Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
A. Konsep Dasar dan Pengertian Kurikulum TIK
Pengertian kurikulum merujuk pada rencana pembelajaran yang telah dirancang untuk
siswa, mencakup berbagai rencana dan materi yang akan dipelajari oleh peserta didik (Hilda
Taba : 1962). Selain itu, interpretasi lain menggambarkan kurikulum sebagai suatu proses
pembelajaran yang direncanakan dan diimplementasikan baik secara individu maupun
kelompok, di dalam dan di luar konteks sekolah (Kerr J. F : 1968). Oleh karena itu, kurikulum
dapat dilihat sebagai kerangka pembelajaran yang merinci apa yang akan dipelajari dan
dilakukan oleh siswa selama berada di sekolah.
Dalam konteks ini, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan bidang
yang melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai aktivitas
manusia. Pada kurikulum Merdeka, perhatian utama dalam kurikulum TIK adalah untuk
memperkenalkan dan mengaplikasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam keseharian,
seperti pemanfaatan komputer, internet, dan perangkat lunak aplikasi.
Dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menurut Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas pada tahun 2003, visi dari mata pelajaran TIK adalah
memastikan bahwa siswa mampu dan terbiasa menggunakan perangkat teknologi informasi
dan komunikasi dengan benar dan optimal untuk mengakses dan memproses informasi dalam
konteks pembelajaran, pekerjaan, dan aktivitas lainnya. Hal ini bertujuan agar siswa dapat
mengembangkan kreativitas, sikap imajinatif, kemampuan eksplorasi mandiri, serta
kemampuan beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya.
Menurut United Nations Education Social Cultural Organisation (2010), integrasi TIK
di sekolah memegang peran penting dalam mendukung dimensi pedagogi, sehingga hasil
belajar dapat dicapai secara optimal. UNESCO menjelaskan bahwa proses integrasi TIK di
sekolah melalui empat tahap, yaitu:
1. Tahap "Emerging": Pada tahap ini, sekolah baru mulai menggunakan TIK, membeli
infrastruktur TIK, dan memahami penggunaan dasar teknologi tersebut.
2. Tahap "Applying": Seluruh komponen sekolah telah memahami dan mengaplikasikan
TIK dalam pekerjaan mereka di lingkungan sekolah.
3. Tahap "Infusing": Sekolah telah serius menerapkan TIK dalam aktivitas pembelajaran,
termasuk di laboratorium, kelas, dan administrasi.
4. Tahap "Transforming": TIK telah menjadi bagian integral dari kegiatan sehari-hari
pribadi dan profesional di sekolah.
Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran (e-learning) secara umum mencakup
penggunaan komputer dan teknologi lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ini
termasuk penggunaan teknologi mobile seperti PDA dan pemutar MP3, bahan ajar berbasis
web dan hipermedia, multimedia CD-ROM atau situs web, forum diskusi, perangkat lunak
kolaboratif, e-mail, blog, wiki, penilaian berbantu komputer, animasi pendidikan, simulasi,
permainan, sistem manajemen pembelajaran, sistem pemungutan suara elektronik, dan lain-
lain. Pemanfaatan media ini dapat berbentuk kombinasi yang beragam (sesuai dengan Thomas
Toth pada tahun 2003).
B. Hakikat Kurikulum
Hakikat dari kurikulum ialah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan
peserta didik yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa
bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-
pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal- hal yang mencakup pada kegiatan yang
bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.
1. Sebagai sejumlah pelajaran yang ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa disuatu sekolah atau
perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazah atau gelar.
2. Keseluruhan mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu
departemen tertentu.
Strate Meyer, Frokner dan Mck Kim (1947) mengartikan kurikulum dalam tiga cara,
yaitu:
Menurut Thorn Ton dan Wright (1964) mengemukakan bahwa kurikulum digunakan
untuk menunjukan kepada semua pengalaman belajar siswa yang diperoleh dibawah
pengawasan sekolah.
C. Dimensi kurikum
Dimensi kurikulum sebagai rencana akan ditulis dalam suatu dokumen tertulis,
sehingga dapat dilihat, dianalisis. Dimensi kurikulum ini pada dasarnya merupakan versi
nyata dari dimensi ide kurikulum. Aspek yang perlu dibahas, seperti: struktur kurikulum,
mengembangkan tujuan dan kompetensi, manajemen kurikulum, hasil belajar, sistem evaluasi
Hasil merupakan kurikulum, tetapi kurikulum bukan hasil dari belajar. Banyak orang
yang keliru tentang hal ini,mereka hanya tau bahwa hasil dari belajar adalah bagian dari
kurikulum, tetapi yang tidak banyak orang tau bahwa kurikulum bukan hanya tentang hasil
belajar. Ketika melakukan evaluasi tentang kurikulum ,umumnya orang akan mengaitkannya
dengan hasil belajar. Walaupun pada kenyatan nya evaluasi kurikulum jauh lebih luas
daripada penilaian hasil belajar.
Hasil belajar bukan satu-satunya hal yang ada dalam evaluasi kurikulum,tetapi bisa
menjadi salah satu dimensi kurikulum. Hasil belajar terdiri dari berbagai domain,
seperti, keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai. Tujuan evaluasi kurikulum untuk
mengetahui efisien dan efektivitas kurikulum, ada pun fungsi dari kurikulum yaitu untuk
menyempurnakan, mengganti kurikulum dalam dimensi. Hasil belajar dipengaruhi beberapa
faktor seperti, guru, peserta didik, lingkungan dan sumber belajar.
1. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan; yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai
suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil; yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai
suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan
perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik
D. Fungsi Kurikulum
Kurikulum dalam dunia pendidikan memiliki ragam fungsi yang sangat menunjang
terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang diinginkan. Kurikulum tidak hanya berfungsi
bagi pendidik dan peserta didik, namun juga berfungsi bagi komponen yang ada dalam
pelaksanaan pendidikan. Hilda Taba (1962) mengatakan bahwa kurikulum memiliki tiga
fungsi yaitu pertama, kurikulum sebagai transmisi yaitu mewariskan nilai–nilai kebudayaan.
Kedua, kurikulum sebagai transformasi yaitu melakukan perubahan atau rekonstruksi sosial.
Ketiga, kurikulum sebagai pengembangan individu. Sedang menurut Mc Neil (1990), isi
kurikulum memiliki empat fungsiyaitu fungsi pendidikan umum (common and general
education), suplementasi (suplementation), eksplorasi (eksploration), keahlian (spesillization).
Fungsi kurikulum juga dapat dilihat dari berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut:
Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah merupakan pedoman untuk mengatur dan
membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler
maupun kokurikuler. Disamping itu juga sebagai pedoman dalam memperbaiki situasi dan
kondisi belajar yang lebih baik, sebagai pedoman dalam memberi bantuan pada pendidik
untuk menciptakan dan memperbaiki proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah kurikulum
juga berfungsi sebagai supervisi atau pengawasan terhadap kegiatan belajar mengajar.
Dalam seleksi kerja bentuk apapun tidak akan membawa arti apa-apa jika instasi
tersebut tidak mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang telah ditempuh oleh para calon
tenaga kerja tersebut. Studi kurikulum akan banyak membantu pemakai lulusan dalam
menyeleksi calon tenaga kerja yang andal, energik, bertanggung jawab, jujur, ulet, tepat, dan
berkualitas. Fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan adalah agar mereka dapat memberikan
kontribusi dalam memperlancar jalannya proses pembelajaran yang membutuhkan jasa
mereka.
E. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah memiliki peranan yang
sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendiidikan. Terdapat tiga peranan yang
dinilai sangat penting yaitu:
1. Peranan Konservatif
Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu Lembaga pendidikan
adalah mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada generasi muda yakni siswa.
Siswa perlu memahami dan menyadari norma-norma dan pandangan hidup masyarakatnya,
sehingga ketika mereka kembali ke Masyarakat mereka dapat menjunjung tinggi dan
berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah
melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era
globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan
mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif dalam
kurikulum memiliki arti yang sangat penting. Melalui peran konservatifnya, kurikulum
berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur
masyarakat, sehingga keajegan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang dianggap masih relevan dengan masa kini
kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa.
2. Peranan Kreatif
Apakah tugas dan tangung jawab sekolah hanya sebatas pada mewariskan nilai-nilai
lama? Ternyata juga tidak. Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal
baru sesuai dengan tuntunan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersifat
statis, akan tetapi dinamis yang selalu mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum
memiliki peran kreatif. Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Dalam peran kreatifnya,
kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan
sosial masyarakat yang senan tiasa bergerak maju secara dinamis. Mengapa kurikulum harus
berperan kreatif? Sebab, manakala kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka
pendidikan selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di sekolah pada
akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan
sosial masyarakat.
Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki
empat fungsi, yaitu 1) fungsi pendidikan umum (Common and General Education). 2)
Suplementasi (Supplementation), 3) Eksplorasi (Esploration) dan 4). Keahlian
(Specialization). Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.
Warsihna, J. (2014). Peranan TIK dalam pembelajaran di sekolah dasar sesuai kurikulum
2013. Jurnal Teknodik, 156-164.
Wahyudin, D. (2010). Model pembelajaran ICARE pada kurikulum mata pelajaran TIK
di SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 11(1), 23-33.
Subekti, A., Yudha, S., & Luqman, H. (2016). Pemahaman dan Peran Guru TIK dalam
Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas. Indonesian Journal of Curriculum
and Educational Technology Studies, 4(1), 25-31.
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli/
https://www.kompasiana.com/ruussofyan5823/63abbdc008a8b54acd21c582/perbedaan-
informatika-dan-tik-kurikulum-merdeka