Anda di halaman 1dari 75

PEMANFAATAN MEDIA BERBASIS AUDIO-VISUAL UNTUK

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA


PEMBELAJARAN PAI KELAS VI DI SD NEGERI JATIREJA 02
CIKARANG TIMUR

Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Tindakan
Kelas : MPI 7A
Dosen Pengampu:
Dr. Ferianto, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Randi Aprozi 2010631120023


Rifky Adrian Hakim 2010631120025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2023

54
MOTTO

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!".”1 (Q.S. Al-Baqarah: 31)

“Jangan pernah berfikir untuk menjadi orang sukses dalam hidupmu, Tetapi
berfikirlah untuk menjadi orang yang bernilai dalam hidupmu”
(Albert Einstein) (Einstein, 1996)

Prakata

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penyusunan Laporan Hasil
Penelitian Tindakan Kelas berjudul “Pemanfaatan Media Audio Visual Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas VI Mata Pelajaran PAI di SD Negeri
Jatireja 02 Cikarang Timur Tahun Pelajaran 2023/2024”. Laporan ini disusun
guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas UTS pada mata
kuliah Penelitian Tindakan Sekolah/Madrasah pada Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Agama Islam Universitas Singaperbangsa
Karawang. Penyusunan Laporan PTK ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai
pihak yang turut membantu selesainya karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu
penulis igin memnyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Ferianto, M. Pd.I selaku Dosen Pada Mata Kuliah Penelitian Tindakan
Sekolah
2. Yogi Purnama, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah SDN Jatireja 02 CIkarang
Timur
Akhirnya penulis berharap, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Amin.
Bekasi , 28 Oktober 2023
Penulis
55
PENYUSUNAN LAPORAN
HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Slameto
slameto_usw@yahoo.com
Pendidikan Guru Sekolah Dasar & PPS-MP - FKIP - UKSW Salatiga

ABSTRAK
Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat,
memberitahukan, dan merekomendasikan hasil penelitian. Oleh karena
itu laporan PTK ditulis karena merupakan dokumen yang dapat dijadikan
acuan, serta dapat diketahui oleh umum, terutama oleh para guru yang
barangkali mengalami masalah yang sama dengan yang dilaporkan.
Sistematika laporan hasil terdiri dari 3 bagian yaitu: awal, pokok, dan
akhir. Bagian awal terdiri dari: halaman judul, kata pengantar, abstrak,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. Uraian berikut
ini menjelaskan teknik penulisannya. Bagian Pokok Laporan terdiri dari
5 bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metode
Penelitian Tindakan Kelas, Bab IV Pelaksanaan dan Hasil Penelitian
Tindakan Kelas serta Pembahasan, Bab V Penutup. Bagian akhir dari
format laporan penelitian terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-
lampiran.
Kata kunci: laporan PTK, Pendahuluan, Kajian Pustaka, Metode Penelitian,
Hasil Penelitian

PENGANTAR
Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, atau
hal apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh seseorang atau
badan yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu. Ada beberapa
jenis laporan misalnya Rapor Sekolah, Laporan Hasil Praktikum, dan Hasil Tes
Laboratorium. Sedangkan laporan PTK termasuk jenis laporan lebih tinggi
penyajiannya.
Laporan hasil PTK adalah laporan yang ditulis secara sistematis
berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri.
Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat, memberitahukan,
dan merekomendasikan hasil penelitian. Maka dari itu laporan PTK ditulis karena
merupakan dokumen yang dapat dijadikan acuan, serta dapat diketahui oleh umum,
terutama oleh para guru yang barangkali mengalami masalah yang sama dengan
yang dilaporkan.

56
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Sistematika laporan hasil PTK pada umumnya tidak jauh berbeda dari
laporan penelitian formal. Laporan hasil PTK terdiri dari 3 bagian yaitu: awal,
pokok, dan akhir. Selanjutnya tulisan ini memaparkan 3 bagian tersebut.

BAGIAN AWAL
Bagian awal Laporan Penelitian Hasil PTK terdiri dari: halaman judul, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. Uraian
berikut ini menjelaskan teknik penulisannya. Namun sebelum masuk ke masing-
masing item bagian awal laporan, disajikan terlebih dahulu tentang sampul/cover
laporan hasil PTK (Budi Herijanto, 2011).

56
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

DAFTAR ISI

MOTTO.....................................................................................................................................
PRAKATA................................................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................................
D. Manfaat Hasil Penelitian................................................................................................
BAB II......................................................................................................................................
KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................................
A. Kajian Teori...................................................................................................................
1. Penelitian Tindakan Kelas.............................................................................................
2. Media Pembelajaran...................................................................................................
3. Media Audio Visual...................................................................................................
4. Minat Belajar Siswa...................................................................................................
5. Pendidikan Agama Islam............................................................................................
B. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan...................................................................
C. Kerangka Berpikir.......................................................................................................
D. Hipotesis Penelitian......................................................................................................
BAB III...................................................................................................................................
METODE PENELITIAN........................................................................................................
A. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian.................................................................
1. Subjek Penelitian........................................................................................................
2. Objek Penelitian.........................................................................................................
B. Variabel yang Diteliti...................................................................................................
C. Prosedur Penelitian......................................................................................................
D. Data dan Cara Pengumpulannya..................................................................................

57
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

F. Analisis Data................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

58
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Daftar Tabel, Gambar dan Lampiran


Jika dalam bagian pokok terdapat tabel dan atau gambar lebih dari 4, perlu
ada daftar tabel dan daftar gambar; demikian juga jika dalam lampiran lebih dari 4,
perlu dibuat daftar lampiran. Tetapi jika kurang dari 5 tabel atau kurang dari 5
gambar, atau kurang dari 5 lampiran, maka tidak perlu dibuat daftarnya. Daftar tabel
memuat nomor dan judul tabel, diikuti titik-titik seperti pada daftar isi, lalu disusul
nomor halaman tempat tabel terdapat dalam teks. Judul tabel yang lebih dari satu
halaman ditik dengan spasi satu. Jarak antara judul yang satu dengan yang lain
dalam daftar itu satu setengah spasi. Cara membuat gambar sama dengan cara
membuat daftar tabel. Cara membuat daftar lampiran sama juga dengan cara
membuat daftar tabel.
BAGIAN POKOK
Bagian Pokok Laporan Penelitian terdiri dari 5 bab, yaitu Bab I
Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metode Penelitian Tindakan Kelas,
Bab IV Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas serta Pembahasan, Bab V
Penutup. Revisilah proposal menjadi Bab I, Bab II dan Bab III laporan penelitian.
Kemudian lakukan tindakan sekaligus pengumpulan data untuk menyusun Bab IV
dan Bab V.

58
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh


kembangkan potensi sumber daya manusia (siswa) dengan cara
mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Selain itu,
pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses pembelajaran dan
pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan individu agar dapat berperan aktif dalam kehidupan
masyarakat. Pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
pendidikan formal seperti SD, SMP, SMA pendidikan non formal
seperti les, majelis taklim, sanggar dan pendidikan informal seperti
keluarga dan lingkungan. Dalam hal ini, Sekolah Dasar (SD)
merupakan salah satu jenjang dalam pendidikan formal yang harus
dilalui oleh anak berumur tujuh sampai dengan dua belas tahun.
Beberapa pelajaran yang di ajarkan pada level sekolah dasar salah
satunya yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI).
Berdasarkan UU No 20 tahun 2003, Pendidikan didefinisikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatas spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampian yang dibutuhkan didinya, masyarakat maupun negara.
Pendidikan Agama Islam sebagai suatu proses ikhtiyariyah
mengandung ciri dan watak khusus, yaitu proses penanaman,
pengembangan dan pemantapan nilai-nilai keimanan yang menjadi
fundamen mental-mental spiritual manusia dimana sikap dan tingkah
59
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

lakunya termanisfestasikan menurut kaidah-kaidah agamanya. Nilai-


nilai keimanan seseorang adalah keseluruhan pribadi yang menyatakan
diri dalam bentuk tingkah laku lahiriah dan rohaniah, dan ia merupakan
tenaga pendorong/penegak yang fundamental, bagi tingkah laku
seseorang.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur,mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan
proses belajar. Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan
bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses
belajar. Peran dari guru sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya
peserta didik yang bermasalah. Menurut Undang-undang Republlik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta
didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan
belajar. (Pane & Darwis Dasopang, 2017)
Metode pembelajaran merupakan suatau teknik yang digunakan
untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa, metode dalam
kegiatan pembelajaran sangat penting dan berpengaruh, maka
penerapan metode yang tepat akan berdampak pada hasil belajar siswa.
Dalam permasalahan ini, metode yang diterapkan adalah metode
penggunaan media audio visual.
Menurut Wingkel (2009:321) dalam (Gabriela, 2021) media
Audio-Visual adalah media kombinasi antara audio dan visual yang
diciptakan sendiri seperti slide yang dikumbinasikan dengan kaset
audio. Menurut wina sanjaya (2010:172) dalam (Gabriela, 2021)
“Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman vidio, slide, suara,
dan sebagainya”. Menurut (Hermawan,2007) dalam (Gabriela, 2021)
60
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

media Audio-Visual merupakan media instruksional modern yang


sesuai dengan perkembangan zaman ( kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi) meliputi media yang dapat dilihat dan di dengar. Dengan
melibatkan media sebagai sarana dalam pembelajaran tentunya
mempunyai beberapa fungsi terhadap pembelajaran yaitu untuk
mewujudkan situasi pembelajaran yang effektif, penggunaan media
merupakan bagian internal dalam system pembelajaran, media
pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran,
penggunaan media dalam pembelajaran untuk mempercepat proses
pembelajaran dan membentu siswa dalam upaya memahami materi
yang disajikan oleh Guru dalam kelas. Penggunaan media dalam
pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pendidikan salah
satu media pembelajaran yang melibatkan IT atau teknologi dalam
media berbeasi audio visual. Peran media akan lebih terlihat jika guru
pandai memanfaatkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
menggunakan media audio visual juga berpengaruh terhadap gaya
belajar visual, auditori, dan kinestetik. Manfaat media audio visual dala
proses belajar mengajar bagi siswa antara lan: pengajaran akan lebih
menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar, materi pengajaran aka lebih jelas maknanya sehingga dapat
dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik, motode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata komukasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak merasa bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lainnya seperti
mengamati, melalukan, dan mendemostrasikan (Nana Sudjana, 2022)
Menurut (Iskandar, 2012:181) dalam (P., 2019) Minat belajar
adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan
61
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta


pengalaman. Minat ini tumbuh karena adanyakeinginan untuk
mengetahui dan memahami sesuatu mendorong serta mengarahkan
minat belajar peserta didik sehingga lebih sungguh-sungguh dalam
belajarnya. Menurut (Nashar, 2014: 42) dalam (P., 2019) Minat belajar
menurut Clayton Aldelfer dalam Nashar adalah kecenderungan peserta
didik dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat
untuk mencapai prestasi hasil belaar sebaik mungkin. Berdasarkan
definisi dari para ahli dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah
energi kekuatan yang mendorong seseorang ntuk mencapai tujuan
belajar.
Dengan memperhatikan permasalahan tersebut, maka penerapan
metode pembelajaran media Audio-visual diharapkan dapat
menigkatkan minat belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI). Kelas VI di SD Negeri Jatireja 02 Cikarang Timur.
B. Rumusan Masalah
Apakah pemanfatan media berbasis audio visual Dapat Meningkatkan
Minat Belajar Siswa Pada Pembelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri
Jatireja 02 Cikarang Timur ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan minat belajar siswa melalui Pemanfaatan Media
berbasis audio visual pada pembelajaran PAI kelas VI di SD Negeri
Jatireja 02 Cikarang Timur.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitan tindakan kelas ini diharapkan
dapat memiliki manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah:
a. Manfaat bagi Siswa
1. Minat belajar siswa dalam pembelajaran PAI dapat lebih
meningkat
62
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

2. Prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI dapat meningkat


3. Siswa lebih merasa nyaman saat mengikuti pelajaran karena
guru menggunakan metode yang bervariasi dan menyenangkan.
b. Manfaat bagi Guru
1. Guru menjadi tau faktor penyebab kurangnya minat siswa dalam
pembelajaran PAI
2. Guru mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai metode
dalam belajar
3. Guru dapat menciptakan suasana belajar yang lebih menarik
dengan menggunakan metode bervariasi yaitu pemanfaatan
media audio visual.
4. Pembelajaran dapat berjalan dengan efektif karena siswa
nyaman dan senang dalam mengikuti pembelajaran sehingga
konsentrasi siswa meningkat.
c. Manfaat bagi Sekolah

Penggunaan metode bervariasi yaitu pemanfaatan media audio


visual pada pembelajaran PAI di hasil penelitian ini dapat dijadikan
acuan dalam peningkatan minat belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran PAI di SD Negeri Jatireja 02 Cikarang Timur.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas


1. Pengertian PTK
Menurut Mills (2000) dalam (Hanum, 2008) Penelitian
tindakan kelas sebagai penyelidikan yang sistematis (sistematic
inquiry) yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, untk
mengetahui praktik pembelajaran.
63
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Menurut Kemmis (1983) dalam (Hanum, 2008)


mendefinisikan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk
penelaah atau inquiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh
peserta kegiatan pendidikan tertentu (misalnya guru atau
kepala sekolah) dalam sotuasi social (termaksud pendidikan)
untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta
keabsahan dari (a) praktik-praktik sosial kependidikan yang
mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka mengenai
praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi kelembagaan tempat
praktik-praktik itu dilaksanakan. (Pravitasari & Ismaniati,
2019)
Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sbagai
penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan
tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada
sekelompok sebyek yang diteliti dan mengamati tingkat
keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian
diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan
tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga
diperoleh hasil yang lebih baik.
Dalam konteks pekerjaan guru maka penelitian
tindakan yang dilakukannya disebut Penelitian Tindakan
Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah
suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan
belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja
dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan
masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas
tersebut.
Dengan demikian penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap keiatan belajar berupa sebuah
64
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah


kelas secara bersama.

2. Manfaat PTK
Penelitian tindakan kelas merupakan kebutuhan bagi seorang guru,
dimana PTK berguna untuk meningkatkan profesionalitas
seorang guru. Manfaat PTK bagi guru sebagaimana berikut:
a. Ptk sangan kondusif untuk membuat guru menjadi peka
tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia
menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang dia dan
muridnya lakukan. Daya reflektif dan kritis akan membawa
perubahan baik pada guru itu sendiri maupun muridnya
b. Ptk dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi
profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang
sudah mersa pas terhadap apa yang dikerjakan selama
bertahum-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi,
namun juga sebagai peneliti dibidangnya.
c. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru
mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu
kajian yang dalam, terhadap apa yang terjadi dikelasnya.
d. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang
guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya, PTK
merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegritas
dengan pelaksaaan proses pembelajaran
e. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena
selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi

65
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik


pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran


memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan
sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional;
mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi;
meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta
menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
3. Ciri-Ciri PTK
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas yang berbeda dengan
penelitian pada umumnya. Adapun ciri khas penelitian
tindakan kelas adalah:
a. Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik
pembelajaran yang dilakukan selama ini terjadi masalah dan
perlu diselesaikan.
b. Dilakukan melalui refleksi diri. Dimana gur melakukan
refleksi terhadap proses belajar mengajarnya sendiri.
c. Penelitian dilakukan di dalam kelas, sehingga penelitian
fokus pada kegiatan pembelajaran berupa prilaku guru dan
siswa dalam melakukan interaksi.
d. Memiliki tujuan untuk memperbaiki pebelajaran.
4. Prinsip-Prinsip PTK
Menurut Sudikin, dkk (2002:19-21) Prinsip dari penelitian
tindakan kelas adalah:
a. Metode PTK yang akan diterapkan tidak akan mengganggu
komitmen sebagai pengajar.

66
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

b. Metode pengumpulan data yang akan digunakan tidak


menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga
berpeluang mengganggu proses pembelajaran dengan kata
lain, guru mampu menangani prosedur pengumpulan data
dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas
secara penuh.
c. Metodologi yang digunakan harus reliable
d. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya
merupakan masalah yang cukup merisaukan.
e. Dalam melaksanakan PTK, guru harus bersikap konsisten
menaruh kepedulian tinggi terhadap etika yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
f. Permasalahan tidak diihat terbatas dalam konteks dikelas
atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam prespektif
misi sekolah secara keseluruhan.
5. Jenis-jenis PTK
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2)
PTK partisipan, (3) PTKempiris, dan (4) PTK eksperimental
(Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikutdikemukakan secara
singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
a. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik
ialah penelitianyang dirancang dengan menuntun peneliti ke
arah suatu tindakan. Dalam halini peneliti mendiagnosia dan
memasuki situasi yang terdapat di dalam latarpenelitian.
Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya
menanganiperselisihan, pertengkaran, konflik yang
dilakukan antar siswa yang terdapatdi suatu sekolah atau
kelas.

67
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

b. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK


partisipan ialahapabila orang yang akan melaksanakan
penelian harus terlibat langsungdalam proses penelitian
sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupalaporan.
Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti
senantiasaterlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat,
dan mengumpulkan data,lalu menganalisa data serta
berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK
partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya
contoh padabutir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti
dituntut keterlibatannya secaralangsung dan terus-menerus
sejak awal sampai berakhir penelitian.
c. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah
apabila penelitiberupaya melaksanakan sesuatu tindakan
atau aksi dan membukakan apayang dilakukan dan apa yang
terjadi selama aksi berlangsung. Padaprinsipnya proses
penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan
danpengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan
sehari-hari.
d. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK
eksperimentalialah apabila PTK diselenggarakan dengan
berupaya menerapkan berbagaiteknik atau strategi secara
efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar
mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-
mengajar, dimungkin kanterdapat lebih dari satu strategi
atau teknik yang ditetapkan untuk mencapaisuatu tujuan
instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan
penelitidapat menentukan cara mana yang paling efektif
dalam rangka untukmencapai tujuan pengajaran.
68
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

6. Model PTK
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering
digunakan di dalamdunia pendidikan, di antaranya: (1) Model
Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan McTaggart, (3) Model
John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
a) Model Kurt Lewin;
PTK Model Kurt Lewin menggambarkan penelitian tindakan
sebagai suatuproses spiral yang meliputi perencanaa,
pelaksanaan, pengamatan danrefleksi. Penelitian tindakan
kelas dalam satu siklus terdiri dari empatlangkah, yaitu:
1) Perencanaan (planning),
2) aksi atau tindakan (acting),
3) Observasi (observing),
4) refleksi (reflecting).
Langkah di atas dilakukan secara berurutan seperti spiral
dan dilakukandalam siklus. Sementara itu, empat langkah
dalam satu siklus yangdikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut
oleh Ernest T. Stringer (1996)dielaborasi lagi menjadi: (1)
Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan(implementing), dan
(3) Penilaian (evaluating)
b) Model Kemmis dan Mc Taggart
Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan
Taggart tampakmasih begitu dekat dengan model Lewin.
Karena didalam satu siklus atauputara terdiri dari empat
komponen seperti yang hanya dilaksanakan olehLewin yaitu
meliputi : 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, 4) refleksi.
Namun setelah suatu siklus selesai dilaksanakan, khususnya
sesudah refleksikemudian diikuti dengan adanya perencanaan
ulang atau revisi terhadapimplementasi siklus sebelaumnya.
69
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Berdasarkan perencanaan ulang tersebutdilaksanakan dalam


bentuk siklus tersendiri, demikian seterusnya sehingga PTK
bisa dilakukan dengan beberapa kali siklus.
Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan
pengembangan dari konsepdasar yang diperkenalkan olej Kurt
Lewin, hanya perbedaanya pada tahapacting (tindakan) dengan
observing (pengamatan) dijadikan sebagai satukesatuan. Hal
ini karena kedua tahap tersebut oleh adanya kenyataan
bahwaantara implementasi acting dan observing merupakan
dua kegiatan yang tidakbisa dipisahkan (Rochiati, 2008: 66)
PTK model Kemmis dan Mc Taggart pada hakikatnya
berupa perangkat- perangkat atau untaian-untaian dengan satu
perangkat terdiri dari empat tahapyaitu : perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahapmeruapakan
satu kesatuan dalam siklus.
c) Model John Elliot;
Model John Elliot bila dibandingkan dengan dua model yang
sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan
Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih
detail dan rinci. Dikatakan demikian, olehkarena di dalam
setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu
antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi
kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi
dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar.Maksud disusunnya
secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat
kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam
pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya,
dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau
tindakan sehingga menjadi beberapalangkah oleh karena suatu
70
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

pelajaran terdiri dari beberapa sub pokok bahasan atau materi


pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok
bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu
langkah, tetapiakan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah
yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang
berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya.
d) Model Dave Ebbutt
Menurut Dave model-model PTK yang ada seperti
yang diperkenalkan oleh Elliot, Kemmis dan Taggart
dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi didalam model-
model tersebut masih ada beberapa hal atau bagian yang belum
tepat dan perlu adanya pembenahan. Pada dasarnya Ebbutt
setuju dengan gagasan-gagasan yang diutarakan Kemmis dan
Elliot tetapi tidak sependapat mengenai beberapa interpretasi
Elliot mengenai karya Kemmis.Ebbutt mengatakan bahwa
bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart
bukan merupakan cara yang terbaik untuk
menggambarkanproses refleksi-aksi (action-reflection).
Berdasarkan beberapa model PTK di atas yang paling
sering dipakaidalam dunia pendidikan adalah model PTK yang
dikemukakan oleh JohnElliot. PTK model Elliot lebih mudah
dipahami dalam pelaksanaanya denganmenekankan pada
model spiral yang diawali dengan perencanaan,pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Tahapan yang dilakukan oleh
PTKadalah terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan,
pelaksanaan, observasidan refleksi. Keempat tahapan
merupakan bagian yang tidak bisa dihilangkan dalam PTK.
e) Debora South
Menyebutkan langkah-langkah penelitiannya sebagai penelitian
71
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

tindakandialektik (dialetic action research) yang terdiri dari


empat langkah yaitu identifikasi suatu daerah fokus masalah,
pengumpulan data, analisis daninterpretasi data, perencanaan
tindakan. (Syaodih, 2013:146) dalam penelitiantindakan
Debora menekankan pada identifikasi masalah sebelum
melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. (Mu’alimin & Hari, 2014)
B. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar (Sardiman, dkk., 2011: 6). Dalam
perspektif belajar mengajar, media adalah pengantar informasi dari
guru kepada siswa untuk mencapai pembelajaran yang efektif (Naz
& Akbar, 2008). Secara lebih khusus, pengertian media dalam
proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2005:3).
Musfiqon (2012: 28) mengungkapkan bahwa media pembelajaran
dapat digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam
memahami materi pembelajaran agar efektif dan efisien.
Berdasarkan pendapat yang dipaparkan menunjukkan bahwa
media merupakan sarana untuk menyampaikan informasi dalam
proses pembelajaran. Ada beberapa pandangan mengenai
pengertian media pembelajaran menurut para ahli yaitu :
1. Menurut azikiwe (2007: 46) media pembelajaran mencakup apa
saja yang digunakan guru untuk melibatkan semua panca indera
penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman dan pengecapan
saat menyampaikan pelajarannya. Media pelajaran adalah
pembawa informasi yang dirancang khusus untuk memenuhi
tujuan dalam situasi belajar-mengajar.
72
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

2. Menurut Latuheru (1988: 14) mengemukakan bahwa media


adalah bahan, alat, dan metode atau teknik yang digunakan
untuk kegiatan belajar mengajar, dengan maksud agar proses
interaksi komunikasi edukatif antara guru dan siswa dapat
berlangsung secara tepat dan berguna.
3. Menurut Sudjana (2001: 1) mengatakan bahwa media
pembelajaran sebagai alat bantu mengajar dalam komponen
metodologi yang diatur oleh guru untuk menata lingkungan
belajarnya.
4. Menurut Aqib (2010: 58) menuturkan bahwa media
pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses
belajar siswa.
5. Menurut Mudhofir (1993: 81) menambahkan bahwa media
belajar, selain sebagai sumber belajar juga dapat diartikan
dengan manusia, benda atau juga peristiwa yang membuat
kondisi siswa untuk lebih memungkinkan mendapat sikap dan
keterampilan.
6. Menurut Briggs dalam Akhmad Sudrajat, (2011:12), media
pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan
isi/materi pembelajaran seperti: buku, fim, vidio dan
sebagainya.
7. Menurut Sri Anitah (2012:6), mendefinisikan media
pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa
yang dapat menciptakan pembelajar untuk menerima
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan pengertian itu,
maka guru atau dosen, buku ajar, serta lingkungan adalah
media.
73
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan menunjukkan


bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan
sebagai perantara atau penghubung dari pemberi informasi yaitu
guru kepada penerima informasi atau siswa yang bertujuan untuk
menstimulus para siswa agar termotivasi serta bisa mengikuti
proses pembelajaran secara utuh dan bermakna. Artinya, terdapat
lima komponen dalam pengertian media pembelajaran. Pertama,
sebagai perantara pesan atau materi dalam proses pembelajaran.
Kedua, sebagai sumber belajar. Ketiga, sebagai alat bantu untuk
untuk menstimulus motivasi siswa dalam belajar. Keempat,
sebagai alat bantu yang efektif untuk mencapai hasil pembelajaran
yang utuh dan bermakna. Kelima, alat untuk memperoleh dan
meningkatkan skill. Kelima komponen tersebut berkolaborasi
dengan baik akan berimplikasi kepada berhasilnya pencapaian
pembelajaran sesuai dengan target yang diharapkan.

C. Media Audio Visual


a. Pengertian Media Audio-Visual
“Media audio-visual adalah media kombinasi antara
audio dan visual yang diciptakan sendiri seperti slide yang
dikombinasikan dengan kaset audio” Wingkel (2009:321).
Menurut Wina Sanjaya (2010:172) “Media audio-
visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, slide, suara,
dan sebagainya”.
Menurut Themistoklis Semenderiadis, (2009:68).
(Media audio-visual memainkan peran penting dalam proses
pendidikan, terutama ketika digunakan oleh guru dan siswa.
74
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Media audio-visual memberikan banyak stimulus kepada


siswa, karena sifat audio-visual/suara-gambar. Audio-visual
memperkaya lingkungan belajar, memelihara eksplorasi,
eksperimen dan penemuan, dan mendorong siswa untuk
mengembangkan pembicaraan dan mengungkapkan pikiranya).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
audio- visual adalah media kombinasi antara audio dan visual
yang dikombinasikan dengan kaset audio yang mempunyai
unsur suara dan gambar yang biasa dilihat, misalnya rekaman
video, slide suara dan sebagainya.
Media ini dibagi lagi ke dalam dua kategori, yaitu:
1. Audio-visual diam yaitu: media yang menampilkan suara
dan gambar diam seperti: film bingkai suara, film rangkai
suara, dan cetak suara.
2. Audio-visual gerak yaitu: media yang dapat menampilkan
unsur suara dan gambar yang bergerak seperti: film suara
dan video-caset, televisi, OHP, dan komputer. Syaiful Bahri
(2002:141).

Karakteristik media Audio-visual adalah memiliki unsur


suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai
kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media
yaitu media audio dan visual, Yusufhadi Miarso dalam Atoel
(2011:18).
Djamarah S. B, dkk, (Juliantara, 2010:22) menyatakan
bahwa sebagai alat bantu (media pembelajaran) dalam
pendidikan dan pengajaran. Media audio-visual mempunyai
sifat sebagai berikut:
1) Kemampuan untuk meningkatkan persepsi.

75
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

2) Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.


3) Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan)
belajar.
4) Kemampuan untuk memberikan penguatan
(reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai.
5) Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan)
6) Dengan menggunakan media audio-visual,
pembelajaran akan memberikan
pengalaman langsung dan membuat pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan untuk siswa.
b. Jenis media Audio-visual
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
(2007:124) media audiovisual dibagi menjadi dua yaitu:
1) Audio-visual diam, yaitu media yang menampilkan suara
dan gambar seperti bingkai suara (sound slide).
2) Audio-visual gerak yaitu media yang dapat menampilkan
unsur suara dan
gambar bergerak seperti film dan video.
Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk
tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi dan pendidikan. Film dan
video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses,
menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan
mempengaruhi sikap.

c. Kelebihan Media Audio-Visual


Atoel (2011:20) menyatakan bahwa media audio-visual memiliki
beberapa kelebihan atau kegunaan, antara lain:

76
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat


verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,
seperti: objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas,
gambar, film bingkai, film atau model.
3) Media audio-visual bisa berperan dalam pembelajaran
tutorial

D. Minat Belajar Siswa


Defenisi minat adalah suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan
(Slameto, 2010), perhatian (Lin & Huang, 2016), fokus,
ketekunan, usaha, pengetahuan, keterampilan (Ainley, Hillman, &
Hidi, 2002), motivasi (Krapp, Hidi, & Renninger, 1992), pengatur
perilaku (Wang & Adesope, 2016), dan hasil interaksi seseorang
atau individu dengan konten atau kegiatan tertentu (Schiefele,
2001). Minat memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran
akademik, domain pengetahuan dan bidang studi tertentu bagi
individu (Hidi, Berndoff, dan Ainley, 2002). Hidi dan Renninger
meyakini bahwa minat mempengaruhi tiga aspek penting dalam
pengetahuan seseorang yaitu perhatian, tujuan dan tingkat
pembelajaran (Wang & Adesope, 2016). Berbeda dengan motivasi
sebagai faktor pendorong pengetahuan, minat tidak hanya sebagai
faktor pendorong pengetahuan namun juga sebagai faktor
pendorong sikap (Hidi, 2006). Selanjutnya pengertian minat
belajar adalah sikap ketaatan pada kegiatan belajar, baik
menyangkut perencanaan jadwal belajar maupun inisiatif
melakukan usaha tersebut dengan sungguh-sungguh (Olivia,
2011).Bergin menyebutkan bahwa konsep minat terdiri dari minat
individu (Ainley, Hillman, & Hidi, 2002) dan situasional (Lin &
77
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Huang, 2016) (Hidi, Berndoff, dan Ainley, 2002) (Krapp, 2002).


Minat individu didefenisikan sebagai minat mendalam pada suatu
bidang atau kegiatan yang timbul berdasarkan pengetahuan, emosi,
pengalaman pribadi yang sudah ada (Hidi, Berndoff, dan Ainley,
2002), dan merupakan keinginan dari dalam diri untuk memahami
sehingga menimbulkan pengalaman baru (Fryer, 2015).
Selanjutnya menurut Alexander minat situasional timbul secara
spontan, sementara (Flowerdayy & Shell, 2015) dan adanya rasa
ingin tahu yang terinspirasi atau dipengaruhi oleh lingkungan
(Fryer, 2015) (Flowerdayy & Shell, 2015) (Arnaldi, 2014). Garcia
menyatakan tiga model sebagai faktor yang membedakan minat
situasional, pertama memicu minat situasional,kedua
mempertahankan minat situasional menyangkut perasaan dan
ketiga memelihara minat situasional sebagai nilai (Chen, Yang, &
Hsiao, 2015).Minat belajar dapat diukur melalui 4 indikator
sebagaimana yang disebutkan oleh(Slameto, 2010) yaitu
ketertarikan untuk belajar, perhatian dalam belajar, motivasi
belajar dan pengetahuan.
Ketertarikan untuk belajar diartikan apabila seseorang yang
berminat terhadap suatu pelajaran maka ia akan memiliki perasaan
ketertarikan terhadap pelajaran tersebut. Ia akan rajin belajar dan
terus memahami semua ilmu yang berhubungan dengan bidang
tersebut, ia akan mengikuti pelajaran dengan penuh antusias dan
tanpa ada beban dalam dirinya. Perhatian merupakan konsentrasi
atau aktivitas jiwa seseorang terhadap pengamatan, pengertian
ataupun yang lainnya dengan mengesampingkan hal lain dari pada
itu. Jadi siswa akan mempunyai perhatian dalam belajar, jika jiwa
dan pikirannya terfokus dengan apa yang ia pelajari. Motivasi
merupakan suatu usaha atau pendorong yang dilakukan secara
78
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

sadar untuk melakukan tindakan belajar dan mewujudkan perilaku


yang terarah demi pencapaian tujuan yang diharapkan dalam
situasi interaksi belajar.Pengetahuan diartikan bahwa jika
seseorang yang berminat terhadap suatu pelajaran maka akan
mempunyai pengetahuan yang luas tentang pelajaran tersebut serta
bagaimana manfaat belajar dalam kehidupan sehari-hari.
(Nurhasanah & Sobandi, 2016)
E. Pendidikan Agama Islam
Menurut Musyafa’Fathoni, 2010 dalam (Firmansyah, Iman,
2019) PAI dibangun oleh dua makna esesnsial yakni “pendidikan”
dan “agama Islam”. Salah satu pengertian pendidikan menurut
Plato adalah mengembangkan potensi siswa, sehingga moral dan
intelektual mereka berkembang sehingga menemukan kebenaran
sejati, dan guru menempati posisi penting dalam memotivasi dan
menciptakan lingkungannya.
Menurut (Rahman, 2012) dalam (Firmansyah, Iman, 2019)
PAI adalah usaha dan proses penanaman sesuatu (pendidikan)
secara kuntinyu antara guru dengan siswa, dengan akhlakul
karimah sebagai tujuan akhir. Penanaman nilai-nilai Islam dalam
jiwa, rasa, dan pikir; serta keserasian dan keseimbangan adalah
karaktersitik utamanya. Menurut Muhaimin (2004) dalam
(Firmansyah, Iman, 2019) karaktersitik utama itu dalam
pandangan sudah menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup
seseorang).
Adapun definisi pendidikan agama Islam menurut pendapat
beberapa pakar adalah sebagai berikut:
a. Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam buku
Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi bahwa
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
79
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,


menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi
dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud 20 kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam hal ini,
pendidikan agama merupakan suatu aktivitas Islam yang
disengaja untuk membimbing manusia dalam memahami dan
menghayati ajaran agama Islam serta dibarengi dengan tuntutan
untuk menghormati penganut agama lain.
b. Menurut Zakiyah Daradjat yang disitir oleh Abdul Majid dan
Dian Andayani bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.
Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Di sini, pendidikan
agama Islam tidak hanya bertugas menyiapkan peserta didik
dalam rangka memahami dan menghayati ajaran Islam namun
sekaligus menjadikan Islam sebagai pedoman hidup.
c. Menurut Azizy yang dikutip oleh Abdul pendidikan yaitu
adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari
generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu
hidup. Oleh karena itu ketika kita menyebut pendidikan agama
Islam, maka akan mencakup dua hal (a) mendidik siswa untuk
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam; (b)
mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam
subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.
d. Menurut Ahmad Supardi yang dikutip oleh Ahmad Tafsir. dkk
bahwa pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang
berdasarkan Islam atau tuntunan agama Islam dalam membina
80
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

dan membentuk pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah


SWT, cinta kasih sayang pada orang tuanya dan sesama
hidupnya dan juga kepada tanah airnya sebagai karunia yang
diberikan oleh Allah SWT. Dalam hal ini pendidikan Islam
adalah suatu bimbingan yang dilakukan untuk membentuk
pribadi muslim yang cinta kepada tanah air dan sesama hidup.

Jadi pendidikan agama merupakan usaha sadar yang dilakukan


guru dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. (Tsaniyatus Sa’diyah, 2022)

81
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

dukungan temuan dan bahan penelitian lain terhadap pilihan tindakan untuk
mengatasi permasalahan penelitian saudara. Dengan begitu kerangka berpikir atau
kerangka konsep yang saudara gunakan dalam penelitian makin kokoh. Demikian
juga hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang
saudara harapkan/diantisipasi.
Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
a. Penelitian yang dilakukan oleh Sigit Vebrianto Susilo (2020) dengan judul
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasi Audio Visual untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen semu (Quasi Experiment). Sugiyono (2013: 114)
menjelaskan bahwa “Metode eksperimen semu (Quasi Experiment) mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control
Group Design. Menurut Sugiyono (2013: 116) menjelaskan bahwa “Dalam
desain Nonequivalent Control Group Design terdapat kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random serta dilakukannya pretest
dan posttest pada masing-masing kelompok”. Jenis penelitian yang dilakukan
adalah dihasilkan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh
melalui lembar observasi guru dan aktivitas siswa yang diberikan kepada teman
sejawat yang menjadi observer pada saat pembelajaran berlangsung. Sementara
itu data kuantitatif diperoleh melalui pretes maupun postes hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, selanjutnya hasil dari 5
penelitian lain juga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran
berbasis audio visual pada mata pelajaran konstruksi bangunan sub materi batu
bata memberikan pengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dibuktikan Berdasarkan
nilai hasil belajar yang diperoleh, pada kelas eksperimen rata-rata nilai pre-test
sebesar 55,79 dan terjadi peningkatan yang signifikan di hasil post-test dimana
pada kelas eskperimen mendapatkan nilai rata-rata sebesar 89,54. 4Sedangkan
untuk kelas kontrol rata-rata nilai pre-test yang diperoleh sebesar 62, 39 dan pada
saat post-test memperoleh nilai rata-rata sebesar 82, 61 (Rinaldi et al., 2017).
Berikutnya hasil penelitian dari Ekowati el al (2015) menyatakan bahwa
berdasarkan hasil analisis data memberikan kesimpulan bahwa media audio
visual telah memenuhi kelayakan dan dapat digunakan sebagai media
pembelajaran karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.5 Perumusan antara
penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan calon peneliti yaitu terletak
pada jenis penelitiannya yaitu sama-sama menggunakan kuantitatif dan metode
pengumpulan data menggunakan angket. Selain itu pada variable bebas sama-
sama membahas terkait pengaruh penggunaan media Audio Visual. Sedangkan
perbedaannya teletak pada populasi, sampel, serta tempat atau lokasi penelitian.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Sholeha Rahmasari (2022) dan Ramdanil
Mubarok (2022) dengan judul Penerapan Media Audio Visual Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajara PAI. Penelitian ini
64
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

menggunakan Metode penelitian tindakan kelas. Menurut (Hendriana, Afrilianto,


& Sumayyah, 2014) penelitian tindakan kelas adalah proses investigasi
terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas,
proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas
tertentu. Sementara (Wijaya, Syahrum, & Ananda, 2013)6 penelitian ini
dilakukan oleh peneliti sendiri dalam proses belajar mengajar dalam arti
penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan tanpa bekerja sama dengan guru dan
peneliti berperan sebagai praktisi dalam pembelajaran. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, dokumentasi, tes, pre test, Post Test. Adapun teknik
analisis datanya yaitu dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan atau
ketuntasan belajar yaitu setelah mereka melakukan proses pembelajaran selama
satu siklus, yang dilakukan dengan memberikan tes lisan pada setiap akhir
siklusnya. Dapat disimpulkan dari perbandingan persentase pencapaian nilai
peserta didik dari Siklus 1 dan siklus 2 menyatakan bahwa peserta didik kelas IX
dengan jumlah 26 siswa menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada
materi qurban. Persentase ketercapaian nilai pada siklus 1 sebesar 31% dan
meningkat pada siklus 2 yaitu sebesar 73%. Dari hasil belajar siswa materi
qurban pada siklus 2 lebih baik dari model pembelajaran siklus 1 Sehingga hasil
pembelajaran dengan penerapan media audio visual memiliki peningkatan cukup
signifikan. Persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan diteliti dan
yang sudah ada yakni pada penelitian ini membahas tentang penggunaan media
Audio Visual, sama dengan yang akan calon peneliti teliti. Sedangkan
perbedaannya terletak pada jenis penelitian- penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terdahulu yakni jenis peneliti tindakan kelas. Sedangkan penelitian yang
akan dilakukan calon peneliti yakni penelitian kuantitatif dengan menggunakan
teknik pengumpulan data berupa angket.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Candra Lestari (2018) dengan judul
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Media Audio
Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Penelitian ini menggunakan
metode Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom
Action Research yang dilaksanakan di SDN 4 Kaliuntu. Penelitian ini akan
dilaksanakan mulai dari siklus I sampai siklus II tepatnya pada semester genap
tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 4
Kaliuntu yang berjumlah 33 orang, yang terdiri dari 12 orang siswa perempuan
dan 21 orang siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa
dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual. 7
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
tes. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA siswa.
Tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA siswa yang diberikan
tiap akhir siklus pada siswa secara individual. Arikunto (2012:67), 8menyatakan
bahwa, ”Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan”. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan,
terdapat peningkatan persentase ratarata hasil belajar IPA siswa. Persentase
ratarata hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan sebesar 11,55%.
65
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I adalah 72,10% (kategori
Sedang), meningkat menjadi 83,65% (kategori Tinggi) pada siklus II.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 4 Kaliuntu Kecamatan
Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2017/2018. Persamaan antara
penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan calon peneliti yakni
sama-sama menggunakan berbantuan Media Audio Visual, diantara
perbedaannya peneliti terdahulu menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
NHT dan metode pengumpulan datanya menggunakan post test, sedangkan calon
peneliti akan menggunakan metode wawancara kepada pendidik dan peserta
didik.
Kerangka Pikir
Menurut Suharsimi Arikunto kerangka pikir adalah suatu gagasan tentang
letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini
penulis harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat
tentang kedudukan permasalahannya. Dari hal tersebut berarti kerangka pikir
merupakan sistematika berpikir, sehingga permasalahan yang akan diteliti menjadi
mudah dipahami dan dipecahkan. Maka rumusan kerangka pikir dalam penelitian ini
adalah jika penggunaan media audio visual dilakukan dengan baik, maka harus
belajar siswa juga akan ikut baik dan sangat memuaskan, begitu pula sebaliknya
apabila penggunaan media audio visual tidak dilakukan dengan baik maka akan
berpengaruh juga terhadap hasil belajar siswanya.

Paradigma
Menurut Kartini Kartono paradigma adalah cara pandang yang digunakan
seseorang atau sekelompok orang untuk mengadakan atau mengamati gejala atau
peristiwa berdasarkan paradigma tersebut seseorang dapat mengamati gejala yang
bersangkutan.

Hipotesis Tindakan/Penelitian

Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas, maka hipotesis


pada penelitian ini adalah Pemanfaatan media berbasis audio visual dapat
meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran PAI kelas VI di SD
Negeri Jatireja 02 Cikarang Timur.

66
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

BAB III
METODE PENELITIAN

Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

1. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI di SD
Negeri Jatireja 02 Cikarang Timur yang berjumlah 40 siswa. 17
laki-laki dan 23 perempuan. Pada umumnya mereka termasuk siswa
yang aktif dan semangat belajar.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penulisan proposal ini adalah mengenai
pemanfaatan media berbasis audio visual untuk meningkatkan
minat belajar siswa pada pembelajaran PAI dengan tema Kebaikan
dan Akhlak mulia di SD Negeri Jatireja 02 Cikarang Timur.

Variabel yang Diselidiki


Sebut dan rumuskan variabel yang diselidiki secara operasional berdasarkan
definisi teoritis yang saudara rumuskan pada Bab II baik (1) variabel X atau
tindakan yaitu proses penyelenggaraan KBM yang inovatif seperti interaksi belajar-
mengajar, keterampilan bertanya, gaya mengajar guru, cara belajar peserta didik,
implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya (2), varaibel Y
atau output seperti rasa keingintahuan peserta didik, kemampuan peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan, motivasi peserta didik, hasil belajar peserta didik,
sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan.
Selain itu tetapkan indikator dari masing-masing variabel yang saudara teliti (Budi
Herijanto, 2011).
Prosedur Penelitian
Menurut Arikunto dalam (Lukman, 2020), mendefinisikan
“penelitian tindakan kelas sebagai” suatu pencermatan terhadap kegiatan

67
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja diadakan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama. PTK hanya dapat dilakukan oleh guru dan
ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran dalam kelas. Dari
pemahaman tersebut, PTK merupakan sebuah bentuk penelitian yang
bersifat refllektif, dengan tekhnik participant observation supaya dapat
memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dalam
kelas secara profesional.
Prosedur PTK dalam penelitian ini mengimplementasikan model
dari Suharsimi Arikunto yang terdiri dari perencanaan (planning),
pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Pelaksanaan tindakan terdiri dari dua siklus atau lebih, yaitu siklus I,II,
dan seterusnya jika dirasa belum memenuhi kriteria keberhasilan
penelitian. Sebelum memasuki tahapan siklus dilakukan studi
pendahuluan atau pra-siklus terlebih dahulu guna mengetahui bagaimana
kondisi di lapangan. Berikut tahapan pelaksanaan prosedur dapat
dipaparkan sebagai berikut:
1. Pra-penelitian
Pra-penelitian ialah kegiatan yang dilakukan sebelum penelitian
memasuki tahapan siklus I, II, dan seterusnya. Tujuannya adalah
untuk mengumpulkan data-data awal yang ada dilapangan seperti
kondisi siswa, guru, ruang kelas, dan komponen lain yang terdapat
dalam proses pembelajaran. Hasil dari pa-penelitian nantinya akan
dijadikan bahan acuan untuk menyususn rancangan dan strategi
tindakan di tahap perencanaan (planning). Adapun kegiatan yang
dilakukan dalam tahap pra-siklus adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengamatan mengenai kondisi siswa di kelas VI pada
mata pelajaran PAI.

68
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

b. Melakukan sosialisasi dan konsultasi kepada guru mata pelajaran


PAI tentang pemanfaatan atau penggunaan media pembelajaran
berbasis audio visual.
c. Melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui keadaan
lingkungan sekolah, suasana kelas VI, serta kondisi siswa kelas
VI SD Negeri Jatireja 02 Cikarang Timr.
d. Mengidentifikasi permasalahan yang terdapat saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
e. Memeriksa ketersediaan sarana dan prasarana belajar yang ada di
dalam kelas.
f. Membuat rancanga penelitian dan menentukan tindakan apa yang
akan dilakukan dalam penelitian.

2. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini guru:
a) Menyiapkan materi pembelajaran
b) Membuat rencana kegiatan siklus I
c) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)
d) Mempersiapkan instrumen pembelajaran berupa media
audio visual
e) Mempersiapkan kelas dan setting yang telah dirancang
f) Membuat lembar observasi tentang aktivitas siswa selama
proses belajar mengajar.
b. Pelaksanaan
a) Kegiatan Pendahuluan
1) Kegiatan pebelajaran diawali dengan salam, menyapa
siswa dan berdoa bersama kemudian diteruskan dengan
absensi pada setiap anak.
69
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

2) Apresiasi, mengajukan pertanyaan yang berhubungan


dengan materi pembelajaran PAI dengan tema Kebaikan
dan Akhlak mulia.
3) Motivasi, membangkitkan minat dan menumbuhkan
kesadaran siswa untuk menguasai materi PAI dengan
tema kebaikan dan Akhlak mulia

b) Kegiatan Inti
1) Eksplorasi : guru mempersiapkan media audio visual
yang akan digunakan untuk menjelaskan materi PAI
dengan tema Kebaikan dan Akhlak mulia.
2) Guru menyajikan materi yang akan dibahas dengan
menggunakan media audio visual tentang kebaikan dan
akhlak mulia.
3) Guru menyajikan penjelasan melalui presentasi visual
berisi definisi, ayat Al-Qur’an, dan hadits terkait.
4) Guru menayangkan vidio pendek yang menggambarkan
situasi kehidupan sehari –hari yang berhubungan dengan
kebaikan dan akhlak mulia. Vidio yang ditampilkan
berupa perilaku baik seperti tolong-menolong, jujur,
redah hati dan sebagainya.
5) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok
6) Setelah pemutaran vidio, siswa diminta untuk
memperhatikan dan mencatat contoh-contoh perilaku
yang mereka perhatikan.
7) Guru meminta masing-masing kelompok untuk
mendiskusikan materi dan bertukar pemikiran antar
anggota kelompok untuk memahami materi yang
dipelajari.
70
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

8) Guru memberikan semangat dan mengamati anak belajar


dengan pemanfaatan media audio visual.
9) Siswa yang sudah berdiskusi dipersilahkan maju
kedepan untuk memaparkan hasil diskusinya mengenai
materi yang sudah disampaikan
10) Guru mengakumulasi total nilai yang sudah
dikumpulkan oleh setiap kelompok dan melihat
kelompok mana yang memiliki nilai tertinggi untuk
diberikan penghargaan.
c) Kegiatan penutup
1) Guru meringkas pembelajaran dan memberikan
penguatan berupa poin-poin penting dari materi yang
sudah dibahas
2) Guru memberikan pesan penutup yang menginspirasi
dan memotivasi siswa untuk menjadi pribadi yang baik
dan berakhlak mulia.
3) Memberikan tugas ringan sebagai tidak lanjut, seperti
encari contoh lain dari perilaku kebaikan dan akhlak
mulia selain dari yang sudah dijelaskan hari ini.
4) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
dan berdo’a bersama.
5) Evaluasi siklus I
c. Observasi/Pengamatan
Pada tahap ini waktu kegiatan dibarengi dengan tahap
pelaksanaan. Observasi dilakukan untuk menilai kemampuan
guru dalam mengelola kelas serta aktivitas peserta didik
selama pembelajaran. Observer melakukan pengamatan
terhadap proses pelaksanaan dengan mengisi lembar observasi
aktivitas belajar siswa dan lembar observasi aktivitas guru.
71
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

d. Refleksi
Tahap terakhir yaitu refleksi, yang bertujuan untuk mengkaji dan
memaknai segala sesuatu yang berkaitan dengan proses hasil
yang diperoleh akibat pelaksanaan yang dilakukan pada siklus
I. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hambatan dan
kekurangan yang ditemui selama siklus I dalam pemanfaatan
media pebelajaran berbasis media audio visual. Jika terdapat
kelebihan di siklus I maka tetap dipertahankan, sedangkan jika
ada kekurangan akan diperbaiki pada siklus II, yang meliputi :
a) Menganalisis kelemahan dan kelebihan guru ketika
menerapkan pemanfaatan media berbasis audio visual.
b) Membuat list permasalahan yang terjadi pada siklus I.
c) Membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus II.
d) Memperbaiki pendekatan yang dilakukan pada siklus I.
e) Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil
evaluasi serta menentukan kebehasilan pencapaian tujuan
tindakan
f) Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan
yang telah dilakukan.
g) Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar
belajar lebih giat.

Tahap perbaikan tindakan setelah siklus I sudah


dilaksanakan, dan melakukan refleksi ulang untuk membuat
perencanaan atau tindakan yang baru disebut dengan Siklus II.

3. Siklus II
a. Perencanaan ulang

72
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Pada siklus II, kegiatan pembelajaran dilakukan sama seperti pada


kegiatan pembelajaran siklus I hanya saja waktu pelaksanaan
akan disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia di SD
tempat penelitian dilakukan. Siklus II merupakan
penyempurnaan dari kelemahan dan kekurangan pada siklus I.
Setelah itu peneliti mencatat permasalahan dan kendala yang
dihadapi saat pembelajaran berlangsung dan merencanakan
perbaikan dengan acuan refleksi siklus I.
Pada tahap ini guru:
a) Menyiapkan materi pembelajaran
b) Membuat rencana kegiatan siklus I
c) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)
d) Mempersiapkan instrumen pembelajaran berupa media
audio visual
e) Mempersiapkan kelas dan setting yang telah dirancang
f) Membuat lembar observasi tentang aktivitas siswa selama
proses belajar mengajar.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini guru:
a) Kegiatan Pendahuluan
1) Kegiatan pebelajaran diawali dengan salam, menyapa
siswa dan berdoa bersama kemudian diteruskan dengan
absesnsi pada setiap anak.
2) Apresiasi, mengajukan pertanyaan yang berhubungan
dengan materi pembelajaran PAI dengan tema Kebaikan
dan Akhlak mulia.
3) Motivasi, membangkitkan minat dan menumbuhkan
kesadaran siswa untuk menguasai materi PAI dengan
tema kebaikan dan Akhlak mulia
73
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

b) Kegiatan Inti
1) Eksplorasi : guru mempersiapkan media audio visual
yang akan digunakan untuk menjelaskan materi PAI
dengan tema Kebaikan dan Akhlak mulia.
2) Guru menyajikan materi yang akan dibahas dengan
menggunakan media audio visual tentang kebaikan dan
akhlak mulia.
3) Guru menyajikan penjelasan melalui presentasi visual
berisi definisi, ayat Al-Qur’an, dan hadits terkait.
4) Guru menayangkan vidio pendek yang menggambarkan
situasi kehidupan sehari –hari yang berhubungan dengan
kebaikan dan akhlak mulia. Vidio yang ditampilkan
berupa perilaku baik seperti tolong-menolong, jujur,
redah hati dan sebagainya.
5) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok
6) Setelah pemutaran vidio, siswa diminta ntuk
memperhatikan dan mencatat contoh-contoh perilaku
yang mereka perhatikan.
7) Guru meminta masing-masing kelompok untuk
mendiskusikan materi dan bertukar pemikiran antar
anggota kelompok untuk memahami materi yang
dipelajari.
8) Guru memberikan semangat dan mengamati anak belajar
dengan pemanfaatan media audio visual.
9) Siswa yang sudah berdiskusi dipersilahkan maju
kedepan untuk memaparkan hasil diskusinya mengenai
materi yang sudah disampaikan
10) Guru mengakumulasi total nilai yang sudah
dikumpulkan oleh setiap kelompok dan melihat
74
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

kelompok mana yang memiliki nilai tertinggi untuk


diberikan penghargaan.
c) Kegiatan penutup
1) Guru meringkas pembelajaran dan memberikan
penguatan berupa poin-poin penting dari materi yang
sudah dibahas
2) Guru memberikan pesan penutup yang menginspirasi
dan memotivasi siswa untuk menjadi pribadi yang baik
dan berakhlak mulia.
3) Memberikan tugas ringan sebagai tidak lanjut, seperti
encari contoh lain dari perilaku kebaikan dan akhlak
mulia selain dari yang sudah dijelaskan hari ini.
4) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
dan berdo’a bersama.
5) Evaluasi Siklus II

c. Observasi
Pada tahap observasi siklus II, observer mengamati jalannya
kegiatan pembelajaran dan mencatat setiap kegiatan dan
perubahan yang terjadi saat memanfaatkan media berbasis
audio visual.

d. Refleksi
Pada tahap ini guru:
a) Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil
evaluasi serta menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan tindakan

75
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

b) Menganalisis kelemahan dan kelebihan guru saat


menerapkan model pembelajaran menggunakan
pemanfaatan media berbasis audio visual.
c) Mengadakan refleksi degan meneliti kembali tindakan
yang telah dilakukan.
d) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II,
apakah dengan dilakukannya tindakan pada siklus II
sudah mengalami peningkatan minat belajar anak
dengan menggunakan pemanfaatan media berbasis audio
visual. Jika dirasa belum maka dilanjut dengan
perencanaan tindak lanjut di siklus III. Akan tetapi,
apabila pada siklus ke II ini telah tercapai, maka
penelitian ini selesai pada siklus II.

Data dan Cara Pengumpulannya

Teknik pengumpulan data yaitu suatu cara yang digunakan oleh


peneliti guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai penelitian
yang dilakukan. Teknik pengumpulan data juga merupakan suatu
kegiatan mencari data dilapangan tempat penelitian untuk mendapatkan
jawaban dari permasalahan penelitian. Pemilihan teknik yang tepat dapat
menghasilkan data yang akurat. Menurut Arikunto (2010:76) dalam
Delina Riski ( 2018:59) pengmpulan data ialah proses yang dilakukan
oleh peneliti untuk mengungkap suatu kejadian, lokasi atau kondisi
peneliti sesuai dengan lingkup penelitian. Peneliti penting untuk
mengetahui teknik pengumpulan data ini. sebab apabila seorang tidak
mengetahui teknik pengumpulan data maka sulit untuk mendapatkan data
76
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

yang akurat sesuai dengan standar yang diperlukan. Teknik yang


digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara
mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang
diselidiki. menurut Muhammad Ali (2018:168) dalam (Lukman,
2020) mengemukakan bahwa observasi merupakan penelitian yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek,
baik secara langsung maupun tidak langsung, lazimnya
menggunakan teknik. Observasi yang digunakan adalah observasi
langsung, ketika pembelajaran berlangsung observasi dilaksanakan
pada siswa kelas VI dan guru PAI di SD Negeri Jatireja 02
Cikarang Timur, terhadap minat belajar siswa, kegiatan belajar
siswa dan aktivitas mengajar gur melalui penerapan media audio
visual. Tujuan menggunakan teknik observasi ini untuk mencatat
hal-hal yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah “ metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan
atau responden. Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara
bebas terpimpin, yaitu peneliti mempersiapkan kerangka
pertanyaan atau membawa pokok permasalahan yang ditanyakan
dan responden diberikan kebebasan untuk menjawab. Dalam
wawancara ini peneliti akan menggunakan catatan tertulis untuk
meningkatkan kebernilaian dari data yang akan diperoleh.
Wawancara diberikan kepada pendidik dan peserta didik di
sekolah SD Negeri Jatireja 02 Cikarang Timur.
3. Dokumentasi
Menurut Sukmadinata dalam Arida Istiqomah ( 2017:38)
77
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Dokumentasi merupakan suatu pengumpulan data dengan


menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik secara
tertulis, berupa gambar, maupun elektronik.
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukkan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen.
Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan
pernyataan tertulis yang disusun oleh seorang atau lembaga untuk
keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber
data, bukti, informasi kealamiahan yang sukat diperoleh, sukar
ditemukan, dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas
pengetahuan terhadap suatau yang diselidiki. Penelitian
mengimplementasikan tentang keaktifan siswa, daftar hadir siswa
dan hasil minat belajar siswa selama mengikuti pembelajaran PAI
yang dilakukan pada siswa kelas VI di SD Negeri Jatireja 02
Cikarang Timur. Dokumentasi dalam konteks teknik pengumpulan
data berperan sebagai data pendukung atau penguat penelitian.
Dalam penelitian ini beberapa dokumen yang digunakan selama
penelitian meliputi silabus, RPP, daftar hadir peserta didik, dan
foto kegiatan belajar.

Instrumen Pengumpulan Data


Menurut Sanjaya (2012:84) dalam Delina Riski (2018:62)
instrumen penelitian merupakan alat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian, dapat dikatakan bahwa instrumen
penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyajikan
hasil dari pengumpulan data yang telah dilakukan.
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa
lembar observasi dan wawancara yang berfungsi untuk mengukur
tingkah laku individu serta memperoleh data mengenai aktivitas
78
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

siswa dan guru selama berlangsungnya pembelajaran.

1. Lembar Observasi
Observasi ini akan peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang
proses belajar mengajar SD Negeri Jatireja 02 Cikarang Timur.
Adapun kisi-kisi lembar observasi guru seperti pada Tabel 1.

Tabel 1
Kisi-kisi Lembar Observasi Kegiatan Guru Dengan
Menggunakan Media Audiovisual

NO Aspek yang Dinilai Skor Penilaian Jumlah


1 2 3 4
I. Pra- Pembelajaran
1. Membuka kegiatan pembelajaran
dengan salam
2. Mengkondisikan peserta didik untuk
belajar
3. Melakukan kegiatan apresiasi
4. M Memberikan motivasi
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran
sesuai indikator
II Kegiatan Pembelajaran
1. M Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi (tujuan) yang
ingin dicapai dengan menggunakan
media audio visual

79
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

2. Melaksanakan pembelajaran secara


runtut
3. Menguasai kelas
4. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yang
direncanakan
5. Penguasaan materi pembelajaran
6. Menghasilkan pesan yang menarik
7. Melibatkan peserta didik dalam
proses pembelajaran
8. M Menunjukan sikap terbuka dan
respon peserta didik
9. M Menumbuhkan keceriaan dan
antusiasme peserta didik dalam
belajar
10. Mamantau proses belajar peserta
didik
11. Menggunakan bahasa lisan dan
tertulis secara jelas, baik dan benar
III Penutup
1. Melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan
peserta didik
2. Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan, atau kegiatan,
atau tugas sebagai bagian
remidi/pengayaan

80
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

3. Menutup kegiatan pembelajaran


dengan salam
Jumlah
Presentase Keberhasilan
Keterangan:
Nilai 1 = Kurang
Nilai 2 = Cukup
Nilai 3 = Baik
Nilai 4 = Sangat Baik
Observer memberikan penilaian degan cara ceklis pada kolom
skor (1,2,3,dan 4) sesuai dengan kemampuan yang ditampilkan
guru.
skor yang diperoleh
Presentase = ×100
skor total

Tabel 2
Kisi-kisi Instrument Observasi

No. Indikator cara Aspek yang diamati Ya Tidak


pendidik
menggunakan
media audio
visual
1. Pendidik 1. Pendidik
terampilan membagikan
menggunakan media
media pembelajaran yang
pembelajaran dapat dilihat dan
yang dapat didengar
81
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

dilihat dan dapat 2. Vidio


didengar. pembelajaran yang
dibagikan sesuai
dengan materi
yang sedang
dipelajari.
2. Pendidik 1. Vidio
menggunakan pembelajaran yang
media dibagikan kepada
pembelajaran peserta didik
audio visual terdapat kegiatan
dalam rangka awal pembelajaran
komunikasi dan yaitu pembukaan,
interaksi berdoa, persiapan
pendidik dengan materi yang akan
peserta didik dipelajari apakah
dalam proses peserta didik sudah
pembelajaran. siap dll.
2. Dalam vidio
pembelajaran
pendidik
memusatkan
perhatian siswa
pada penjelasan
yang sedang
dipelajari.
3. Pendidik dalam 1. Vidio yang
menggunakan dijelaskan sesuai
media dengan materi
82
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

pembelajaran yang sedang


audio visual dipelajari oleh
mampu membuat peserta didik.
peserta didik 2. Setelah selesai
memperhatikan mengamati vidio
materi yang pembelajaran
disampaikan. pendidik
memberikan tugas
evaluasi
pembelajaran
terkait penjelasan
yang ada pada
vidio pembelajaran

Tabel 3
Kisi-kisi lembar observasi peserta didik

No Aspek No Item Jumlah


1 a. Siap untuk mengikuti pembelajaran. 1,2,3,4 4
2 a. Memahami informasi yang luas tentang topik 5 1
materi yang akan dipelajari
b. Melaksanakan diskusi dan membandingkan 6,7,8 3
jawaban dari soal dalam kelompok atau
9,10,11, 4
kelas.
12
c. Aktif ketika mengikuti pembelajaran
menggunakan pemanfaatan media berbasis
audio visual
3 a. Memperoleh penghargaan 13 1
b. Membuat kesimpulan. 14 1

83
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

c. Melakukan refleksi. 15 1
TOTAL 15

Tabel 4
Lembar Observasi Siswa

NO Aspek yang Dinilai Skor Penilaian Jumla


h
1 2 3 4
1. Menyimak penjelasan guru
2. Siswa menjawab penjelasan guru
3. Siswa mampu fokus dalam
pembelajaran
4. Siswa aktif dalam bertanya
5. Siswa mampu menjawab
pertanyaan guru
6. Siswa mampu berpendapat
7. Siswa mampu melaksanakan
instruksi yang diberikan guru
8. Siswa mampu bekerjasama
dengan kelompoknya

84
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

9. Siswa aktif dalam berdiskusi


10. Siswa mampu mendemonstrasikan
hasil diskusinya
11. Siswa mampu mengerjakan tugas
dari guru
12. Siswa mampu merangkum materi
yang telah diajarkan
13. Siswa menggunakan bahasa yang
baik dan benar
14. Siswa berperilaku sopan dan
santun
15. Siswa menggunakan seragam
yang sesuai dan rapih

Kriteria Penilaian
Nilai 1 = Kurang
Nilai 2 = Cukup
Nilai 3 = Baik
Nilai 4 = Sangat Baik

2. Wawancara
Berdasarkan teknik pengumpulan data melalui wawancara,
peneliti menyusun kisi-kisi instrumen wawancara sebagai berikut :

Tabel 5
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Pendidik
Aspek Indikator Cara pendidik Item Jumlah
Menggunakan Media

85
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Audio Visual
Pemanfaatan 1. Pendidik terampil 1,2,3 3
Media menggunakan media
Pembelajaran pembelajaran yang dapat
Audio Visual dilihat dan dapat di
Untuk dengar.
Meningkatkan 2. Pendidik menggunakan 4 1
Minat Belajar media pembelajaran
Siswa Kelas audio visual dalam
VI SDN rangka komunikasi dan
Jatireja 02 interaksi pendidik
Cikarang dengan peserta didik
Timur dalam proses
pembelajaran.
3. Pendidik dalam 5,6,7,8 4
menggunakan media
pembelajaran audio
visual mampu membuat
peserta didik
memperhatikan materi
yang disampaikan.
Total 8

Tabel 6
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Peserta Pendidik
Aspek Indikator Item Jumlah
Pemanfaatan 1. Pendidik terampil 1,2,3 3
Media menggunakan media
Pembelajaran pembelajaran yang dapat
86
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Audio Visual dilihat dan dapat di


Untuk dengar.
Meningkatkan 2. Pendidik menggunakan 4,7 2
Minat Belajar media pembelajaran
Siswa Kelas audio visual dalam
VI SDN rangka komunikasi dan
Jatireja 02 interaksi pendidik
Cikarang dengan peserta didik
Timur dalam proses
pembelajaran.
3. Pendidik dalam 5,6,8 2
menggunakan media
pembelajaran audio
visual mampu membuat
peserta didik
memperhatikan materi
yang disampaikan.
Total 8

Kriteria keberhasilan Tindakan


Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, keberhasilan tindakan
ditandai dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan. Indikator keberhasilan
tindakan terdiri atas keberhasilan aktivitas dalam proses pembelajaran dan tes hasil
belajar. (goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019)

87
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Penelitian tindakan kelas dapat dikatakan berhasil apabila penelitian tersebut


telah memenuhi kriteria tertentu. Kriteria keberhasilan dalam PTK dinyatakan secara
jelas, maksudnya ialah peneliti menentukan sendiri kriteria keberhasilan suatu
Tindakan secara rasional dengan berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan oleh
sekolah. Keberhasilan penelitian tindakan kelas dapat diukur dengan memperhatikan
tingkat efektivitas suatu tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki atau
meningkatkan suatu kondisi tertentu. Seorang guru dapat menentukan
keberhasilannya melalui skor/nilai yang harus dicapai atau presentase tertentu dari
subjek penelitian. Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, keberhasilan
tindakan ditandai dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan. Indikator
keberhasilan tindakan terdiri atas keberhasilan aktivitas dalam proses pembelajaran
dan tes hasil belajar. Berikut kriteria keberhasilan PTK yang dapat digunakan guru:

1. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila terdapat ≥ 75% dari total siswa
mampu berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya kepada guru disaat guru
menjelaskan menggunakan media audio visual.

2. Penggunaan media berbasis audio visual dapat dikatakan berhasil apabila terdapat
≥ 80% dari total siswa mampu berperan aktif dalam pembelajaran serta merasa tidak
jenuh selama pembelajaran.

Indikator keberhasilan memiliki suatu rumus yaitu:


S = RN x 100
Keterangan:
S : Nilai yang dicari atau diharapkan
R : Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N : Skor maksimal ideal dari tes tersebut
Tabel 7
Indikator Keberhasilan Aktivitas dalam Pembelajaran
No Aspek yang dinilai Indikator Cara mengukur
keberhasilan
1. mengerjakan tugas 80 % Dilihat saat aktivitas proses
pembelajaran berlangsung
88
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

2. Bertanya 80%
3. Menjawab 80% Dilihat saat aktivitas proses
pembelajaran
4. Keaktivan 80%

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditentukan dengan adanya :


a) Aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menggunakan
pemanfaatan media berbasis audio visual yang memiliki persentase minimal
75 %.

b) Peningkatan minat belajar siswa yang ditandai dengan kategori tinggi


dengan skor minimal 75%, dan

c) Perubahan positif pembelajaran PAI pada materi kebaikan dan akhlak


mulia.
Indikator tersebut meliputi:
1. Pemanfaatan media berbasis audio visual pada pembelajaraan PAI

2. Adanya perubahan tingkah laku dari siswa saat terjadinya


pembelajaran PAI pada materi kebaikan dan akhlak mulia.

3. Adanya peningkatan minat belajar siswa pada siklus II yaitu skor


minimal 75%.

Validitas dan reliabilitas


Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukuran. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Realibilitas adalah sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah baik. (Arifin, 2016).
Menurut Sugiyono dalam Ferista Lestari (2013:32) uji keabsahan data dalam
89
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

suatu penelitian sering hanya ditekankan pada uji validitas dan realibilitas. Dalam
penelitian kuantitatif, data hasil penelitian memiliki kriteria utama yakni valid,
reliabel, dan obyektif. Sedagkan dalam penelitian kualitatif, kevalidan suatu data
dapat dinyatakan apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan
apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Dapat disimpulkan bahwa
validitas dapat dinilai melalui keadaan yang terlihat secara baik dan pengamatan
secara tepat pada data yang dikumpulkan. Sedangkan reliabilitas menekankan pada
metode yang digunakan peneliti untuk dapat digunakan Kembali secara konsisten.
Dalam uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini, Teknik validitas data yang
digunakan peneliti yakni :

1. Perpanjangan pengamatan
Dalam menguji kredibilitas data pada penelitian ini, peneliti berfokus pada
data yang diperoleh. Hal ini digunakan untuk mengetahui apakah setelah dilakukan
pengecekkan ulang dilapangan data tersebut benar atau tidak, jika benar berarti
kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan akan diakhiri. Namun, jika data
yang di cek tidak kredibel, maka akan diadakan perpanjangan pengamatan.

2. Peningkatan Ketekunan
Pada peningkatan ketekunan peneliti akan melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti akan melakukan pengecekkan kembali
apakah data yang dikumpulkan tersebut sudah benar atau belum. Dalam
meningkatkan ketekunan, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan
sistematis mengenai apa yang diamatinya.
3. Triangulasi
Triangulasi pada pengujian kredibilitas dapat diartikan sebagai pengecekkan
data dari berbagai sumber melalui berbagai cara dan waktu.Triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini ialah triangulasi sumber dan triangulasi waktu.

a) Trianggulasi sumber merupakan suatu data penelitian yang didapatkan


melalui berbagai sumber diantaranya melalui narasumber yang terdiri dari
guru dan siswa, hasil pengamatan pelaksanaan tindakan.

b) Trianggulasi metode merupakan suatu data penelitian yang didapatkan melalui


metode pengumpulan data itu sendiri seperti melalui observasi dan dokumentasi.

4. Menggunakan Member Check


Member check merupakan suatu proses pengecekkan data yang didapat oleh
peneliti kepada pemberi data. Member check memiliki tujuan untuk mengetahui
90
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

seberapa jauh data yang diperoleh dari pemberi data. Data tersebut dikatakan valid
dan kredibel serta dapat dipercaya apabila adanya kesepakatan anatar peneliti dan
pemberi data.Untuk mendaptakan data yang valid dan reliabel pada penelitian
kuantitatif yang diuji validitas dan reliabilitasnya ialah berupa instrument
penelitiannya, sedangkan dalam penelitian kualitatif yang diuji ialah datanya. Susan
Standack dalam Ferista Lestari (2013:34) mengatakan bahwa aspek reliabilitas lebih
ditekankan pada penelitian kuantitatif, sedangkan aspek validitas lebih menekankan
penelitian kualitatif.

Analisis/Interpretasi Data

Perolehan data pada penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan


kualitatif. Analisis data kuantitatif dapat diperoleh melalui beberapa
instrument seperti intrumen tes, instrumen angket, dan instrumen lembar
observasi. Pada penelitian ini analisis data kauntitatif yang didapatkan
melalui instrumen lembar observasi. Adapun analisis data kualitatif pada
suatu penelitian dapat diperoleh melalui instrument wawancara,
instrumen observasi atau pengamatan, dan instrument dokumen.
Instrument yang dianalisis menggunakan kulitatif pada penelitian ini
ialah instrument dokumen.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua bentuk analisis yaitu:
1. Analisis data kuantitatif, yaitu penyajian data dalam bentuk angka-
angka yang peneliti peroleh dari hasil observasi yang
diinterpretasikan dalam bentuk persen (%).
Data hasil lembar observasi pemanfaatan media berbasis audio visual
untuk meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran PAI
Kelas VI SD Negeri Jatireja 02 Cikarang Timur dianalisis
menggunakan statistik deskriptif, dengan indikator jawaban
“Kurang Sekali” diberi skor 1, “ Kurang” diberi skor 2, “Cukup”
diberi skor 3, “Baik” diberi skor 4, “Sangat Baik” diberi skor 5.
Minat belajar siswa dapat diketahi meningkat melalui perhitungan
rata-rata skor siswa pada siklus I ke siklus berikutnya. Perhitungan
91
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

rata-rata tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :


Rata-rata = Jumlah skor seluruh siswa jumlah siswa

Untuk mengetahui keberhasila suatu tindaka dapat menggunakan cara


menghitung presentase skor siswa dengan rumus sebagai berikut:
Presentase = skor yang diperoleh skor ideal x 100 %

Hasil analisis data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dengan


tabel ketuntasan belajar berikut:
Tabel 8
Ketuntasan Belajar
Interval Kriteria
80% - 100% Sangat Baik
70% - 79% Baik
60% - 69% Cukup
50% - 59% Kurang
<50% Kurang sekali

2. Analisis data kualitatif, yaitu data yang berbentuk uraian mengenai


aktifitas guru dan anak selama proses pembelajaran, serta kondisi
selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis Kualitatif
dilakukan untuk menganalisis pemanfaatan media audiovisual,
pengamatan ini dicatat dalam lembar observasi. Hasil observasi
diatat dalam instrumen lembar observasi. Dalam penelitian
kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan
menggunakan observasi dan studi literatur. Beberapa tahap yang
dilakukan, yaitu mengkaji, membuat catatan penelitian, dan
mendeskripsikan. Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan
teknik analisis data kualitatif menyesuaikan dengan metode yang
digunakan.
Data kualitatif berupa data hasil observasi guru dan aktivitas siswa
92
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

dalam proses pembelajaran. Pengolahan data hasil observasi


aktivitas guru dan aktivitas peserta didik dilakukan selama
pelaksanaan siklus I dan II. Observasi aktivitas guru dan aktivitas
peserta didik digunakan untuk mengukur apakah guru dan peserta
didik telah baik dalam mengimplementasikan pemanfaatan media
pembelajaran berbasis media audio visual dalam pembelajaran
PAI pada materi kebaiakan dan Akhlak mulia. Lembar observasi
guru terdiri dari 19 kolom pernyataan yang di nilai menggunakan
ceklis, 3 kolom pernyataan yang dinilai dengan memilih opsi “Ya”
atau “Tidak” dan lembar observasi peserta didik terdiri dari 15
pernyataan dibuat dalam tabel skor penilaian. Pengamatan
dilakukan selama 2 siklus oleh observer. Observer mengisi lembar
observasi guru dan observasi peserta didik dengan menggunakan
skala Likert (Sugiyono, 2012:93) yaitu dengan memberikan tanda
centang pada kolom skor 1 (jika guru/peserta didik melakukan
pernyataan dengan sangat tidak baik), 2 (jika guru/peserta didik
melakukan pernyataan dengan tidak baik), 3 (jika guru/peserta
didik melakukan pernyataan dengan baik), dan 4 (jika guru/peserta
didik melakukan pernyataan dengan sangat baik). Dengan
demikian, dalam penelitian PTK di kelas VI SD Negeri Jatireja 02
Cikarang Timur, maka analisis kualitatif digunakan untuk
menjelaskan fakta tersebut. Alasan menggunakan strategi analisis
data kualitatif karena, data-data yang didapat di lapangan adalah
fakta-fakta sehingga mempermudah dalam menganalisis data

93
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Perolehan data pada penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan


kualitatif. Analisis data kuantitatif dapat diperoleh melalui beberapa
instrument seperti intrumen tes, instrumen angket, dan instrumen lembar
observasi. Pada penelitian ini analisis data kauntitatif yang didapatkan
melalui instrumen lembar observasi. Adapun analisis data kualitatif pada
suatu penelitian dapat diperoleh melalui instrument wawancara,
instrumen observasi atau pengamatan, dan instrument dokumen.
Instrument yang dianalisis menggunakan kulitatif pada penelitian ini
ialah instrument dokumen.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua bentuk analisis yaitu:
1. Analisis data kuantitatif, yaitu penyajian data dalam bentuk angka-
angka yang peneliti peroleh dari hasil observasi yang
diinterpretasikan dalam bentuk persen (%).
Data hasil lembar observasi pemanfaatan media berbasis audio visual
untuk meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran PAI
Kelas VI SD Negeri Jatireja 02 Cikarang Timur dianalisis
menggunakan statistik deskriptif, dengan indikator jawaban
“Kurang Sekali” diberi skor 1, “ Kurang” diberi skor 2, “Cukup”
diberi skor 3, “Baik” diberi skor 4, “Sangat Baik” diberi skor 5.
Minat belajar siswa dapat diketahi meningkat melalui perhitungan
rata-rata skor siswa pada siklus I ke siklus berikutnya. Perhitungan
rata-rata tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :
Rata-rata = Jumlah skor seluruh siswa jumlah siswa

Untuk mengetahui keberhasila suatu tindaka dapat menggunakan cara


menghitung presentase skor siswa dengan rumus sebagai berikut:
Presentase = skor yang diperoleh skor ideal x 100 %

Hasil analisis data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dengan


94
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

tabel ketuntasan belajar berikut:


Tabel 8
Ketuntasan Belajar
Interval Kriteria
80% - 100% Sangat Baik
70% - 79% Baik
60% - 69% Cukup
50% - 59% Kurang
<50% Kurang sekali

2. Analisis data kualitatif, yaitu data yang berbentuk uraian mengenai


aktifitas guru dan anak selama proses pembelajaran, serta kondisi
selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis Kualitatif
dilakukan untuk menganalisis pemanfaatan media audiovisual,
pengamatan ini dicatat dalam lembar observasi. Hasil observasi
diatat dalam instrumen lembar observasi. Dalam penelitian
kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan
menggunakan observasi dan studi literatur. Beberapa tahap yang
dilakukan, yaitu mengkaji, membuat catatan penelitian, dan
mendeskripsikan. Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan
teknik analisis data kualitatif menyesuaikan dengan metode yang
digunakan.
Data kualitatif berupa data hasil observasi guru dan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran. Pengolahan data hasil observasi
aktivitas guru dan aktivitas peserta didik dilakukan selama
pelaksanaan siklus I dan II. Observasi aktivitas guru dan aktivitas
peserta didik digunakan untuk mengukur apakah guru dan peserta
didik telah baik dalam mengimplementasikan pemanfaatan media
pembelajaran berbasis media audio visual dalam pembelajaran
PAI pada materi kebaiakan dan Akhlak mulia. Lembar observasi
guru terdiri dari 19 kolom pernyataan yang di nilai menggunakan
95
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

ceklis, 3 kolom pernyataan yang dinilai dengan memilih opsi “Ya”


atau “Tidak” dan lembar observasi peserta didik terdiri dari 15
pernyataan dibuat dalam tabel skor penilaian. Pengamatan
dilakukan selama 2 siklus oleh observer. Observer mengisi lembar
observasi guru dan observasi peserta didik dengan menggunakan
skala Likert (Sugiyono, 2012:93) yaitu dengan memberikan tanda
centang pada kolom skor 1 (jika guru/peserta didik melakukan
pernyataan dengan sangat tidak baik), 2 (jika guru/peserta didik
melakukan pernyataan dengan tidak baik), 3 (jika guru/peserta
didik melakukan pernyataan dengan baik), dan 4 (jika guru/peserta
didik melakukan pernyataan dengan sangat baik). Dengan
demikian, dalam penelitian PTK di kelas VI SD Negeri Jatireja 02
Cikarang Timur, maka analisis kualitatif digunakan untuk
menjelaskan fakta tersebut. Alasan menggunakan strategi analisis
data kualitatif karena, data-data yang didapat di lapangan adalah
fakta-fakta sehingga mempermudah dalam menganalisis data

96
Scholaria, Vol. 6, No. 1, Januari 2016: 54 - 73

Dalam PTK, perhatian lebih kepada kasus daripada sampel. Hal ini
berimplikasi bahwa metode yang dipakai lebih dapat diterapkan terhadap
pemahaman situasi problematik daripada atas dasar prediksi di dalam parameter
(Herawati Susilo dan Krisyani Laksono, 2008). Tahap-tahap analisis data penelitian
meliputi: (a). validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai (saturasi,
triangulasi, atau jika memang perlu uji statistik); (b). interpretasi dengan acuan teori,
menumbuhkan praktik, atau pendapat guru; (c). tindakan untuk perbaikan lebih lanjut
yang juga dimonitor dengan teknik penelitian kelas (Budi Herijanto, 2011).
Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi
yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar
kembali hasil rekaman proses pembelajaran dengan video tape recorder guru
mengamati kegiatan mengajarnya dan membahas masalah-masalah yang menjadi
perhatian penelitian bersama dengan kolaborator/ widya iswara/ dosen. Pada proses
analisis dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa
terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi
seperti yang diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindak-lanjut (Herawati Susilo
dan Krisyani Laksono, 2008).
Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu hipotesis. Jika di
dalam desain PTK diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap
tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini
dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah
pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar.
Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi,
triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil
PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi, memper-
tentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain
dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan
melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh
kesimpulan yang objektif (Herawati Susilo dan Krisyani Laksono, 2008).
Analisis data yang akan digunakan sesuai dengan metode dan jenis data
yang dikumpulkan. Pada PTK, data yang dikumpulkan dapat berbentuk kuantitatif
maupun kualitatif. Pada PTK tidak harus menggunakan uji statistik, tetapi bisa saja
cukup dengan deskriptif. Data kuantitatif menggunakan analisis diskriptif
komparatif yaitu membandingkan misalnya nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah
siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2. Data kualitatif hasil pengamatan maupun
wawancara menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi
dan refleksi dari tiap-tiap siklus (Budi Herijanto, 2011).

65
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ini sesuai judulnya, memaparkan
uraian pelaksanaan masing-masing siklus dengan data lengkap, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang
aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Kemudian perlu ditonjolkan hal
yang mendasar yaitu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang tercermin dari
perubahan (kemajuan) pada diri peserta didik, lingkungan, guru sendiri, motivasi
dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar dan lain sebagainya. Kemukakan
grafik dan/ tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan
yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas.
PelaksanaanTindakan
Pada bagian ini sistematika sajiannya dapat dibuat sebagai berikut: Kondisi
Awal; Siklus I; Siklus II; Siklus III (jika ada) dan Pembahasan antar siklus serta
pembahasan hasil penelitian. Kondisi awal deskripsikan fakta dari permasalahan
atau kondisi variabel yang ada sebelum dilakukan penelitian, Misalnya: nilai tes
rata-rata yang dicapai, aspek ketrampilan sosial yang ada, tingkat keberanian
bertanya peserta didik, miskonsepsi, dan sejenisnya (Budi Herijanto, 2011).
Siklus I, untuk masing-masing siklus dapat disajikan urutan sebagai berikut:
a. Rencana tindakan (deskripsikan skenario pembelajaran),
b. Pelaksanaan tindakan (deskripsi hasil observasi proses pelaksanaan pembel-
ajaran secara rinci dari awal sampai akhir setiap pertemuan) tiap tatap muka/
pertemuan yang diikuti refleksi hasil pengamatan guna perbaikan tatap muka/
pertemuan dan atau siklus berikutnya;
c. Hasil tindakan (sajikan/deskripsikan hasil analisis data dari observasi proses,
hasil test, dan angket)
d. Hasil belajar peserta didik aspek kognitif
e. Hasil belajar peserta didik apek ketrampilan sosial (keberanian peserta didik
dalam bertanya, berpendapat dan berargumentasi)
f. Efektifitas cara pembelajaran menurut peserta didik, dan seterusnya
g. Refleksi (deskripsikan hasil analisis tindakan dan bandingkan dengan indikator
kinerja yang telah ditetapkan). Deskripsi ini merupakan sajian analisis kritis ter-
hadap indikator kinerja versus hasil tindakan serta pengembangan konsep
teoritis dan rencana tindak lanjut yang diperlukan. Siklus II (seperti siklus I)
kemudian dilanjutkan pembahasan antar siklus.
Pelaksanaan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas diuraikan penerapan
rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi
kelas. Selama pelaksanaan tindakan (sesuai RPP) dalam siklus dilakukan pula
pengamatan setiap tatap muka dan dilanjutkan dengan refleksi guna perbaikan pada
tatap muka atau siklus berikutnya. Baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun

66
Scholaria, Vol. 6, No. 1, Januari 2016: 54 - 73

refleksi dapat dilakukan secara beiringan, bahkan bersamaan. Semua hal yang
berkaitan dengan hal diatas perlu didokumentasi dan dikumpulkan dengan sebaik-
baiknya (Budi Herijanto, 2011).
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis
seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi peneliti berusaha (1)
memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan
strategik, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam
situasi pembelejaran kelas, dan (2) memahami persoalan pembelajaran dan keadaan
kelas di mana pembelajan dilaksanakan (Budi Herijanto, 2011). Dalam melakukan
refleksi, peneliti sebaiknya juga berdiskusi dengan teman guru sejawatnya untuk
menghasilkan rekonstruksi makna situasi pembelajaran kelas dan memberikan dasar
perbaikan rencana tindakan atau siklus berikutnya.
Refleksi memiliki aspek evaluatif; dalam melakukan refleksi, peneliti
hendaknya menimbang-nimbang pengalaman menyelenggarakan pembelajaran di
kelas, untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan,
dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan. Tetapi
dalam pengertian bahwa refleksi itu deskriptif, peneliti perlu meninjau ulang,
mengembangkan gambaran agar lebih hidup (a) tentang proses pembelajaran kelas,
(b) tentang kendala yang dihadapi dalam melakukan tindakan di kelas, dan, yang
lebih penting lagi, (c) tentang apa yang mungkin dilakukan untuk para peserta didik
agar mencapai tujuan perbaikan pembelajaran (Budi Herijanto, 2011).
PTK merupakan proses dinamis, dengan empat momen dalam spiral
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam praktik, proses PTK mulai
dengan ide umum bahwa peneliti menginginkan perubahan atau perbaikan
pembelajaran di kelasnya. Inilah keputusan tentang letak di mana dampak tindakan
itu mungkin diperoleh. Setelah memutuskan medannya dan melakukan peninjauan
awal, penelti (bersama kolaborator sebagai peneliti tindakan) memutuskan rencana
umum tindakan. Dengan menjabarkan rencana umum ke dalam langkah-langkah
yang dapat dilakukan, peneliti memasuki langkah pertama, yakni perubahan dalam
strategi yang ditujukan bukan saja untuk mencapai perbaikan, tetapi juga
pemahaman lebih baik tentang apa yang mungkin dicapai kemudian. Sebelum
mengambil langkah pertama, peneliti harus lebih berhati-hati dan merencana-
kan cara untuk memantau pengaruh langkah tindakan pertama, dan apa yang mulai
dilihat dari strategi dalam praktik. Jika mungkin mempertahankan pencarian fakta
dengan memantau tindakannya, langkah pertama diambil. Pada waktu langkah itu
dilaksanakan, data baru mulai masuk, dan keadaan, tindakan, serta pengaruhnya
dapat dideskripsikan dan dievaluasi. Tahap evaluasi ini menjadi peninjauan yang
segar yang dapat dipakai dalam menyiapkan cara untuk perencanaan baru (Budi
Herijanto, 2011).

67
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Hasil Analisis Data


Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi harus disesuaikan dengan
rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai
hasil PTK. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses analisis hasil PTK: data
PTK pada dasarnya dikumpulkan oleh guru yang berperan sebagai peneliti dan
pengajar, dan jika perlu dapat dibantu oleh teman sejawat. Data tersebut lebih
banyak bersifat kualitatif, meski ada juga yang berupa data kuantitatif (Budi
Herijanto, 2011). Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang
berperan sebagai peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah
dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar. Sehubungan dengan
itu, maka analisis data dilakukan dengan cara memilih, memilah, mengelompokkan,
data yang ada, merangkumnya, kemudian menyajikan dalam bentuk yang mudah
dibaca atau dipahami. Penyajian hasil analisis data kualitatif dapat dibuat dalam
bentuk uraian singkat, bagan alur, atau tabel sesuai dengan hakikat data yang
dianalisis (Parjan, 2008).
Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif untuk menemukan
persentase, dan nilai rata-rata. Penyajian hasil analisis dapat dilakukan dengan
membuat tabel distribusi atau grafik (Budi Herijanto, 2011). Analisis Interpretasi
data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan
untuk menjawab pertanyaan penelitian. Interpretasi ini pada gilirannya akan
menjadi temuan penelitian. Analisis yang akurat dan cara penyajian yang tepat akan
memungkinkan tafsiran/interpretasi hasil penelitian yang akurat dan valid itu. Oleh
karena itu, guru harus sangat berhati-hati dalam melakukan analisis. Kekurang-
akuratan dapat diminimalkan dengan melakukan ―cross check‖ dengan sumber data
atau dengan data lain yang sejenis. Agar mampu melakukan analisis data, guru
harus banyak melakukan latihan dan bekerja dalam kelompok (Parjan, 2008).
Sajikan hasil PTK sewajarnya secara sistematis. Jika data terlalu banyak,
adakalanya perlu selektif dalam menyajikannya. Dengan pertimbangan yang masak,
rancanglah tabel, grafik, gambar atau alat penolong lain untuk memperjelas dan
mempersingkat uraian yang harus diberikan. Jangan memberikan informasi
berulang, misalnya dalam bentuk tabel dan gambar. Tabel dan/ gambar perlu
disebut dalam teks dan letaknya tidak berjauhan dari teks yang bersangkutan.
Hindari pengulangan informasi yang sudah ada dalam ilustrasi secara panjang lebar.
Tafsirkan hasil yang diperoleh dengan memperhatikan dan menyesuaikannya
dengan masalah dalam pendahuluan atau hipotesis yang diungkapkan dalam kajian
pustaka (Budi Herijanto, 2011).

68
Scholaria, Vol. 6, No. 1, Januari 2016: 54 - 73

Pembahasan
Setelah penulisan hasil penelitian, perlu dibuat pembahasan berdasarkan
kajian teori serta hasil-hasil penelitian yang relevan sebagai pijakkan membuat
kesimpulan dan rumusan saran; Sewaktu mengumpulkan data, mengolahnya, dan
menyusunnya dalam tabel. Dengan begitu kita telah memiliki sejumlah gagasan
yang siap dikembangkan dalam Pembahasan (Budi Herijanto, 2011). Pengembang-
an gagasan ini disebut argumen. Kita harus membandingkan hasil dengan hasil-hasil
penelitian terdahulu, kemudian membuat pertimbangan teoretisnya. Dengan
demikian, Pembahasan merupakan kumpulan argumen mengenai relevansi,
manfaat, dan kemungkinan atau keterbatasan penelitian. Pembahasan merupakan
bagian tempat seseorang paling bebas berekspresi. Pendapat orang yang sudah
diringkas dalam Pendahuluan atau Tinjauan Pustaka tidak perlu diulang lagi, tetapi
diacu saja seperlunya. Bentangkan arti temuan serta jelaskan bagaimana simpulan
baru itu memperluas cakrawala ilmu dan teknologi (sesuai janji pada manfaat
teoritis pada bab 1). Bila perlu berikan implikasi penerapan temuan baru tadi dan
tunjukkan segi-segi lain yang perlu diteliti lebih lanjut (menjadi embrio saran bab 5
nanti). Akhiri pembahasan secara positif, tegas, dan kuat (Budi Herijanto, 2011).
Unsur-unsur yang dapat dituliskan dalam berargumen dan menyampaikan
implikasi dari temuan, yaitu:
1) Nyatakan situasi yang ditemukan dalam penelitian: bisa memuaskan atau
tidak memuaskan. Misalnya: guru kelas SD belum memenuhi standar
minimal kompetensi untuk mengajarkan sains.
2) Nyatakan kemungkinan penyebab situasi itu. Jika ada situasi, mestinya ada
penyebab, dan mestinya ada hubungan logis antara situasi dan penyebab,
bila tidak, yang dianggap penyebab bukanlah penyebab yang sesungguh-
nya. Dalam contoh di atas, yang dianggap logis kurangnya kompetensi
untuk menangani mata pelajaran sains ialah kurang cermatnya rekruitmen
dalam menyeleksi calon guru, atau tidak cukupnya pelamar yang
berkualifikasi untuk menduduki posisi guru kelas SD atau SMP.
3) Nyatakan efek yang mungkin timbul dari situasi itu. Hampir pasti, ada pula
efek yang ditimbulkan dari situasi tersebut dan mestinya ada hubungan
logis antara situasi dan efek yang mungkin. Efek logis dari kurangnya guru
berkompetensi pada pengajaran sains ialah pengajaran akan kurang efektif
dan ini dapat merugikan peserta didik dan mutu SD atau SMP yang ber-
sangkutan.
4) Nyatakan tindakan untuk mengatasi situasi yang kurang memuaskan atau
untuk meningkatkan situasi yang sudah baik. Wajar saja untuk mengambil
tindakan guna mengatasi situasi yang kurang memuaskan. Namun, situasi
yang sudah baik pun perlu terus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.

69
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

Langkah logis untuk mengatasi keadaan guru yang tidak berkompeten ialah
dengan mensyaratkan peningkatan kualitas melalui pendidikan dan latihan
dalam bidang sains, menghadiri seminar, mengikuti pelatihan, membaca
lebih banyak publikasi sains.
5) Nyatakan badan atau bidang terkait yang terpengaruhi. Dalam contoh yang
diambil ini, pengajaran sains di SD tertentu yang terpengaruhi, bagaimana
dengan guru SD dalam satu Gugus/Kecamatan bahkan Kabupaten atau
Propinsi?. Anda dapat melanjutkan pembahasan tentang implikasi temuan
pada pengajaran sains di SD. Walau perlu disadari bahwa implikasi ini
barangkali tidak berlaku untuk keadaan pendidikan secara keseluruhan
dalam satu wilayah tertentu (Budi Herijanto, 2011).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan atau memberi pendapat berdasar-
kan apa-apa yang diuraikan sebelumnya. Sejalan dengan itu, kesimpulan atau
simpulan adalah kesudahan pendapat atau pendapat terakhir yang dibuat
berdasarkan uraian sebelumnya (Budi Herijanto, 2011). Dalam kaitan dengan PTK,
simpulan harus disusun secara singkat, padat, dan jelas; sesuai dengan uraian, dan
mengacu kepada pertanyaan penelitian/ tujuan perbaikan. Di samping itu, simpulan
harus disusun secara sistematis sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan
perbaikan (Parjan, 2008).
Penyusunan simpulan seyogianya dilakukan melalui langkah-langkah: 1)
memeriksa dan memahami pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan, 2) mencermati,
menganalisis, dan mensintesis deskripsi temuan, 3) menulis kesimpulan untuk
setiap pertanyaan penelitian/ tujuan perbaikan, 4) mengurutkan setiap butir
kesimpulan sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan, serta 5)
memeriksa kesesuaian antara pertanyaan penelitian/ tujuan perbaikan dengan
deskripsi temuan, dan kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan, bersikaplah kritis,
dan lihat apakah kesimpulannya dapat ditafsirkan secara lain. Cukup luaskah
perampatan yang digariskan dengan melibatkan kesimpulan, hasil, pendapat, dan
teori yang ada (Parjan, 2008; Budi Herijanto, 2011).
Simpulan menjelaskan butir-butir temuan (hasil penelitian dan pembahasan)
yang disajikan secara singkat dan jelas. Kesimpulan adalah inferens, deduksi,
abstraksi, implikasi, interpretasi, pernyataan umum, dan atau perampatan
berdasarkan temuan penelitian. Kesimpulan adalah turunan logis dan sahih dari
hasil penelitian. Sebaiknya kesimpulan tidak mengandung angka, sebab angka-
angka biasanya membatasi efek atau dampak cakupan perampatan. Jangan
menyimpulkan apapun dari hal-hal yang tidak diteliti (Budi Herijanto, 2011).

70
Scholaria, Vol. 6, No. 1, Januari 2016: 54 - 73

Simpulan harus menjawab permasalahan penelitian. Penelitian dapat dikata-


kan tidak berarti bilamana permasalahan penelitian tidak terjawab dengan baik.
Kesimpulan harus dibuat berdasarkan fakta, bukan yang tersirat daripadanya.
Kesimpulan harus dirumuskan dengan ringkas dan cermat, tetapi mengandung
semua informasi hasil penelitian sebagaimana yang menjadi permasalahan
penelitian. Pernyataan kesimpulan harus tegas, jangan ada keraguan dalam hal
kesahihan dan keterandalan. Penggunaan kata seperti mungkin, barangkali, kiranya,
dan tampaknya sedapat mungkin dihindari. Simpulan hanya mengacu pada subyek,
tempat, atau kondisi tertentu sesuai cakupan penelitian. Simpulan tidak
mengandung pengulangan pernyataan yang sudah dikemukakan sebelumnya.
Informasi yang sama dapat dikemukakan dengan kalimat atau ungkapan yang
berbeda (Budi Herijanto, 2011).
Saran dimaknai sebagai: pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang dikemuka-
kan untuk dipertimbangkan. Dalam kaitan dengan PTK, saran merupakan pemikiran
yang diajukan oleh peneliti untuk menindaklanjuti hasil penelitiannya. Saran tindak
lanjut hasil PTK harus memenuhi rambu-rambu: 1) bersumber atau sesuai dengan
kesimpulan, 2) bersifat kongkret, operasional, dan penting, sehingga menarik untuk
dilaksanakan oleh guru, dan fihak lain (3) jelas sasarannya, apakah ditujukan
kepada guru atau sekolah, atau barangkali instansi lain, serta (4) dapat meliputi hal-
hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian (Parjan, 2008). Mengingat saran
merupakan himbauan kepada fihak-fihak terkait maupun peneliti berikutnya maka
harus berdasarkan pada hasil temuan. Saran sebaiknya selaras dengan topik dan
manfaat penelitian. Saran yang dikemukakan mestinya berasal dari hal-hal yang
berkaitan dengan pelaksnaaan atau hasil penelitian. Jangan ungkapkan saran “....
agar penelitian ini dilanjutkan”, mengapa? (Budi Herijanto, 2011).
Pembuatan saran dapat dilakukan melalui langkah-langkah: 1) mencermati
kesimpulan hasil PTK, 2) mengkaji aspek-aspek dari kesimpulan tersebut yang
perlu ditindaklanjuti, baik oleh guru peneliti, guru lain, maupun sekolah, 3)
menetapkan kepada siapa saran tersebut akan ditujukan, serta 4) menulis saran
(Budi Herijanto, 2011).
Saran sebaiknya memiliki ciri seperti berikut ini. Ditujukan untuk
mengatasi atau membantu menyelesaikan masalah yang diselidiki. Saran harus
berkait dengan hal-hal yang dibahas. Saran untuk hal yang tidak dibahas tidaklah
relevan. Praktek atau sistem yang baik dapat disarankan untuk digunakan, atau
bahkan disarankan untuk diperbaiki. Saran harus dapat dikerjakan dan praktis.
Tidak ada gunanya menyarankan hal-hal yang mustahil. Saran harus logis dan
sahih. Saran dapat ditujukan kepada orang, lembaga, atau satuan yang berwenang
untuk melaksanakannya. Penelitian lanjutan dapat disarankan untuk maksud
verifikasi, penguatan, atau bahkan melawan temuan penelitian (Budi Herijanto,
2011).

71
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Slameto)

BAGIAN AKHIR
Bagian akhir dari format laporan penelitian terdiri dari Daftar Pustaka dan
lampiran-lampiran. Ada dua hal yang berkaitan dengan Daftar Pustaka/acuan, yaitu:
1) Petunjuk pengacuan pada teks, dan 2) Penyusunan Daftar Pustaka. Tuliskanlah
semua bacaan atau referensi yang dimuat dalam bagian pokok laporan ini. Teknik
yang dipergunakan dalam menulis referensi, kita bisa menggunakan metoda
penulisan yang telah diseragamkan oleh American Psychological Association
(APA). Jurnal Scholaria menganutnya.
Lampiran memuat hal-hal atau informasi yang mendukung bab-bab
sebelumnya yang terdapat pada bagian pokok laporan penelitian, misalnya: RPP,
instrumen pengumpulan data (tes, lembar observasi, questionaire, data dokumen,
wawancara dan seterusnya) baik sebelum maupun setelah uji coba, informasi yang
terkait dengan hasil baik data mentah maupun olahan komputer, diskripsi, hasil uji
validitas dan reliabilitas dan sebagainya (Budi Herijanto, 2011).
PENUTUP
Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, ditulis
secara sistematis berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri. Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat,
memberitahukan, dan merekomendasikan hasil penelitian. Laporan PTK ditulis
karena merupakan dokumen yang dapat dijadikan acuan, serta dapat diketahui oleh
umum, terutama oleh para guru yang barangkali mengalami masalah yang sama
dengan yang dilaporkan.
Sistematika laporan hasil PTK terdiri dari 3 bagian yaitu: awal, pokok, dan
akhir yang saling terkait. Bagian awal terdiri dari: halaman judul, kata pengantar,
abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. Bagian Pokok
Laporan terdiri dari 5 bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III
Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bab IV Pelaksanaan dan Hasil Penelitian
Tindakan Kelas serta Pembahasan, Bab V Penutup. Bagian akhir dari format
laporan penelitian terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

DAFTAR PUSTAKA
Aqib. Z. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Tyrama Widya.
Arikunto. S., Suhardjono., & Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Aunurrahman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Jakarta: Dirjen PT Depdiknas
Bambang Yulianto. Ed. 2013. Modul PLPG Bahasa Indonesia.
http://repository.ung.ac.id/get/kms/2896/

72
Scholaria, Vol. 6, No. 1, Januari 2016: 54 - 73

BudiHerijanto. 2011. Teknik Penulisan Laporan PTK. http://budi-


pesona.blogspot.co.id/2011/06/
Hatimah, I., Susilana, R., dan Nuraedi, 2008. Penelitian Pendidikan, Jakarta:
Depdiknas Dirjen Dikti
Heni Susilowati. Tth. Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas.
https://www.academia.edu/6836930/Ptk_sriyani
Herawati Susilo dan Krisyani Laksono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas—Bentuk
dan Skenario Tindakan, Serta Pengembangan Instrumen untuk Mengukur
Keberhasilan Tindakan. https://ptkguru.wordpress.com/2008/05/11/ penelitian-
tindakan-kelas%E2%80%94
I Wayan Santyasa, 2007. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Workshop tentang
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Para Guru SMP 2 dan 5 Nusa
Penida Klungkung, pada tanggal 30 Nopember s.d 1 Desember 2007 di
Nusa Penida
Muhammad Daffa. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Meningkatkan Kualitas KBM.
https://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/05/26/
Muslich, M. 2009. Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
Parjan. 2008. Analisis Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Tindak Lanjut dan
Penulisan Laporan. http://parjan-binkusnadi.blogspot.co.id/ 2012_03_01_
archive.html
Slameto, 2008. Proposal, Pelaksanaan Dan Evaluasi Keberhasilan PTK. Seminar
Nasional IKIP PGRI Semarang 19 Juni 2008
Slameto, 2010. Teknis Penyusunan Laporan Hasil PTKhttp://sumoslamet.
blogspot.com/2010/07/
Slameto, 2011. Penyusunan Proposal dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas.
Salatiga: Widya Sari Press
Wahidmurni. 2008. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian
Lapangan. Malang: IKIP Malang.
Arifin, N. (2016). Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Minat
Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 7
Metro. Skripsi.
Firmansyah, Iman, M. (2019). Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan,
Dasar Dan Fungsi. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 17(2), 79–90.
Gabriela, N. D. P. (2021). Pengaruh Media Pembelajaran Berbasi Audio Visual
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Sekolah Dasar. Mahaguru: Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar , 2(1), 104–113.

73
Scholaria, Vol. 6, No. 1, Januari 2016: 54 - 73

https://doi.org/10.33487/mgr.v2i1.1750
goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). Metode Action
Research. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
Hanum, F. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Diklat Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Lanjut Tingkat Nasional Bagi Guru Pamong Belajar, 9-10
Agustus 2008, 1–12. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/diklat
PTK 2008.pdf. Diakses 02 April 2016
Lukman, R. (2020). Skripsi Penggunaan Media Audio Visual Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas Iii.
Mu’alimin, & Hari, R. A. C. (2014). Penelitian tindakan kelas Teori dan
Praktek. In Ganding (Vol. 44, Issue 8).
http://eprints.umsida.ac.id/4119/1/BUKU PTK PENUH.pdf
Nurhasanah, S., & Sobandi, A. (2016). Minat Belajar Sebagai Determinan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1),
128. https://doi.org/10.17509/jpm.v1i1.3264
P., A. A. (2019). Pengembangan Minat Belajar Dalam Pembelajaran. Idaarah:
Jurnal Manajemen Pendidikan, 3(2), 205.
https://doi.org/10.24252/idaarah.v3i2.10012
Pane, A., & Darwis Dasopang, M. (2017). Belajar Dan Pembelajaran.
FITRAH:Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333.
https://doi.org/10.24952/fitrah.v3i2.945
Pravitasari, I., & Ismaniati, C. (2019). Small Group Discussion Berbasis Peer
Assesment: Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Lisan Calon Guru
Sekolah Dasar. Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan,
28(1), 25–36. https://doi.org/10.17977/um009v28i12019p025
Tsaniyatus Sa’diyah. (2022). Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Dalam Membentuk Karakter Pribadi Yang Islami. KASTA : Jurnal
Ilmu Sosial, Agama, Budaya Dan Terapan, 2(3), 148–159.
74
Scholaria, Vol. 6, No. 1, Januari 2016: 54 - 73

https://doi.org/10.58218/kasta.v2i3.408

Pebriana, P. H. (2017). Peningkatan Proses Pembelajaran Tematik dengan


Model Kooperatif Tipe Tgt di Kelas III SD Negeri 18 Langgini
Bangkinang. Jurnal Basicedu, 1(1), 55–61.
https://doi.org/10.31004/BASICEDU.V1I1.151

Azizah, V., & Putrianingsih, S. (2021). Viara Azizah, Sri Putrianingsih :


Pengaruh Metode Bernyanyi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Materi Pokok keliling Persegi dan Persegi Panjang Siswa
Kelas III MI Mujahidin Jati Mulyo Kepung, 7(2), 1–22.

75
Scholaria, Vol. 6, No. 1, Januari 2016: 54 - 73

LAMPIRAN LAMPIRAN

76

Anda mungkin juga menyukai