Anda di halaman 1dari 13

Rizky Handayani (2014060055)

Pengertian Anak dengan Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa


Penggunaan istilah potensi kecerdasan dan bakat istimewa ini berkait erat dengan latar belakang
teoritis yang digunakan. Potensi kecedasan berhubungan dengan kemampuan intelektual,
sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual, namun juga beberapa jenis
kemampuan lainya sepertiyang disebut oleh Gardner dengan teorinya yang dikenal multiple
intelligenses (1983) yaitu, kecerdasan linguistik, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial,
kecerdasan logikal matematikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan
interpesonal.
Pengertian potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program percepetan belajar ini dibatasi
hanya pada”kemampuan intelektual umum saja”.ada dua acuan yang bisa digunakan untuk
mengukur kemampuan intelektual umum yaitu acuan unidimensial, yang lebih dikenal sebagai
batasan yang diberikan oleh lewis terman (1992) dan acuan multidimensional ,yang disampaikan
oleh renzulli, reis, dan smith (1978) dengan konsep tiga cincin ( the three ring concenption).
Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut daya abstraksinya baik sekali,
mempunyai banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di
samping memiliki sifat-sifat positif juga memiliki sifat-sifat negatif diantaranya cenderung hanya
mementingkan diri sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi (emosional),
tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan penelitian, dan tidak mudah
menerima pendapat orang lain.
Anak superior memiliki karakteristik sebagai berikut: dapat berbicara lebih dini. Dapat membaca
lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah, dan mendapat perhatian dari
teman-temannya.
Dengan menggunakan konsepsi keterbakatan dari rezulli,reis, dan smith (1978) dan sesuaikan
dengan kondisi yang ingin dikembangkan oleh pihak sekolah maka didefinisikan peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program Percepatan belajar adalah
mereka yang oleh psikolog atau guru diidentifikasi sebagai perserta didik yang telah mencapai
pretasi memuaskan, dan memiliki, kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf
cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterkaitan terhadap tugas yang tergolong baik.
Masalah-masalah yang ditimbulkan perserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa sebagai berikut.
1. Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis), baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
2. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa
menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin,
3. Prilaku yan ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus kekeinginan untuk memaksa
atau mempertahankan pendapatnya.
4. Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka
terhadap kritik.
5. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang
sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak
kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
6. Dengan kemampuan dan minatnya yang beranekaragam. Mereka membutuhkan
keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengebangkan minatnya.
7. Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta dan kebutuhannya
akan kebebasan ,dapat menimbulkan konflik karena tisdak mudah menyesuaikan diri
atau tunduk terhadap dari orang tua, sekolah, atau teman-tamannya. Ia juga bisa
merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya
8. Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di
sekolah kurang mengundang tantangan baginya.

Mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengebangkan
minatnya. Dengan diterangkan sekali saja, mereka telah dapat menangkap maksudnya,
sedangkan peserta didik yang lain masih perlu dijelaskan lagi, mereka banyak waktu terluang,
yang kemudian apabila kurang diantisipasi oleh gurunya, akan digunakan untuk mengadakan
aktivitas sekehendaknya, misalnya mencubit atau benda benda kecil atau kapur keteman teman
sekitarnya.
Akibat lebih lanjut, mereka dapat menjadi anak yang berprestasi di bawah potensinya
(underachiever) malah mungkin (mengalami kesulitan belajar). .Selain itu Arland (1971) juga
mengemukakan bahwa lebih dari separuh berpretasi anak nyang berpotensi kecerdasan dan bakat
istimewa berprestasi di bawah potensinya disebabkan karena tidak mendapat program
pendidikan yang sesuai
Untuk menghindari sifat-sifat yang kurang baik ini, melalui pelayanan pendidikan yang
disesuaikan dengan bakat, minat, kemampuan dan kecedasan peserta didik, agar mereka dapat
memanifestasikan potensinya yang masih latent, yakni sebagaimana ciri-ciri mereka seperti yang
telah dikemukakan di atas.
Prevalensi Siswa dengan Kecerdasan dan Bakat Istimewa
Perbedaan yang ada dalam cara anak-anak diindentifikasi memiliki keceredasan dan bakat
istimewa, terdapat perbedaan yang mencolok dalam jumlah anak di ketahui. Pendekatan ini
mencerminkan persepsi yang jelas eklusif mengenai sifat-sifat keberbakatan dan jumlah orang
yang akan dilayani.
Opini berbeda mengenai sifat keberbakatan dan jumklah orang yang dilayani dikemukakan oleh
Rezulli dan Reis. Namum menurut Reis,semakin kecil siswa dekat terhadap realitas jumlah
sebenarnya yang masuk sebagai berbakat. Meskipun definisi dan jumlah orang yang
diindentifikasi berbakat berbeda , semua guru mempunyai anak berkemampuan unggul dan
berbakat khuisus di kelas.
Program Pendidikan Bagi Siswa dengan Potensi Kecerdasan Potensi Kecerdasan dan
Bakat Istimewa
Di negara-negara maju, terdapat berbagai jenis program pendidikan untukn perserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (Gets dan Dillon, dalam Hallahan dan
Kaufman, 1982), antara lain:
• Sekolah musim panas di negeri dengan empat musim,
• Pendidikan dasar tidak berjenjang,
• Diterima lebih awal di perguruan tinggi,
• Pelajaran-pelajaran perguruan tinggi bagi para perserta didik setingkat sekolah
menegah,
• Mata-mata pelajaran disekolah menengah dan kreditnya diakui di perguruan tinggi,
• Kelas-kelas khusus untuk mata pelajaran tertantu yang ada dalam kurikulum,
• Kelas-kelas khusus pada semua mata pelajaran yang ada dalam kurikulum,
• Seminar-seminar hari Sabtu,
• Pengelompelompokan berdasarkan kemampuan,
• Pengayaan di kelas-kelas biasa,
• Guru tamu,
• Penambahan mata pelajaran,
• Tugas-tugas kelompok dan tugas ekrakurikuler,
• Wisata karya,
• Pelajaran-pelajaran biasa setengah hari, dan program pengayaan setengah hari lain,
• Percepatan
• Sekolah-sekolah khusus
• Program konsultasi
• Bimbingan/ tuturial
• Belajar mandiri
• Pertukaran belajar
• Program pemberian penghagaan,
• Program kegiatan yang ditawarkan lembaga non-sekolah, seperti museum,
perpustakaran dan
• Kurikulum khusus
Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dapat
berupa:
1. Program pengayaan, yaitu pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan
dan bakat istimewa yang dimiliki perserta didik, dengan penyediaan kesempatan dan
fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan /perdalaman,setelah yang
bersngkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk perserta didik
lainnya.
2. Program percepatan, yaitu poemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi
kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh perserta didik, dengan memberi
kesempatan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka
waktu yang lebih singkat dibanding teman-temannya.
Kebutuhan Pendidikan Khusus Siswa dengan Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa.
Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
istimewa dapat dilakukan. Meskipun penting bagi tiap altenatif dalam memberikan bantuan
khusus dan kesempapatan untuk siswa berbakat, faktanya tetap bagi siswa yang ikut serta dalam
altenatif ini pada umumnya pendidikannya masih berupa produk pengalaman mereka di kelas
umum. Tidak ada yang lebih penting dibanding guru-guru kelas umum yang mengerti
kebutuhan-kebutuhan mereka dan mau mengajarkan mereka dengan cara yang kreatif.
Ranah Keberbakatan
Clark (1988) telah menjelaskan lima ranah sifat siswa-siswa yang memiliki keberbakatan.
• Ranah kognitif
adalah meliputi sejenis kemampuan tinggi yang dijelaskan terdahulu dalam konsep
Renzulli mengenai keberbakatan siswa yang berbakat adalah pembelajaran yang
cepat dan pengingat informasi yang unggul.
• Ranah afektif
Ranah afektif menurut Clark adalah suatu kecenderungan terhadap kedalaman
emosional dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Termasuk juga dalam ranah
ini adalah kecenderungan terhadap tingkat- tingkat penilaian moral yang tinggi.
• Ranah fisik
Clark meneliti siswa yang berbakat menunjukkan suatu perbedaan yang tidak lazim
antara perkembangan fisik dan intelektual. Mereka juga menunjukkan toleransi yang
rendah terhadap perbedaan antara standar mereka sendiri dengan ketidak mampuan
fisik untuk memenuhi standar.
• Ranah intuitif
Ranah intuitif berhubungan dengan kemampuan kreativitas. Lagi-lagi sama dengan
definisi RenzulIi, Clark berpendapat bahwa siswa yang berbakat dapat menu njukan
kapasitas kreatif yang luar biasa dalam bidang usaha kreatif
• Ranah Sosial
Pada ranah sosial, iswa yang berbakat menunjukan kleinginan yang kuat untuk
memenuhi potensi-potensi pribadi mereka, sementara ia juga membuat kontribusi
sosial yang positif. Mereka dapat menggunakan kemampuan intelektual tinggi
terhadap solusi masalah-masalah lingkungan sosial budaya mereka.
Interaksi Faktor-Faktor Keberbakatan
David Feldman telah melakukan penelitihan longitudinal dan akstensi pada 6 sampel anak yang
di anggap prodigie (Feldman, 1980, 1986) pada bidang- bidang yang ditelitinya:
• Memilki kemampuan luar biasa
• Ketika lahir kemampuan ini diketahui, dinilai, dan membantu perkembangan
kemampuan tersebut,
• Menerima pengajaran dari guru terbaik yang memiliki pengetahuan yang sangat luar
biasa atas suatu ranah dan sejarahnya, dan menenamkan pengetahuan itu dengan
menggunakan minat dan komitmen untuk belajar
• Menunjukan dorongan dari dalam yang kuat dan komitmen yang pada bidang mereka.

Kuat namun rentan


Kekuatan yang dasyat yang dimiliki siswa berbakat dapat menjadi lemah dalam interaksi mereka
dengan guru dan murid lain. Beberapa atribut positif yang telah di catat yang mungkin menjadi
sifat siswa-siswa tersebut adalah:
• Kecenderungan untuk menguasai diskusi kelas.
• Ketidaksabaran menungu mata pelajaran atau tugas berikut.
• Resisten terhadap prosedur perintah,aturan, dan standar.
• Kecenderungan memulai mata pelajaran pada diskusu kelas.
• Kemungkinan menjadi menjadi bosan dengan pengulangan.
• Sering kali mengubah perhatian dan keterkaitan.
• Kecenderungan memaksa mengetahui dengan logika sebelum tugas dan aktivitas
didapat (Heward dan Orlansky)
Pilihan Pendidikan
Pilihan pendiidikan bagi anak berbakat meliputi:
• Penambahan atau percepatan aktivitas di kelas umum.
• Kelas khusus paruh waktu.
• Kelas khusus penuh.
• Sekolah berasrama khusus.
• Pencangkokan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menengah dan college
• Kelas lanjutan diberikan selama periode waktu non-sekolah oleh college/universitas
atau lembaga-lembaga masyarakat
• Magang dan program tutorial (Milgram dan Golring).
Cara Membantu Siswa Berpotensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa Agar Berhasil dalam
Pendidikan Inklusif
Kritikan-kritikan inklusif mengenai pendidikan siswa yang berbakat telah melahirkan argumen-
argumen betapa pentingnya program pemisahan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
siswa-siswa ini:
 Program khusus bagi siswa berbakat telah dibentuk karena kebutuhan mereka tidak
terpenui di kelas umum.
 Keadaan kelas seperti kelas standar, kurangnya pelatihan guru, dan kebutuhan untuk
bersaing pada guru membuat sulit bagi guru.
 Untuk mengadapi pengajaran bagi siswa yang berbakat
 Penelitihan membutikan, guru yang lebih memungkinkan membuat perubahan
metoda pengajaran untuk pembelajaran yang biasa, bukan pembelajran yang pintar.
Hasil-hasil program inklusi jauh dari persetujuan yang positif (Tomlinson, 1995, dalam J.David
Smith, 2006). Cara meningkatkan pertumbuhan menangani siswa berbakat.
Beberapa sifat yang membantu guru agar bekerja lebih efektif dengan siswa berbakat seperti:
• Keterbukaan intelektual
• Menikmati suasana belajar dan belajar dari orang lain
• Merasa tenteram mengenai siswa yang mengetahui lebih banyak pelajar dari pada
guru
• Kemampuan membiarkan siswa mempelajari topik yang bukan merupakan bagian
kurikulum yang direncanakan
• Keinginan untuk memberi siswa mendapat kemajuan sesuai dengan tingkat
kemampuannya
Kualitas yang paling penting dari guru unggul adalah pengabdian yang tulus terhadap
pertumbuhan tiap siswa. Karena untuk semua anak-anak, siswa berbakat membutuhkan perhatian
dan pengertian guru-guru mereka. Siswa berbakat kemungkinan menghadapi masalah
dikehidupan sekolah mereka seperti halnya siswa penyandang hambatan menghadapi kesulitan.
Masalahnya mungkin berbeda, namun membutuhkan dorongan dan nasehat yang sama. Perke
(1989) memberikan empat petunjuk yang dapat membantu guru dalam memenuhi kebutuhan
siswa-siswa tersebut.
1. Terima setiap siswa sebagai seorang yang memiliki kemampuan berbeda.
2. Menciptakan pembelajaran berbasis siswa.
3. Merancang model-model pengajaran yang menghargai sumbangan yang khas dari
tiap siswa.
4. Ingatlah “siswa berbakat bukanlah yang lebih baik” mereka hanya berbeda dalam
kemampuan, kebutuhan dan minat.
Perbedaan Dalam Kelas
Perbedaan dalam kurikulum kelas merupakan suatu srategi penting meningkatkan keberhasilan
siswa yang berbakat. Perbedaan yang diperlukan dalam memberi pengajaran bagi siswa dengan
kategori keberbakatan harus dilakukan dalam beberapa cara:
1. Mereka seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dari siswa lainnya.
2. Mereka sering kali memiliki kemampuan mempelajari pelajaran baru lebih cepat
dibanding siswa lain.
3. Mereka seringkali memiliki kemampuan dan belajar lebih banyak dalam pelajaran yang
mereka pelajari (Pirto, 1994 dalam J.David Smith 2006).
Perbedaan yang diperlukan dalam memberi pengajaran bagi siswa dengan kategori
keberbakatan harus dilakukan dalam beberapa cara:
 Perbedaan minat
 Perbedaan dalam rentangan belajar
 Perbedaan dalam kedalaman
 Perbedaan kemandirian berpikir dan bimbingan belajar
Jenis pelajaran diatas dapat terjadi di kelas berpusat pada siswa.
Beberapa ciri student-centered classroom sebagai berikut:
 Tiap siswa adalah partner dalam pembuatan keputusan kurikulum. Setiap siswa
diperbolehkan ikut serta dalam aktivitas yang terencana dan dapat mengambil pilihan
untuk mengembangkan kemampuannya.
 Pembelajaran kelompok individu, kelompok kecil dan seluruh kelompok dipermudah.
 Guru dapat berpindah-pindah dari kelompok yang satu ke kelompok yang lainnya,
untuk tugas individu dan aktivitas kelompok seluruhnya diharapkan ada sepanjang
hari.
 Diharapkan ada tingkat aktivitas dan keributan yang beralasan. Siswa yang terlibat
dalam proses pembelajaran diharapkan aktif setiap saat.
 Perencanaan individual dibuat dan dilakukan oleh semua siswa. Rencana-rencana itu
berdasarkan pada kemampuan, prestasi dan kepentingan siswa.
Menurut Silverman 1986-1988 memberikan saran-saran untuk kesempatan pendidikan
bagi perempuan yang berbakat sebagai berikut.
 Memiliki harapan yang tinggi bagi pencapaian pendidikan perempuan.
 Percaya pada kemampuan logis dan matematis perempuan
 Berikan pria dan perempuan dengan model peranan perempuan yang positif.
 Rekrut perempuan secara aktif dalam penempatan posisi yang tinggi dalam bidang
matematika dan ilmu pengetahuan.
 Dorong tingkat ketertarikan dan bakat yang lebih luas bagi perempuan.
 Berilah perhatian yang lebih besar dalam penggunaan bahasa non-seksis (bias gender)
dalam matra pelajaran,komunikasi kelas, dan bahasa secara umum.
Daftar Pustaka
Schmitz, Connie C. & Galbraith, Judy (1985). Managing The Social and Emotional Needs of
The Gifted. Minneapolis : Free Spirit Publishing Co.
Somantri, Sutjihati T., Dra. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Alfonsus Yoga Nugraha (2014060161)
Problematika Anak Autis, Solusi Terapinya, dan Layanan Bimbingannya

Kesempurnaan fisik seringkali menjadi ukuran pertama kenormalan seseorang bayi saat
ia dilahirkan. Pada kebanyakan orang tua mereka selalu berharap, bahwa Allah mentakdirkan
mereka untuk mendapatkan anak yang sempurna baik secara fisik maupun secara psikis.
Biasanya ketidak sempurnaan fisik lebih mudah dideteksi karena terlihat secara langsung. Tetapi
ketidak sempurnaan secara psikis maupun mental sulit dikenali seiring dengan waktu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu dari anak yang memiliki kekurangan atau
keterbelakangan mental adalah autisme. Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak
yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun. Penyebab autism adalah
gangguan neurobiologis berat yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak
tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif.

Autisme berasal dari bahasa Yunani yakni kata “Auto” yang berarti berdiri sendiri. Arti
kata ini ditujukan pada seseorang penyandang autism yang seakan-akan hidup di dunianya
sendiri. Safaria (2005: 1), memaparkan bahwa Kenner mendeskripsikan gangguan ini sebagai
ketidakmampuan berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan
penguasaan yang tertunda, ecolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain yang
repetitif dan stereotip, ingatan yang sangat kuat. Autisme memiliki tanda-tanda sejak masa
pertumbuhan awal, Kanner menyebutnya dengan infantile autism (autisme pada anak-anak).
Lebih lanjut Safaria menjelaskan bahwa gejala autisme termasuk ke dalam kategori gangguan
perkembangan pervasive (pervasive developmental disorder).

Autis dipahami sebagai gangguan perkembangan neurologis yang berat sehingga


gangguan tersebut mempengaruhi bagaimana anak belajar, berkomunikasi, keberadaan anak
dalam lingkungan, hubungan sosial dengan orang lain dan kemampuan anak dalam mengurus
diri. Pendapat lain mengemukakan bahwa anak autis suatu melakukan tindakan-tindakan tidak
wajar, seperti menepuk-nepuk tangan mereka, mengeluarkan suara yang diulang-ulang, atau
gerakan tubuh yang tidak bisa dimengerti seperti menggigit, memukul, atau menggaruk-garuk
tubuh mereka sendiri. Kebanyakan tindakan ini berasal dari kurangnya kemampuan mereka
untuk menyampaikan keinginan serta harapan kepada orang lain (Mirza Maulana, 2008 :13).
Mengacu pada pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak autis merupakan memiliki
gangguan perkembangan neurologis yang meliputi gangguan berinteraksi, gangguan bahasa dan
gangguan perilaku. Gangguan perkembangan pada anak autis dapat terlihat sebelum usia 3 tahun.

Di Indonesia, autis juga mendapat perhatian luas dari masyarakat maupun profesional
karena jumlah anak autis yang meningkat dengan cepat. Sampai saat ini belum ada data resmi
mengenai jumlah anak autistik di Indonesia, namun lembaga sensus Amerika Serikat melaporkan
bahwa pada tahun 2004 jumlah anak dengan ciri-ciri autis atau GSA di Indonesia mencapai
475.000 orang. Setiap anak autis adalah unik. Masing-masing memiliki simtom-simtom dalam
kuantitas dan kualitas yang berbeda. Karena itulah pada beberapa tahun terakhir ini muncul
istilah ASD (Autistic Spectrum Disorder) atau GSA (Gangguan Spektrum Autistik).

Mendidik anak autis bukan merupakan hal yang sederhana, meskipun untuk
melakukannya dibutuhkan bantuan terapis namun keterlibatan orang tua dalam penyusunan
prioritas program pendidikan tetap mutlak adanya. Orang tua yang bertanggung jawab akan
keberhasilan pendidikan anaknya, tidak terlepas pada dasar pendidikan yang akan digunakan.
Persoalan terhadap anak autisme, orang tua dituntut untuk mengerti hal hal seputar autisme dan
mampu mengorganisir kegiatan terapi untuk anaknya. Para ahli/ terapis tidak akan dapat bekerja
tanpa peran serta orang tua, dan terapi tidak akan efektif bila orang tua tidak dapat bekerjasama,
karena umumnya para ahli bekerja berdasarkan data yang diperoleh orang tua dalam memahami
anak-anaknya. Orang tua seharusnya menjadi pihak yang pertama kali mengetahui segala hal
tentang anaknya karena orang tualah yang mendampingi proses tumbuh kembang sejak bayi.

Pendidikan merupakan sebuah proses pengembangan diri yang dilakukan secara


berkelanjutan semasa hidup dalam rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan, pemahaman
atau keterampilan seseorang. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang - Undang Dasar 1945
pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan yang bermutu yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik Indonesia. Proses
Pendidikan sebagai hak dan kewajiban seluruh anak bangsa dilaksanakan tanpa memandang
seseorang dari segi apapun, seperti jenis kelamin, usia, maupun keadaan seseorang. Oleh karena
itu, setiap warga negara berhak memperoleh proses pendidikan, maka berlaku pula bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK). (Rakhmawati, 2020) Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan
Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar
biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Dengan adanya Undang-Undang tersebut maka anak berkebutuhan khusus
mendapat kesempatan untuk bisa lebih beradaptasi dengan anak normal lainnya. Setiap guru
diharapkan mampu menghadapi permasalahan-permasalahan yang menimbulkan
ketidakselarasan pembelajaran yang terjadi didalam kelas. (Putri, 2020)

Anak-anak penyandang autis masih dapat diobati dan mampu menjadi anak yang normal
seperti anak-anak yang lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan bimbingan penuh dari
orang tua untuk dapat membantu meningkatkan perkembangan diri anak autisme. Karena anak
autis yang disebabkan oleh faktor genetik akan lebih sulit untuk dapat meningkatkan kualitas
gangguan perkembangannya. Sedangkan anak-anak autis yang disebabkan oleh bentukan sosial
akan lebih mudah untuk diarahkan, dan orang tua juga akan lebih mudah untuk dapat
meningkatkan kualitas gangguan perkembangannya. Keberhasilan terapi bagi penyandang
autisme dapat dilakukan dengan berbagai metode dan terapi, antara lain dengan terapi perilaku,
terapi wicara, terapi okupasi, terapi remediasi, terapi bermain, terapi musik, terapi visual, dan
terapi kebersamaan. Selain terapi tersebut, dapat juga dilakukan dengan cara memberikan
perhatian, pelatihan dan pendidikan secara khusus bagi penyandang anak autis. Sehingga anak
autis tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam berkomunikasi maupun berinteraksi
dengan teman-teman sebayanya.

Layanan Bimbingan Belajar Bagi Anak Autistik

Layanan Bimbingan Belajar yang Dibutuhkan Anak Autistik

Jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus sangat bervariasi, begitu pula faktor-
faktor penyebabnya cenderung berbeda, sehingga dalam alternatif bantuan, serta teknik-teknik
yang digunakan 27 dalam layanan bimbingan cenderung berbeda. Sunaryo Kartadinata, dkk
(2002:136) mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus pada dasarnya memiliki kebutuhan
yang sama dengan anak normal, hanya saja ia mempunyai kebutuhan khusus disebabkan
kelainannya, seperti: kebutuhan sosial, kebutuhan pendidikan, kebutuhan disiplin, kebutuhan
akan gambaran diri, kepercayaan diri, dan kebebasan berkembang. National Research Council of
the National Academy of Sciences merekomendasikan enam kemampuan yang harus diberikan
dalam pendidikan kepada anak autistik secara prioritas yakni:
1) functional, spontaneous communication,
2) social skill that are age-appropriate (e.g., with very young children, responding to
mother),
3) play skills, especially play with peers,
4) cognitive (thinking) skills that are useful and applied in everyday life,
5) appropriate behavior to replace problem behavior,
6) functional academic skills, when appropriate to the needs of the child (Hallahan &
Kauffman, 2006:413). Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia maka kemampuan
yang harus diberikan dalam pendidikan yaitu:
1. komunikasi spontan dan fungsional,
2. kemampuan sosial yang sesuai umur (contohnya anak yang masih kecil
menanggapi ibunya),
3. kemampuan bermain dengan teman sebaya,
4. kemampuan kognitif (berpikir) yang berguna dan berlaku dalam kehidupans
sehari-hari,
5. perilaku yang lebih pantas untuk menggantikan perilaku yang bermasalah, dan
6. kemampuan akademik yang fungsional, yang cocok dengan kebutuhan anak.

Senada dengan pendapat di atas, Jamila Muhammad (2008:109), mengemukakan


pembelajaran yang efektif untuk anak autistik yaitu: pengawasan tingkah laku, kemampuan
komunikasi, dan sosial. Untuk mencapai itu semua, setiap pihak yang terlibat harus bekerja sama
dengan orang tua untuk memastikan pendekatan terus diaplikasikan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, anak autistik pada umumnya
memerlukan bimbingan belajar yakni bimbingan keterampilan dasar belajar, pengawasan tingkah
laku atau sikap, bimbingan kemampuan komunikasi, dan sosial. Akan tetapi pemberian layanan
bimbingan belajar lebih baik berdasarkan hasil asesmen pada anak.
Daftar Pustaka

https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/sceducatia/article/download/530/470

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Psikoislam/article/download/5625/3582

http://eprints.uny.ac.id/14426/1/Oktaviani%20Budi%20Utami_10108241110.pdf

Anda mungkin juga menyukai