Pukul 9.00 - 10.30 Notulensi Kelompok 1 ● Fernandess Martianus Vincent (pemateri) ● Kautsar Febi Miranda (pemateri) ● Faiza Nur Fitria Ramdhani ● Rizka Putri Usfa ● Hanna Maulidaturrahmah ● Gezkya Safira
SESI DISKUSI
1. Priskania Dwi Lovita (kelompok 4)
Bagaimana seorang pemimpin harus bersikap ketika harus menghadapi masalah yang bersinggungan dengan dengan prinsip pribadinya sendiri/ kepentingan pribadinya?
Dijawab oleh: Kautsar Febi Miranda
Seorang pemimpin seharusnya mengutamakan prinsip dan kepentingan organisasi atau kelompoknya di atas kepentingan pribadinya. Ketika menghadapi masalah yang bersinggungan dengan prinsip pribadinya, seorang pemimpin yang baik akan: -Transparan: Terbuka dan jujur tentang konflik kepentingan yang mungkin timbul. -Konsultasi: Mencari saran dari rekan-rekan atau penasehat untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda. -Etika: Mematuhi kode etik atau pedoman organisasi dalam mengambil keputusan. -Kesetiaan: Menunjukkan kesetiaan kepada organisasi atau kelompok yang dipimpinnya. -Kepemimpinan Berkelanjutan: Menyadari bahwa tindakan dan keputusan pemimpin dapat mempengaruhi kredibilitas dan dukungan dari anggota tim atau kelompoknya. Dalam banyak kasus, pemimpin yang baik akan menghindari konflik kepentingan dengan menghindari situasi di mana prinsip pribadi mereka bisa bertentangan dengan kepentingan organisasi. Jika konflik kepentingan tidak dapat dihindari, mereka akan berusaha menjaga keseimbangan yang adil dan tetap fokus pada kepentingan yang lebih besar.
2. Lenny Firda Mumtazah (kelompok 3)
Pada Level Konseptualisasi terdapat proses intra individu, bagaimana jika suatu organisasi yang menggunakan sistem turun temurun untuk kepemimpinannya akan tetapi pemimpin selanjutnya sebenarnya belum siap untuk menjalankan tugasnya dan karakteristik individunya belum terpenuhi. seberapa penting peran karakteristik individu dalam sebuah kepemimpinan? Dijawab oleh: Faiza Nur Fitria Ramadhani Peran karakteristik individu dalam sebuah kepemimpinan sangat besar dan penting. Proses konseptualisasi di dalam organisasi seharusnya tidak hanya mempertimbangkan sistem turun temurun, tetapi juga kemampuan dan karakteristik individu yang akan menjadi pemimpin selanjutnya. Jika pemimpin selanjutnya belum siap atau karakteristik individunya tidak terpenuhi untuk menjadi seorang pemimpin yang baik akan mengganggu kualitas kepemimpinan dan kinerja organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, organisasi sebaiknya memastikan bahwa pemimpin yang dipilih memiliki karakteristik yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab kepemimpinan yang akan dipilih. Selain itu, penting bagi organisasi untuk memastikan bahwa pemimpin yang dipilih memiliki kualifikasi, kompetensi, dan karakteristik yang diperlukan untuk memimpin dengan sukses dan membawa organisasi menuju tujuan yang diinginkan.
3. Ripan Tamba Tua Silaban (kelompok 2)
Di dalam kehidupan organisasi, kadang kala masing” individu memiliki rasa demotivasi. lalu apa tanggapan kelompok pemapar materi jika, seorang pemimpin mengalami demotivasi? apakah anggota dari pemimpin berperan besar dalam hal ini?
Dijawab oleh: Fernandess Martianus Vincent
1. Empati dan Dukungan: Anggota kelompok yang memiliki empati mungkin akan mencoba memahami penyebab demotivasi pemimpin dan memberikan dukungan emosional. 2. Peningkatan Kolaborasi: Anggota kelompok yang proaktif dapat mencoba meningkatkan kolaborasi di antara mereka untuk membantu pemimpin merasa lebih termotivasi. 3. Konflik atau Kesenjangan: Di sisi lain, ada kemungkinan bahwa anggota kelompok mungkin mengalami kesenjangan atau konflik dengan pemimpin yang demotivasi. 4. Peran Pemimpin dalam Memotivasi Anggota: Pemimpin yang demotivasi juga dapat mempengaruhi motivasi anggota kelompok. Intinya, hubungan antara pemimpin dan anggota kelompok serta dinamika kelompok dapat berperan dalam mengatasi demotivasi pemimpin. Komunikasi yang terbuka, dukungan tim, dan upaya kolaboratif dapat membantu mengatasi situasi ini, tetapi situasinya akan sangat bergantung pada konteks spesifik dan individu yang terlibat.
4. Haryu Kusumo Mardi (kelompok 5)
Tadi dijelaskan bahwa pemimpin memiliki jabatan yang tidak terlalu formal, apakah itu berlaku untuk setiap karyawan atau tidak? jika ya bagaimana dan jika tidak bagaimana?
Dijawab oleh: Rizka Putri Usfa
Ketika saya menyebutkan bahwa pemimpin memiliki "jabatan yang tidak terlalu formal," itu merujuk pada situasi di mana seseorang mungkin memegang peran kepemimpinan di luar hierarki formal organisasi. Ini berarti seseorang dapat menjadi pemimpin dalam konteks tertentu tanpa memiliki gelar atau posisi formal sebagai pemimpin. Ini tidak berarti bahwa semua karyawan dalam organisasi memiliki peran yang sama dalam kepemimpinan. Dalam setiap organisasi, biasanya ada struktur hierarki dan peran yang terdefinisi dengan jelas, termasuk posisi manajemen dan pemimpin formal. Namun, dalam kehidupan sehari-hari di tempat kerja, pemimpin informal atau "pemimpin tanpa gelar" juga dapat muncul. Pemimpin informal bisa muncul karena mereka memiliki pengaruh yang kuat di antara rekan- rekan mereka, memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dihormati, atau karena mereka menjadi panutan dalam sikap atau perilaku mereka. Peran mereka mungkin tidak diakui secara resmi dalam struktur hierarki, tetapi mereka mempengaruhi orang lain dan membantu mencapai tujuan organisasi. Jadi, tidak semua karyawan memiliki peran kepemimpinan formal, tetapi dalam setiap organisasi, ada potensi untuk pemimpin informal yang dapat berperan penting dalam memotivasi, menginspirasi, dan membimbing rekan-rekan mereka tanpa harus memiliki gelar atau posisi formal sebagai pemimpin.
Tambahan Oleh: Bapak Dr. Drs. Heru Susilo, MA.
Pemimpin tidak boleh mengalami demotivasi, jika hal tersebut terjadi maka diperlukan penggantian pemimpin. Kalau karyawan mengalami demotivasi kemungkinan dapat terjadi, dan hal tersebut kesalahan pemimpin bagaimana cara mengatur dan memotivasi bawahannya yang salah.