segala sesuatu yang ada senantiasa memiliki materi dan bentuk. Aristoteles menyebut materi
itu dengan kata hyle dan bentuk dengan kata eidos atau morphe. Materi yang sama atau satu materi,
dapat memiliki banyak bentuk yang berbeda-beda. Misalnya, kayu sebagai materi dapat dibuat
menjadi bentuk patung, atau dapat dibuat menjadi bentuk meja, kursi, tiang, dan pintu. Dapat pula
bentuknya sama tetapi materinya berbeda. Misalnya, tiga buah patung kuda serupa, tetapi yang satu
materinya dari kayu, yang kedua materinya tanah liat, sedangkan yang ketiga materinya dari batu.
Dengan demikian, jelas bahwa materi harus senantiasa memiliki bentuk, dan tidak mungkin ada
bentuk tanpa materi.
Pikiran yang digunakan dalam penalaran dan yang diungkapkan lewat bahasa juga memiliki
materi dan bentuk. Contohnya, kalau kita mengatakan bundar, materinya ialah isi dan arti kata itu
sendiri, sedangkan bentuknya adalah positif. Akan tetapi, jika kita mengatakan tidak bundar,
bentuknya adalah negatif.

Anda mungkin juga menyukai