Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Masalah seks bebas tidak ada habisnya dibahas. Apalagi di zaman

modern ini, tidak sedikit remaja yang lebih berani melakukan seks bebas.

Meski mereka menyadari betul tentang efek seks bebas terhadap kehidupan

mereka selanjutnya. Seperti kemungkinan berkembangnya penyakit menular

seksual dan kehamilan diluar nikah. Banyak cara yang dilakukan para remaja

ini melakukan seks bebas pranikah walau yang mereka lakukan sangat

bertentangan dengan moral (Pontianak Post, 17 maret 2004 : 6)

Banyak remaja yang melakukan hubungan seks pranikah karena

anggapan yang salah. Mereka berperilaku negatif (seks bebas) itu

berpandangan, jika menolak hubungan seks akan ditinggal pacarnya. Mereka

juga ditertawakan oleh temannya jika menolak seks intim. Tentu saja hal ini

sangat memprihatinkan dan semakin rumit dan diperburuk pula dampak dari

seks bebas pranikah, kehamilan aborsi, serta terinfeksi penyakit menular

seksual, termasuk HIV / AIDS serta segala konsekuensinya (Terbit, 15 Maret

2004 : 2)

Seks bebas terhadap penyakit menular seksual ini merupakan salah satu

dari masalah kesehatan yang dihadapi remaja kita dewasa ini dan semakin

kompleks karena dampaknya yang mengenai kesehatan reproduksi remaja.

Tentunya para remaja melakukan seks bebas disebabkan berbagai faktor

seperti merebaknya informasi bertemakan pornografi di media massa,

1
2

kurangnya penanaman moral agama, adanya pengaruh pergaulan bebas,

kesibukan orang tua yang jarang untuk memantau tingkah laku putra –

putrinya disamping kuatnya pengaruh hormonal pada masa remaja.

Berdasarkan data dari WHO pada tahun 1999 kurang dari 111 juta kasus

penyakit menular seksual diderita usia di bawah usia 25 tahun, dimana mereka

telah melakukan hubungan seks pranikah. Para remaja ini secara seksual

tergolong aktif sehingga besar sekali kemungkinan untuk kegiatan seksual

pranikah (WHO / UNPFA / UNICEF, 1999). Bahkan di Indonesia sekitar 20

% dari total penduduk adalah usia remaja 10 – 19 tahun. Mereka juga

menghadapi persoalan yang tidak jauh berbeda dari remaja dunia karena

jumlah penyakit menular seksual pada tahun 2000 sekitar 7,7 % adalah

golongan di bawah usia 20 tahun. Pada kelompok umur 20 – 29 tahun sekitar

42,9 % diperkirakan menunjukkan gejala AIDS dan ditularkan akibat

hubungan seksual pada masa remaja (Cerita Remaja Indonesia – situs

informasi kesehatan seksual dan sosial remaja, 2005)

Menteri Kesehatan Achmad Sujudi di Jakarta (12 maret 2004) sekitar

seperlima dari populasi dunia adalah kelompok muda atau remaja (15 – 24

tahun) serta 85 % diantaranya berada di negara berkembang yang pada tahun

2001, 11,8 juta penduduk usia 15 – 24 tahun (UNAIDS dan UNICEF)

menderita HIV / AIDS (merupakan salah satu penyakit menular seksual)

terdiri dari 7, 3 juta perempuan dan 4,5 juta laki – laki.

Survei serupa yang dilakukan BKKBN atas 2.880 remaja usia 15 – 24

tahun di enam kota Jawa barat pada tahun 2002 lebih menyedihkan lagi,

sebanyak 39,65 % mengaku telah berhubungan seks sebelum menikah.


3

Alasannya apalagi kalau bukan karena seks identik dengan pergaulan modern

(www. Google.com, 2005)

Hasil riset Synote dari 450 responden di empat kota pada tahun 2004

lalu juga membuktikan kalau 44 % responden mengaku berhubungan seks

pertama kali pada usia 16 – 18 tahun. Bahkan ada 16 responden yang

mengenal seks pada usia 13 – 15 tahun. Sementara itu mereka melakukan

hubungan seks di rumah mencapai 40 %, dimana mereka melakukan di tempat

kos sebanyak 26 % dan di hotel 20 % (www.google.com , 2005).

Dari gambaran diatas, sungguh menyedihkan karena seks bebas

sesungguhnya bagian dari kehidupan primitif. Dengan demikian masih perlu

dipertanyakan seberapa jauh pengetahuan siswa SMU tentang akibat seks

bebas pranikah. Hal ini menarik bagi peneliti dan menganggap hal ini perlu

sekali untuk diteliti sehingga nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan

untuk menyelesaikan masalah ini.

I.2. Identifikasi Masalah

Banyak masalah yang akan ditimbulkan oleh seks bebas pranikah, salah

satunya merusak tatanan sosial dan seks bebas juga menyebarkan berbagai

penyakit menular seksual. Hal ini terjadi justru ketika peradaban semakin

maju dan ilmu pengetahuan semakin berkembang, seks bebas terbukti

membawa banyak persoalan.

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 14 April 2006 yang

dilakukan peneliti dengan teknik wawancara pada siswa – siswi SMUN 1

Lenteng diperoleh 10 responden, dari 80 % siswa mengatakan bahwa tidak


4

tahu apa itu seks bebas dan dampaknya yang akan terjadi jika melakukan seks

bebas pranikah.

I.3. Pembatasan dan Rumusan masalah

I.3.1. Pembatasan Masalah

Karena seks bebas cenderung dilakukan oleh para remaja

pranikah, maka peneliti membatasi masalah yaitu pengetahuan remaja

siswa SMU tentang seks bebas pranikah terhadap penyakit menular

seksual.

I.3.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka

dapat disimpulkan rumusan masalah “ Bagaimana pengetahuan siswa

SMU tentang akibat seks bebas pranikah ? “.

I.4. Tujuan Penelitian

I.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng

tentang akibat seks bebas pranikah.

I.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng

tentang pengertian seks bebas pranikah.

2. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng

tentang akibat seks bebas pranikah.

3. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng

tentang pengertian penyakit menular seksual.


5

4. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng

tentang pencegahan penyakit menular seksual.

I.5 Manfaat Penelitian

I.5.1 Bagi Remaja

1. Memberikan masukan pada diri sendiri dalam mengenal akibat seks

bebas pranikah.

2. Memberikan masukan pada diri sendiri dalam mengenal akibat seks

bebas pranikah terhadap penyakit menular seksual.

1.5.2 Bagi Profesi Kebidanan

Memberikan masukan bagi profesi kebidanan dalam

mengembangkan ilmu kebidanan khususnya yang menyangkut

pencegahan penyakit menular seksual yang ditimbulkan oleh seks

bebas.

I.5.3 Bagi Peneliti

Memberikan pertimbangan dan mengembangkan penelitian tentang

akibat seks bebas pranikah terhadap penyakit menular seksual.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Konsep Dasar Pengetahuan

II.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar

menjadi jawaban pertanyaan “what”. Pengetahuan juga merupakan

hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia

yang diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003 : 4)

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar

menjawab “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan

sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa

sesuatu itu. (Notoatmodjo, 2005 : 3)

Pengetahuan adalah yang selama ini diperoleh melalui proses

bertanya dan selalu ditujukan untuk mendapatkan kebenaran.

Pengetahuan ini benar jika konsisten dengan pengetahuan yang sudah

ada dan sudah dibuktikan (Sedarmayanti dan Syarifudin, 2002 : 22 –

23). Pengetahuan adalah mengetahui segala sesuatu (Depdikbud, 1997)

II.1.2 Sumber – sumber pengetahuan

1. Tradisi.

Tradisi adalah suatu dasar pengetahuan dimana setiap orang

tidak dianjurkan untuk memulai mencoba memecahkan masalah.

6
7

2. Autoritas.

Dalam masyarakat yang semakin majemuk, ada suatu

autoritas seseorang dengan keahlian tertentu. Ketergantungan

terhadap suatu autoritas tidak dapat dihindari karena kita tidak

dapat secara otomatis menjadi seorang ahli dalam mengatasi setiap

permasalahan yang dihadapi.

3. Pengalaman.

Kita memecahkan permasalahan berdasarkan observasi dan

pengalaman sebelumnya. Ini merupakan pendekatan yang penting

dan bermanfaat. Tetapi pengalaman individu tetap mempunyai

keterbatasan pemahaman, setiap pengalaman terbatas untuk

membuat kesimpulan yang valid tentang situasi, dan pengalaman

seseorang diwarnai dengan penilaian yang bersifat subyektif.

4. Trial dan Error.

Kita menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita

dalam menggunakan alternatif pemecahan melalui “coba dan

salah”. Untuk beberapa masalah lebih praktis, sering tidak efisien.

Metode ini cenderung ke suatu resiko yang tinggi, penyelesaiannya

untuk beberapa hal mungkin “idiosyentric”.

5. Alasan yang logis.

Pemikiran merupakan komponen yang penting dalam

pendekatan ilmiah, tetapi alasan yang rasional sangat terbatas

karena validitas alasan deduktif tergantung dari informasi dimana


8

seseorang memulai, dan alasan tersebut mungkin tidak efisien

untuk mengevaluasi akurasi permasalahan.

6. Metode Ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan paling tepat untuk

mencari suatu kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang

terstruktur dan sistematis serta dalam mengumpulkan dan

menganalisa datanya didasarkan pada prinsip validitas dan

reliabilitas. (Nursalam dan Pariani, 2001 : 9 – 10)

II.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

1. Cara tradisional atau non ilmiah

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Yang termasuk cara ini adalah :

a. Cara coba – salah

Cara paling tradisional yang dipakai orang sebelum

kebudayaan, bahkan sebelum adanya peradaban. Cara ini

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan

apabila tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan yang diperoleh otoritas atau kekuasaan baik

tradisi, otoritas pemerintah, agama maupun ahli ilmu

pengetahuan diterima tanpa diuji, dibuktikan kebenarannya

berdasarkan penalaran sendiri.


9

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, kemampuan untuk menyimpulkan

pengetahuan aturan dan membuat prediksi berdasarkan

observasi adalah penting untuk pola penalaran manusia. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada

masa lalu.

d. Melalui jalan pikiran

Manusia menggunakan penalarannya dalam memperolah

pengetahuan baik melalui induksi maupun deduksi yang pada

dasarnya bisa melahirkan pemikiran secara tidak langsung

melalui pernyataan – pernyataan yang dikemukan, kemudian

dicari hubungannya sehingga didapat suatu kesimpulan.

Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan –

pernyataan khusus kepada umum dinamakan induksi. Jika

kesimpulan dari pernyataan – pernyataan umum kepada yang

khusus dinamakan deduksi.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Caranya lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut

“Metode Penelitian Ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi

penelitian (Research Methodology). Cara ini juga dapat

mengumpulkan dan menganalisa data yang didasarkan pada prinsip

validitas dan reabilitas kombinasi yang logis dengan pendekatan


10

induktif maupun deduktif mampu menciptakan problem solving

lebih akurat dan tepat dari cara tradisional.(Notoatmodjo, 2005 : 11

– 18).

II.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Pengalaman

Pengalaman adalah yang pernah dialami (dijalani, dirasakan,

ditanggung). (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 : 26). Jika

menghadapi problem – problem orang seringkali menggunakan

pengalaman – pengalamannya. Memecahkan persoalan – persoalan

hidup dengan menggunakan pengalaman dalam banyak hal sangat

berguna. Banyak kesulitan – kesulitan dapat dipecahkan dengan

pengalaman – pengalaman. (Hadi S., 2000 : 35).

2. Umur

Menurut Hucklok, semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang lebih dipercaya dari orang – orang yang

belum cukup tinggi dewasanya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman dan kematangan jiwanya. (Nursalam, 2001 : 134).

3. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita – cita

tertentu. Jadi dapat diartikan bahwa pendidikan yang menuntun

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi, misalnya hal – hal yang menunjang


11

kesehatan, dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan

seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan

lingkungannya.

4. Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang paling dominan

mempengaruhi kesejahteraan rakyat. Karena dengan lingkungan

manusia mengadakan interaksi dalam proses kehidupannya baik

lingkungan fisik, psikologis, sosial budaya, ekonomi dimana

kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku individu,

kelompok, keluarga, maupun masyarakat yang erat kaitannya

dengan kebiasaan, norma, adat istiadat yang berlaku di masyarakat.

Lingkungan meliputi semua kondisi dalam dunia ini dengan cara –

cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,

perkembangan atau life process kita kecuali gen – gen.

5. Informasi

Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau

berita tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat

yang terlihat di bagian – bagian amanat itu.

II.1.5 Tingkat pengetahuan dalam dominan kognitif

Notoatmodjo menyatakan bahwa tingkat pengetahuan dalam

dominan kognitif memiliki 6 tingkat (C1 – C6) yang dimulai dari yang

sederhana sampai pada yang lebih kompleks.


12

1. Tahu ( C1 )

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang

dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik

dari seluruh bagian yang dipelajari.

2. Memahami ( C2 )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

mengidentifikasi tersebut secara benar.

3. Aplikasi ( C3 )

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya (recall).

4. Analisis ( C4 )

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjalankan

materi atau obyek ke dalam komponen – komponen tetapi masih

dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5. Sintesis ( C5 )

Sintesis merupakan kemampuan menghimpun bagian ke

dalam suatu keseluruhan seperti merumuskan tema, rencana atau

lihat hubungan abstrak dari berbagai informasi atau fakta.


13

6. Evaluasi ( C6 )

Evaluasi berkenaan dengan kemampuan untuk melakukan

penelitian terhadap suatu materi atau obyek berdasarkan makna

atau kriteria tertentu. (Notoatmodjo, 2003 : 122 – 123).

II.2. Konsep Dasar siswa.

Siswa : murid, pelajar, orang (anak) yang sedang berguru (belajar,

bersekolah), anak sekolah, anak didik (Depdikbud, 1997).

II.3. Konsep Dasar Seks Bebas Pranikah Terhadap Penyakit Menular

Seksual

II.3.1 Pengertian seks bebas pranikah.

Seks adalah ikhwal yang berhubungan dengan alat kelamin

(misalnya persetubuhan atau senggama) atau jenis kelamin

(www.bkkbn.go.id).

Seks pranikah adalah hubungan seks yang dilakukan sebelum

memasuki jenjang pernikahan (www.google.com, 2005).

II.3.2 Pengertian PMS (Penyakit Menular Seksual)

Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang ditularkan

melalui hubungan seksual (www.google.com).

Penyakit Menular Seksual adalah penyakit akibat kontak

seksual atau melakukan aktivitas seksual (Boyke, 2004 : 114).


14

II.3.3 Pengaruh seks bebas pranikah terhadap PMS

Seks bebas pranikah berdampak timbulnya PMS. Penyakit

menular seksual akan lebih beresiko bila hubungan seksual berganti –

ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.

PMS bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan

menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan

kematian, terutama remaja putri, resiko untuk terkena PMS lebih

besar daripada remaja putra sebab alat reproduksi wanita lebih rentan.

1. Gejala Infeksi PMS pada laki – laki

a. Bintil – bintil berisi cairan, lecet atau borok pada penis atau

alat kelamin

b. Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat kelamin

c. Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam.

d. Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin.

e. Rasa sakit yang hebat pada saat kencing.

f. Kencing nanah atau darah yang berbau busuk.

g. Bengkak, panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian

berubah menjadi borok.

h. Kehilangan berat badan yang drastis disertai mencret terus

menerus dan sering demam serta berkeringat malam.

2. Gejala Infeksi PMS pada Wanita

a. Bintil – bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.

b. Pengeluaran lendir pada vagina atau alat kelamin.


15

c. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa

gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya.

d. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.

e. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan

seksual.

f. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk dan gatal.

g. Timbul bercak – bercak darah setelah berhubungan seks.

II.3.4 Jenis PMS

1. Gonore

Gonore adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Neisseria Gonorrhoeae (N.Gonorrheae)

Kuman N.Gonorrheae paling mudah menginfeksi daerah

dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum

berkembang (matur), misalnya pada vagina wanita sebelum

pubertas. Umumnya penularan melalui hubungan kelamin, yaitu

secara genito – genital, oro – genital, ano – genital.

Tanda – tanda penyakitnya adalah nyeri, merah, bengkak dan

bernanah.

Gejala pada laki–laki adalah rasa sakit pada saat kencing,

keluar nanah kental kuning, ujung penis tampak merah dan agak

bengkak. Pada perempuan, 60 % kasus tidak menunjukkan gejala.

Namun ada juga rasa sakit pada saat kencing dan terdapat

keputihan kental berwarna kekuningan.


16

Akibat penyakit GO, pada laki–laki dan perempuan

seringkali berupa kemandulan. Pada perempuan bisa juga terjadi

radang panggul dan dapat diturunkan kepada bayi yang baru lahir

berupa infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan.

2. Sifilis (Raja Singa)

Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Treponema Pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, ada

remisi dan eksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh

terutama sistem kardiovaskular, otak, dan susunan saraf.

Masa tanpa gejala berlangsung 3–4 minggu, kadang–kadang

sampai 13 minggu, kemudian timbul benjolan disekitar alat

kelamin.

Selama 2–3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan

gejala apa – apa, atau disebut masa laten.

Setelah 5–10 tahun penyakit sifilis akan menyerang susunan

saraf otak, pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil,

sifilis dapat ditularkan kepada bayi yang dikandungnya dan bisa

lahir dengan kerusakan kulit, hati, limpa dan keterbelakangan

mental.

Klasifikasi Sifilis menurut WHO.

Sifilis stadium I

Tiga minggu (10 – 90 hari) setelah infeksi, timbul lesi pada

tempat T. Pallidum masuk. Lesi umumnya satu.


17

Dua hal yang sangat penting pada masa sifilis stadium I

adalah

a. Bila pasien sudah mendapat pengobatan berupa apapun secara

lokal atau sistemik yang spesifik, T. Pallidum akan menghilang

pada tempat lesi, sehingga pasien diduga tidak menderita sifilis.

Secara akademik harus dicari T. Pallidum tiga kali (3 hari

berturut – turut).

b. Anamnesis yang cermat karena umumnya pada tiap lesi pada

alat kelamin, meskipun bukan sifilis, bila diberi pengobatan

lokal dapat terjadi indurasi palsu (pseudoindurasi).

Sifilis stadium II

Pada umumnya gejala sifilis stadium II muncul, pada saat

sifilis stadium I sudah sembuh. Waktu antara sifilis stadium I dan II

umumnya 6 – 8 minggu. Kadang – kadang terjadi masa transisi,

yakni sifilis stadium I masih ada saat timbul gejala sifilis stadium

II.

Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal.

Gejala yang umum seperti nyeri kepala, demam subfebris,

anoreksia, nyeri pada tulang dan nyeri leher biasanya mendahului,

kadang – kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit.


18

Sifilis stadium III

Lesi yang khas adalah guma yang terjadi 3 – 7 tahun setelah

infeksi sifilis stadium III dapat merusak semua jaringan, tulang

rawan pada hidung dan palatum.

3. Herpes (Genital)

Penyakit yang disebabkan oleh virus simpleks dengan masa

tenggang 4 – 7 hari sesudah virus masuk ke dalam tubuh melalui

hubungan seks.

Gejala dan tanda – tandanya :

a. Bintil – bintil berair (berkelompok seperti anggur) yang sangat

nyeri pada sekitar alat kelamin.

b. Kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering

mengerak, lalu menghilang sendiri.

c. Gejala kambuh lagi seperti diatas namun tidak senyeri tahap

awal bila ada faktor pencetus (stress, haid, minuman / makanan

beralkohol) dan biasanya menetap hilang timbul seumur hidup.

Pada perempuan, seringkali menjadi kanker mulut rahim

beberapa tahun kemudian. Penyakit ini belum ada obat yang benar-

benar mujarab, tetapi pengobatan anti virus bisa mengurangi rasa

sakit dan lamanya penyakit.

4. Klamidia

Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Masa

tanpa gejala 7 – 21 hari.


19

Pada perempuan, gejala bisa berupa :

a. Keluarnya cairan dari alat kelamin atau “keputihan

encer” berwarna putih kekuningan.

b. Rasa gatal di rongga panggul

c. Perdarahan setelah hubungan seksual.

Pada laki – laki, gejala bisa berupa :

a. Rasa nyeri saat kencing.

b. Keluar cairan bening dari saluran kencing.

c. Bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan

bercampur darah.

Akibat terkena klamidia pada perempuan adalah cacatnya

saluran telur dan kemandulan, radang saluran kencing, robeknya

saluran ketuban sehingga terjadi kelahiran bayi sebelum waktunya

(prematur). Sedangkan pada laki – laki akibatnya adalah rusaknya

saluran air mani dan mengakibatkan kemandulan serta radang

saluran kencing. Pada bayi 60 % - 70 % terkena penyakit mata atau

saluran pernafasan (pneumonia).

5. Trikomoniasis Vaginalis

Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang

disebabkan oleh parasit Trikomonas vaginalis.

Gejala dan tanda – tandanya :

a. Cairan vagina encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan

berbau busuk.
20

b. Vulva agak bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak

nyaman.

c. Nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing.

6. Kandidiasis Vagina

Kandidiasis vagina merupakan keputihan yang disebabkan

oleh jamur Candida Albicans. Pada keadaan normal, jamur ini

terdapat di kulit maupun lubang kemaluan perempuan. Tetapi pada

keadaan tertentu, jamur ini meluas sedemikian rupa sehingga

menimbulkan keputihan.

Gejala berupa keputihan seperti susu, bergumpal, disertai

rasa gatal panas dan kemerahan pada kelamin dan sekitarnya.

Penyakit ini tidak selalu tergolong penyakit menular seksual,

tetapi pasangan seksual dari perempuan yang terinfeksi jamur ini

dapat mengeluh gatal dengan gejala bintik – bintik kemerahan di

kulit kelamin.

7. AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency

Syndrome. Penyakit ini adalah kumpulan gejala penyakit

menurunnya sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang

terinfeksi virus HIV. HIV sendiri adalah singkatan dari Human

Immuno Virus.

Cara penularan HIV :

a. Berganti – ganti pasangan seksual atau berhubungan dengan

orang yang positif terinfeksi virus HIV.


21

b. Pemakaian jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV.

c. Menerima tranfusi darah yang tercemar HIV.

d. Ibu hamil yang terinfeksi HIV akan menularkannya ke bayi

dalam kandungannya.

Gejala dan tanda HIV / AIDS

Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak

memperlihatkan gejala – gejala khusus. Baru beberapa minggu

sesudah itu orang yang terinfeksi seringkali menderita penyakit

dengan sehari – hari seperti flu atau diare.

Penderita seringkali merasa sehat dan dari luar memang

tampak sehat. Seringkali 3–4 tahun penderita tidak memperlihatkan

gejala yang khas, sesudahnya tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare

berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan

di mulut dan terjadi pembengkakan di daerah kelenjar getah

bening.

II.3.5 Pencegahan terhadap Penyakit Menular Seksual

1. Bagi yang belum menikah, cara paling ampuh adalah tidak

melakukan hubungan seksual.

2. Saling setia bagi pasangan yang sudah menikah.

3. Hindari hubungan seksual yang tidak aman atau beresiko

4. Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS.

5. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.


22

II.4. Kerangka Teori.

Faktor yang Pengetahuan siswa tetang Sumber


mempengaruhi seks bebas pranikah pengetahuan :
pengetahuan :
. Tradisi
. Pengalaman . Autoritas
Akibat seks bebas pranikah
. Pendidikan . Pengalaman
. Umur . Trial dan Error
. Lingkungan . Alasan yang
. Informasi . Gonore logis
. Sifilis . Metode Ilmiah
. Kandidiasis vagina
. HIV / AIDS
. Trikomoniasis vaginalis
. Klamidia
. Herpes Simpleks

II.5. Kerangka Konsep.

Faktor – faktor Sumber


yang pengetahuan :
mempengaruhi Pengetahu
pengetahuan : an siswa . Tradisi
. Pengalaman tetang . Autoritas
. Pendidikan seks . Pengalaman
. Umur bebas . Trial dan Error
. Sosial Budaya pranikah . Alasan yang logis
. Lingkungan . Metode Ilmiah
. Informasi

Keterangan :

-------------- : tidak diteliti

_________ : diteliti

(sumber : modifikasi peneliti berdasarkan Notoatmodjo, 2005 dan

Mahchfoedz, 2005)
23

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Desain Penelitian

Jenis dan rancang bangun penelitian ini adalah deskriptif, yaitu

suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat

gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif

(Notoatmodjo, 2005 ; 138)

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan gambaran pengetahuan

siswa SMU Negeri 1 Lenteng tentang akibat seks bebas pranikah.

III.2. Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang

sesuatu konsep pengetahuan tertentu (Notoatmodjo, 2005 : 70)

Variabel penelitian ini adalah pengetahuan siswa SMU tentang

akibat seks bebas pranikah.

III.2.1. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Kriteria Alat Skala


Ukur
Pengetahuan Segala apa yang Baik ( 76 % - 100 %) Kuesioner Ordinal
siswa SMU diketahui oleh siswa Cukup (56% - 75%)
tentang akibat SMU tentang akibat Kurang Baik ( 40% - 55%)
seks bebas seks bebas pranikah Tidak baik ( < 40%)
pranikah yang meliputi : (Arikunto, 1998 : 246)
- Pengertian seks
bebas pranikah
- Akibat seks bebas
pranikah
- Pengertian PMS
- Pencegahan PMS

23
24

III.3. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002 : 108)

Pada penelitian ini populasinya adalah siswa dan siswi SMU Negeri 1

Lenteng kelas 1, 2, 3 sebanyak 383 siswa.

III.4. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek

penelitian atau universe (Notoatmodjo, 2005 : 79)

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara Non

Probability Sampling yaitu Accidental Sampling adalah pengambilan

sampel yang dilakukan secara subyektif dengan mengambil kasus atau

responden yang kebetulan ada atau tersedia yang sesuai dengan kriteria

inklusi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,

2003 : 96).

Kriteria inklusi penelitian ini adalah

a. Siswa dan siswi SMU yang bersedia menjadi responden

b. Siswa dan siswi SMU yang hadir saat penelitian.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan atau menghilangkan

subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2003 : 97).


25

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah

a. Siswa dan siswi SMU yang tidak ada di lokasi penelitian.

b. Siswa dan siswi SMU kelas yang tidak bersedia menjadi

responden.

III.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

III.5.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMU Negeri 1 Lenteng

Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep. Penelitian pada daerah

tersebut didasarkan dari hasil studi pendahuluan yang sebanyak

80% siswa SMU 1 Lenteng tidak tahu akibat seks bebas pranikah.

III.5.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2006 sampai

dengan Juni 2006 (jadwal terlampir).

III.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik pengumpulan datanya dengan

menggunakan angket. Jenis data berupa data primer dan data sekunder.

Data primer yaitu angket / kuesioner. Sedangkan data sekundernya adalah

absensi kehadiran siswa SMU yang hadir pada penelitian.

Pemilihan teknik pengumpulan data dengan absensi kehadiran dan

kuesioner karena biaya relatif murah.

Instrumen pengumpulan data penelitian ini adalah angket atau

kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner

tertutup memberikan kemudahan untuk mengarahkan jawaban yang sudah


26

disediakan pada responden sehingga responden tinggal memilih dan juga

mudah diolah (ditabulasi).

III.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.

III.7.1. Teknik Pengolahan Data.

Setelah kuesioner yang disebarkan terkumpul kemudian

angket tersebut mengalami proses antara lain :

1. Editing.

Bertujuan meneliti kembali isi pada kuesioner tentang

kelengkapan jawaban, keterbukaan tulisan, kesesuaian jawaban,

dan keseragaman suatu ukuran.

2. Coding.

Bertujuan untuk mengidentifikasi jawaban yang ada

menurut macamnya dengan memberi kode angka. Hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi

dan analisa data.

3. Scoring

Pengolahan data yang digunakan dengan cara pemberian

skor dimana setiap jawaban yang benar diberi skor 1 (satu) dan

jawaban yang salah di beri nilai 0 (nol). Jumlah skor yang

diperoleh dibandingkan dengan jumlah skor maksimal,

kemudian dikalikan dengan 100 % dengan hasil berupa

prosentase. (Arikunto, 1998 : 246)


27

4. Tabulating.

Penyusunan data merupakan pengorganisasian data

sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun,

dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. Proses tabulasi dapat

dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode Tally,

kartu dan computer.

III.7.2. Teknik Analisa Data.

Setelah data diolah kemudian disusun data dalam bentuk

tabel – tabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dalam

bentuk prosentase dengan rumus :

Keterangan :

P : Penilaian (%)

F : Frekuensi

N : Jumlah seluruh observasi

(Budiarto, 2001 : 37)

Setelah hasil prosentase kemudian diinterpretasikan dengan

menggunakan kriteria kualitatif. Kriteria tersebut adalah :

1. Baik : Bila didapatkan hasil 76 – 100 %

2. Cukup : Bila didapatkan hasil 56 – 75 %

3. Kurang baik : Bila didapatkan hasil 40 – 55 %

4. Tidak baik : Bila didapatkan hasil < 40 %

(Arikunto, 1998 : 246)


28

III.8. Etika Penelitian.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan ijin kepada

Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Lenteng untuk mendapatkan persetujuan.

Kemudian kuesioner disebarkan ke subyek yang diinginkan dengan

menerangkan masalah etika yang meliputi :

III.8.1. Inform Concent (Lembar Persetujuan.)

Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan

dipilih. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang

dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengumpulan data. Jika subyek atau responden bersedia diteliti,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika

subyek atau responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak

akan memaksa dan tetap menghormati hak – haknya.

III.8.2. Anonimity (tanpa nama).

Untuk menjaga kerahasiaan subyek, peneliti tidak

mencantumkan nama subyek pada lembar persetujuan data, cukup

dengan memberi kode pada masing – masing lembar tersebut.

III.8.3. Confidentiality (kerahasiaan).

Kerahasiaan informasi subyek atau responden dijamin

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau

dilaporkan sebagai hasil riset.


29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas mengenai hasil penelitian yang meliputi data mengenai

gambaran pengetahuan siswa SMU tentang akibat seks bebas pranikah. Penelitian

ini dilaksanakan tanggal 30 Mei 2006 di SMUN 1 Lenteng Kecamatan Lenteng

Kabupaten Sumenep. Penyajian data dibagi dua bagian yaitu data umum dan data

khusus.

IV.1 Hasil Penelitian.

IV.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMUN 1 Lenteng merupakan Sekolah Menengah Tingkat Atas milik

Pemerintah Kabupaten Sumenep Kecamatan Lenteng. SMUN 1

Lenteng terdiri dari 4 ruang kelas 1 , 4 ruang kelas 2, 2 ruang kelas 3

IPA, 2 ruang kelas 3 IPS. Jumlah seluruh siswa adalah 383 siswa

dengan 32 tenaga pengajar, 13 staf TU, dan 1 kepala sekolah.

IV.1.2 Data Umum

1. Jenis Kelamin

Tabel IV.1 Distribusi frekuensi siswa SMUN 1 Lenteng tentang


akibat seks bebas pranikah berdasarkan jenis
kelamin th 2006.
No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
1 Laki-laki 125 59,24%
2 Perempuan 86 40,76%
Jumlah 211 100%

Berdasarkan tabel IV.1 diatas menunjukkan bahwa

banyaknya responden sebagian besar laki – laki sebanyak 125


30

orang (59,24 %). Sedangkan banyaknya responden perempuan

adalah hampir setengahnya sebanyak 86 orang (40 ,76%) dari

total 211 orang.

2. Tingkat Pendidikan ( Kelas )

Tabel IV.2 Distribusi frekuensi siswa SMUN 1 Lenteng tentang


akibat seks bebas pranikah berdasarkan tingkat
pendidikan (kelas) th 2006.
No Tingkat Frekuensi Prosentase
Pendidikan (kelas)
1 Kelas 1 95 45,02%
2 Kelas 2 78 36,97%
3 Kelas 3 38 18,01%
Jumlah 211 100%

Berdasarkan tabel IV.2 diatas menunjukkan bahwa jumlah

responden terbesar adalah kelas 1 sebanyak (45,02%), sedangkan

yang terkecil adalah kelas 3 sebanyak 38 orang (18,01%).

3. Umur

Tabel IV.3 Distribusi frekuensi SMUN 1 Lenteng tentang akibat


seks bebas pranikah berdasarkan umur tahun 2006
No Umur Frekuensi Prosentase
1 < 16 tahun 37 17,54%
2 16-18 tahun 169 80,09%
3 > 18 tahun 5 2,37%
Jumlah 211 100%

Berdasarkan tabel IV.3 menunjukkan bahwa jumlah

responden terbesar adalah siswa umur 16-18 tahun sebanyak 169

orang (80,09%). Sedangkan yang terkecil adalah siswa umur >18

tahun sebanyak 5 orang (2,37%).


31

IV.1.3 Data Khusus

1. Gambaran Pengetahuan

Tabel IV.4 Distribusi frekuensi siswa SMUN 1 Lenteng


berdasarkan pengetahuan tentang akibat seks bebas
pranikah tahun 2006
No Pengetahuan Frekuensi Prosentase
1 Baik 75 35,55%
2 Cukup 112 53,08%
3 Kurang baik 18 8,53%
4 Tidak baik 6 2,84%
Jumlah 211 100%

Berdasarkan tabel IV.4 diatas menunjukkan bahwa hampir

setengahnya (35,55%) siswa SMU berpengetahuan baik,

sebagian besar (53,08%) siswa SMU berpengetahuan cukup, dan

sebagian kecil (8,53%), (2,84%) berpengetahuan kurang baik dan

tidak baik

2. Pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng tentang pengertian seks

pranikah

Tabel IV.5 Distribusi frekuensi pengetahuan siswa SMUN 1


Lenteng tentang pengertian seks bebas pranikah tahun
2006
No Pengetahuan Frekuensi Prosentase
1 Baik 205 97,16%
2 Cukup - -
3 Kurang baik - -
4 Tidak baik 6 2,84
Jumlah 211 100%
32

Berdasarkan tabel IV.5 diatas menunjukkan bahwa 2005

(97,16) siswa mempunyai pengetahuan baik tentang

pengetahuan seks bebas pranikah dan 6 (2,84%) orang yang

mempunyai pengetahuan tidak

3. Pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng tentang akibat seks bebas

pranikah

Tabel IV.6 Distribusi frekuensi pengetahuan siswa SMUN 1


Lenteng tentang akibat seks bebas pranikah tahun
2006
No Pengetahuan Frekuensi Prosentase
1 Baik 92 43,60%
2 Cukup 101 43,87%
3 Kurang baik 17 8,56%
4 Tidak baik 1 0,47%
Jumlah 211 100%

Berdasarkan tabel IV.6 diatas menunjukkan bahwa 92

orang (43,60%) siswa yang berpengetahuan baik, 101 orang

(47,87%) siswa yang berpengetahuan cukup, 17 orang (8,06%)

yang berpengetahuan kurang baik, dan 1 orang (0,47%) yang

mempunyai pengetahuan tidak baik tentang akibat seks bebas

pranikah.

4. Pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng Pengertian PMS

Tabel IV.7 Distribusi frekuensi pengetahuan siswa SMUN 1


Lenteng tentang pengertian penyakit melalui
seksual tahun 2006
No Pengetahuan Frekuensi Prosentase
1 Baik 83 39,34%
2 Cukup 106 50,24%
3 Kurang baik 22 10,43%
33

4 Tidak baik - -
Jumlah 211 100%

Berdasarkan tabel IV.7 diatas menunjukkan bahwa 83

orang (39,34%) yang mempunyai pengetahuan yang baik, 106

orang (50,24%) yang mempunyai pengetahuan yang cukup dan

22 orang (10,43%) mempunyai pengetahuan kurang baik tentang

pengertian penyakit menular seksual.

5. Pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng tentang pencegahan

penyakit menular seksual

Tabel IV.8 Distribusi frekuensi pengetahuan siswa SMUN 1


Lenteng tentang pencegahan penyakit menular
seksual tahun 2006
No Pengetahuan Frekuensi Prosentase
1 Baik 27 12,8%
2 Cukup 76 36,02%
3 Kurang baik 108 51,18%
4 Tidak baik - -
Jumlah 211 100%

Berdasarkan tabel IV.8 diatas menunjukkan bahwa dari 211

siswa ada 27 orang (12,8%) yang mempunyai pengetahuan baik,

76 orang (36,02%) mempunyai pengetahuan yang cukup dan 108

orang (51,18%) mempunyai pengetahuan kurang baik tentang

pencegahan penyakit menular seksual

IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Didalamidentifikasi hasil tabel IV.4 tentang distribusi frekuensi

siswa SMUN 1 Lenteng berdasarkan pengetahuan akibat seks bebas


34

pranikah sebagian besar responden berpengetahuan cukup. Hal ini

dapat dilihat dari jumlah dan prosentase total responden tentang

akibat seks bebas pranikah yaitu sebanyak 112 orang (55,08%). Ini

sesuai dengan teori Notoatmodjo (2005 : 3) bahwa pengetahuan

adalah hasil tahu seseorang terhadap objek indra yang dimilikinya.

Apa yang diketahui para siswa SMU hanya sekedar tahu tentang

informasi seks bebas saja tapi mereka kurang mengerti dan

memahami apa akibat seks bebas pranikah itu bagi kesehatan

terutama kesehatan reproduksi.

Meskipun sudah banyak dan bermacam-macam bentuk media yang

tersedia dan lebih mudah menyampaikan informasi tetapi mungkin

para siswa hanya tahu apa seks bebas pranikah tanpa tahu apa

akibatnya.

IV.2.2 Pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng pengertian seks bebas

pranikah.

Dari hasil identifikasi tabel IV.5 dapat dilihat bahwa hampir seluruh

dari responden mempunyai pengetahuan baik (97,16%) tentang

pengertian seks bebas pranikah itu berarti mereka bisa menjawab

dengan benar pertanyaan tersebut. Walaupun jumlah responden

perempuan (86) lebih sedikit dari responden laki-laki (125) seperti

yang tercantum dalam tabel IV.1 tetapi perempuan bisa juga

menjawab pertanyaan itu disebabkan karena pada perempuan

pubertas pertumbuhan dan perkembangan intelektualnya sangat

intensif sehingga minat pada dunia luar sangat besar dan bisa
35

membangunkan macam-macam fungsi psikis, rasa ingin tahu dan

dengan mencari ilmu pengetahuan serta pengalaman pada anak-anak

gadis. Selain itu perempuan juga mempunyai dorongan berkembang

senantiasa disertai dorongan mencapai prestasi yang lebih baik dari

lawan jenisnya (Kartini Kartono, 1992 : 34-37).

Selain itu para responden banyak mendapatkan informasi baik dari

media massa (seperti koran, majalah) maupun media elektronik

(seperti TV, internet, radio dan lain-lain).

Menurut Wield Harry yang dikutip oleh Notoatmodjo (1997)

menyatakan bahwa informasi akan memberikan pengaruh pada

pengetahuan seseorang.

IV.2.3 Pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng tentang akibat seks bebas

pranikah

Dari hasil identifikasi tabel IV.6 dapat dilihat bahwa hampir

sebagian besar responden dari 211 orang ada 101 orang siswa yang

mempunyai pengetahuan yang cukup (47,87%) dan 92 orang siswa

yang pengetahuannya baik (43,60%), dan 17 orang pengetahuannya

kurang baik (8,57%) serta 1 orang tidak baik pengetahuannya

(0,47%).

Hal tersebut karena kebanyakan responden menganggap akibat seks

bebas pranikah hanyalah pengetahuan yang berhubungan dengan

makna atau pengertian seks bebas pranikah saja tanpa tahu secara

jelas akibat-akibat dari seks bebas pranikah. Ini berkaitan dengan

pengalaman.
36

Menurut Hadi S (2000 : 35) pengalaman seseorang sangat

dibutuhkan untuk menghadapi problem-problem seseorang.

Sehingga akan timbul pengetahuan berdasarkan pengalaman.

Tingkat Pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan. Sebagian

besar responden masih duduk di kelas 1 adalah 95 orang, kelas 2

adalah 78 orang, kelas 3 adalah 38 orang.

Menurut Latipun (2001 : 232) bahwa tingkat pendidikan

mempengaruhi cara pandang terhadap diri lingkungannya, karena itu

akan berbeda sikap setiap individu yang pendidikannya tinggi

dibandingkan dengan pendidikannya kelas rendah, dalam menyikapi

proses dan berinteraksi. Namun seseorang yang memiliki pendidikan

tinggi maka belum tentu tingkat pengetahuan tentang suatu hal akan

baik, akan tetapi seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi maka

akan lebih mudah dalam memahami suatu hal sehingga dapat

meningkatkan pengetahuannya di bandingkan dengan kelas tingkat

pendidikan yang rendah yang akan menghambat perkembangan

seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan.

Maka dengan pengetahuan yang didapat dari pengalaman, informasi-

informasi tentang akibat seks bebas pranikah dan dari pendidikan

seseorang akan lebih jelas diketahui dan dipahami. Begitu juga

lingkungan disekolah tersebut tidak ada yang mendukung untuk

memberikan informasi karena terbatasnya buku-buku bacaan tentang

seks bebas pranikah, karena adat atau norma yang berlaku

menganggap pengetahuan tentang seks adalah hal yang tabu. Padahal


37

lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

IV.2.4 Pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng tentang pengertian PMS

Dari hasil identifikasi tabel IV.7 dapat dilihat bahwa hampir

sebagian besar siswa SMU mempunyai pengetahuan yang cukup

(50,24%) tentang pengertian penyakit menular seksual, pengetahuan

baik (39,34%) dan (10,43%) pengetahuannya kurang baik.

Bagaimana cara memperoleh pengetahuan adalah penting. Para siswa

SMU ini memperoleh informasi atau pengetahuan tentang PMS dari

media-media elektronik ataupun media massa walau sangat terbatas.

Oleh karena itu informasi memberikan pengaruh besar pada

pengetahuan seseorang.

IV.2.5 Pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng tentang pencegahan PMS

Dari hasil identifikasi tabel IV.8 dapat dilihat bahwa hampir

sebagian besar siswa SMUN 1 Lenteng penetahuannya kurang baik

(51,18%) terdapat 108 orang dari. 211 orang yang tidak bisa

menjawab dengan benar pertanyaan tentang pencegahan PMS.

Pengetahuan juga dipengaruhi umur. Siswa SMUN 1 Lenteng masih

ada yang berumur di bawah 16 tahun sejumlah 37 orang.

Menurut Haughurse bahwa seiring dengan bertambahnya usia umur

perjalanan seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus

dapat dipenuhi sehingga semakin banyak tugas semakin banyak pula


38

pengetahuan yang diterima (F.j Monks dan Siti Rahayu H, 2004 :

21).

Selain itu Hurlock (1991) juga mengutamakan semakin cukup umur,

tingkat kematangan seseorang dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih percaya dari

orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai

akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. (Nursalam, 2001 :

134).

Menurut Bunyamin Bloom dikutip Notoatmodjo (2004 : 24)

seseorang dapat melakukan suatu prosedur dengan baik harus ada

pada tingkat pengetahuan aplikasi-aplikasi diartikan sebagai

kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

waktu kondisi untuk situasi sebenarnya.

Nursalam dan Siti Pariani (2001 : 12), kita semua memecahkan

masalah berdasarkan observasi dan pengalaman sebelumnya.

Kemampuan untuk menyimpulkan, mengetahui aturan dan membuat

prediksi. Berdasarkan observasi adalah penting bagi pola pemikiran

manusia.
39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1Kesimpulan

V.2.1 Dari analisis tabel IV.5 maka dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng tentang akibat pengertian seks

bebas adalah baik (97,16%), karena sebagian besar siswa dapat dengan

benar menjawab pertanyaan

V.2.2 Dari analisis tabel IV.6 maka dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng tentang akibat seks bebas

pranikah adalah cukup (47,80%). Karena sebagian besar para siswa

bisa menjawab dengan benar peranyaan

V.2.3 Dari analisis tabel IV.7 maka dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng tentang pengertian PMS adalah

cukup (50,24%), karena sebagian besar para siswa bisa menjawab

dengan benar pertanyaan

V.2.4 Dari analisis tabel IV.8 maka dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan siswa SMUN 1 Lenteng tentang pencegahan PMS adalah

kurang baik (51,18%), karena sebagian besar para siswa tidak bisa

menjawab dengan benar pertanyaan

V.2Saran

V.2.1 Bagi Remaja

Bagi siswa SMUN 1 Lenteng hendaknya dapat mengenali secara jelas

tentang akibat seks bebas pranikah terutama yang berhubungan dengan

39
40

PMS lebih mendalam dengan lebih banyak membaca, melihat,

mendengar dari berbagai media massa dan elektronik sehingga dapat

digunakan sebagai pengetahuan dan pelajaran kehidupan dalam

mencegah dan menghindari penyalahgunaan dan penyimpangan

perilaku seksual serta menjaga kesehatan reproduksi

V.2.2 Bagi Institusi Sekolah

Bagi sekolah hendaknya menjadi dasar awal untuk pemikiran

melaksanakan pendidikan seks dan kesehatan reproduksi berbasis

sekolah seperti dengan memperbanyak buku-buku bacaan tentang

pendidikan seks dan kesehatan reproduksi.

V.2.3 Bagi Profesi Kebidanan

Lebih mengembangkan ilmu kebidanan khusus tentang pencegahan

penyakit menular seksual yang disebabkan karena seks bebas pranikah.

V.2.4 Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini sifatnya sangat sederhana, sehingga belum mampu

menyajikan hasil yang maksimal maka dari itu masih diperlukan

penelitian lebih lanjut yang lebih berkembang sehingga didapatkan

hasil yang lebih maksimal.

Anda mungkin juga menyukai