Anda di halaman 1dari 86

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan perlindungannya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Akhir KAJIAN DAN PEMUTAKHIRAN DATA SALURAN PEMBUANG
CIROMBAN.

Laporan Akhir ini berisikan gambaran umum wilayah survey, penjabaran


dari kerangka acuna kerja yang meliputi metodologi dan pendekatan, rencana
kerja, jadwal kegiatan yang akan dilakukan, hasil survey lapangan dan hasil
pembahasan Kajian dan Pemutakhiran data Daerah Pembuang Ciromban.

Demikian Laporan Akhir ini kami susun sebagai langkah awal untuk
mendukung pelaksanaan Kegiatan Kajian dan Pemutakhiran data Daerah
Pembuang Ciromban, semoga dapat bermanfaat di masa yang akan datang

Bandung, Mei 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................1

1.2 Maksud dan Tujuan............................................................................3

1.3 Manfaat Kegiatan...............................................................................3

1.4 Lingkup Pekerjaan.............................................................................4

1.5 Lokasi Kegiatan.................................................................................4

1.6 Perkiraan Waktu Dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.......................4

1.7 Peralatan Yang Dibutuhkan...............................................................5

1.8 Tenaga Kerja......................................................................................6

1.9 Organisasi Pengguna Jasa..................................................................8

1.10 Output Pekerjaan............................................................................8

BAB 2 LANDASAN TEORI.........................................................................9

2.1 Jaringan Irigasi...................................................................................9

2.1.1 Pengertian Jaringan.....................................................................9

2.1.2 Pengertian Luas Irigasi.............................................................10

2.1.3 Bangunan Utama Irigasi...........................................................12

2.1.4 Bangunan Pendukung Irigasi....................................................13

2.1.5 Saluran Irigasi...........................................................................16

2.1.6 Debit.........................................................................................17

2.2 Sistem Informasi Geografis.............................................................17

2.3 Software SIG....................................................................................20

2.3.1 GPS Garmin (Map Source).......................................................20


ii
2.3.2 Google Earth Pro......................................................................21
2
2.3.3 Quantum GIS............................................................................23

BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA TASIKMALAYA..........................25

3.1 Geografis, Tofografis dan Geohidrologis........................................25

3.1.1 Kondisi Geografis.....................................................................25

3.1.2 Kondisi Topografis...................................................................26

3.1.3 Kondisi Geohidrologi...............................................................28

BAB 4 METODOLOGI...............................................................................31

4.1 Metode Pelaksanaan.........................................................................31

4.2 Tahapan Kegiatan............................................................................32

4.2.1 Tahap Persiapan........................................................................32

4.2.2 Pelaksanaan Survey..................................................................32

4.2.3 Pengolahan Data.......................................................................33

BAB 5 HASIL SURVEY.............................................................................34

5.1 Daerah Pembuang Ciromban...........................................................34

5.1.1 Peta Kondisi Jaringan Pembuang Ciromban............................34

5.1.2 Dokumentasi Daerah Pembuang Ciromban..............................35

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................71

6.1 Analisis Kebutuhan Dimensi Sodetan Pembuang............................71

6.1.1 Curah Hujan Efektif..................................................................73

6.1.2 Anlisis Curah Hujan Area.........................................................74

6.1.3 Rencana Dimensi Saluran.........................................................79

BAB 7 KESIMPULAN................................................................................80

6.1.1 Kesimpulan...............................................................................80

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

iii

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Tasikmalaya merupakan salah satu kota yang masuk di bawah


admistrasi Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian tenggara dengan luas
wilayah sekitar 18.358 Ha, dengan jumlah penduduk mencapai 654.794 jiwa.
Berdasarkan Perda Nomor 4 tahun 2011, Kota Tasikmalaya terdiri dari 10
kecamatan dan 69 kelurahan. Perkembangan kota Tasikmalaya dewasa ini sangat
pesat dengan banyaknya kegiatan-kegiatan pembangunan perumahan dan pusat
perbelanjaan termasuk hotel dan tempat wisata. Untuk menunjang kegiatan
tersebut tentunya harus diimbangi dengan penyediaan infrastruktur yang
memadai.

Selain sebagai kota yang berorientasi kepada perkembangan jasa


perdagangan, kota Tasikmalaya juga masih mempertahankan daerah-daerah
pertanian terutama pada lahan pertanian pangan yang berkelanjutan, sehingga
dengan kondisi ini diperlukan infrastruktur yang menunjang kepada kegiatan-
kegiataan pertanian seperti penyediaan saluran irigasi yang sesuai dengan
ketentuan teknis.

Irigasi adalah kegiatan - kegiatan yang bertalian dengan usaha mendapatkan


air untuk sawah, ladang, perkebunan dan lain-lain usaha pertanian, rawa - rawa,
perikanan. Usaha tersebut terutama menyangkut pembuatan sarana dan prasarana
untuk membagi-bagikan air ke sawah-sawah secara teratur dan membuang air
kelebihan yang tidak diperlukan lagi untuk memenuhi tujuan pertanian. Masih
sering kita jumpai istilah irigasi ini diganti dengan istilah "Pengairan". Untuk
sementara istilah irigasi kita anggap punya pengertian yang sama dengan istilah
pengairan.

Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, ekonomi, sosial dan budaya


serta kebutuhan pengembangan pembangunan infrastruktur Jaringan Irigasi di
Kota Tasikmalaya maka kegiatan perencanaan dan pendataan jaringan irigasi
sangat diperlukan sehingga dapat mengoptimalkan dampak positif sesuai dengan

1
kapasitas

2
dan daya dukung lingkungan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dan
pengembangan perekonomian masyarakat di Kota Tasikmalaya.

Sesuai kebutuhan pembangunan infrastruktur dengan perkembangan dan


pengembangan infrastruktur di Kota Tasikmalaya maka diperlukan Kegiatan
Kajian dan Pemutakhiran data Saluran Pembuang Ciromban di lingkungan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tasikmalaya. Untuk jangka menengah kegiatan
inventarisasi, analisa, penyusunan sistim manajerial dan monitoring pembangunan
infrastruktur Jaringan Irigasi di Kota Tasikmalaya yang harus sudah terlaksana.
Berdasarkan Permen PUPR Tahun 2017, Kota Tasikmalaya memiliki 51 daerah
irigasi yang terbagi ke dalam tiga wilayah koordinasi yaitu wilayah koordinasi
dengan total luasan sekitar 4.239 Ha. Rumusan Masalah

Dalam rangka pengelolaan data dan informasi tentang jaringan irigasi dan
bangunan - bangunan irigasi di Kota Tasikmalaya, maka diperlukan langkah-
langkah pengendalian. Salah satu bentuk pengendalian adalah dengan
Pemutakhiran database jaringan irigasi dan bangunan - bangunannya yang
berbasis Sistem Informasi dan Geografis (SIG).

Untuk saat ini informasi yang cepat dan akurat yaitu dengan meningkatkan
kualitas dan kuantitas data serta meningkatkan sistem informasi sebagai titik
tumpu pengembangan-pengembangan bank data. Dengan adanya Sistem
Informasi Geografis (SIG) informasi dapat disampaikan dalam bentuk visual yang
didalamnya terdapat informasi yang terkait dengan potensi daerah Kota
Tasikmalaya. Sehingga orang tidak akan bosan jika melihatnya, sebab informasi
yang disampaikan melalui visual lebih menarik daripada yang hanya bersifat
tekstual saja. Integrasi teknlologi SIG dan web ke dalam aplikasi sistem informasi
potensi daerah memungkinkan informasi mengenai luasan irigasi beserta
jaringannya pada Kota tasikmalaya dapat divisualisasikan ke dalam web sehingga
informasi tersebut dapat diakses secara umum tanpa ada batasan waktu dan
tempat.

2
1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan yang akan dibahas dalam laporan ini adalah
sebagai berikut :

1. Maksud, Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas Pekerjaan Umum


Kota Tasikmalaya bermaksud menata jaringan irigasi di Kota Tasikmalaya
melalui pelaksanaan pekerjaan Kajian dan Pemutakhiran data Saluran
Pembuang Ciromban. Salah satu kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
melakukan pekerjaan yang hasilnya berbentuk laporan Kajian dan
Pemutakhiran data Saluran Pembuang Ciromban yang akan dipergunakan
sebagai pedoman bagi Dinas Pekerjaan Umum Kota Tasikmalaya dalam
memonitoring kondisi eksisting jaringan irigasi dan merencanakan jaringan
irigasi yang baru di wilayah Kota Tasikmalaya
2. Tujuan, pelaksanaan kegiatan ini secara garis besar adalah Sebagai
pedoman dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan sarana dan
prasarana khususnya jaringan irigasi sehingga dapat tercapai konstruksi
bangunan yang diinginkan dan tepat sasaran seperti :
- Identifikasi analisis kondisi eksisting jaringan irigasi dalam Kota
Tasikmalaya.
- Memberikan informasi keberadaan sistim jaringan irigasi di Kota
Tasikmalaya.
- Tersusunnya prosedur penyusunan / pemetaan Jaringan irigasi yang
akurat dan terkoordinir.
3. Sasaran utama dari pelaksanaan pekerjaan Kajian dan Pemutakhiran data
Daerah Pembuang Ciromban adalah tersedianya data dan peta jaringan
irigasi dalam Kota Tasikmalaya yang dapat berfungsi sebagai sumber
informasi.

1.3 Manfaat Kegiatan

Manfaat yang hendaknya dicapai dalam laporan ini adalah :

1. Mendukung implementasi dan program pembangunan dan pelaksanaan


program pembangunan infrastruktur di Kota Tasikmalaya,

3
2. Mendukung pelaksanaan program pelestarian lingkungan kawasan irigasi,
3. Sebagai basis data untuk perencanaan dan pengelolaan sumber daya air,
khususnya jaringan irigasi

1.4 Lingkup Pekerjaan

Lingkup lokasi

Lokasi Kajian dan Pemutakhiran data Saluran Pembuang Ciromban adalah


wilayah Korwil Cibanjaran Dan Cimulu, Kota Tasikmalaya.

Lingkup Substansi sekurang kurangnya meliputi:

1. Pengumpulan Data, terdiri dari :


- Pengumpulan data fisik jaringan irigasi
- Pengumpulan data sosial ekonomi dan budaya
- Pengumpulan data kebijakan pemerintah
2. Tahap Analisa dan Evaluasi Data
- Mengelola data dari hasil di lapangan dalam bentuk Laporan sesuai
dengan ketentuan.
- Memetakan kondisi eksisting jaringan irigasi yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
- Membuat peta jaringan irigasi dalam Kota Tasikmalaya.

1.5 Lokasi Kegiatan

Lokasi Kajian dan Pemutakhiran data Saluran Pembuang Ciromban


adalah wilayah Korwil Cibanjaran Kota Tasikmalaya.

1.6 Perkiraan Waktu Dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Direncanakan akan dilakukan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari


terhitung sejak perjanjian kerjasama ditandatangani.

4
1.7 Peralatan Yang Dibutuhkan

Secara garis besar spesifikasi minimum peralatan dan software pendukung


yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 1 peralatan yang digunakan


No. Alat yang Diperlukan Keterangan

1 GPS Garmin GPS ini memiliki antena satelit


terintegrasi,

2 Personal Computer (PC) Spesifikasi minimal yang


diperlukan

-CPU >2,5Ghz Intel Core™ 2


atau i Generation

-RAM >2GB DDR3 atau lebih

-HDD >250GB

-VGA Card >512Mb

-Monitor LCD >19" resolusi


minimum 1360x768

- Tablet dengan sistem operator


android

3 Software Pendukung -Software QGIS

-Software Google Earth

-Software Garmin Mapsource

-GPS Photo Tegger

5
1.8 Tenaga Kerja

1. Professional Staff
A. Team leader (Ahli Sipil Keairan) Adalah seorang lulusan Sarjana Teknik
Sipil (S2) memiliki sertifikat dengan pengalaman dalam bidangnya 2-5
tahun, Team leader harus mampu mengkoordinir anggota team sekaligus
menyusun konsepsi pelaksanaan pekerjaan di team sekaligus menyusun
konsepsi pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang dapat diterjemahkan dan
dipahami oleh anggota team lain.
- Memimpin dan mengkordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam
pelaksaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
- Mempersiapkan petunjuk teknis dari setiap kegiatan pekerjaan baik
pengambilan data, pengolahan maupun penyajian akhir seluruh hasil
pekerjaan.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja keseluruhan, membantu
penanggung jawab/Pengendali Kegiatan terutama dalam hal teknis
pekerjaan dan lain-lain
B. Ahli Hidrologi Adalah lulusan Sarjana (S1) Teknik Sipil dengan
pengalaman minimal 5-8 tahun di bidangnya untuk membantu team leader.
Tugas Tenaga Ahli Hidrologi adalah :
- Melakukan survey lapangan yang bertujuan mengumpulkan data-data
pendukung untuk mengadakan survey detail dan mengumpulkan data-
data lainnya
- Melakukan survey Topographi guna pengambilan data.
- Menghitung dan menganalisa data primer dan data sekunder yang
didapat dari hasil pengukuran dilapangan untuk pembuatan gambar peta
jaringan irigasi.
- Menganalisa metode pengerjaan dan pembuatan peta jaringan irigasi
yang sesuai kebutuhan dan kondisi
- Bertanggung jawab atas hasil pemetaan jaringan irigasi.
C. Ahli Geodesi / Pemetaan Adalah seorang lulusan Sarjana (S1) Teknik
Geodesi dengan pengalaman minimal 5-8 tahun di bidangnya untuk
membantu team leader. Tugas utama adalah :

6
- Melakukan survey lapangan yang bertujuan mengumpulkan data-data
pendukung untuk mengadakan survey detail dan mengumpulkan data-
data lainnya.
- Melakukan survey Topographi guna pengambilan data.
- Menganalisa dan memberikan solusi hasil data lapangan.
- Menghitung dan menganalisa data primer dan data sekunder yang
didapat dari hasil pengukuran dilapangan untuk pembuatan gambar peta
jaringan irigasi.
- Menganalisa metode pengerjaan dan pembuatan peta jaringan irigasi
yang sesuai atas kebutuhan dan kondisi.
- Mengkoordinasikan pemindahan gambar ke kertas standar serta
mengoreksi hasil akhir gambar tersebut.
- Bertanggung Jawab terhadap hasil akhir peta jaringan irigasi dan
mengkoordinasikannya dengan tenaga ahli lainnya.
2. Supporting Staff
A. Surveyor Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan penyelidikan
lapangan untuk pekejaan sipil khususnya bidang keairan termasuk
pelaksanaan pengukuran dengan memakai alat Theodolith maupun
Watterpass pengukuran Geodesi, survey topografi. Surveyor D3
Mempunyai pengalaman 1 - 4 tahun. Tugas dan tanggung jawab Surveyor
adalah:
- Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan dari lapangan dan
bertanggung jawab atas ketelitian hasil yang didapat.
B. Drafter - Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan penggambaran
dengan alat bantu computer (CAD). Tugas dan tanggung jawabnya adalah:
Membantu Team Leader dan Tenaga Ahli atas pembuatan peta dan
pelaporan. Tamatan (SMK/D1/D3) Teknik Bangunan dengan jumlah
pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun atau sederajat sebagai
operator CAD dalam pelaksanaan pekerjaan penataan dan perencanaan
bangunan dalam bidang SDA.
C. Operator Komputer Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan
penyusunan laporan dengan alat bantu komputer. Tugas dan tanggung
jawabnya adalah:

7
- Membantu kepala team dalam membuat laporan dari perhitungan data
survey lapangan. seorang operator komputer adalah lulusan SMU
sederajat yang mempunyai cukup pengalaman dalam bidang pelaporan.

1.9 Organisasi Pengguna Jasa

Pengguna jasa atas kegiatan ini adalah Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam
hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Tasikmalaya
Provinsi Jawa Barat.

1.10 Output Pekerjaan

Hasil pelaksanaan pekerjaan Kajian dan Pemutakhiran data Saluran


Pembuang Ciromban yaitu :

Laporan Konsultan disampaikan secara bertahap dan menyerahkan laporan


selama penugasannya yang terdiri atas; laporan pendahuluan, laporan antara,
laporan akhir, dan Gambar Pemetaan, menyusun tiap tiap laporan :

1. Laporan Pendahuluan sebanyak 3 buku


2. Laporan Antara sebanyak 3 buku
3. Laporan Akhir sebanyak 5 buku
4. Gambar Pemetaan sebanyak 5 buku
5. Soft copy data (hard disc) sebanyak 1 bh

8
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Jaringan Irigasi

Berikut dijelaskan mengenai hal hal yang berkaitan dengan irigasi dimulai
dari pengertian mengenai jaringan, luasan, hingga bangunan bangunannya.

2.1.1 Pengertian Jaringan

1. Jaringan Dalam (JI)

Jaringan Dalam (JI) adalah Saluran dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari : penyediaan,
pengambilan, pembagian, pemberian, dan penggunaan air irigasi beserta
pembuangannya, disamping itu jalan inspeksi juga merupakan bagian dari
jaringan irigasi.

2. Daerah Irigasi (DI)

Daerah Irigasi (DI) adalah Kesatuan wilayah atau hamparan tanah yang
mendapatkan air dari satu jaringan irigasi, terdiri dari:

- Areal (hamparan tanah yang akan diberi air)


- Bangunan utama
- Jaringan irigasi (saluran dan pembuangannya)
3. Tingkatan jaringan irigasi
a. Jaringan irigasi Teknis

Jaringan irigasi bangunan pengambilan dan bangunan bagi / sadap


dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air dan alat ukur, sehingga air
irigasi yang dialirkan dapat diatur dan diukur.

9
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Jaringan irigasi yang bangunan – bangunannya dilengkaoi dengan alat


pengatur pembagian air sehingga air irigasi dapat diatur tetapi tidak dapat
diukur.

c. Jaringan Irigasi Sederhana

Jaringan Irigasi yang bangunan – bangunannya tidak dilengkapi dengan alat


pengatur pembagian air air dan alat ukur, sehingga air irigasi tidak dapat
diatur dan tidak dapat diukur dan umumnya bangunannya mempunyai
konstruksi semi permanen/tidak permanen. Dalam penentuan tingkatan
jaringan irigasi, ditentukan yang tingkatannya paling dominan.

2.1.2 Pengertian Luas Irigasi

1. Luas Rencana (Luas Baku)

Luas Bersih dari suatu irigasi, yang berdasarkan perencanaan teknis dapat
diari oleh jaringan irigasi.

2. Luas Potensial

Bagian dari luas rencana yang jaringan utamanya (saluran primer dan
sekunder) telah selesai dibangun, pengertian tersebut dilihat dari aspek
jaringannya, bukan aspek lahannya.

3. Luas belum Potensial

Bagian dari luas rencana yang jaringan utamanya (saluran primer dan
sekunder) belum selesai dibangun atau merupakan sisa dari luas potensial,
pengertian tersebut dilihat dari aspek jaringannya, bukan aspek lahannya.

4. Petak Tersier sudah dikembangkan

Petak tersier dimana jaringan tersiernya yang sudah dibangun atau


berdasarkan desain teknis.

Dalam pengertian luas petak tersier yang sudah dikembangkan termasuk juga:

10
- Petak Tersier yang jaringan tersiernya sudah dibangun walaupun tidak /
belum berfungsi.
- Petak Tersier pada jaringan Tersiernya sudah dibangun tetapi sudah rusak.
5. Petak Tersier yang belum dikembangkan

Petak Tersier dimana Jaringan tersiernya belum dibangun berdasarkan


desain teknis. Termasuk dalam luas petak tersier yang belum dikembangkan
adalah petak tersier yang jaringan tersiernya dibangun oleh masyarakat.

6. Sawah

Lahan Usaha Tani secara fisik rata dan mempunyai pematang serta dapat
ditanami pada sistem genangan.

7. Sawah Irigasi

Sawah merupakan bagian dari luas potensial yang sumber airnya berasal
dari dari saluran irigasi melalui sistem jaringan irigasi.

Kolam / tambak ikan yang mengambil air dari saluran irigasi adalah
merupakan bagian dari luas sawah irigasi pada areal potensial. Khusus mengenai
kolam ikan, ranting dinas mencatatnya

8. Sawah belum irigasi (luas sawah belum fungsional)

Sawah yang merupakan bagian dari luas potensial yang belum mendapat air
dari jaringan irigasi, tetapi dikemudian hari dapat dijadikan sawah irigasi.

9. Lahan Dapat dijadikan Sawah (belum sawah)

Bagian dari luas potensial yang dapat dijadikan sawah, yang sekarang masih
berbentuk hutan semak – semak, padi lading, kolam ikan (yang tidak mengambil
air dari saluran irigasi), rawa, lapangan atau tegalan.

10. Lahan alih Fungsi

Bagian dari luas rencana (sawah dan belum sawah) yang tidak dapat
dijadikan sawah berhubung sudah berubah fungsinya,

Misalnya berupa : pemukiman, sekolah, atau pabrik. Lahan alih fungsi terdiri
dari :

11
a. Alih Fungsi Dari Sawah adalah :

Bagian dari luas rencana yang berbentuk sawah tetapi berubah fungsinya
secara permanen, misalnya menjadi : pemukiman, sekolah, perkantoran, pabrik,
dll.

b. Alih fungsi dari lahan belum sawah adalah :

Bagian dari luas rencana yang belum berbentuk sawah (misalnya masih
berupa semak atau tegalan) tetapi telah berubah fungsinya secara permanen,
misalnya : pemukiman, sekolah, perkantoran, pabrik, dll.

2.1.3 Bangunan Utama Irigasi

1. Waduk (reservoir)

Bangunan untuk menampung air pada waktu terjadinya surplus air disumber
air agar dapat dipakai sewaktu – waktu jika terjadi kekurangan air, sehinggafungsi
utama waduk adalah mengatur sumber air.

a. Waduk Buatan / bendungan


b. Waduk Lapangan (pengembangan mata air)
c. Embung (sejenis Waduk Kecil di NTB)
d. Situ (sejenis Waduk Kecil di Jawa Barat)

2. Bendungan Tetap

Bangunan yang dipergunakan untuk meninggikanmuka air di sunga. Sampai


pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan
petak tersier, Ditinjau dari bahan yang dipergunakan, maka bendung tetap dibagi
menjadi:

a. BendungTetap Permanen (misalnya dari Beton, Pasangan Batu,


Beronjong dengan Mantel)
b. Bendung Tetap Semi Permanen (misalnya Beronjong, Kayu)
c. BendungTidak Permanen (misalnya dari kayu, tumpukan batu)

12
3. Bendung Gerak

Bangunan yang sebagian besar konstruksinya terdiri dari pintu yang dapat
digerakkan untuk mengatur ketinggian air sungai.

4. Pompa

Alat untuk menaikan air sampai elevasi yang diperlukan secara mekanis /
hidraulis melalui sistem pipa

5. Pengambilan Bebas

Bangunan yang dibuat di Tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam
jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Termasuk sebagai
bagian dari pengambilan bebas ialah bangunan pengarah arus, ditinjau dari bahan
yang dipergunakan, maka pengambilan bebas dapat dibagi menjadi tiga jenis
seperti pada bendung tetap diatas.

6. Kincir air

Alat untuk menaikan air sampai elevasi yang diperlukan, dengan kincir air
yang digerakan oleh aliran sungai.

2.1.4 Bangunan Pendukung Irigasi

a. Kantong Lumpur adalah :

Bangunan yang berda di pangkal saluran induk, yang berfungsi untuk


menampung dan mengendapkan lumpur, pasir, dan kerikil Supaya bahan endapan
tersebut tidak terbawa sepanjang saluran dibangunan hilirnya. Bangunan dubilas
pada waktu – waktu tertentu.

b. Bangunan Pengatur Muka Air :

Bangunan yang berfungsi mengatur / mengontrol ketinggian muka air di


saluran primer dan sekunder sampai batas – batas yang diperlukan untuk dapat
memberikan debit air yang konstan kepada bangunan sadap tersier.

13
c. Bangunan Bagi adalah :

Bangunan Air yang terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antar dua saluran atau lebih.

d. Bangunan Bagi Sadap adalah :

Bangunan Bagi yang mempunyai pintu sadap ke petak tersier.

e. Bangunan Sadap adalah :

Bangunan Air yang berfungsi mengalirkan air dari saluran primer atau
sekunder kesaluran tersier penerima.

Saluran tersier penerima yang dibawah pengelolaan PU pengairan adalah


sepanjang 50 m dari bangunan sadap atau sampai dengan box tersier yang pertama.

f. Talang Air adalah :

Bangunan air yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi yang lewat diatas
lainnya, sungai atau cekungan, lembah - lembah dan jalan. Aliran ini di dalam
talang adalah aliran bebas.

g. Siphon adalah :

Bangunan air yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan


menggunakan gravitasi bumi melali bagian bawah saluran gelombangcekungan,
anak sungai, atau sungai. Siphon juga dipakai untuk melewatkan air dibawah jalan
, jalan kereta api atau bangunan – bangunan yang lain. Siphon merupakan sistim
saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat
dipengaruhi oleh tinggi tekan.

h. Jembatan adalah :

Bangunan untuk menghubungkan jalan – jalan inspeksi diseberang saluran


irigasi / pembuang atau untuk penyebrangan lalulintas (kendaraan, manusia,
hewan).

14
i. Gorong – gorong pembawa adalah :

Bangunan air yang dibangun di tempat dimana saluran pembawa lewat


dibawah bangunan(jalan, rel kereta api dan lain-lain). Aliran air di gorong –
gorong umumnya aliran bebas.

j. Got Miring adalah :

Bangunan air yang berfungsi mengalirkan air yang dibuatjika trase saluran
melewati ruas medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan
yang tinggi energi yang besar. Got Miring berupa potongan saluran yang diberi
pasangan lining dan umumnya mengikuti medan alamiah.

k. Bangunan terjun adalah :

Bangunan air yang berfungsi menurunkan muka air dan tinggi energi yang
dipusatkan disuatu tempat, bangunan terjun ini bisa memiliki terjun tegak atau
terjun miring.

l. Bangunan pelimpah adalah :

Bangunan air yang terletak dihulu bangunan talang, siphon dan lain–lain,
untuk keamanan jaringan, bangunan bekerja otomatis dengan naiknya muka air.

m. Bangunan Pembilas adalah :

Bangunan yang berfungsi untuk membilas sedimen pada kantong lumpur


atau saluran.

n. Gorong – gorong pembuangadalah :

Bangunan air yang dibangun ditempat – tempat dimana saluran pembuangan


lewat dibawah bangunan (jalan, rel kereta api, dan lain–lain).

o. Pintu klep adalah :

Bangunan air dialuran pembuang yang berfunsi untuk mencegah masuknya


air dan pembuang yang lebih besar (sungai dan laut) ke saluran pembuang yang
lebih kecil

p. Bangunan Suplesi adalah :

15
Bangunan yang berfungsi mengalirkan air dari saluran suplesi ke saluran
pembawa atau kesungai.

q. Jalan Inspeksi adalah :

Jalan yang digunakan untuk keperluan operasi dan pemeliharaan jaringan


irigasi.

2.1.5 Saluran Irigasi

a. Saluran Pembuang adalah :

Jalur atau saluran yang dirancang untuk menampung air dari berbagai
saluran guna di teruskan ke pembuang akhir diantaranya Sungai biasanya dimensi
saluran pembuang lebih besar dari pada dimensi saluran pembawa yang berguna
membuang kelebihan air.

b. Saluran suplesi adalah :

Saluran yang berfungsi membawa / mengalirkan air yang disuplesikan


kesaluran pembawa atau kesungai.

Saluran suplesi yang diinventarisasi adalah saluran air yang resmi atau
saluran suplesi yang dibangun berdasarkan design.

Saluran pembuangan terbuka yang berfungsi untuk mengalirkan


aliran buangan yang mengalir paralel disebelah atas saluran pembawa.

c. Terowongan adalah :

Saluran air yang membawa air menembus bukit – bukit dan medan yang
tinggi, yang pada tempat – tempat tertentu diperkuat dengan pasangan, aliran
didalam terowongan adalah aliran bebas.

16
2.1.6 Debit

a. Debit rencana maksimum dalam periode 1 tahun diambil dari perhitungan


perencanaan debit maksimumnya yang masuk awal intake dibangunan
utama dan dari suplesi
b. Debit air kenyataan maksimum dalam periode 1 tahun diambil dan
pengukuran dilapangan terhadapa debit maksimum yang masuk melalui
pintu intake dibangunan utama dan suplesi. Cara pengukuran debit bisa
dilakukan dari perhitungan kecepatan air dengan mempergunakan
pelampung, atau GPS.

2.2 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang


digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis informasi geografi.
Yang semula informasi permukaan bumi disajikan dalam bentuk peta yang dibuat
secara manual, maka dengan hadirnya Sistem Informasi Geografi (SIG) informasi-
informasi itu diolah oleh komputer, dan hasilnya berupa peta digital.

Sistem Informasi Geogafi (SIG) mampu menyajikan keaslian dan


kelengkapan sebuah informasi dibandingkan cara-cara yang digunakan
sebelumnya. Sistem informasi geografi menyimpan data sesuai dengan data
aslinya. Walaupun demikian, agar data yang disimpan itu akurat, maka data yang
dimasukkan haruslah data yang akurat.

17
Sistem Informasi Geografi (SIG) akan memberikan informasi yang kurang
akurat bila data yang dimasukkan merupakan data yang meragukan. Selain
berperan sebagai alat pengolah data keruangan, sistem informasi geografi juga
mampu menyajikan informasi mengenai sumber daya yang dimiliki oleh suatu
ruang atau wilayah tertentu.

Dengan demikian, sistem informasi geografi tidak hanya befungsi sebagai


“alat pembuat peta”, tetapi lebih jauh dari itu. Sistem informasi geografi mampu
menghasilkan suatu sistem informasi yang aplikatif, yang dapat digunakan oleh
perencana atau oleh pengambil keputusan untuk kepentingan pengolahan sumber
daya yang ada di suatu wilayah.

Kajian tentang pemetaan sangat penting dalam pelajaran Geografi, karena


kajian-kajiannya berkaitan dengan ruang di permukaan bumi akan berhubungan
dengan persebaran, jarak, letak, fungsi dan potensi, dan objek serta interaksi
antarobjek di permukaan bumi sehingga objek-objek geografi perlu digambar
pada bidang datar yang disebut peta. Perkembangan informasi akan data
keruangan di era kemajuan IPTEK ini semakin dibutuhkan karena membutuhkan
data yang akurat, praktis, dan efisien. Dengan demikian, muncullah apa yang
dinamakan Sistem Informasi Geografi (SIG).

Istilah Sistem Informasi Geografi (SIG) banyak digunakan dan tidak asing
lagi di kalangan ahli geografi (geograf), yaitu proses pembuatan peta digital
dengan menggunakan komputer. Namun, pada intinya, SIG tidak hanya
digunakan untuk membuat peta saja, melainkan lebih dari itu, SIG digunakan
dalam pengolahan data keruangan dengan menggunakan komputer. Definisi SIG
selalu berkembang, bertambah, dan bervariasi. Berikut ini merupakan sebagian
kecil definisi-definisi SIG yang telah beredar di berbagai pustaka.

SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan,


menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan
menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan
bumi (Rice, 20).

18
SIG adalah teknologi informasi yang cepat menganalisis, menyimpan, dan
menampilkan, baik data spesial maupun nonspesial. SIG mengombinasikan
kekuatan perangkat lunak basis data relasional dan paket perangkat lunak CAD
(Guo 20).

SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data


geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat
lunak komputer yang berfungsi:

a. Akuisi dan verifikasi data,


b. kompilasi data,
c. penyimpanan data,
d. perubahan dan updating data,
e. menyimpan dan pertukaran data,
f. manipulasi data,
g. pemanggilan dan presentasi data
h. analisis data. (Bern, 92).

Dilihat dari istilahnya, SIG terdiri atas dua pengertian, yaitu Sistem
Informasi dan Informasi Geografi. Sistem informasi adalah keterpaduan kerja
untuk mendapatkan informasi dalam pengambilan keputusan. Dalam sistem
informasi terdapat komponen data, manusia, perangkat lunak (program
komputer), perangkat keras (komputer), serta aktivitasnya dalam pengolahan dan
analisis data untuk pengambilan keputusan.

Adapun informasi geografis adalah kumpulan data atau fakta yang terkait
dengan lokasi keruangan di permukaan bumi, yang disusun sedemikian rupa
sehingga menghasilkan informasi baru yang bersifat geografis dan berbeda dari
sumber data awalnya ketika masih terpisah-pisah.

Oleh karena itu, SIG sebagai sistem informasi memiliki komponen dan cara
kerja tertentu (menangani dan menyimpan data yang berisi informasi geografis).
Adapun sebagai informasi geografis, SIG menyajikan fakta baru sebagai hasil
upaya manipulasi data.

19
2.3 Software SIG

Pada kegiatan ini, ada beberapa jenis perangkat software yang digunakan,
yaitu :

a. Garmin (MapSource), untuk menampilkan tracking hasil survey


b. Google Earth Pro, untuk pengolahan peta
c. ArcGIS, untuk menampilkan peta wilayah

2.3.1 GPS Garmin (Map Source)

Dalam pekerjaan ini kita membutuhkan peta yang cukup lengkap untuk
menelusuri kota, mencari alamat, dan lain sebagainya. Dengan memiliki
perangkat GPS, dapat dihasilkan suatu peta vector.

Keuntungan menggunakan MapSource :

- Lebih lengkap terdapat ATM (Termasuk Jenis Bank), SPBU, Hotel, dll
(Google Map tidak selengkap ini)
- Hampir menjangkau seluruh kota besar bahkan kota kecil (pelosok) di
Indonesia (Google hanya banyak di Jawa, Sumatera, dan Bali).
- Tidak membutuhkan koneksi internet (Google Map membutuhkan
koneksi internet)
- Dapat mencari jalan, tempat sekitar.

Gambar 2. 1 Contoh Tampilan Garmin (MapSource) Hasil Tracking Report.

20
2.3.2 Google Earth Pro

Pada kegiatan ini salah satu software yang digunakan adalah Google Earth
Pro. Keuntungan pemanfaatan perangkat lunak ini adalah karena kemampuannya
yang dapat memadukan pemrosesan data grafis (pemetaan) dan data tabular serta
dapat menganalisa data dari penggabungan kedua data tersebut. Selain itu
perangkat lunak ini dapat dioperasikan dengan mudah dan bersifat interaktif.

Gambar 2. 2 Contoh Tampilan Google Earth Pro

Google Earth Pro merupakan perangkat lunak yang familiar karena setiap
lokasi obyek pada peta dapat dihubungkan dengan data base, sehingga apabila
suatu obyek berubah/bertambah maka dapat langsung dimasukkan pada
databasenya. Secara terstruktur data ini juga akan melengkapi data grafis yang
berkaitan. Keunggulan yang lain dari software ini adalah database dan system
informasinya merupakan satu kesatuan file (file eksekusi) dan tahan terhadap
virus computer.

Google Earth Pro dapat mengkombinasikan citra satelit, peta dan


kemampuannya standard pada hampir semua komputer. Hasil kombinasi Sistem
Informasi Geografis (SIG) yang menggunakan perangkat lunak Google Earth Pro
dalam menampilkan system satelit dan Visualisasi Multimeia Interaktif dalam
pekerjaan ini terdiri dari beberapa subsistem yang dapat digunakan untuk
memasukkan data, menyimpan dan mengeluarkan informasi yang diperlukan.

21
Pada Google Earth Pro, setiap lokasi obyek pada peta dapat dihubungkan
dengan data tabular, sehingga apabila suatu obyek/entity data berubah/bertambah
maka dapat langsung dimasukkan pada data tabularnya. Secara terstruktur data ini
juga akan melengkapi data grafis yang berkaitan. Keunggulan yang lain dari
software ini adalah tingkat fleksibilitas data yang luas, yaitu kemampuannya
untuk memanfaatkan/menerima data dari format software ini sudah meluas dan
makin bertambah banyak digunakan oleh instansi- instansi pemerintah seperti
Dinas Pertanian, Dinas Pertambangan, Dinas Perkebunan dan lain-lain yang tidak
menutup kemungkinan apabila dalam tahap selanjtnya data hasil pengelolaan
dapat dikembangkan kea arah yang lebih luas lagi.

Berbagai tools yang dibutuhkan untuk penggunaan Google Earth Pro


adalah :

a. Tools Add Placemark

Add palcemark digunakan untuk mendigitasi entity data dalam bentuk titik.
Biasanya digunakan untuk menandai suatu posisi pada basemap yang tidak
memiliki dimensi luas yang besar, misalnya titik-titik observasi, way point dan
sebagainya.

Dalam aplikasi pekerjaan ini digunakan dalam menandai ibu kota


kecamatan, way point dan titik-titik simpul lokasi puskesmas yang didigitasi.
Setiap membuat palcemark akan ditampilkan sebuah dialog box yang merupakan
properties dari placemark yang akan dibuat. Informasi tersebut diantaranya nama
palcemark, posisi koordinatnya dalam basemap (otomatis), dan description yang
dapat diisi sesuai kebutuhannya.

b. Tools Add Path

Biasanya dipakai untuk mendigitasi data dalam bentuk garis. Path adalah
entity dalam Google Earth Pro, yang dalam piranti lunak lain biasanya disebut
sebagai polyline.Seperti polyline path juga tersusun atas multiline yang
dihubungkan oleh vertek-vertek yang dapat dipindah sesuai dengan posisi yang
diinginkan.

22
Seperti pada placemark dialog, dialog ini juga berisikan properties dari path
yang akan didigit bedanya, karena path merupakan entity berbentuk polyline maka
tidak ada informasi koordinatnya.

c. GPS Device Shareable Data

Piranti lunak Google Earth Pro juga mendukung untuk melakukan


pembacaan data digital yang berasal dari Global Positioning System (GPS),
namun masih terbatas pada GPS berlabel Garmin dan Magrllan.

Jika digunakan GPS sebagai masukan data, dengan menggunakan program


Google Earth Pro dapat ditampilkan way point (titik-titik pengamatan), Track line
(lintasan observasi). Data-data way point dan track line dapat langsung diinput
kedalam peta digital yang di down load oleh program Gogle Earth Pro. Objek-
objek tersebut dapat di overlay tepat pada posisi koordinat peta yang telah
disiapkan.

2.3.3 Quantum GIS

Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam Bahasa Inggris


Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi
khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit adalah sistem komputer yang
memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan
menampilkan informasi berefrensi geografis atau data geospasial untuk
mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan suatu
wilayah, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah
database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan
mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini. Teknologi Sistem
Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan
sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute.
Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu
tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari
lahan basah (wetlands) yangnmembutuhkan perlindungan dari polusi atau dapat
digunakannmencari informasi sebuah tempat khusus dan banyak manfaat
lainnyang dapat dikembangkan dalam sistem informasi geografis ini.

23
Quantum GIS merupakan salah satu perangkat lunak open source yang
dapat digunakan untuk pengelolaan data spasial dan pengembangan aplikasi
Sistem Informasi Geografik. Quantum GIS dikembangkan di bawah bendera
Open Source Geospatial Foundation (OSGeo), dengan sifat pengembangan
terbuka, sehingga siapapun yang berkompeten dapat berkontribusi terhadap
pengembangan aplikasi ini. Quantum GIS dikembangkan dengan bahasa
pemrograman C++ dan bersifat multi platform, dapat dijalankan pada berbagai
sistem operasi. Saat ini, versi binary (installer) Quantum GIS tersedia untuk
sistem operasi Microsoft Windows, Linux (berbagai varian distro), FreeBSD dan
MacOS X. Belakangan bahkan sudah mulai dicoba dijalankan di sistem operasi
Android yang banyak digunakan di perangkat mobile (smartphone/tablet). Saat ini
versi stabil Quantum GIS adalah 1.8.0, dan sedang dalam tahap pengembangan
untuk mencapai versi mayor 2.0. Bahasan mengenai Quantum GIS akan dibagi
dalam beberapa bagian berikut: User interface Elemen pembentuk Quantum GIS
Fitur dasar dalam pengelolaan data vektor dan raster Konektivitas data spasial
dalam DBMS (Database Management System) Penggunaan plugin dalam

Quantum GIS.

Gambar 2. 3 Contoh Tampilan Quantum GIS

24
BAB 3
GAMBARAN UMUM KOTA TASIKMALAYA

3.1 Geografis, Tofografis dan Geohidrologis

3.1.1 Kondisi Geografis

Kota Tasikmalaya adalah salah satu


kota yang masuk dibawah wilayah
administrasi Provinsi Jawa Barat. Sesuai
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001
tentang Pembentukan Pemerintah Kota
Tasikmalaya luas wilayah administrasi Kota
Tasikmalaya adalah 17.156 Ha (171,56
Km2). Secara geografis Kota Tasikmalaya
memiliki posisi yang strategis, yaitu berada
pada 108 0838 - 1082402 Bujur Timur
dan 710 - 72632 Lintang Selatan di
bagian Tenggara wilayah Propinsi Jawa
Barat. Kedudukan atau jarak dari Ibukota
Propinsi Jawa Barat  105 Km dan dari
Ibukota Negara, yaitu Jakarta,  255 Km.
Wilayah Kota Tasikmalaya berbatasan dengan
:

Sebelah Utara : Kota Tasikmalaya dan Kota Ciamis (batas Sungai


Citanduy)

Sebelah Barat : Kota Tasikmalaya

Sebelah Timur : Kota Tasikmalaya dan Kota Ciamis

Sebelah Selatan : Kota Tasikmalaya (batas Sungai

Ciwulan)

Luas wilayah Administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan dalam Undang-


undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

25
26
adalah 17.156 Ha (171,56 Km2). Saat ini terbagi menjadi 10 wilayah kecamatan
dan 69 kelurahan yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3. 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Tasikmalaya Tahun 2016

3.1.2 Kondisi Topografis

Berdasarkan bentang alamnya, Kota Tasikmalaya termasuk ke dalam


kategori dataran sedang, dengan ketinggian wilayah berada pada kisaran 201 mdpl
(terendah, di Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu) sampai dengan 503 mdpl
(tertinggi, di Kelurahan Bungursari Kecamatan Indihiang). Dilihat dari
kemiringan lahannya (kelerengan) terdapat beberapa wilayah yang memiliki
kemiringan lahan cukup tinggi, diantaranya di Kecamatan Kawalu dan Kecamatan
Cibeureum, sehingga perkembangan kegiatan perkotaan pada dua kecamatan
tersebut perlu dilakukan secara selektif dapat dilihat pada tabel 3.2

26
Tabel 3. 2 Kondisi Kemiringan Lereng Kota Tasikmalaya

Tabel 3. 3 Ketinggian Tempat Wilayah Kecamatan di Kota Tasikmalaya

27
3.1.3 Kondisi Geohidrologi

Bentuk air permukaan di Kota Tasikmalaya meliputi sungai, air dalam


cekungan (danau/situ) dan air hujan. Jumlah air permukaan jenis air hujan yang
dapat dimanfaatkan untuk sumber daya air setempat cukup besar. Di Kecamatan
Tamansari potensi air tersebut mencapai 49 – 416 juta m3/hari, sementara di
Kecamatan Mangkubumi mencapai 501 juta m3/hari. (Identifikasi Potensi Sumber
Daya Air Bawah Tanah Kota Tasikmalaya, 2004).

Sedangkan untuk sungai, air dalam cekungan (danau/situ) dapat dilihat pada
Tabel 3.4 dan Tabel 3.5

Tabel 3. 4 Daftar DAS/Sub DAS di Kota Tasikmalaya

Tabel 3. 5 Danau, Rawa, Situ, Telaga, dan Waduk Kota Tasikmalaya

Salah satu sumber air tanah dalam bentuk mata air yang terdapat di
Kecamatan Indihiang – mata air Cibunigeulis – memiliki kapasitas produksi /
debit sebesar 15,00 liter perdetik sampai 60,00 liter per detik. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.

28
Tabel 3. 6 Kawasan Sekitar Mata Air Di Kota Tasikmalaya

Sebagai kota yang terletak di kawasan beriklim tropis, Kota Tasikmalaya


bulan basah biasanya terjadi pada bulan Januari - April, September, Oktober dan
Desember. Sedangkan pada bulan Mei - Agustus dan bulan November bertiup ke
arah Barat Laut yang biasanya berkaitan dengan musim kemarau yang biasa
disebut sebagai bulan kering.Dengan suhu rata-rata 25,70 C, dengan kisaran
antara 21,10 C (terendah) dan 27,90 C (tertinggi).

Curah hujan di Kota Tasikmalaya untuk tahun 2013 dan 2022 rata-rata
memiliki nilai 275 mm per tahun, ini menunjukan bahwa Kota Tasikmalaya
merupakan daerah yang memiliki curah hujan yang sedang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3.7.
TAHU
NO N JAN FEB MAR APR MAY JUN
1 2013 583 485 475 415 363 247
2 2014 226 289 534 466 451 277
3 2015 311 625 350 237 112 110
4 2016 553 620 716 415 363 130
5 2017 593 527 473 496 195 32
6 2018 361 460 437 329 265 128
7 2019 283 353 400 553 85 52
8 2020 405 297 349 474 267 249
9 2021 438 147 303 95 134 301
10 2022 109 382 209 180 134 106
Jumlah 3862 4185 4245 3660 2369 1632
Rata-
rata 321.81 348.73 353.76 304.99 197.39 136.02
Max\ 593 625 716 553 451 301
Min 109 147 209 95 85 32

Tabel 3. 7 Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kota Tasikmalaya (Januari - Juni)

29
Tabel 3. 8 Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kota Tasikmalaya (Juli - Desember)

TAHU
NO N JUL AUG SEP OCT NOV DEC
1 2013 485 38 77 288 0 0
2 2014 676 163 0 153 1146 807
3 2015 10 0 0 0 765 334
4 2016 284 421 533 622 865 354
5 2017 125 60 - - 641 -
6 2018 0 13 148 57 472 231
7 2019 30 6 0 1 103 438
8 2020 75 72 97 409 371 -
9 2021 182 101 183 186 369 171
10 2022 57 62 276 187 175 -
Jumlah 1923 936 1314 1903 4907 2335
Rata-
rata 160.28 77.97 109.50 158.54 408.91 194.58
Max\ 676 421 533 622 1146 807
Min 0 0 0 0 0 0

30
BAB 4
METODOLOGI

4.1 Metode Pelaksanaan

Basis dari geotagging adalah posisi. Pada kebanyakan kasus posisi ini
diketahui dari GPS. Disamping longitude dan latitude system menunjukkan tiap
lokasi dari bumi 180 derajat barat sampai 180 derajat timur sepanjang equator dan
90 derajat utara sampai 90 derajat selatan meridian (bujurutama).

Ada 2 pilihan melakukan geotagging yaitu, dengan mengambil informasi


posisi dari GPS atau melampirkan petanya setelah gambar tersebut diambil. Data
GPS diambil ketika foto diambil, harus digunakan kamera yang di dalamnya
sudah terdapat aplikasi GPS atau kamera yang terhubung dengan GPS.

Seiring berkembangnya Teknologi, Tingkat Akurasi GPS pun semakin


akurat hal ini juga dibantu dengan ketersediaan Satelit GPS dan GLONASS yang
semakin bertambah, namun tingkat akurasi GPS juga mempunyai kecenderungan
seperti jangkauan sinyal satelit, dan hambatan seperti tebing, jurang, gedung
bertingkat ini akan sangat menggangu kinerja sinyal Satelit GPS tersebut

Karena kebutuhan ini maka sekarang banyak terdapat chip GPS yang
tertanam di dalam kamera atau bahkan telepon seluler. Beberapa kamera khusus,
GPS terintegrasi dengan kamera maupun telepon seluler chip GPS didalamnya
dan dapat secara otomatis dapat dilakukan geotagfoto. Yang lainnya memiliki
chip GPS didalamnya tetapi tidak memiliki software yang dibutuhkan untuk
memproses

informasi GPS. Beberapa kamera digital dapat melakukan geotagging secara


otomatis seperti Nikon, Sony dan Ricoh.

Kebanyakan kamera digital digabungkan dengan GPS dan diproses dengan


menggunakan software seperti GPS-photolink, alta4, every trail untuk menuliskan
informasi lokasi gambar pada EXIF HEADER. Koordinat geografis dapat
ditambahkan pada foto setelah dilampirkan pada peta menggunakan Flickr atau

31
Panoramio. Program- program ini kemudian dapat menuliskan informasi lokasi
pada foto EXIF HEADER.

Namun bagaimana bila kita ingin melihat lokasi hasil jepretan kamera biasa
yang tidak dilengkapi dengan GPS atau menggunakan gps yang terpisah?. Hal ini
bisa dilakukan apabila kita mempunyai data koordinat lokasi foto tersebut
walaupun tidak include dalam meta data atau data exif.

Kita bisa melakukan geotaging secara manual menggunakan bantuan


software tertentu. Cara termudah untuk mencocokkan foto tersebut ke lokasi
spesifik adalah salah satunya dengan menggunakan Google Maps dalam Picasa.
Namun juga dapat menggunakan fitur geotag asli dalam ACDSee, Adobe
Lightroom, dll.

4.2 Tahapan Kegiatan

4.2.1 Tahap Persiapan

- Persiapan admninistrasi kegiatan


- Penyusunan Personil
- Menyusun Rencana Kegiatan
- Penyusunan Laporan Pendahuluan
- Persentasi Laporan Pendahuluan

4.2.2 Pelaksanaan Survey

- Pengambilan Dokumentasi jaringan irigasi meliputi jaringan primer dan


sekunder.
- Tracking Saluran Primer dan Sekunder
- Pelaporan dan pembagian tim koordinasi lokasi
- Intrepretasi dan digitasi obyek
- Pengumpulan Data Jaringan Irigasi serta bangunan bangunan yang ada

32
4.2.3 Pengolahan Data

- Pengolahan Fotogrametri
- Pengolahan Geotagging
- Penggabungan dan Kodespesifikasi data atribut, foto, dan koordinat
lokasi
- Intrepretasi dan digitasi obyek
- Pengolahan Data survey lapangan
- Proses Kartografi
- Penyusunan data hasil survey menjadi data atribut/spasial
dalam format GIS dan Foto Geotaggin

33
BAB 5
HASIL SURVEY
5.1 Daerah Pembuang Ciromban

5.1.1 Peta Kondisi Saluran Pembuang Ciromban

Saluran Pembuang Ciromban memiliki sumber air dari Pengambilan Tidak


bebas dari Bendung. Memiliki panjang saluran 6,219 Km..

Gambar 5.1 Citra Satelit Saluran Pembuang Ciromban

34
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 0+000

STA 0+050

35
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 0+100

STA 0+150

36
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 0+200

STA 0+250

37
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 0+300

STA 0+350

38
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 0+400

STA 0+450

39
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 0+500

STA 0+550

40
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 0+600

STA 0+650

41
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 0+750

STA 0+800

42
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 0+850

STA 0+900

43
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 0+950

STA 1+000

44
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 1+150

STA 1+300

45
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 1+450

STA 1+550

46
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 1+600

STA 1+700

47
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 1+750

STA 1+800

48
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 1+850

STA 1+900

49
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 1+950

STA 2+000

50
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

Saluran
Tertutup
Tidak Bisa
Dilalui

STA 2+250

STA 2+600

51
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 2+750

Saluran
Tertutup
Tidak Bisa
Dilalui

STA 2+950

52
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 3+200

STA 3+250

53
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 3+300

STA 3+450

54
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

Saluran
Tertutup
Tidak Bisa
Dilalui

STA 3+500

Saluran
Tertutup
Tidak Bisa
Dilalui

STA 3+550

55
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 3+600

STA 3+650

56
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 3+700

STA 3+750

57
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 3+900

STA 4+000

58
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 4+131

STA 4+400

59
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 4+600

STA 4+850

60
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

STA 4+900

STA 5+100

61
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN

Saluran
Tertutup
Tidak Bisa
Dilalui

STA 3+300

Saluran
Tertutup
Tidak Bisa
Dilalui

STA 3+450

62
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN (Sodetan Ciloseh )

STA 0+000

STA 0+050

63
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN (Sodetan Ciloseh )

STA 0+100

STA 0+150

64
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN (Sodetan Ciloseh )

STA 0+200

STA 0+250

65
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN (Sodetan Ciloseh )

STA 0+300

STA 0+350

66
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN (Sodetan Ciloseh )

STA 0+400

STA 0+450

67
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN (Sodetan Ciloseh )

STA 0+500

STA 0+550

68
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN (Sodetan Ciloseh )

STA 0+600

STA 0+650

69
DOKUMENTASI SURVEY LAPANGAN
SALURAN PEMBUANG CIROMBAN (Sodetan Ciloseh )

STA 0+700

70
BAB 6
HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Kebutuhabn Dimensi Sodetan Pembuang

langkah penting dalam perencanaan sistem irigasi atau drainase yang


efisien. Dimensi sodetan pembuang harus dipilih dengan cermat untuk
memastikan bahwa saluran dapat mengalirkan air dengan baik tanpa
menyebabkan banjir atau masalah lainnya. Beberapa faktor yang perlu dianalisis
dalam menentukan dimensi sodetan pembuang meliputi.

1. Debit Air: Salah satu faktor utama dalam menentukan dimensi sodetan adalah
debit air yang akan dialirkan melalui saluran. Debit air ini harus sesuai dengan
kebutuhan irigasi atau pembuangan air hujan. Debit ini dapat diukur dalam
liter per detik (L/detik) atau meter kubik per detik (m³/detik).
2. Kemiringan Tanah: Kemiringan atau gradient tanah di sekitar area yang
akan diirigasi atau diperlakukan dengan drainase juga harus diperhitungkan.
Kemiringan yang lebih tinggi akan memerlukan dimensi yang lebih besar
untuk memastikan aliran air yang cukup lancar.
3. Jenis Tanah: Sifat tanah di sekitar sodetan pembuang juga harus
dipertimbangkan. Beberapa jenis tanah dapat lebih mudah mengalirkan air
daripada yang lain, dan ini dapat memengaruhi dimensi yang dibutuhkan.
4. Tipe Sodetan: Apakah sodetan berbentuk saluran terbuka, saluran tertutup,
atau pipa juga akan memengaruhi dimensi yang diperlukan. Saluran terbuka
mungkin memerlukan dimensi yang lebih besar daripada saluran tertutup.
5. Perubahan Elevasi: Jika ada perubahan elevasi di sepanjang saluran, seperti
perubahan ketinggian dari sumber air hingga tempat tujuan, itu juga harus
diperhitungkan dalam perencanaan dimensi.
6. Kebutuhan Kecepatan Aliran: Kecepatan aliran air dalam sodetan harus
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Untuk irigasi, Anda mungkin ingin
kecepatan aliran yang lebih rendah untuk mencegah erosi tanah. Dalam sistem
drainase, Anda mungkin ingin kecepatan yang lebih tinggi untuk mengalirkan
air hujan secepat mungkin.

71
7. Faktor Cuaca: Iklim dan curah hujan di daerah tersebut juga harus
dipertimbangkan. Sodetan pembuang harus mampu menangani curah hujan
ekstrem jika diperlukan.
8. Kebutuhan Pengendalian Sedimen: Dalam beberapa kasus, Anda mungkin
perlu mempertimbangkan penggunaan saluran yang lebih besar atau filter
untuk mengendalikan sedimentasi atau material padat dalam aliran air.

72
Data Curah Hujan 10 Tahunan

Curah Hujan Stasiun Cikunten II


Bulan Rh tot Rh maks
No Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des (mm) (mm)
1 2013 583 485 475 415 363 247 485 38 77 288 0 0 3456 583
2 2014 226 289 534 466 451 277 676 163 0 153 1146 807 5188 1146
3 2015 311 625 350 237 112 110 10 0 0 0 765 334 2854 765
4 2016 553 620 716 415 363 130 284 421 533 622 865 354 5876 865
5 2017 593 527 473 496 195 32 125 60 - - 640.5 - 3141.5 640.5
6 2018 361 459.5 436.5 329 265 128 0 13 148 57 472 231 2900 472
7 2019 283 353 400 553 85 52 29.5 6 0 1 103 438 2303.5 553
8 2020 405 297 349 474 267 249 75 72 97 409 371 - 3065 474
9 2021 438 147 303 95 134 301 182 101 183 186 369 171 2610 438
10 2022 108.7 382.2 208.6 179.9 133.7 106.2 56.8 61.6 276 186.5 175.4 - 1875.6 382.2
11
12
13

73
Analisis Curah Hujan Area

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui curah hujan rata-rata yang terjadi
pada daerah tangkapan (catchment area) tersebut, yaitu dengan menganalisis
data-data curah hujan maksimum yang didapat dari tiga stasiun penakar

Tahun P1 A1 P2 A2 ഥ
2013 583 4.6 583.00
2014 1146 4.6 1146.00
2015 765 4.6 765.00
2016 865 4.6 865.00
2017 640.5 4.6 640.50
2018 472 4.6 472.00
2019 553 4.6 553.00
2020 474 4.6 474.00
2021 438 4.6 438.00
2022 382.2 4.6 382.20
2023 0 4.6 0.00
2024 0 4.6 0.00
2025 0 4.6 0.00

Analisa Frekwensi
Analisis frekuensi pada penelitian ini dimaksudkan untuk menghitung curah
hujan rencana dengan periode ulang 2, 5, 10, 25 dan 50 tahun. Perhitungan
dengan metode Distribusi Normal, Log Normal, Gumbel dan Log Person III
distribusi normal

No Tahun Xi (Xi-Xrata) (Xi-Xrata)² (Xi-Xrata)³ (Xi-Xrata)⁴

1 2013 583.00 -48.87 2388.28 -116715.09 5703866.55


2 2014 1146.00 514.13 264329.66 135899806.50 69870167516.87
3 2015 765.00 133.13 17723.60 2359542.46 314125887.07
4 2016 865.00 233.13 54349.60 12670521.53 2953878683.19
5 2017 640.50 8.63 74.48 642.74 5546.81
6 2018 472.00 -159.87 25558.42 -4086024.11 653232674.43
7 2019 553.00 -78.87 6220.48 -490609.01 38694332.86
8 2020 474.00 -157.87 24922.94 -3934584.05 621152783.72
9 2021 438.00 -193.87 37585.58 -7286715.79 1412675590.91
10 2022 382.20 -249.67 62335.11 -15563206.64 3885665801.57
11 2023
12 2024
13 2025
rata-rata 631.87
Ʃ 6318.70 0.00 495488.12 119452658.52 79755302684.00

74
jumlah n 13
rata-rata X̅ 631.87
standar deviasi s 234.64
koef. Skewness cs 0.91
koef. Kurtosis ck 3.37

nilai faktor reduksi gauss


Periode Faktor
Ulang Peluang Reduksi ( Kt
(PUH) )
2 0.5 0
5 0.2 0.84
10 0.1 1.28
20 0.05 1.64
50 0.02 2.05
100 0.01 2.33

Hujan
PUH Xrata STDEV Kt Rencana
(mm)
2 631.87 234.64 0 631.87
5 631.87 234.64 0.84 828.96
10 631.87 234.64 1.28 932.20
20 631.87 234.64 1.64 1016.67
50 631.87 234.64 2.05 1112.87

75
Metode Mononobe
I = Itensitas hujan (mm/jam)
t = Lamanya hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)

Intensitas Hujan (mm) 24 Jam dengan Periode


Ulang (Tr)
t (jam)
Tr (Tahun)
2 5 10 25 50
R24 578.39 784.99 939.22 1155.90 1333.18
0 578.39 784.99 939.22 1155.90 1333.18
1 200.52 272.14 325.61 400.73 462.19
2 126.32 171.44 205.12 252.44 291.16
3 96.40 130.83 156.54 192.65 222.20
4 79.57 108.00 129.22 159.03 183.42
5 68.58 93.07 111.36 137.05 158.07
6 60.73 82.42 98.61 121.36 139.98
7 54.80 74.37 88.98 109.51 126.30
8 50.13 68.04 81.40 100.18 115.55
9 46.34 62.90 75.26 92.62 106.82
10 43.20 58.63 70.15 86.33 99.58
11 40.54 55.02 65.83 81.02 93.45
12 38.26 51.92 62.12 76.45 88.18
13 36.27 49.22 58.89 72.48 83.60
14 34.52 46.85 56.05 68.99 79.57
15 32.97 44.74 53.53 65.89 75.99
16 31.58 42.86 51.28 63.11 72.79
17 30.33 41.16 49.25 60.61 69.91
18 29.19 39.62 47.41 58.34 67.29
19 28.16 38.22 45.73 56.28 64.91
20 27.21 36.94 44.19 54.39 62.73
21 26.34 35.75 42.78 52.65 60.72
22 25.54 34.66 41.47 51.04 58.87
23 24.79 33.65 40.26 49.55 57.15
24 24.10 32.71 39.13 48.16 55.55

GR A FI K I N T E N S I T A S - DU R A S I - FR E K U E N S I ( 2 4 J A M )
1400
INTENSITAS HUJAN (MM/JAM)

1200
1000
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
LAMANYA HUJAN (JAM)
Series1 Series2 Series3 Series6 Series7

Dari kurva IDF diatas terlihat bahwa intensitas hujan yang tertinggi
berlangsung dengan durasi pendek. Hal ini menunjukan bahwa hujan
dengan intensitas tinggi pada umumnya berlangsung dalam jangka
waktu singkat, sedangkan hujan dengan intensitas rendah berlangsung
dalam waktu lama.
76
Standar Desain Saluran Drainase
Metode perhitungan
Luas DAS (ha) Periode ulang (Tahun)
debit banjir

< 10 2 Rasional
10 – 100 2–5 Rasional
101 – 500 5 – 20 Rasional
> 500 10 – 25 Hidrograf satuan
(Sumber : Suripin, 2004)

Q= debit puncak (m³/detik)


C= koefisien aliran permukaan (0 ≤ C ≤ 1)
I= intensitas hujan (mm/jam)
A= luas DAS (ha)

Cp = Koefisien limpasan untuk daerah tidak kedap air


Im = Rasio kedap air

Koefiesn Limpasan dan Presentase Kedap Air Berdasarkan


Tata Guna Lahan Karakteristik C Im (%) Keterangan
Pusat perbelanjaan dan perkantoran 0.9 100
Berkurang untuk bangunan
Industri Bangunan penuh 0.8 80
tidak penuh
20 rmh/ha 0.48 30
30 rmh/ha 0.55 40 Bandingkan daerah kedap air
Pemukiman (kepadatan menengah – tinggi)
40 rmh/ha 0.65 60 dengan daerah lain
60 rmh/ha 0.75 75
Pemukiman (kepadatan rendah) 10 rmh/ha 0.4 <20 CN = 85(Curve Number )
Taman Daerah datar 0.3 0
Tanah berpasir 0 0 C=0,20;CN=60
Pedesaan Tanah berat (heavy soil ) 0 0 C=0,35;CN=75
Daerah irigasi 0 0 C=0,50;CN=85

Nilai Koefisien Limpasan Berdasarkan Tata guna Lahan


Koefisien Limpasan
Karakteristik tanah Tata guna lahan
(C)
Pertanian 0.2
Campuran pasir dan/ atau campuran kerikil Padang rumput 0.15
Hutan 0.1
Pertanian 0.4
Geluh dan sejenisnya Padang rumput 0.35
Hutan 0.3
Pertanian 0.5
Lempung dan sejenisnya Padang rumput 0.45
Hutan 0.4

77
Nilai Koefisien Limpasan Berdasarkan Kondisi Permukaan Lahan
Jenis Daerah Koefisien Aliran Kondisi Permukaan Koefisien Aliran
Daerah Perdagangan Jalan Aspal
Kota 0,70-0,95 Aspal dan beton 0,75-0,95
Sekitar kota 0,50-0,70 Batu bata dan batako 0,70-0,85
Daerah Permukiman Atap Rumah 0,70-0,95
Satu Rumah 0,30-0,50
Halaman berumput,
tanah pasir
Banyak rumah, terpisah 0,40-0,60 Datar, 2% 0,05-0,10
Banyak rumah, rapat 0,60-0,75 Rata-rata, 2-7% 0,10-0,15
Pemukiman, pinggiran kota 0,25-0,40 Curam, 7% atau lebih 0,15-0,20
Apartemen 0,50-0,70
Halaman berumput,
Daerah industri
tanah pasir
Ringan 0,50-0,80 Datar, 2% 0,13-0,17
Padat 0,60-0,90 Rata-rata, 2-7% 0,18-0,22
Curam, 7% atau lebih 0,25-0,33
Lapangan, kuburan dan sejenisnya 0,10-0,25
Halaman, jalan kereta api dan sejenisnya 0,20-0,35
Lahan tidak terpelihara 0,10-0,30

tc = Waktu Konsentrasi (jam)


L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik di tinjau (km)
S = Kemiringan rata–rata daerah lintasan air

Kemiringan Rata – Rata Kecepatan Rata – Rata


(%) (m/det)
<1 0.4
1 sampai < 2 0.6
2 sampai < 4 0.9
4 sampai < 6 1.2
6 sampai < 10 1.5
10 sampai < 15 2.4

L 500 m
S 0.02
tc 0.270 Jam
972.7739548 det

78
Debit
I Q
Jenis Limpasan C A 2 5 10 25 50
2 5 10 25 50
578.39 784.99 939.22 1155.90 1333.18
Bangunan Gedung (Perkuliahan, administrasi, dll) 0.6 2.30 479.74 651.11 779.04 958.76 1105.80 1.839163 2.496115 2.986309 3.675532 4.239257
Jalan (Aspal) 0.95 1.84 479.74 651.11 779.04 958.76 1105.80 2.329606 3.161746 3.782658 4.655673 5.369725
Taman 0.3 0.46 479.74 651.11 779.04 958.76 1105.80 0.183916 0.249611 0.298631 0.367553 0.423926
479.74 651.11 779.04 958.76 1105.80 0 0 0 0 0
Jumlah 4.352685 5.907472 7.067599 8.698758 10.03291

Diambil Debit dengan periode ulang 10 tahunan

Tabel Perhitungan Dimensi Saluran kala ulang 10 tahun


Dimensi Saluran
Q maks v
No. durasi A h b
3 2
m /dt m/dt m m m
1 5 7.06760 0.40 2.12362 0.92166 0.92166
2 10 7.06760 0.40 2.53412 1.00680 1.00680
3 15 7.06760 0.40 2.44641 0.98922 0.98922
4 30 7.06760 0.40 3.03083 1.10106 1.10106
5 45 7.06760 0.40 1.38349 0.74391 0.74391
6 60 7.06760 0.40 1.19720 0.69201 0.69201

1.1m

1.1m

Gambar Rencana Dimensi Saluran Primer

79
BAB 7
KESIMPULAN

7.1.1 Kesimpulan

Pemutahiran data daerah Pembuang adalah langkah penting dalam meningkatkan


efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya air dan memastikan infrastruktur air
dan sistem drainase beroperasi secara efisien, aman, dan berkelanjutan. Ini juga
membantu dalam perencanaan jangka panjang untuk menghadapi perubahan iklim dan
pertumbuhan populasi.

REKAP PANJANG

SALURAN PRIMER 5,117.00 m


SEKUNDER 1,222.00 m

SALURAN TERBUKA 5,117.00 m


SALURAN TERTUTUP 1,172.00 m
SODETAN 50.00 m

TOTAL 6,339.00 m

REKAP RAB

NORMALIASAI 659,630,000.00
PASANGAN 546,390,000.00
SODETAN 221,850,000.00

TOTAL 1,427,870,000.00

Demikianlah laporan akhir kajian pemutahiran data daerah irigasi ini disusun. Semoga
laporan ini dapat menjadi panduan dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk meningkatkan pengelolaan daerah irigasi yang ada. Terima kasih atas
perhatiannya.

80
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Sumber Daya Air (2013). Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP
– 01.

Dirjen Sumber Daya Air (2013). Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama
KP – 02.

Dirjen Sumber Daya Air (2013). Kriteria Perencanaan Bagian Saluran KP – 03.

Dirjen Sumber Daya Air (2013). Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan KP – 04.

Dirjen Sumber Daya Air (2013). Kriteria Perencanaan Bagian Petak Tersier KP –
05.

Dirjen Sumber Daya Air (2013). Kriteria Perencanaan Bagian Parameter


Bangunan KP – 06.

Dirjen Sumber Daya Air (2013). Kriteria Perencanaan Bagian Standar


Penggambaran KP – 07.

81

Anda mungkin juga menyukai