Anda di halaman 1dari 17

MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL

PELAJAR PANCASILA

Pemahaman Tari
Tradisional Madura
No
Komponen Deskripsi/keterangan
.
A. Informasi Umum
1. Identitas Sekolah

Nama penyusun Anis Sulalah


Institusi SMAS PUTERI ATTANWIR
Tahun 2023-2024
Jenjang sekolah SMA
Kelas X (Fase E)
Alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit)
Pertemuan ke 1
2. Kompetensi awal 1. Memahami tarian tradisional madura
2. Menjelaskan contoh-contoh tarian
tradisional madura

3. Profil Pelajar Pancasila 1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang


Maha Esa, dan berahlak mulia
2. Berbhinnekaan global
3. bernalar kritis
4. bergotong royong
4. Sarana dan Prasarana

Sarana 1. Laptop/Handphone
2. Projektor
3. Jaringan Internet
4. Papan tulis
5. Speaker
Prasarana 1. PPT tarian tradisional madura
2. LKPD
5. Target Peserta Didik 1. Peserta didik reguler/ tipikal: UMUM
(Kelas X1, X2, X3)
2. Tidak ada kesulitan dalam mencerna dan
memahami materi ajar dalam artian tidak
ada siswa penyandang disabilitas.
6. Moda, model, metode 1. Moda: tatap muka
2. Model: Kooperatif (Jigsaw)
3. Metode:Video, tanya jawab, diskusi,
presentasi.
B. Kegiatan Inti
7. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat memahami tarian
tradisional madura
2. Peserta didik dapat menjelaskan contoh-
contoh tarian tradisional madura
8. Pemahaman Bermakna Manfaat yang akan peserta didik terima setelah
mengikuti proses pembelajaran ini adalah:
1. Memahami tarian tradisional madura
2. Menjelaskan contoh-contoh tarian
tradisional madura
3. Bekerjasama/berkolaborasi dalam
memahami dan memecahkan
permasalahan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
4. Menghargai perbedaan pendapat sehingga
menciptakan kekayaan pemikiran dalam
memecahkan permasalahan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
9. Pertanyaan Pemantik 1. Pernahkah kalian melihat tarian tradisional
madura?
2. Pernahkah kalian menari tarian tradisional
madura?
3. Tarian tradisional madura apasaja yang
kalian ketahui?
C. Kegiatan Pembelajaran
10. Pembukaan 1. Mengkondisikan kelas (kenyamanan,
kebersihan, dan ketertiban)
2. Bedoa bersama
3. Menyapa, mengecek kehadiran siswa
4. Memberi motivasi pada siswa
Kegiatan Inti (FASE 1 : Penyampaian tujuan dan
motivasi)
1. Pendidik mempersiapkan pertanyaan
pemantik untuk pembelajaran
2. Pendidik menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa
belajar
(FASE 2 : Menyajikan Informasi)
3. Pendidik menjelaskan materi ajar secara
singkat tarian tradisional madura
4. Pendidik menayangkan video tentang
ragam tarian madura
https://www.youtube.com/watch?
v=Axy45CUBZmk
5. Tanya jawab dalam pendalaman materi
(FASE 3 : Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok belajar)
6. Siswa membentuk kelompok untuk
mengerjakan LKPD
7. Pendidik membagikan LKPD kepada
setiap kelompok
(FASE 4 : Membimbing kelompok
bekerja dan belajar)
8. Pendidik membimbing siswa melakukan
pengumpulan data/informasi
9. Pendidik meminta salah satu kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok
(FASE 5 : Evaluasi)
10. Pendidik bersama siswa melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap proses
penyelesaian masalah yang dilakukan
Kegiatan Penutup 1. Pendidik membimbing siswa dalam
menyampaikan kesimpulan pada
pembelajaran
2. Refleksi pembelajaran
3. Pengarahan pertemuan selanjutnya
4. Pendidik menutup pembelajaran dengan
salam.
D. Asesmen yang Dinilai
11. Kompetensi yang Dinilai 1. Kompetensi Pengetahuan : kemampuan
untuk memahami tarian tradisional madura
2. Kompetensi Nilai : menunjukkan
penerapan nilai-nilai Pancasil seperti
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berahlak mulia,
berbhinnekaan global, bernalar kritis, dan
bergotong royong
3. Kompetensi Keterampilan : diskusi dan
mempresentasikan hasil diskusi tentang
tarian tradisional madura
12. Asesmen yang Digunakan 1. Asesmen Pengetahuan : dilakukan melalui
tes tertulis
2. Asesmen Nilai : dilakukan melalui
observasi
3. Asesmen Keterampilan : dilakukan saat
diskusi dan presentasi kelompok
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Ringkasan Materi
Tarian Tradisional Madura

Pulau Madura tidak hanya terkenal dengan beragam kulinernya yang


khas, namun juga daerah yang berada di ujung timur laut Provinsi Jawa
Timur ini memiliki kesenian tari yang unik dan eksotis.

Berbagai tarian dari daerah Madura yang khas dan memukau mampu
menarik minat berbagai turis lokal maupun asing untuk berkunjung ke
daerah penghasil garam.

Berikut macam-macam tarian daerah Pulau Madura yang khas


dikutip Sinergi Madura dari berbagai sumber.
1. Tari Muang Sangkal
Tari Muang Sangkal merupakan salah
satu kesenian khususnya seni tari
yang populer dan menjadi ikon di
Pulau Madura. Tari Muang Sangkal
yang berasal dari Kabupaten
Sumenep, Madura adalah tarian yang
dilakukan untuk ritual tolak bala atau
menjauhkan dari bahaya. Dikutip dari
buku Tari Muang Sangkaldan Pengembangannya : Di Sanggar Tari Potre
Koneng Sumenep Madura Jawa Timur (2019), tari Muang Sangkal
merupakan kesenian yang menjadi salah satu ikon Kabupaten Sumenep,
Pulau Madura. Secara harfiah muang artinya membuang sangkal petaka.
Artinya tarian tersebut dilakukan untuk membuang petaka yang ada
dalam diri seseorang. Tari Muang Sangkal sekarang ini telah terjadi
pengembangan di daerah Madura. Asal usul tari Muang Sangkal Tari
Muang Sangkal lahir dilatar belakangi oleh kepedulian seorang seniman
Sumenep bernama Taufiqurrachman terhadap kekayaan yang dimiliki
Pulau Madura. Baca juga: Tari Gambyong, Tari Tradisional Jawa Tengah
Sejak munculnya tari Muang Sangkal hingga sekarang, sudah melekat
sebagai salah satu ikon budaya yang ada di Kabupaten Sumenep.
Kemunculan tari Muang Sangkal tidak terpisahkan dari Keraton
Sumenep. Keberadaan Keraton Sumenep telah melahirkan tradisi
budaya, baik terkait dengan upacara adat maupun kesenian. Ciri khas
tari Muang Sangkal Gerakan tari muang sangkal tidak jauh berbeda
dengan tarian pada umumnya. Gerakan tari muang sangkal dasarnya
gerak-gerak Keraton Sumenep yang bertitik tolak tari gaya Yogyakarta
yang dipadukan dengan gerak-gerak ciptaan yang tidak menyimpang dari
nafas dan ciri-ciri Keraton Sumenep. Namun, ada beberapa yang
menjadi ciri khas, yaitu penarinya harus ganjil, dalam keadaan suci atau
perawan serta tidak sedang datang bulang (menstruasi). Busana yang
dipakai dalam tari Muang Sangkal adalah dodot legha. Ketika menari
memegang cemong (mangkok kuningan) yang berisi beras kuning dan
aneka kembang (bunga), seperti kembang melati dan mawar atau daun
pandan. Baca juga: Mengenal Tari Gandrung Banyuwangi Pertunjukkan
tari Muang Sangkal Dikutip dari buku Perempuan dan Kehormatan bagi
Masyarakat Madura (2020) karya Dedi Dores, dalam pertunjukkan tari
Muang Sangkal diawali dengan gerakan cepat. Para penari berjalan
beriiringan menuju panggung. Setelah itu dilanjutkan dengan gerakan
yang lebih halus, di mana para penari menari sambil membawa cemong
atau mangkung kuningan yang berisi kembang beraneka macam dan
menaburkannya dengan gerakan yang lembut dan indah. Pada gerakan
tersebut tentunya diselaraskan dengan musik pengiring, yaitu musik
Gamelan khas keraton. Di mana gending yang digunakan adalah gending
sampak, gending oramba-orambe dan gending lainnya. Hingga kini, tarian
tersebut terus dilestarikan sebagai wujud kesadaran budaya
masyarakat Madura. Tari Muang Sangkal adalah identitas seni budaya
akan terus tumbuh melewati waktu demi waktu.
Makna tari Muang Sangkal Dibalikan gerakan tari Muang Sangkal
memiliki makna simbolis. Di mana saat penari menabur beras kuning
ketika menjamu kedatangan tamu agung di Pendopo Keraton Sumenep,
atau saat acara resepsi perkawinan. Penaburan beras kuning sebagai
simbol ungkapan doa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar tamu
yang datang diberi keselamatan dan terhindar dari bahaya. Acara yang
diselenggarakan pun berjalan lancar dan sukses. Saat acara resepsi
pernikahan agar prosesi pernikahan berjalan lancar dan mempelai
berdua dalam menjalani hidupu rumah tangga berjalan langgeng. Selain
itu, dari segi gerakan yang halus dan luwes serta anggun menunjukkan
sikap adhep asor. Di mana dapat membentuk karakter penarinya halus
dan lembut serta luwes.

2. Tari Geleng Ro’om


Tari Geleng Ro’om
adalah tarian yang
menggambarkan bahwa ada
perempuan di daerah Madura
yang di zaman dulu senang
menggunakan gelang. Karena
gelang sendiri memiliki arti
kelas sosial seseorang di
zaman dulu. Jika gelang yang
digunakan semakin banyak maka kelas sosial si pemakai pun semakin
tinggi. Filosofi dari tarian Geleng Ro’om adalah penyemangat dan
pemacu dalam bekerja untuk orang Madura. Tarian ini diadaptasi dari
Tari Rondhing dan Topeng Getak.

3. Tari Rondhing
Tari
Madura yang
kedua adalah
Rondhing, di mana
tari ini
menunjukkan
tentang aktivitas
baris-berbaris
yang ada pada zaman penjajahan dulu. Tarian ini disebut juga dengan
tari Baris. Gerakan pada tarian Rondhing menghentakan kaki ke lantar
dan para penari tegap serta lincah. Biasanya dimainkan dengan 6 orang
penari. Sekarang ini tari Rondhing bisa ditarikan oleh laki-laki dan
perempuan, berbeda dengan dulu yang hanya ditarikan oleh laki-laki
saja.
4. Tari Eblas
Tari yang
mengisahkan tentang
para gadis Madura
yang cantik, lincah,
ceria, luwes, dan
feminin. Menggunakan
sebuah topeng, namun
kini penari juga bisa
menunjukan wajahnya
karena seiring
berkembangnya zaman
topeng juga terkadang tidak digunakan.
Pakaian penari juga sangat beragam, tentu tak meninggalkan
kekhasan daerah Madura. Adanya gelang kaki, rok atau sewek dengan
baik, cemol, dan juga kebaya.

5. Tari Topeng Gethak

Tari Madura yang


selanjutnya adalah Gethak
dulunya disebut dengan tari Klonoan. Namun di tahun 1980 lalu akhirnya
berubah menjadi Gethak sebagai nama tariannya. Kisah yang
digambarkan dalam tari Gethak adalah sosok Prabu Bolodewo dalam
Topeng Dhalang Madura. Tarian ini menggambarkan tokoh Prabu
Bolodewo dalam lakon Topeng Dhalang Madura yang ditiru oleh
masyarakat awam. Topeng Dhalang Madura saat itu dimainkan dan
ditonton hanya di lingkungan keraton atau kaum bangsawan. Jarang
sekali atau hampir tidak mungkin ada kesempatan bagi masyarakat
awam untuk menyaksikan penampilan Topeng Dhalang tersebut.
Tokoh Prabu Bolodewo dalam Topeng Dhalang bagi masyarakat
merupakan tokoh yang amat sangat dibanggakan. Rasa bangga tersebut
diungkapkan melalui ekspresi gerak yang tersusun menjadi tarian. Kata
"Klonoan" berasal dari kata kelana atau berkelana, yang bermakna
Bolodewo berkelana. Tari Klonoan ini juga sebagai isyarat pembuka
sajian Kesenian Sandhur.
6. Tari Gambu
Penari dari tari Gambu
berjumlah 4 orang dengan
posisinya berpola segi empat
dengan simbol keblat papat
limo pancer Perlengkapan yang
dipakai ketika proses menari
yaitu tombak dan tameng. Ini
dilakukan karena adanya adegan perang di akhir tarian Gambu. Bahan
pembuatan untuk tameng adalah bahan yang bisa memantulkan cahaya.
Pada awalnya tari Gambu lebih dikenal dengan Tari keris, dalam
catatan Serat Pararaton tari Gambu disebut dengan Tari Silat Sudukan
Dhuwung, yang diciptakan oleh Arya Wiraraja dan diajarkan pada para
pengikut Raden Wijaya kala mengungsi di Keraton Sumenep. Tarian
tersebut pernah ditampilkan di keraton Daha oleh para pengikut Raden
Wijaya pada perayaan Wuku Galungan yang dilaksanakan oleh Raja
Jayakatong dalam suatu acara pasasraman di Manguntur Keraton Daha
yang selalu dilaksanakan setiap akhir tahun pada Wuku Galungan. Para
pengikut Raden Wijaya antara lain
Lembusora, Ranggalawe dan Nambi diadu dengan para
Senopati Daha yakni Kebo Mundarang, Mahesa Rubuh dan Pangelet, dan
kemenangan berada pada pengikut Raden Wijaya.
7. Tari Kenjeran
Tarian kreasi tradisional
Kenjeran menggambarkan
kehidupan nelayan yang ada di
pesisir pantai Kenjeran.
Masyarakat ini dinilai memiliki
adat istiadat serta tradisi yang
serupa dengan para nelayan di
Pulau Madura.
Tari Kenjeran ini menggambarkan kehidupan masyarakat nelayan di
pesisir Pantai Kenjeran di Surabaya yang memiliki tradisi dan adat
istiadat hampir sama dengan masyarakat nelayan di Pulau Madura.
8. Tari Jeget Enten

Jeget Enten adalah


tarian yang biasanya
dibawakan oleh lima orang
penari. Jeget Enten juga
menjadi salah satu sarana
untuk ritual agar
terhindar dari mara
bahaya. Para penari
menggunakan pakaian berwarna hijau dan mereka menaburkan beras
kuning serta bunga, tentunya dengan sambil menari. Tarian ini biasanya
dibawakan oleh lima penari dan identik dengan kostum berwarna hijau.
9. Tari Pecut
Tari Madura yang selanjutnya
adalah Pecut. Gerakan dari tarian
ini memang dinamis apalagi dengan
giring-giring yang dipakai pada
kaki para pemai sehingga
membuat suasana jadi lebih
meriah. Sesuai dengan namanya,
tarian ini dilakukan sambil membawa pecut dan dimainkan secara masal.
Tari pecut adalah salah satu bentuk kesenian yang tumbuh sejak
abad XVI yang berlatar belakang sosial dipengaruhi oleh kehidupan
tradisional yang digunakan sebagai sarana upacara ritual yang erat
kaitannya dengan amsyarakat petani. Tari pecut meruapakn ungkapan
perilaku dari proses kesuburan tanaman padi. Makna simbol tersebut di
dukung oleh aspek gerak. Iringan tari saat pertunjukan pendukung
serta perlengkapan lainnya berupa sesaji. Keberadaan tari pecut
meruapkan sarana upacara minta hujan yang berhubungan dengan
kesuburan pertanian.
10. Tari Sanduk

Pada awalnya tarian Sanduk


ini berfungsi sebagai rangkaian
adat di Madura, namun kini tari
Sanduk lebih difungsikan untuk
memeriahkan acara seperti
acara kesenian atau karnaval
baik itu di Madura atau daerah
Jawa Timur lainnya.
Tari Sanduk merupakan salah satu tarian khas dari Madura. Belum
dapat dipastikan makna dari kata Sanduk atau yang biasa pula disebut
Sandur ini. Tarian ini memiliki ciri khas dibawakan oleh belasan hingga
puluhan orang (kolosal) dengan menggunakan kostum baju adat Madura
yaitu pesa`an (baju adat bagi laki-laki) dengan aksesoris celurit dan
kebaya rancongan tanpa kutu baru (baju adat bagi wanita) dengan warna
yang mencolok.
Tari Sanduk pada mulanya difungsikan sebagai salah satu rangkaian
ritual adat di Madura, namun seiring dengan perkembangan zaman,
tarian ini seringkali ditampilkan pada acara festival kesenian atau
karnaval daerah Jawa Timur. Tari Sanduk biasanya diiringi dengan
musik khas Madura. Meskipun tidak ada ketentuan khusus dalam
gerakan maupun kostum yang dipakai, tarian ini memiliki kekhasan dalam
keselarasan gerakan, di mana antara pihak laki-laki dan wanita memiliki
variasi gerakan yang berbeda namun tetap kompak dan seirama.
Nilai kebersamaan dan suka cita yang ditampilkan, membuat para
penonton tarian ini terpikat untuk ikut serta menirukan gerakannya. Hal
tersebut kemudian menjadi salah satu alasan masyarakat Kota Batu
tertarik untuk mengembangkan Tari Sanduk dengan sebagian musik
yang dikolaborasikan dengan musik khas Kota Batu tanpa mengurangi
identitas atau kekhasan daerah asalnya. Di Kota Batu sendiri mulai
banyak berdiri paguyuban dan sanggar Tari Sanduk dengan memadukan
musik khas Jawa dengan Madura yang dinamakan Tari Sanduk Kreasi
Baru.
11. Tari Dhangga

Tari Dhânggâ’ merupakan salah


satu kebudayaan Madura yang
berasal dari Kecamatan Pademawu,
Kabupaten Pamekasan. Nama
budaya tersebut berasal dari
akronim Madura (kèrata bhâsa)
ialah Atangdhâng
Magâgâ’ (Dhang dan Ga’) yang
artinya menari dengan gagah. Sayang, tari ini belum diketahui pencetusnya
dan kapan dicetuskan, namun yang jelas berasal dari Malangan, Pademawu
Timur, Pamekasan.

Tarian tersebut tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Pademawu


yang secara geografis terletak di pesisir pantai yang mayoritas mata
pencahariannya sebagai pelaut. Begitu juga dengan Tari Dhânggâ’ yang
menggambarkan kehidupan pelaut mulai dari proses persiapan melaut,
meliputi mendorong pelahu ke laut, mendayung sekaligus mengendalikan ke
tempat tujuan dan akhirnya kembali ke tepi pantai. Sedangkan jumlah
personel yang dibutuhkan adalah sembilan atau sepuluh penari. Ditambah
properti perahu mainan dan delapan buah dayung yang dipegang oleh
masing masing penarinya, dengan posisi satu orang di depan sebagai
pemimpin, empat orang di kanan perahu dan empat orang di kiri perahu.

Budaya yang berada di urutan nomor tiga di Kabupaten Pamekasan ini


memiliki lima macam gerakan. Pertama, tari pembuka hanya dilakukan oleh
pemimpin tari yang menggambarkan proses persiapan melaut dengan cara
memeriksa kesiapan perahu, kelengkapan barang-barang yang dibutuhkan
serta anggota yang akan ikut melaut.

Tari pembuka diiringi musik kentrungan yang berbunyi Ghem-Paaa’-


Pring-Nang anang. Sedangkan akhir musik atau sebagai penanda untuk
pindah ke musik berikutnya dan gerakan selanjutnya ialah menyerukan
syair Madura seperti kembhâng jhâmbhu ko’cangko’an, maddhâ ambu
ko’roko’an.

Selanjutnya tari mendorong perahu yang menggambarkan kebersamaan,


kekompakan, dan persaudaran sesama pelaut dalam satu kapal. ”Segala
persoalan yang berat dan sulit sekalipun akan dapat teratasi dengan baik
bila ditunjang dengan kebersamaan yang baik dan kompak serta penuh
dengan rasa persaudaraan,” imbuhnya.

Tari mendorog perahu diiringi lagu yang berbunyi Ding-dingadingding-


dingadingding-dingadingng-Ca’-ca’-ca’ hourdong. Alunan musik tersebut
terus dimainkan hingga posisi perahu mainan yang dijadikan properti
berada tepat di depan menghadap para penonton yang sedang menyaksikan.

Prosesi kemudian dilanjutkan dengan Tari Dayung. Bagian ini


menunjukkan gerakan mendayung perahu sekaligus mengendalikan dari
hembusan angin kencang dan terpaan ombak. ”Dalam menjalankan roda
kehidupan dibutuhkan kepercayaan kegigihan dan kesabaran, sehingga
setiap persoalan hidup yang kadang datang tidak diduga dapat
terselesaikan dengan baik,” kata Zainal, menerangkan.

Gerakan mendayung diiringi musik yang diberi nama Nolimaan. Bunyinya


adalah Pangending- ding, Pangending-ding, Pangending-ding…, Andung-
dering-ding dung-tapeng. Musik tersebut akan berhenti setelah semua
penari mengucapkan ‘ala-hayyu…oreee…’ secara bersamaan.

12. Rokat Tase

Rokat Tase adalah tradisi


masyarakat pesisir Madura, yang telah
berlangsung beratus-ratus tahun yang
lalu. Tujuan Rokat Tase sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas kelimpahan ikan di
laut. Tradisi ini sekaligus sebagai
permohonan pelindungan selama
melaut. Rokat Tase merupakan tradisi sejak masa Hindu sebelum Islam
masuk. Tradisi rokat Tase telah berlangsung secara turun temurun Rokat
Tase Waktu Pelaksanaan Rokat Tase Rokat Tase dilakukan setiap bulan
keenam atau ketujuh. Karena pada bulan tersebut, ikan berlimpah. Tradisi
akan dilakukan sebelum menangkap ikan dengan melaksanakan ritual
syukuran terlebih dahulu. Baca juga: Karapan Sapi dari Madura: Sejarah,
Makna, Aturan, dan Cara Bermain Tata Cara Rokat Tase Rokat Tase
biasanya dilakukan selama lima hari berturut-turut. Banyak kegiatan yang
dilakukan saat pelaksanaan Rokat Tase. Salah satunya kontes sapi betina.
Dimana, kontes tersebut untuk menilai sapi yang paling cantik, mulai
kebersihannya, aksesoris yang dipakai, bobotnya, maupun cara berjalan.
Pada hari yang lain akan digelar acara tayuban. Suatu acara tari-tarian dan
nyanyian dari sinden. Tayuban merupakan salah satu acara yang ditunggu-
tunggu oleh masyarakat. Selain itu, ada malam ketoprak yang diidolakan
masyarakat tua dan muda. Setelah acara seni, malam berikutnya akan ada
pembacaan Al Quran dan pengajian. Pada hari terakhir, Rokat Tase diisi
dengan menghias kapal dan melarung sesaji ke tengah laut. Baca juga:
Upacara Nyadar Suku Madura: Sejarah, Tujuan, dan Pelaksanaan Sesaji
yang digunakan antara lain berisi kepala kambing hitam, tumpeng, dan
rengginan yang dibawa menggunakan kapal hias dan ditenggelamkan di laut.
Ritual tersebut dilakukan untuk menghindari malapetaka saat mencari ikan
dan untuk mendapatkan berkah.
B. Lembar Kerja Peserta Didik

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


(Tarian Tradisional Madura)
Nama Kelompok/Absen/ Kelas:

1. .................................../.....
2. .................................../.....
3. .................................../.....
4. .................................../.....
5. .................................../.....
6. .................................../.....

A. Tujuan
1. Peserta didik dapat memahami tarian tradisional madura
2. Peserta didik dapat menjelaskan contoh-contoh tarian tradisional madura

B. Dasar Teori
Pulau Madura tidak hanya terkenal dengan beragam kulinernya yang khas,
namun juga daerah yang berada di ujung timur laut Provinsi Jawa Timur ini
memiliki kesenian tari yang unik dan eksotis.
Berbagai tarian dari daerah Madura yang khas dan memukau mampu
menarik minat berbagai turis lokal maupun asing untuk berkunjung ke daerah
penghasil garam.
Berikut macam-macam tarian daerah Pulau Madura yang khas
dikutip Sinergi Madura dari berbagai sumber.
1. Tari Muang Sangkal
2. Tari Geleng Ro’om
3. Tari Rondhing
4. Tari Eblas
5. Tari Topeng Gethak
6. Tari Gambu
7. Tari Kenjeran
8. Tari Jeget Enten
9. Tari Pecut
10. Tari Sanduk
11. Tari Dhangga
12. Rokat Tase
C. Diskusi
1. Peserta didik diberi tayangan tari tradisional madura
Tari muang sangkal
https://youtube.com/watch?v=zvniLGIgE7k&si=j4gJq3vXCvxaobWF
Tari rokat tase
https://youtu.be/q0H0p4M-7qk?si=IDGdGLvgc76ciQSp

2. Tuliskan informasi penting yang kalian temukan dari kedua video


tersebut

3. Apa perbedaan antara kedua tarian tersebut? Jelaskan!


…………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Apa fungsi dan peran seni tari?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai