Anda di halaman 1dari 15

RAGAM HIAS NUSANTARA

“BATIK TUJUH RUPA”


PEKALONGAN, JAWA TENGAH

Disusun Oleh :
Diva Aulia Salsabila Maharani Nahar
X-8 / 11

Guru Seni Budaya :


M. D. Frisandly Melsi, S. Pd

SMA Negeri 5 Jakarta


Tahun Ajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah diberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Makalah kami yang bertemakan Ragam Hias
Nusantara “Batik Tujuh Rupa Pekalongan, Jawa Tengah”.

Penulis sangat berharap Semoga makalah kami ini dapat menjadi pelajaran dan
menambah wawasan Anda dalam mata pelajaran Seni Budaya. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 15 Agustus 2023


Penulis

Diva Aulia Salsabila Maharani Nahar


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.……….....…………..…………………………...…......ii
DAFTAR ISI …………………………………………...………..……....….....iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………..………..……………....…...……...1
B. Tujuan Penulisan …………………..…………….…………..…………..1
C. Rumusan Masalah ………………………………...………..……..……. 2
D. Manfaat ………………………………...………..………………..……. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konseptual ……...….……………………………………………....…….3
B. Operasional ……................................................................………...…….5
C. Sintesis ……………………………………………………...……...…….7
BAB III GAMBAR/DOKUMENTASI………………………...……...…….8
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ..……..……………………..…………………...…….9
Saran ..………………………………………..……………...…….9
Daftar Pustaka ..………………….……..…….………………….10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pekalongan adalah salah satu kota pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah
yang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di timur, serta
Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat.

Beragam motif batik tersebar di Indonesia, hampir setiap wilayah memiliki ciri
khas sendiri-sendiri. Nah di Kota Pekalongan Jawa Tengah memiliki motif batik
tujuh rupa yang menjadi salah satu andalan karena memiliki warna dan motif
yang memukau hasil perpaduan kebudayaan lokal dengan etnis Tiongkok
(China). Hal ini karena Pekalongan yang berada di wilayah pesisir utara pulau
Jawa dulunya menjadi tempat transit para pedagang dari berbagai negara salah
satunya yang memberi pengaruh besar adalah China.

Pekalongan sendiri merupakan daerah penghasil batik terbesar dan dikenal juga
sebagai Kampung Batik Indonesia. Dari beragam motif batik yang diproduksi
disana, Motif batik Tujuh Rupa menjadi ciri khas yang menggambarkan
kehidupan masyarakat pekalongan.

Batik Tujuh Rupa sendiri merupakan batik dengan motif nuansa alam. Biasanya
mengandung motif tumbuhan atau hewan. Motif ini mengadopsi pada motif
tumbuhan yang ada pada keramik dari Tiongkok. Motif tumbuhan tersebut
dipadukan dengan ragam binatang seperti kupu-kupu, naga, burung merah dan
berbagai jenis burung lainnya. Ragam motif tersebut dipoles dengan warna
warni yang cerah yang membuat batik tujuh rupa ini begitu memukau.

1.2 Tujuan
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas,
hingga tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan sebagai berikut :
 Untuk Mengenali Geografis Pekalongan
 Untuk Mengenali Ekonomi Pekalongan
 Untuk Mengenali Sosil Budaya Masyarakat Pekalongan
 Untuk Mengenali Agama/Kepercayaan Masyarakat Pekalongan
 Untuk Mengenali Operasional
 Untuk Mengenali Sintesis

1.3 Rumusan Masalah

Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam


makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya
tulis ini antara lain:
 Bagaimana Sejarah Batik Tujuh Rupa
 Apa Pengertian dari Batik Tujuh Rupa
 Motif Apa yg Terkandung Dalam Batik Tujuh Rupa
 Apa Makna yg Terkandung Dalam Batik Tujuh Rupa
 Alat Apa Saja yg Digunakan Dalam Membuat Batik Tujuh Rupa

1.4 Manfaat Penelitian

Apabila tujuan dari pembuatan makalah tentang penulisan karya ilmiah ini
tercapai, maka manfaat dari makalah ini adalah dapat memperluas wawasan
mengenai Ragam Hias Batik Tujuh Rupa, mengetahui apa saja yg digunakan
dalam membuat Batik Tujuh Rupa serta mengetahui cara pembuatan Batik
Tujuh Rupa ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konseptual
 Geografis Pekalongan

Kota Pekalongan adalah salah satu kota pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah yang secara administratif memiliki batas wilayah yaitu :

Utara : Laut Jawa


Selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
Barat : Kabupaten Pekalongan
Timur : Kabupaten Batang

Kota Pekalongan memiliki posisi yang strategis karena berada ditengah jalur
pantura Jakarta - Surabaya dan relatif dekat dengan jalur selatan. Kota
Pekalongan mempunyai Koordinat Fiktif 510.00 – 518.00 Km membujur dan
517.75 – 526.75 melintang. Adapun jarak Pekalongan dengan beberapa kota
besar, antara lain :
Semarang : 101 Km
Jakarta : 384 Km
Surabaya : 488 Km
Yogyakarta : 219 Km

Luas wilayah Kota Pekalongan mencapai 45,25 km2 dengan jarak terjauh dari
Utara ke Selatan mencapai ± 9 km, sedangkan dari Barat ke Timur mencapai ±
7 Km. Semua wilayah merupakan daerah datar, tidak ada daerah dengan
kemiringan yang curam, terdiri dari tanah kering 74,32 % Ha dan tanah sawah
25,68 %.

Kota Pekalongan merupakan daerah beriklim tropis dengan rata-rata curah


hujan pada tahun 2016 tercatat rata – rata 206,41mm per bulan, dengan jumlah
hari hujan sebanyak 100 hari. Keadaan suhu rata-rata di Kota Pekalongan dari
tahun ke tahun tidak banyak berubah, berkisar antara 23º-35ºC.

 Ekonomi Pekalongan

Letaknya yang cukup strategis membuat Kota Pekalongan menjadi kota yang
pertumbuhan ekonominya cukup pesat dibandingkan kota-kota yang ada di
Provinsi Jawa Tengah. Letaknya diantara Jakarta dan Surabaya yang strategis
dan berada pada jalur pantura. Menjadikan Kota Pekalongan, maju dalam
perekonomiannya terutama pada bidang tekstil, industri, perikanan dan
property. Pada bidang perikanan sendiri. Kota Pekalongan mempunyai
pelabuhan perikanan 60 terbesar di Pulau Jawa. Dimana pada pelabuhan ini
sering menjadi transi tujuan dan area untuk melakukan pelelangan hasil
tangkapan laut yang langsung dari para nelayan bahkan dari berbagai daerah.
Sehingga produsen dan perusahaan para pengolah hasil laut seperti ikan asin ,
terasi , sarden dan berbagai kerupuk ikan. Mendirikan perusahaannya di Kota
Pekalongan. Selain itu dengan keadaan dan lokasi yang strategis. Banyak para
pengembang property mulai mengembangkan beberapa usaha perumahan dan
hotel di Kota Pekalongan yang sudah banyak terlihat dan bisa dirasakan di Kota
Pekalongan. Disisi lain, Kota Pekalongan merupakan kota batik yang sudah
banyak diketahui oleh masyarakat banyak baik itu dari luar negeri ataupun dari
dalam negeri sendiri. Sentra-sentra batik sendiri banyak dan tersedia di Kota
Pekalongan. Baik itu usaha rumahan ataupun skala besar seperti industri tekstil
yang sudah ada. Pergeseran perekonomian itu juga terjadi diantaranya sekarang
mulai banyak kafe dan restoran yang telah tersebar di Kota Pekalongan.

 Sosial Budaya Masyarakat Pekalongan

Secara keadaan sosial di Kota Pekalongan tergolong multi etnis dan agama.
Kota Pekalongan juga dikenal sebagai kota relegius dengan tingkat regiulitas
yang cukup tinggi. Indikator ini cukup bisa dirasakan dari beberapa kegiatan
keagamaan yang ada di Kota Pekalongan. Selain itu terdapat juga 44 buah
pondok pesantren yang ada di Kota Pekalongan ini dengan jumlah santri yang
cukup banyak yaitu 4.706 santri. Keberagaman yang ada di Kota Pekalongan
bisa dirasakan dengan beberapa rumah keagamaan yang cukup berdekatan.
Disana terdapat agama yang hidup berdampingan dan bertoleransi tinggi.
Diantaranya penganut agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Kong
Hu Cu. Selain itu keberagaman lainnya yang bisa dirasakan di Kota Pekalongan
ini adalah keberagaman etnis yang ada. Diantaranya Jawa, Arab, Banjar, Cina
dan Melayu yang tersebar di Kota Pekalongan.

 Agama/Kepercayaan Masyarakat Pekalongan

Pekalongan terkenal dengan sebutan Kota Santri dengan pemeluk agama Islam
sangat dominan dan ada berbagai macam agama serta kepercayaan yg dianut
oleh masyarakat Pekalongan.

2.2 Operasional

1. Kain
2. Zat Pewarna
3. Ember/Bak
4. Malam
5. Canting
6. Wajan
7. Kompor
8. Saringan
9. Gawangan

Proses Membuat Batik

Proses pembuatan batik di berbagai daerah di Indonesia, cenderung memiliki


teknik yang sama.

Berikut adalah proses beserta cara membatik pada kain:

- Siapkan alat dan bahan untuk membatik. Siapkan kain yang sudah dicuci
bersih, kemudian dikanji agar mempermudah proses pelepasan malam
(melorod).

- Menggambar motif pada kain. Menggambar motif bisa dilakukan dengan cara
menjiplak motif yang telah ada. Jika batik yang ingin dibuat adalah batik tulis,
maka gambarlah desain di atas kain mori sesuai dengan pola yang diinginkan.
Dalam perbatikan menggambar desain batik sering disebut ngengreng.

- Panaskan malam/lilin pada wajan yang berada diatas kompor, hingga malam
mencair sempurna.

- Untuk memudahkan mengambil malam dan menggoreskannya ke atas kain,


duduklah dengan posisi kompor berada di sebelah kanan (tidak berlaku bagi
yang kidal).

- Celupkan canting ke dalam wajan yang berisi malam yang sudah dicairkan,
sekitar 3 detik untuk pengesuaian suhu pada canting.
- Mencanting dilakukan dengan cara menorehkan malam cair pada kain yang
ingin digambar. Cara memegang canting sebenarnya sama dengan memegang
pensil, namun posisi cucuk canting agak mendongak ke atas agar malam tidak
menetes-netes.

- Isilah bagian pada pola yang masih kosong dengan macam ornamen seperti
garis-garis arsiran maupun titik-titik, sesuai dengan kebutuhan.

- Tahap nembok, dengan mengeblok bagian kain yang tidak ingin terkena
warna.

- Mewarnai kain. Biasanya mewarnai kain batik dapat dilakukan dengan teknik
celup dan colet. Teknik celup menggunakan pewarna naftol, sedangkan teknik
colet menggunakan pewarna instan.

- Kain yang telah dicelup sesuai dengan warna yang diinginkan, kemudian
ditiriskan agar warna pada serat kain dapat meresap secara maksimal.

- Melorod adalah proses menghilangkan atau melepaskan malam pada kain.


Proses ini dilakukan setelah pewarnaan. Kain akan direbus ke dalam air yang
mendidih sampai malam lepas, sehingga dapat memunculkan motif yang telah
digambar.

- Cuci kain batik dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa malam yang
masih menempel. Jemurlah atau angin-anginkan kain, namun sebisa mungkin
hindari terkena panas sinar matahari langsung.

2.3 Sintesis

1. Unsur-Unsur Seni Rupa

 Titik
Dalam ilmu seni rupa, titik adalah unsur paling kecil karena
semuanya berawal dari sebuah titik, Sebuah titik ditarik menjadi
garis, titik dijajar rapat juga menghasilkan garis. Titik menduduki
peran penting dalam motif batik dan banyak digunakan pada
pembuatan motif batik. Seperti unsur titik yang ada pada bagian
bunga.

 Garis

Garis terbentuk dari sebuah titik yang ditarik atau barisam titik yang
saling berimpit. Jenis garis dalam seni rupa, antara lain yaitu garis
lurus, garis lengkung, garis zig-zag dan garis patah-patah. Motif
batik selalu terbuat dari gabungan garis-garis tersebut. Seperti unsur
garis yang ada pada bagian daun-daun.

 Bidang

Dua ujung garis yang saling bertemu akan membentuk suatu bidang
dengan beragam bentuk contohnya segitiga, segiempat, dan
segilima. Sebuah motif biasanya terdiri dari bidang sehingga
tampak lebih menarik. Seperti unsur bidang yang ada pada bagian
kelopak bunga.

 Warna

Unsur seni rupa terakhir pada motif batik adalah warna. Komponen
inilah yang sangat menentukan keindahan kain batik. Bahan
pewarna untuk batik bias dibuat dari bahan sintetis.

Warna alam terbuat dari kulit kayu mahoni, jolawe, secang, tegeran,
kayu nangka, hingga bahan jamu, pohon nila dan daun tom.
Sementara pewarna buatan seperti Remazol, indigosol, naptholl,
dan lain sebagainya. Contoh perpaduan warna cerah dari warna
biru, merah muda dan warna gelap membuat batik tampak lebih
bernilai.

2. Bentuk
Geometris : Segitiga dan Lingkaran
Naturalis :Tumbuh-Tumbuhan, dan Hewan seperti kupu-kupu, naga,
burung merah dan berbagai jenis burung lainnya.
Campuran : Bentuk yang ada pada Batik Tujuh Rupa adalah perpaduan
antara Geometris dan Naturalis.

3. Filosofi
Tidak jauh berbeda dengan motif batik yang dihasilkan didaerah lain, batik
tujuh rupa ini sebenarnya juga memiliki filosofi yang terkandung didalamnya,
yaitu :
- Salah satu makna batik tujuh rupa yakni kefasihan dan kelembutan.
- Batik tujuh rupa juga menggambarkan kehidupan masyarakat pesisir jawa
yg mudah beradaptasi dengan kebudayaan luar. Hal ini dipertegas dengan
adanya pengaruh budaya luar yang diterima dengan tangan terbuka oleh
warga pekalongan.
- Gambaran alam dan tambahan ornament jenis hewan serta tanaman
memberikan makna kehidupan yang damai bagi warga sekitar.
BAB III
GAMBAR/DOKUMENTASI
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Pekalongan menjadi salah satu daerah yang bisa dibilang dikenal sebagai tempat
pengrajin batik. Selain itu, motif batik pekalongan juga berbeda dengan motif-
motif batik dari daerah lain. Di mana untuk motif batik dari daerah Pekalongan
ini pada biasanya akan didominasikan dengan motif-motif seperti tumbuhan
atau hewan.

Salah satu contoh motif batik dari Pekalongan adalah batik tujuh rupa, yang
mana motif yang terdapat pada batik tersebut sangat kental dengan nuansa alam.
Untuk filosofi dari batik tujuh rupa ini yakni dari kebudayaan leluhur, yang
mana pada jaman dahulu kota Pekalongan ini menjadi salah satu wilayah transit
perdagangan.

Saran

Saran saya mari kita lestarikan budaya memakai batik, serta menghargai para
perajin batik yang sudah susah payah membuat batik, dan mencintai budaya
Indonesia. Kalo bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan budaya Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.adhiantirina.com/2021/08/batik-tujuh-rupa.html
diakses pada 05 September 2023 pukul 15.00 WIB

https://fitinline.com/article/read/filosofi-batik-tujuh-rupa-khas-pekalongan-
jawa-tengah/
diakses pada 05 September 2023 pukul 15.30 WIB

https://www.bahankain.com/2020/06/03/mengenal-batik-tujuh-rupa-dari-
pekalongan
diakses pada 05 September 2023 pukul 16.00 WIB

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10944/f.%20BAB
%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
diakses pada 05 September 2023 pukul 17.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai