Anda di halaman 1dari 11

KURIKULUM TIK

Konsep Dasar, Hakikat, Dimensi, Peranan, dan Fungsi Kurikulum

Dosen Pengampu:

Dr. Viyanti, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Adhitya Putra P 2113025016


2. Aysetu Sindana Mahiya Kaputri 2113025001
3. Calsa Fira Atvika 2153025001
4. Davit irawan 2113025022
5. Muhammad Iqbal 2113025019
6. Raki adya pratama 2113025026
7. Reki Dwi Putra 2113025010
8. Rizky May Pratama 2153025003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021
A. Konsep Dasar dan Pengertian Kurikulum TIK
Pengertian kurikulum merujuk pada rencana pembelajaran yang telah dirancang untuk
siswa, mencakup berbagai rencana dan materi yang akan dipelajari oleh peserta didik (Hilda
Taba : 1962). Selain itu, interpretasi lain menggambarkan kurikulum sebagai suatu proses
pembelajaran yang direncanakan dan diimplementasikan baik secara individu maupun
kelompok, di dalam dan di luar konteks sekolah (Kerr J. F : 1968). Oleh karena itu, kurikulum
dapat dilihat sebagai kerangka pembelajaran yang merinci apa yang akan dipelajari dan
dilakukan oleh siswa selama berada di sekolah.

Dalam konteks ini, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan bidang
yang melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai aktivitas
manusia. Pada kurikulum Merdeka, perhatian utama dalam kurikulum TIK adalah untuk
memperkenalkan dan mengaplikasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam keseharian,
seperti pemanfaatan komputer, internet, dan perangkat lunak aplikasi.

Dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menurut Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas pada tahun 2003, visi dari mata pelajaran TIK adalah
memastikan bahwa siswa mampu dan terbiasa menggunakan perangkat teknologi informasi
dan komunikasi dengan benar dan optimal untuk mengakses dan memproses informasi dalam
konteks pembelajaran, pekerjaan, dan aktivitas lainnya. Hal ini bertujuan agar siswa dapat
mengembangkan kreativitas, sikap imajinatif, kemampuan eksplorasi mandiri, serta
kemampuan beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya.

Menurut United Nations Education Social Cultural Organisation (2010), integrasi TIK
di sekolah memegang peran penting dalam mendukung dimensi pedagogi, sehingga hasil
belajar dapat dicapai secara optimal. UNESCO menjelaskan bahwa proses integrasi TIK di
sekolah melalui empat tahap, yaitu:

1. Tahap "Emerging": Pada tahap ini, sekolah baru mulai menggunakan TIK, membeli
infrastruktur TIK, dan memahami penggunaan dasar teknologi tersebut.
2. Tahap "Applying": Seluruh komponen sekolah telah memahami dan mengaplikasikan
TIK dalam pekerjaan mereka di lingkungan sekolah.
3. Tahap "Infusing": Sekolah telah serius menerapkan TIK dalam aktivitas pembelajaran,
termasuk di laboratorium, kelas, dan administrasi.
4. Tahap "Transforming": TIK telah menjadi bagian integral dari kegiatan sehari-hari
pribadi dan profesional di sekolah.
Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran (e-learning) secara umum mencakup
penggunaan komputer dan teknologi lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ini
termasuk penggunaan teknologi mobile seperti PDA dan pemutar MP3, bahan ajar berbasis
web dan hipermedia, multimedia CD-ROM atau situs web, forum diskusi, perangkat lunak
kolaboratif, e-mail, blog, wiki, penilaian berbantu komputer, animasi pendidikan, simulasi,
permainan, sistem manajemen pembelajaran, sistem pemungutan suara elektronik, dan lain-
lain. Pemanfaatan media ini dapat berbentuk kombinasi yang beragam (sesuai dengan Thomas
Toth pada tahun 2003).

B. Hakikat Kurikulum
Hakikat dari kurikulum ialah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan
peserta didik yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa
bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-
pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal- hal yang mencakup pada kegiatan yang
bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.

Hakikat kurikulum menurut kamus Webster’s New International Dictionary, yang


sudah memasukan istilah kurikulum dalam khasanah kosakata baha inggris sejak tahun 1593,
memberi arti kepada istilah kurikulum sebagai berikut:

1. Sebagai sejumlah pelajaran yang ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa disuatu sekolah atau
perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazah atau gelar.
2. Keseluruhan mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu
departemen tertentu.

Strate Meyer, Frokner dan Mck Kim (1947) mengartikan kurikulum dalam tiga cara,
yaitu:

1. Mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan di kelas.


2. Seluruh pengalam belajar, baik yang diperoleh di kelas mauoun di luar kelas yang disponsori
oleh sekolah.
3. Seluruh pengalaman hidup siswa.

Menurut Thorn Ton dan Wright (1964) mengemukakan bahwa kurikulum digunakan
untuk menunjukan kepada semua pengalaman belajar siswa yang diperoleh dibawah
pengawasan sekolah.
C. Dimensi kurikum

Dimensi kurikulum sebagai rencana akan ditulis dalam suatu dokumen tertulis,
sehingga dapat dilihat, dianalisis. Dimensi kurikulum ini pada dasarnya merupakan versi
nyata dari dimensi ide kurikulum. Aspek yang perlu dibahas, seperti: struktur kurikulum,
mengembangkan tujuan dan kompetensi, manajemen kurikulum, hasil belajar, sistem evaluasi

Kurikulum dalam kegiatab merupakan yang sebenarnya terjadi dilapangan. Peserta


didik akan mengaggap kurikulum sebagai ide, namun pada kenyataan nya berbanding terbalik
dengan yang dialaminya. Ide dan pengalaman mungkin sejalan, tetapi tidak menutup
kemungkinan akan saling bertentangan. Kurikulum harus diartikan dalam satu kesatuan yang
utuh. kurikulum. Artinya, kurikulum ide dan kurikulum sebagai kegiatan merupakan
rangkaian yang berkesinambungan.

Hasil merupakan kurikulum, tetapi kurikulum bukan hasil dari belajar. Banyak orang
yang keliru tentang hal ini,mereka hanya tau bahwa hasil dari belajar adalah bagian dari
kurikulum, tetapi yang tidak banyak orang tau bahwa kurikulum bukan hanya tentang hasil
belajar. Ketika melakukan evaluasi tentang kurikulum ,umumnya orang akan mengaitkannya
dengan hasil belajar. Walaupun pada kenyatan nya evaluasi kurikulum jauh lebih luas
daripada penilaian hasil belajar.

Hasil belajar bukan satu-satunya hal yang ada dalam evaluasi kurikulum,tetapi bisa
menjadi salah satu dimensi kurikulum. Hasil belajar terdiri dari berbagai domain,
seperti, keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai. Tujuan evaluasi kurikulum untuk
mengetahui efisien dan efektivitas kurikulum, ada pun fungsi dari kurikulum yaitu untuk
menyempurnakan, mengganti kurikulum dalam dimensi. Hasil belajar dipengaruhi beberapa
faktor seperti, guru, peserta didik, lingkungan dan sumber belajar.

Ada juga dimensi belajar menurut ahli :

R. Ibrahim (2005) mengelompokkan kurikulum menjadi tiga dimensi, yaitu:

1. Kurikulum Sebagai Substansi Dimensi ini memandang kurikulum sebagai rencana


kegiatan belajar bagi siswa di sekolah atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai.
Suatu kurikulum dapat juga menunjuk pada suati dokumen yang berisi rumusan tentang
tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi.
2. Kurikulum Sebagai Sistem Dimensi ini memandang kurikulum sebagai bagian dari
sistem prsekolahan, sistem pendidikan dan bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem
kurikulum mencakup struktur personalia dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun
kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu
sistem adalah tersusunnya kurikulum.
3. Kurikulum Sebagai Bidang Studi Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang
studi, yaitu bidang study kurikulum. Hal ini merupakan ahli kajian para ahli kurikulum
dann ahli pendidikan dan pengajaran. Mereka yang mendalami bidang kurikulum
mempelajari konsep – konsep dasar tentang kurikulum, melalui studi kepustakaan dan
kegiatan penelitian dan percobaan, sehingga menemukan hal – hal baru, yang dapat
memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulummemiliki empat dimensi


pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat
dimensi tersebut, yaitu:

1. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan; yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai
suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil; yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai
suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan
perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik

Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian, yaitu :

1. Kurikulum sebagai ide


2. Kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam
melaksanakan kurikulum.
3. Kurikulum menurut persepsi pengajar.
4. Kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas.
5. Kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik.
6. Kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.

D. Fungsi Kurikulum

Kurikulum dalam dunia pendidikan memiliki ragam fungsi yang sangat menunjang
terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang diinginkan. Kurikulum tidak hanya berfungsi
bagi pendidik dan peserta didik, namun juga berfungsi bagi komponen yang ada dalam
pelaksanaan pendidikan. Hilda Taba (1962) mengatakan bahwa kurikulum memiliki tiga
fungsi yaitu pertama, kurikulum sebagai transmisi yaitu mewariskan nilai–nilai kebudayaan.
Kedua, kurikulum sebagai transformasi yaitu melakukan perubahan atau rekonstruksi sosial.
Ketiga, kurikulum sebagai pengembangan individu. Sedang menurut Mc Neil (1990), isi
kurikulum memiliki empat fungsiyaitu fungsi pendidikan umum (common and general
education), suplementasi (suplementation), eksplorasi (eksploration), keahlian (spesillization).
Fungsi kurikulum juga dapat dilihat dari berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut:

a. Fungsi Kurikulum bagi Sekolah


Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mewujudkan tujuan Pendidikan pada masing –
masing jenjang atau satuan pemdidikan yang pada gilirannya merupakan pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Kurikulum juga digunakan sebagai pedoman untuk mengatur kegiatan-
kegiatan yang dilakukan di sekolah. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkat berikutnya
adalah untuk menjaga keseimbangan, kesesuaian, dan keteraturan serta urutan dalam proses
pembelajaran selanjutnya.

b. Fungsi Kurikulum bagi Anak Didik

Kurikulum yang telah tersusun dengan baik sebagai organisasi pembelajaran


merupakan persiapan bagi individu peserta didik. Artinya peserta didik akan mendapatkan
pengetahuan baru, program baru dan pengalaman baru yang diharapkan dapat dikembangkan
secara maksimal seiring perkembangan anak. Dengan adanya kurikulum peserta didik akan
melatih kesanggupan dan kematangan peserta didik dalam berpikir. Berkaitan dengan fungsi
kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu:

1. Fungsi penyesuaian, maksudnya kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu


mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
2. Fungsi integrasi, maksudnya dengan adanya kurikulum siswa diharapkan memiliki
kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakat.
3. Fungsi diferensiasi, maksudnya adanya kurikulum mampu memberikan pelayanan
terhadap perbedaan siswa.
4. Fungsi persiapan, maksudnya adanya kurikulum harus mampu mempersiapkan siswa
untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya.
5. Fungsi pemilihan, maksudnya adanya kurikulum mampu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memilih program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
6. Fungsi diagnotik, maksudnya adanya kurikulum dapat membantu mengarahkan siswa
untuk dapat memahami dan menerima potensi dan kelemahan yang dimilikinya.

c. Fungsi Kurikulum bagi Pendidik


Guru merupakan faktor kunci (key factor) dalam keberhasilan suatu kurikulum.
Artinya guru tidak hanya berfungsi sebagai pengembang kurikulum, tetapi juga sebagai
pelaksana kurikulum. Bagi guru, memahami kurikulum merupakan suatu hal yang mutlak dan
harga mati. Karena segala sesuatu yang dikerjakan guru dan disampaikan kepada pesrta didik
harus sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Guru dengan kurikulum merupakan
suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kurikulum juga menjadi acuan dalam
melaksanakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah
pengalaman. Jadi fungsi kurikulum bagi seorang pendidik adalah sebagai pedoman kerja
dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar peserta didik. Namun di samping itu
para pendidik juga berkewajiban membantu peserta didik dalam menghadapi kesukaran yang
ada dalam sebuah kurikulum.

d. Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah

Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah merupakan pedoman untuk mengatur dan
membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler
maupun kokurikuler. Disamping itu juga sebagai pedoman dalam memperbaiki situasi dan
kondisi belajar yang lebih baik, sebagai pedoman dalam memberi bantuan pada pendidik
untuk menciptakan dan memperbaiki proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah kurikulum
juga berfungsi sebagai supervisi atau pengawasan terhadap kegiatan belajar mengajar.

e. Fungsi Kurikulum bagi Masyarakat

Bagi masyarakat kurikulum dapat memberikan pencerahan dan perluasan wawasan


pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui kurikulum, masyarakat dapat
mengetahui apakah pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkannya
relevan atau tidak dengan kurikulum suatu sekolah. Kurikulum juga berfungsi bagi orang tua
yaitu dapat dijadikan bahan untuk memberikan bantuan, bimbingan, dan fasilitas lainnya guna
mencapai hasil belajar yang optimal. Selain itu dengan adanya memungkinkan akan
terbinanya hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat. Dewasa ini kesesuaian
kurikulum dengan kebutuhan masyarakat harus benar-benar diusahakan. Hal ini mengingat
seringnya terjadi kenyataan bahwa lulusan sekolah belum siap pakai atau tidak sesuai dengan
tenaga yang dibutuhkan lapangan pekerjaan.

f. Fungsi Kurikulum bagi Pemakai Lulusan (stake holder)

Dalam seleksi kerja bentuk apapun tidak akan membawa arti apa-apa jika instasi
tersebut tidak mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang telah ditempuh oleh para calon
tenaga kerja tersebut. Studi kurikulum akan banyak membantu pemakai lulusan dalam
menyeleksi calon tenaga kerja yang andal, energik, bertanggung jawab, jujur, ulet, tepat, dan
berkualitas. Fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan adalah agar mereka dapat memberikan
kontribusi dalam memperlancar jalannya proses pembelajaran yang membutuhkan jasa
mereka.

E. Peranan Kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah memiliki peranan yang
sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendiidikan. Terdapat tiga peranan yang
dinilai sangat penting yaitu:

1. Peranan Konservatif

Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu Lembaga pendidikan
adalah mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada generasi muda yakni siswa.
Siswa perlu memahami dan menyadari norma-norma dan pandangan hidup masyarakatnya,
sehingga ketika mereka kembali ke Masyarakat mereka dapat menjunjung tinggi dan
berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah
melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era
globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan
mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif dalam
kurikulum memiliki arti yang sangat penting. Melalui peran konservatifnya, kurikulum
berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur
masyarakat, sehingga keajegan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang dianggap masih relevan dengan masa kini
kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa.

2. Peranan Kreatif

Apakah tugas dan tangung jawab sekolah hanya sebatas pada mewariskan nilai-nilai
lama? Ternyata juga tidak. Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal
baru sesuai dengan tuntunan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersifat
statis, akan tetapi dinamis yang selalu mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum
memiliki peran kreatif. Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Dalam peran kreatifnya,
kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan
sosial masyarakat yang senan tiasa bergerak maju secara dinamis. Mengapa kurikulum harus
berperan kreatif? Sebab, manakala kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka
pendidikan selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di sekolah pada
akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan
sosial masyarakat.

Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki
empat fungsi, yaitu 1) fungsi pendidikan umum (Common and General Education). 2)
Suplementasi (Supplementation), 3) Eksplorasi (Esploration) dan 4). Keahlian
(Specialization). Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.

3. Peranan Kritis dan Evaluatif


Apakah setiap nilai dan budaya lama harus diwariskan kepada setiap anak didik?
Apakah setiap nilai dan budaya baru sesuai dengan perkembangan zaman juga harus dimiliki
oleh setiap anak didik ? Tentu tidak. Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap
dipertahankan, sebab kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan
tuntutan perkembangan masyarakat; demikian juga ada kalanya nilai dan budaya baru itu juga
tidak sesuai dengan nilai-nilai lama yang masih relevan dengan keadaan dan tuntutan zaman.
Dengan demikian kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu
dipertahankan, dan nilai atau buadaya baru yang mana yang harus dimiliki anak didik. Dalam
rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikukum harus berperan
dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk
kehidupan anak didik. Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai
dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga
pewarisan nilai- nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi
yang terjadi pada masa sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

Warsihna, J. (2014). Peranan TIK dalam pembelajaran di sekolah dasar sesuai kurikulum
2013. Jurnal Teknodik, 156-164.

Wahyudin, D. (2010). Model pembelajaran ICARE pada kurikulum mata pelajaran TIK
di SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 11(1), 23-33.

Subekti, A., Yudha, S., & Luqman, H. (2016). Pemahaman dan Peran Guru TIK dalam
Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas. Indonesian Journal of Curriculum
and Educational Technology Studies, 4(1), 25-31.

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli/

https://www.kompasiana.com/ruussofyan5823/63abbdc008a8b54acd21c582/perbedaan-
informatika-dan-tik-kurikulum-merdeka

Anda mungkin juga menyukai