Mini Paper
Mini Paper
Tujuan dari kajian literatur ini adalah mengetahui gambaran keragaman dan karakteristik bakteri terkait
kemunculan penyakit ice-ice pada rumput laut Kappaphycus alvarezii baik dari segi fenotipik maupun
molekuler.
BAB II
Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
Kappaphycus alvarezii merupakan alga merah (Rhodophyta) jenis karaginofit yang banyak
dibudidayakan di Indonesia, Filipina dan Malaysia (Bono, 2014). Anggota Rhodophyta dapat mentolerir
kisaran tingkat cahaya yang lebih luas daripada kelompok organime fotosintesis lain karena mengandung
pigmen aksesori tambahan (umumnya dikenal sebagai phycobiliprotein seperti Rphycoerythrin dan R-
phycocyanin) bersama dengan klorofil a dalam kloroplasnya. Beberapa karakteristik umum dari alga
merah diantaranya adalah termasuk sel eukariotik, tidak mmiliki struktur flagellar, cadangan makanan
berupa pati floridean, mengandung phycobilin, kloroplas tanpa tilakoid yang ditumpuk, dan tidak
memiliki retikulum endoplasma eksternal (Baweja et al., 2016).
Rumput laut tergolong dalam divisi Thallophyta karena hanya memiliki kerangka tubuh berupa thallus
dan termasuk tumbuhan primitif yang berarti tidak memiliki akar yang sebenarnya, ranting atau cabang,
serta daun (Aslan, 1998; Ghufron dan Kordi, 2010). Klasifikasi dari spesies K. alvarezii menurut Silva
(1996) adalah sebagai berikut. :
Regnum : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Kappaphycus
Spesies : Kappaphycus alvarezii
Ciri morfologi K. alvarezii adalah memiliki talus silindris, permukaan yang licin, menyerupai tulang
rawan (cartilageneus), berwarna hijau terang hingga coklat kemerahan, percabangan talus berujung
runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan) (Anggadireja, 2009). Meskipun tergolong dalam kelas
Rumput laut merah (Rhodophyceae), K. alvarezii memiliki warna talus bervariasi dari hijau 6 cerah
hingga coklat tua. Peristiwa ini merupakan suatu proses adaptasi kromatis yaitu penyesuaian proporsi
pigmen dengan kualitas pencahayaan (Aslan, 1998).
Pertumbuhan thallus K. alvarezii bersifat multiaksial yang terdiri atas lapisan epidermis tunggal,
korteks vakuolat, dan medula filamen yang padat. Selain itu, terdapat lapisan mucilaginous tebal yang
menutupi lapisan epidermis (Baweja et al., 2016). Medula terdiri dari sel-sel berbentuk filamen dan
panjang. Sel tersebut berukuran kecil dan terhubung satu sama lain melalui lubang (pit). Cystocarp
berbentuk bulat atau subspherical dan terletak di wilayah kortikal thallus. Cystocarp memiliki sel fusi
sentral yang dikelilingi oleh filamen gonimoblast. Filamen gonimoblast dapat menaikkan karpospora
yang dilepaska melalui ostiole (Baweja et al., 2016).
Kappaphycus alvarezii sering dikenal dengan nama Eucheuma cottonii (Bono, 2014). Perubahan nama
spesies E. cottonii menjadi K. alvarezii berdasarkan tipe karaginan yang dihasilkan oleh K. alvarezii yang
merupakan penghasil kappakaraginan (Campo et al, 2009). Saat ini, E. cottonii merupakan nama dagang
dari spesies K. alvarezii (Trono, 1992). Vera et al (2011) yang menyatakan bahwa karaginan perupakan
salah satu penyusun utama dinding sel alga merah mewakili 30-75% dari berat keringnya. Dinding sel
Alga merah terdiri dari molekul pektik dan selulosa dengan banyak molekul hidrokoloid atau ester
polisulfat, misalnya 7 agar dan karaginan (Baweja et al., 2016).
bakteri (yaitu kemampuan untuk mengekspresikan faktor virulensi yang relevan) dan pengaruh
parameter 10 lingkungan atau stressor. Inang yang mengalai stress dengan sistem pertahanan yang
terganggu merupakan tempat yang ideal bagi bakteri untuk berkoloni (Case et al., 2011). Kondisi
lingkungan yang melebihi batas adaptasi dan toleransi dapat berdampak pada kelangsungan hidup,
fisiologi dan kinerja keseluruhan sehingga makroalga berpotensi rentan terhadap mikroba patogen
(Karsten et al., 2001; Toohey dan Kendrick, 2007).
2.4 Mekanisme Pertahanan Rumput Laut terhadap Infeksi Bakteri
Kemampuan untuk mengenali dan mengaktifkan mekanisme pertahanan dalam merespons keberadaan
mikroba merupakan strategi penting bagi rumput laut untuk bertahan hidup di lingkungan perairan.
Rumput laut sangat rentan terhadap kolonisasi mikroba karena pelepasan sejumlah besar senyawa karbon
yang bertindak sebagai penarik bahan kimia dan sumber nutrisi bagi bakteri (Oliveira et al., 2017).
Mekanisme molekuler pertahanan rumput laut terhadap infeksi bakteri telah dijelaskan oleh Oliveira et al.
(2017)
Respon rumput laut terhadap bakteri diamati dengan adanya persinyalan intraseluler melalui perantara
kaskade MAPK (mitogen-activated protein kinase), GTPase kecil, fosfatidylinositol, dan protein kinase
yang bergantung kalsium kalmodulin. Peningkatan regulasi gen untuk enzim NADPH oksidase dan
antioksidan menyebabkan terjadinya ledakan oksidatif. Upregulasi gen terkait biosintesis terpen
bersamaan dengan over-ekspresi gen yang terlibat dalam transportasi vesicular memacu peningkatan
terpene yang dilepaskan oleh rumput laut sehingga terjadi metabolisme yang membutuhkan energi cukup
besar. Biosintesis terpen akan meningkatkan regulasi gen yang terlibat dalam produksi ROS (reactive
oxygen species) (Oliveira et al., 2017).
Bakteri patogen yang menyerang rumput laut ditangkap oleh reseptor LRR/LRK (leucine-rich repeat
receptor-like serine / threonine-protein kinase) sehingga mengaktifkan sinyal PIs (phosphatidylinositol
signaling). Pensinyalan yang dimediasi phosphatidylinositol memengaruhi pelepasan Ca2+ dan ekspresi
gen yang berhubungan dengan pertahanan pada tanaman diantaranya adalah CaM (calmodulin), Rac, dan
MAPK cascade. Pelepasan Ca2+ menyebabkan terjadinya upregulasi gen yang menkode CaM dan CDPK
(calcium calmodulin-dependent protein kinase). Aktivasi CDPK terkait patogenesis terdeteksi pada
tanaman, dan protein kinase ini mengatur produksi ROS (reactive oxygen species) oleh NADPH oksidase
(Oliveira et al., 2017).
3.1 Saran
Kajian literatur ini diharapkan dilakukan kajian lebih mendalam mengenai jenis-jenis antibakteri yang
dapat digunakan untuk mengendalikan bakteri yang terkonfirmasi sebagai penyebab penyakit ice-ice pada
rumput laut Kappaphycus alvarezii.