Menurut bahasa: kata tabi’in merupakan jamak dari kata tâbi’i ( )تابعيatau tâbi’
( )ت ابعyang merupakan isim fa’il dari kata tabi’ahu ( )تبع هyang bermakna “yang
berjalan dibelakangnya”. Sedangkan menurut istilah: tabi’in adalah orang yang
bertemu dengan sahabat yang muslim dan mati dalam keadaan islam. Ada juga yang
mengatakan “orang yang bersama sahabat”
a) Al-Qur'an.
Kegiatan tafsir dikalangan tabi'in ini merupakan kelanjutan dari tafsir yang
dilakukan oleh nabi dan para sahabatnya. Akan tetapi kitab-kitab tafsir
menginformasikan kepada kita pendapat-pendapat tabi'in tentang tafsir yang mereka
hasilkan melalui proses penalaran dan ijtihad independen.
Negara Islam pada masa ini telah membentang sangat luas, dari negeri Cina di
timur hingga ke Utara Spanyol dibarat. Atau hampir sepertiga luas peta bumi. Oleh
karena itu para sahabat dan tabi'in tidak menetap pada satu tempat saja, melainkan
mereka menyebar ke daerah-daerah lain. Mereka datang membawa ilmu pengetahuan
sesuai dengan keahliannya. Terutama hadits-hadits nabi Muhammad dan tafsir-tafsir
ayat Al-Qur'an yang mereka terima dari Rasulullah. Oleh karena itu para penuntut
ilmu datang berduyun-duyun untuk belajar langsung kepada Sabahat dan tabi'in
tentang hadits-hadits dan tafsir.
1) Mekkah
Menurut Ibn Taimiyyah, orang yang paling pandai tentang tafsir adalah
penduduk Mekkah. Ditempat inilah pusat kajian dipimpin langsung oleh
Abdullah bin Abbas, beliau duduk bersama para sahabat untuk menafsirkan
kitabullah kepada mereka (tabiin).
2) Madinah
Pusat kajian dipimpin oleh Ubay bin ka'ab, yang banyak mengajarkan tafsir
Al-Qur'an kepada tokoh-tokoh tabi'in seperti zaid bin Aslam, Abul aliyah dan
Muhammad bin ka'ab. Kemudian kepada mereka bertiga inilah para tabi'in yang
lain belajar tafsir Al-Qur'an.
3) Irak
Pusat kajian dipimpin oleh Abdullah bin Mas'ud. Meskipun disana ada guru
tafsir dari sahabat-sahabat yang lain. Ibnu Mas'ud yang dianggap sebagai guru
tafsir pertama di Irak dan Kufah atas perintah Khalifah Umar bin Khattab.
Ada dua pandangan apakah tafsir tabi'in ini dapat dijadikan sebagai pegangan
atau tidak. Diantaranya adalah:
1) Tidak dapat dijadikan dasar pegangan / Hujjah.
قال الحسين البصرى هو الرسول هللا صلى هللا عليه وسلم و الصاحباه من
بعده
Al-Hasan al- bashri berkata : " jalan lurus adalah Rasulullah Saw dan dua
sahabat setelahnya."
C. Kesimpulan
Generasi sahabat dengan generasi selanjutnya yakni generasi tabi’in, tidak jauh
beda dalam metode atau cara penafsirannya. Sedangkan masing masing periode baik
sahabat ataupun tabi’in memiliki ciri atau karateristik masing-masing. Perbedaan
pemahaman semakin banyak pada periode tabi’in. Dalam hal ini, karateristik tafsir
tabi’in juga telah mencakup sebagian besar ayat al-Qur’an.
DAFTAR PUSAKA
Affani, Syukron, Tafsir Al-Quran Dalam Sejarah Perkembangannya, Prenadamedia Group, Jakarta,
2019
Al-Qaththan, Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2007